Anda di halaman 1dari 53

PARIWISATA, PEMBANGUNAN,

DAN KEADILAN AGRARIA


DI FLORES

SUNSPIRIT-ARC-KPA

2016

1
SERI KAJIAN PERTAMA 2016

Laporan Pertama Penelitian Lintas Lembaga untuk Manggarai Barat


Meliputi kejadian dari akhir tahun 2015 sampai dengan Mei 2016

DITERBITKAN OLEH:
Divisi Riset dan Publikasi Sunspirit for Justice and Peace
Jl. Trans-Flores, km 10
Dusun Watu Langkas, Desa Nggorang, Kecamatan Komodo
Manggarai Barat, NTT

www.sunspiritindonesia.com
sunspiritflores@gmail.com

KONTRIBUTOR :
ORGANISASI
SunSpirit for Justice and Peace (SSP)
Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA)
Agrarian Research Center (ARC)
Aliansi Petani Lembor (APEL)

NARASUMBER Aven Turu


Gregorius Afioma
Cypri Paju Dale Kornelis Rahalaka
Edward Angimoy
Kris Beda Somerpes
Sityi Qori’ah

2
BAGIAN 1. PEMBUKAAN

Pengantar

Sudah cukup lama masyarakat pembangunan pariwisata dan


Manggarai Barat bergumul dengan persoalan pencaplokan sumber daya
persoalan-persoalan pencaplokan publik di Kabupaten Manggarai Barat.
sumber daya terkait dengan turisme Pada edisi pertama serial kajian
dan pembangunan pada umumnya; di bulanan ini, secara khusus masalah-
mana masyarakat setempat terancam masalah pencaplokan dalam kawasan
kehilangan kepemilikan, akses dan Taman Nasional Komodo, masalah
manfaat dari sumber daya seperti p er t a ni an , d a n s t ud i k asus
tanah, air, pantai/kawasan pesisir, pencaplokan menjadi sorotan utama.
ekosistem laut, dan lahan pertanian. Serial kajian ini akan menampung
Pencaplokan itu tidak semata-mata tulisan dari berbagai pengamatan,
terjadi lewat kekerasan dan analisis, dan refleksi masyarakat lokal
pemaksaan, tetapi lewat klaim-klaim dan semua orang yang menaruh
kepemilikan, jual beli, dan lewat perhatian terhadap isu-isu
pengaturan hukum, dan privatisasi pembangunan dan pencaplokan
sumber daya publik. sumber daya publik.
Dalam menghadapi pergumulan Akhirnya, besar harapan bahwa
itu, usaha untuk memahami persoalan serial kajian ini mampu mendorong
lewat penelitian dalam perpektif hak semangat peruban yang
asasi manusia dan keadilan sosial, mencerminkan nilai-nilai keadilan
mutlak diperlukan. Karena itu, inisiatif sosial dan penghargaan terhadap hak-
kerja sama penelitian lintas lembaga hak asasi manusia.
sudah dilakukan sejak bulan April
tahun ini, yakni antara lembaga Selamat membaca!
Sunspirit for Justice and Peace,
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA),
dan Agrarian Research Center (ARC).
Bersama-sama dengan komunitas-
komunitas lokal, penelitian tersebut
mengusung model participatory action
research. Masyarakat didorong menjadi
peneliti terhadap berbagai isu sosial
seputar pembangunan dan mendorong
advokasi terhadap berbagai persoalan
tersebut.
Pener bitan seri al kaji an
“Pariwisata, Pembangunan, dan
Keadilan Agraria di Flores“ ini adalah
bagian dari upaya mendiskusikan dan
menyebarluaskan temuan dan refleksi
terhadap berbagai isu seputar

3
DAFTAR ISI

BAGIAN 1. PEMBUKAAN
1.1. Pengantar 03
1.2 Masalah Pencaplokan dan Ketidakadilan pembangunan Parawisata 05

BAGIAN 2. IRONI PARIWISATA DAN CONTOH KASUS PENCAPLOKAN


2.1 Ironi Pengawasan dan Pengelolahan Pulau dan Pesisir di dalam dan Sekitar Kawasan
Taman Nasional Komodo 13
2.2 Posisi Kasus Pantai Pede (sebuah ringkasan) 19
2.3 Di Labuan Bajo, Kemana Air Mengalir? 26

BAGIAN 3. NARASI KOMUNITAS-KOMUNITAS


3.1 Marginalisasi di Kota Labuan Bajo 31
3.2 Cerita dari Papagarang 35
3.3 Gagal Tanam di Lumbung Padi 39
3.4 Ada Masalah Apa di Lumbung Padi? 46
3.5 Liang Ndara : Selayang Pandang 49

4
BAGIAN 1. PEMBUKAAN

PENCAPLOKAN
&

KETIDAKADILAN PARIWISATA
OLEH : GREGORIUS AFIOMA

abupaten Manggarai Barat di Provinsi Nusa Timur (NTT) men-


jadi salah satu tulang punggung sektor pariwisata nasional tat-
kala Labuan Bajo, ibu kota Kabupatennya terpilih menjadi sa-
lah satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas 2016.

Melalui penetapan itu, pembangunan sektor pariwisata digenjot


habis-habisan dan diharapkan meningkatkan kunjungan wisatawan. Tar-
get kunjungan pada tahun 2019 adalah 500 ribu kunjungan dengan pen-
erimaan devisa negara sekitar 20 triliun. Itu artinya, perlu ditingkatkan
lima kali lipat dari jumlah saat ini yang masih sekitar 95, 475 kunjungan
pada 2015.

Target tersebut adalah menyongkong rencana pembangunan


sektor pariwisata Nasional. Pada tahun 2019, target penerimaan dari sektor
pariwisata adalah 20 juta wisatawan dengan pendapatan sekitar US$ 20 milliar
atau 260 trilliun. Pada tahun 2015, jumlah kunjungan wisatawan di Indonesia
mencapai 10 juta kunjungan dan penerimaan sekitar US$ 10 milliar. Dua kali
Peta Manggarai Barat

lipat dari jumlah sekarang. alamnya dan keberadaan satwa langka,


Komodo (Varanus komodoensis). Dari lu-
Rencana pembangunan sektor pari-
as wilayahnya sekitar 9, 450 km2, luas
wisata yang masif tersebut mengimpili-
daratannya hanya 36 persen, sisanya ada-
kasikan dua hal. Pertama, pembangunan
lah lautan. Dari luas daratan yang ada,
itu akan memperparah pencaplokan atau
sebagian kecilnya ditempati sekitar 200
pengambilalihan penguasaan dan kontrol
ribu penduduk, sedangkan 80 persen
atas sumber daya publik seperti air, laut,
masih belum dimanfaatkan. Hal itu
pulau-pulau, pesisir, pantai, dan tanah di
menunjukkan sebagian besar alam Mang-
Labuan Bajo. Kedua, kebijakan itu akan
garai Barat masih alami dan diasumsikan
memperparah narasi ketidakadilan sosial
cocok pengembangan pariwisata ekotur-
dan akhirnya menyangsikan realisasi cita-
isme.
cita pancasila dan UUD 1945 pasal 33
tentang pemanfaatan sumber daya publik Pariwisata di Labuan Bajo mulai
bagi kepentingan bersama. menggeliat sejak satwa langka Komodo
ditetapkan sebagai Warisan Alam
ATRAKSI ALAM DAN BUDAYA
Dunia, Tanah Manusia serta Biosefer oleh
Yang paling mencolok pariwisata di UNESCO pada tahun 1986. Kunjungan
Manggarai Barat adalah keesotikan wisatawan periode 1980-1990-an men-
capai 20-40 ribu wisatawan per tahun. pantai, dan pemandangan yang indah.
Bertambah menggeliat pada era desen-
Lantas, bagaimana sektor pariwisata
tralisasi dengan fokusnya tidak hanya Ko-
berkembang dalam konteks yang masih
didominasi pesona alam itu?
“corak pariwisata
KARAKTER PARIWISATA
tidak hanya ditandai oleh
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
integrasi sistem ekonomi
tersebut, ada dua karakter pariwisata da-
global, tetapi juga meng- lam konteks Indonesia umumnya dan NTT
khususnya yang mesti dipahami. Pertama,
gambarkan kegamangan
budaya berwisata tidak identik dengan
masyarakat lokal ber- warisan bangsa Indonesia. Pariwisata

partisipasi di dalamnya selalu dipandang identik peradaban Barat


terutama dalam paham globalisasi. Glob-
ketika pemimpin daerah alisasi adalah bentuk intensifikasi relasi
memiliki kewenangan lintas dunia dimana apa yang terjadi di
tingkat lokal dipengaruhi oleh kejadian di
yang sentralistis dan
tempat yang sangat jauh sekalipun dalam
cenderung sewenang- cara tertentu (Giddens, 1991, 64).

wenang. “ Mengenai asal-usulnya itu, globalisasi


selalu dikaitkan perkembangan kolonial-

modo, tetapi juga wisata bahari, isme yakni berkembang sekitar abad ke-
16 bersamaan dengan penemuan
pemandangan alam, dan atraksi budaya.
Wisata bahari dalam kawasan TNK, misal- teknologi, ide kapitalisme, dan kemajuan

nya, dinobatkan sebagai destinasi snor- sains. Pertautan antara globalisasi dan

keling terbaik dunia atau Worlds Best pariwisata saling meneguhkan satu sama

Snorkeling Destination berdasarkan survei lain. Ditandai oleh mobilitas manusia,

CNN pada 2015. Ada sekitar 1000 jenis pergerakan modal kultural, penggunaan

ikan, 260 jenis karang dan 70 jenis bunga teknologi, dan pengaruh media, unsur-

karang (sponge) dan banyak invertebrata unsur pariwisata tersebut juga dipandang

lain yang dapat di jumpai di banyak tem- sebagai penyebab dan konsekuensi dari

pat di Taman Nasional ini. Kemudian lebih globalisasi.

dari 170 pulau yang menyajikan pesisir,


Karena itu, harus dicatat bahwa pari- kan pemerintahan otoritarianisme dengan
wisata di era modern terintegrasi pula model pengambilan keputusan yang ter-
dengan unsur-unsur pembentuk global- pusat dan birokratis. Hanya Bali yang
isasi seperti sistem ekonomi kapitalis, difokuskan menjadi ikon sektor pari-
teknologi, dan perkembangan media wisata.
komunikasi.
Era desentralisasi lantas membu-
Kedua, pariwisata dalam konteks ka peluang yang lebih leluasa kepada dae-
Manggarai Barat diaplikasikan tanpa dida- rah-daerah untuk mempromosikan poten-
hului perencanaan, pertimbangan- si daerah. Penguatan kewenangan pada
pertimbangan dan persiapan yang ma- kepala daerah membuat mereka bisa
tang. Masyarakat secara umum belum langsung terhubung dengan korporasi
paham bagaimana mereka seharusnya global dan mengambil keputusan-
berpartisipasi dalam pariwisata dengan keputusan sentral bagi rakyat di wilayah
segala logikanya. Janji-janji pariwisata kekuasaannya.
seperti ramah lingkungan, mudah mencip-
Dalam kasus Provinsi Nusa
takan lapangan kerja, dan diversifikasi
Tenggarai Timur terutama di Labuan Bajo,
model ekonomi, diterima begitu saja se-
perkembangan sektor pariwisata adalah
bagai sektor pendorong kemajuan
unik. Meskipun pariwisata sangat menjan-
ekonomi.
jikan, dengan kandungan kekayaan alam
Wisata di Indonesia terutama di dae- yang begitu kaya, pada saat yang sama
rah-daerah Indonesia Timur berkembang pertambangan menjadi salah satu sektor
dalam ‘kejutan’ Otonomi Daerah. Meski pendongkrak ekonomi. Namun ironi per-
sudah dalam agen pembangunan nasional tambangan membuatnya diprotes dimana
sejak pemerintahan Soekarno dan -mana termasuk di Labuan Bajo pada ta-
Soeharto, pariwisata belum berkembang hun 2008. Konsekuensinya, pariwisata
signifikan. Pada era Orde Baru, sektor pa- lantas dipandang satu-satunya yang baik
riwisata sempat menjadi sektor pen- dan tepat.
erimaan devisa keempat terbesar yakni
Akibatnya, atas nama perbaikan nasib
mencapai lebih dari 5 juta pengunjung
masyarakat NTT, pembangunan pari-
pada tahun 1997. Namun tidak digenjot
wisata satu-satunya yang harus digenjot
lantaran alergi dengan kebangkitan
habis-habisan. Istilah-istilah seperti
komunisme yang bisa saja masuk melalui
“kesempatan” atau “potensi” ekowisata
kegiatan berwisata. Rezim Orba menjalan-
8
memberikan kesan bahwa pariwisata su- Tidak sebagaimana dijanjikan, sejak
dah terbukti sukses. Secara berturut-turut ditetapkannya NTT sebagai daerah pen-
berbagai kegiatan promosi pariwisata di- dukung pariwisata dalam Master Plan
gelar, antara lain penyelenggaraan Sail Percepatan Pembangunan dan Perluasan
Komodo (2013) yang menelan anggaran Pembangunan Ekonomi Indonesia
sekitar 3,7 triliun dan penyelenggaraan (MP3EI), 2011-2025, saat itu pula para-
Tour de Flores dengan anggaran sebesar doks pembangunan pariwisata sudah

“Promosi pariwisata yang menggunakan APBD dan APBN


seperti Sail Komodo dan Tour de Flores tidak lain adalah ba-
gian dari konspirasi pencaplokan sumber daya publik. Karen
Labuan Bajo dengan segala isinya sudah berubah menjadi
komoditi yang hanya dikuasai segelintir orang namun dipro-
mosikan oleh uang bersama (rakyat). “

32 miliar. Ditambah perbaikan bandara kentara. Karena pariwisata tidak tampak


udara senilai 191 miliar disertai penam- sebagai pariwisata per se dan pengubah
bahan jumlah maskapai, landasan pacu nasib masyarakat tetapi pariwisata justru
yang diperpanjang, dan jam terbang yang berwajah ideologi kapitalisme terwujud
diperlama, dan menfasilitasi peningkatan lewat upaya privatisasi dan pencaplokan
jumlah kapal pesiar yang datang ke Labu- sumber daya publik (resources grabbing)
an Bajo meningkat. Semua kegiatan itu yakni pengambilalihan penguasaan dan
difasilitasi pejabat dan pemimpin daerah. kontrol atas kepemilikkan, manfaat, dan
akses sumber daya publik dari bersama
Dengan demikian, corak pariwisata
dan dari negara menjadi penguasaan oleh
tidak hanya ditandai oleh integrasi sistem
korporasi dan perorangan.
ekonomi global, tetapi juga menggam-
barkan kegamangan masyarakat lokal Dalam cara pandang itu, pem-
berpartisipasi di dalamnya ketika pem- bangunan sektor pariwisata adalah mesin
impin daerah memiliki kewenangan yang akumulasi modal. Jika dalam per-
sentralistis dan cenderung sewenang- tambangan, akumulasi modal tercipta
wenang. melalui proses pengambilan dan pengel-
olahan material mangan, dalam pari-
RESOURCES GRABBING
wisata ditempuh melalui penguasaan

9
atau kontrol atas pulau-pulau, pesisir, wila- dan bangun resort dalam kawasan TNK
yah laut, tanah, air, dan pemandangan. diperbolehkan. Bahkan, berseliweran ka-
Akibatnya, semua sumber daya publik itu pal-kapal pesiar dan operator wisata div-
dikuasai dan disulap menjadi komoditi ing dan snorkeling yang tidak saja mem-
agar bisa dikonsumsi. peroleh manfaat paling besar dari sektor
pariwisata yakni 75 % tetapi juga
Di Labuan Bajo, pencaplokan sumber
menganggu ekosistem laut.
daya publik sudah berlangsung masif yang
menyebabkan marginalisasi masyarakat Karena itu, alih-alih membawa
lokal. Tercatat beberapa pulau sudah kesejahteraan, pembangunan sektor pari-
dikuasai dan “dibeli” orang asing seperti wisata adalah narasi tentang apa yang
pulau Bidadari, Kanawa dan Sebayur. membuat rakyat miskin, bagaimana
Bahkan penjualan pulau-pulau terpam- mereka menjadi tetap miskin, dan men-
pang di laman digital seperti penjualan gapa mereka menjadi semakin miskin
pulau Punggu di www.skyproperty.com (Dale, 2013).
beberapa tahun lalu. Tidak adanya regu-
KETIDAKADILAN SOSIAL
lasi yang jelas membuat wilayah pesisir
dan pantai-pantai diklaim secara privat. Selain itu, pariwisata boleh terbukti
Bahkan pantai publik satu-satunya, Pantai mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi
Pede sudah diprivatisasi oleh PT. SIM, gagal meningkatkan kualitas hidup
milik pengusaha dan politisi nasional, masyarakat secara umum. Kue pariwisata
Setya Novanto. Harga tanah pun melonjak tidak terbagi merata sebaliknya meng-
mahal. Per meter persegi, sudah men- gambarkan ketidakadilan sosial. Yang
capai 400 ribu-satu juta. kaya bertambah kaya dan kemiskinan
malah semakin menggurita.
Marginalisasi tidak hanya tercipta
melalui mekanisme pasar, tetapi juga me- Jika dihitung-hitung, dengan
lalui regulasi dari pemerintah. Aturan da- jumlah pengunjung mencapai 90 ribu
lam kawasan Taman Nasional Komodo wisatawan per tahun dan pengeluaran ra-
adalah contohnya. Atas nama konservasi, ta-rata 1 juta per hari, maka jumlah uang
aturan zonasi membuat masyarakat lokal yang beredar bisa mencapai 90 triliun. Ini
yang sebagian besar nelayan tidak boleh bisa hitungan minimal mengingat laman-
sembarangan menangkap ikan. Mereka ya waktu tinggal belum dimasukan. Tahun
seringkali dilabeli sebagai perusak 2012, peredaran uang sudah mencapai
ekosistem laut. Sementara, penguasaan lebih dari Rp 838 miliar.

10
Namun dari jumlah itu, sebagian erti Sail Komodo dan Tour de Flores tidak
besar diterima oleh operator wisata dan lain adalah bagian dari konspirasi pen-
pengusaha kapal wisata (75,55%). caplokan sumber daya publik. Karena La-
Sebanyak 2,09 % diterima oleh pengel- buan Bajo dengan segala isinya sudah
olah TN. Komodo dan pemerintah daerah berubah menjadi komoditi yang hanya
sebesar. Sebanyak 22, 36 % terdistribusi dikuasai segelintir orang namun dipro-
pada pengusaha hotel, restoran dan toko mosikan oleh uang bersama (rakyat). Juga
retail/ souvenir. Sementara manfaat pari- dikatakan pencaplokan karena proyek-
wisata bagi masyarakat setempat sangat proyek pembangunan itu justru tidak ada
kecil karena penyerapan tenaga kerja kaitannya dengan peningkatan mutu pari-
yang terbatas sebagai akibat rendahnya wisata di Flores, tetapi lebih sebagai
tingkat pendidikan dan keterampilan yang upaya menciptakan “proyek” untuk
dimiliki masyarakat (Wahyuti, 2013: 53). mendapatkan dana dari pemerintah
pusat. Melalui ‘proyek’ ini, pemerintah
Menarik juga menyimak siapa
daerah, dalam hal ini oknum birokrat dan
pemilik usaha operator wisata dan kapal
politisi yang terlibat, ingin memperdayai
wisata serta usaha hotel dan restoran di
pemerintah pusat demi kepentingan
Labuan Bajo. Sampai dengan tahun 2013,
ekonomi politiknya sendiri (Mariberth Erb,
baru satu orang lokal yang menjadi pem-
2008). Uang tidak lagi menjadi sarana,
ilik operator wisata. Selebihnya milik
tetapi menjadi tujuan dari proyek-proyek
orang asing termasuk yang menjadi dive
tersebut.
master. Tenaga kerja didatangkan dari
Bali mengingat orang-orang lokal dinilai Tidak heran, di tengah anggaran-
belum siap. Begitu pula kepemilikan ho- anggaran proyek bernilai fantastis,
tel dan restoran yang jumlahnya sudah masyarakat justru tidak merasakan
mencapai lebih dari 40 hotel di Labuan manfaatnya. Sebagai contoh, proyek air
Bajo. Sebagian besar milik orang asing. yang merupakan kebutuhan dasar. Proyek
Bisa disimpulkan bahwa keuntungan air minum bersih selama Sail Komodo
terbesar pariwisata pertama-tama bukan sudah mencapai lebih dari 30 miliar, na-
untuk orang lokal melainkan orang asing mun krisis air selalu momok di kota Labu-
atau kaum pemodal yang menguasai an Bajo. Baru 24 persen rumah penduduk
sumber daya tersebut. yang dialiri air PDAM. Itu pun di beberapa
tempat mengalir hanya dua kali sem-
Karena itu, promosi pariwisata
inggu. Di tengah kondisi demikian penjual
yang menggunakan APBD dan APBN sep-
11
air dibiarkan. Harga air mencapai 70- Karena itu, kontrol dan pen-
130 ribu per tangki. Dengan penghasi- guasaan pemerintah menjadi sangat
lan sekitar 850 ribu (pekerja cleaning penting. Keterlibatan masyarakat dalam
service di bandara), pengeluaran untuk keputusan-keputusan politik terkait pari-
air bisa mencapai separuh dari pengha- wisata perlu didorong tentang apa yang
silan (Stroma dan Marta Tulis, 2015). perlu didahulukan dan didistribusikan
manfaatnya. Tidak cukup masyarakat
Dalam statistik, kondisi-kondisi
memahami kontribusi pariwisata hanya
ketidakadilan itu direpresentasikan oleh
dalam bentuk perbaikan infrastruktur
angka kemiskinan. Manggarai Barat
jalan dan sarana-sarana transportasi.
masih termasuk kabupaten tertinggal
(miskin) dalam peraturan Presiden No- Masyarakat juga masih membu-
mor 131 Tahun 2015 tentang Peneta- tuhkan dukungan di tengah pariwisata
pan daerah Tertinggal (2015-2019). Dari berbasis pasar. Karena itu, perencanaan
1,8 juta jiwa penduduk Flores, terdapat dan persiapan pemerintah harus ma-
330.380 (17,33 persen) penduduk tang dan mencerminkan nilai-nilai pan-
miskin, jauh lebih tinggi dari rata-rata casila. Tidak menghilangkan kedaulatan
nasional yakni 13,33 persen (BPS, masyarakat dengan membiarkan kepu-
2010). tusan-keputusan dipengaruhi desakan-
desakan kapitalisme.
Jadi sebenarnya pariwisata tidak
terbukti sukses mengatasi kemiskinan. Karena itu, rencana peningkatan
Pariwisata adalah kedok dari kelas wisatawan di tahun mendatang mesti
pemodal untuk menguasai sumber- dievaluasi. Sudah terbukti, pariwisata
sumber produksi seperti pemandangan, hanyalah kedok pencaplokan sumber
pulau, pesisir, tanah, air, dan laut. Dari daya publik dan upaya pemiskinan. Di
pertimbangan itu, bisa dibayangkan apa tengah-tengah kekayaan sumber daya
yang terjadi jika jumlah wisatawan terus alam, kemiskinan tidaklah alami, tetapi
digenjot sampai lima kali lipat dalam masalah struktural.
empat tahun mendatang. Privatisasi dan
pencaplokan sumber daya publik sudah
pasti semakin terus terjadi dan ketid-
akadilan semakin tajam. Ancaman
ekosistem laut dan Komodo menjadi
semakin besar.
12
BAGIAN 2. IRONI PARIWISATA DAN KASUS PENCAPLOKAN

IRONI PENGAWASAN DAN PENGELOLAHAN PULAU


DAN PESISIR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN
TAMAN NASIONAL KOMODO

OLEH : KRIS B. SOMERPES

PENGANTAR
Karut marut pengelolaan pulau dan kawasan
pesisir di dalam dan sekitar Taman Nasional Komodo
masih menjadi persoalan yang serius belakangan ini.
Latarnya beragam, mulai dari sengkarut managemen
pengelolaan sampai pada proses peminggiran
masyarakat lokal dalam kawasan dan sekitarnya.
Dari antara semua soal tersebut beberapa hal
yang menguat belakangan ini adalah perihal jual beli
pulau, pengklaiman orangpribadi atas tanah dan pulau
dalam kawasan TNK dan sekitarnya serta proses
perizinan pengelolaan sebagian lahan dalam kawasan
yang terkesan ditutup-tutupi.
Dalam catatan ini kami sertakan empat fakta
sebagai contoh kasus, menyusul beberapapokok analisis
yang dapat dijadikan sebagai refrensi kajian lebih lanjut.

EMPAT CONTOH KASUS

1. PENGKLAIMAN PULAU MAWAN OLEH ALAM KUL-KUL


Muncul pengklaiman kepimilikan pulau dalam
kawasan Taman Nasional Komodo sebagai milik pribadi.
Kasus yang paling terang adalah Kasus Pulau Mawang.
Pulau Mawang adalah salah satu pulau dalam
kawasanan Taman Nasional Komodo yang termasuk
dalam kawasan Zona Rimba.Namun pulau
tersebutdikalim oleh pemilik Alam Kulkul. Sebagai bukti,
13
Pulau Padar adalah salah satu pulau dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Meskipun aktivitas
bisnis dillarang dalam kawasan, Kepengelolahan Pulau Padar di jantung TNK sudah berada di tangan
swasta, yakni PT Komodo Widlife Ecotourism (KWE) melalui SK MENHUT/796/MENHUT-II/2014 tertang-
gal 29 September 2014 (foto: Sunspirit)

pihak pemilik memasang plang di sekarang Feisol mengklaim kepemilikan


kawasan ini karena mengklaim telah pulau Mawang dalam taman nasional ini.
memiliki sertifikat tanah atas pulau Pertanyaan beruntun pun muncul.
tersebut. Fakta ini menunjukkan secara Benarkah Alam Kulkul mengantongi
jelas perihal pencaplokan sumber daya sertifikat atas pulau Mawang? Di mana
publik. Bagaimana mungkin ada badan pertanahan? Di mana departemen
perusahaan yang mengklaim memiliki kehutanan? Ringkasnya di mana
property pribadi di dalam Taman Nasional pemerintah? Bagaimana agenda
dan kawasan konservasi. konservasi?
Lebih ironi lagi Alam Kulkul adalah milik
Haji Feisol, WNI dari Malaysia (keponakan
Mahatir Mohamad) yang adalah pemilik 2. KASUS JUAL BELI PULAU
PT Jaytasha Putrindo Utama (PT JPU) yang
memiliki 49 % saham PT Putri Naga Kawasan Pulau di Manggarai Barat
Komodo bersama TNC (perusahaan yang diiklankan dilaman digital dan dijual
konservasi berbasis di Amerika) yang oleh dalam dollar US. Teranyar adalah kasus
pemerintah diberi hak mengelola Taman pulau Pungu Besar. Pulau seluas 117 Ha
ini diiklankan di website milik I Gede
Nasional Komodo sejak 2004 -2012.
Sanat Kumara yang beralamat di Bali,
Tahun 2013, PT ini melenyap tanpa yakni skyproperty.com seharaga
pertanggunjawaban publik dan 124.200.000.000 M. Status tanahnya
meninggalkan begitu saja agenda-agenda diklaim bersertifikatyakni milik Haji Nasir.
konservasi. PT PNK dulu mengaku Pertanyaan kita adalah mengapa Pungu
mengadakan konservasi dan tidak dengan begitu mudah tampil di laman
melakukan bisnis, tetapi nyatanya digital. Siapa yang bermain di sini. Pelaku
pariwisata di Manggarai Barat mengaku,
14
rupa-rupanya ada calo local yang turut tidak boleh hanya dimiliki satu orang.
bermain. Pertanyaan kita adalah di mana Investor asing yang ingin menanamkan
peran pengawasan pemerintah terkait modal dan mengembangkan bisnis di
keberadaan dan kepemilikan pulau-pulau. pulau nasional harus memenuhi beberapa
syarat. Dengan adanya dugaan jual beli
Munculnya berita terkait penjualan pulau yang kerap terjadi, Sudirman
pulau Punggu menimbulkan kontroversi menyatakan akan mengusulkan adanya
luas dan bahkan nasional. Ragam surat edaran kepada seluruh bupati
tanggapan bermunculan. Mulai dari apart tentang larangan jual beli pulau nasional.
desa, kecamatan sampai pemerintah
pusat. Namun amat di sayangkan
jawaban
pemerintah pusat 3. PRIVATISASI
terkait itu seperti PULAU DALAM
belum KAWASAN TAMAN
menunjukkan NASIONAL DENGAN
sikap yang tegas. MODUS USAHA DAN
KONSERVASI
Sebagai missal
pada 2014, Kawasan
Kementerian Taman Nasional di
Kelautan dan mana ada komodo
Perikanan (KKP) justru diprivatisasi
menduga Pulau pengelolaannya oleh
Pungu bukan perusahaan swasta,
diperjualbelikan, dengan
melainkan hanya mengabaikan
dipromosikan prioritas konservasi
untuk menjaring dan mengancam
investor yang keberadaan komodo.
mengembangkan Alam kulkul mengklaim kepemilikan lahan dalam kawa- Kasus konkretnya
bisnis di pulau itu. san Taman Nasional Komodo (foto : Divisi Riset Sun- adalah Pulau padar,
Iklan jual beli Spirit)
yang oleh
Pulau Pungu itu Kementrian
hanya dipasang untuk menarik investor Kehutanan mengeluarkan Surat
guna mengelola pulau seluas 117 ha Keputusan pengelolaan kepada PT
tersebut. Komodo Wildlife Ecotourism dengan izin
kontrak selama 52 tahun dan bisa
"Ini bahasa iklan. Bukan transaksi diperpanjang untuk Usaha Penyediaan
jual beli kepemilikan tanah," ucap Sarana Wisata Alam/IUPSWA.
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan
Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Sudirman Saad. Tidak hanya itu, dua perusahaan
Sudirman mengatakan UU No 5/1960 lain pun menyusul yakni PT. Segara
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Komodo Lestari (PT SKL) dan PT. Karang
Agraria dan permen BPN sudah jelas Permai Propertindo (PT KPP). PT KSL akan
melarang pihak asing membeli dan menguasai lahanseluas 22,10 ha. Proses
memiliki hak milik atas tanah di izinnya sampai catatan ini dibuat sudah
Indonesia. definitive dan seurat keputusan Menteri
Kehutanan sedang diproses. Sementara
Di samping itu, pulau kecil juga itu PT KPP akan menguasai lahan 49, 20

15
ha dalam kawasan Taman Nasional seluas 15,4 ha kepada Ernest seharga
Komodo dan sekarang sedang 279 juta.
melakukan proses izin untuk usaha
penyediaan sarana wisata alam. Proses jual beli pulau ini bukan
tanpa sepengetahuan pemerintah.
Upaya privatisasi kawasan Taman Faktanya pada tahun yang sama, Bupati
Nasional Komodo dengan modus Manggarai ketika itu, Anton Bagul Dagur
menjalankan usaha wisata alam dan mengeluarkan rekomendasi kepada
konservasi ini memicu kontroversi di Ernest untuk melakukan konservasi
dalam taman nasional sendiri. Sebagian pantai sekaligus memberikan izin lokasi
menolak termasuk Badan Taman untuk keperluan pembangunan resort
Nasional Komodo sendiri sebagai (itu artinya IPL dan IMB diberikan
lembaga teknis. Karena selain, Pulau pemerintah daerah).
Padar, yang akan dikelola oleh PT KWE
misalnya selian berada persis di titik Selanjutnya pada tanggal 24
sentral kawasan Taman Nasional September 2005, setelah Manggarai
Komodo yakni antara Komodo dan Barat menjadi Kabupaten sendiri,
Rinca, yang sejatinya oleh siapa pun, pemerintah Mabar menerbitkan
dilarang melakukan usaha apa pun. sertifikat hak guna bangunan (HGB)
Juga karena Pulau Padar sebagai salah untuk jangka waktu 30 tahun kepada
satu pulau yang juga terdapat satwa Ernest. Itu berarti baru pada tanggal 24
Komodo. Kehadiran pemodal untuk September 2035 Ernest baru angkat
melakukan aktivitas usaha di sana tentu kaki dari pulau Bidadari.
saja akan mengancam keberlanjutan
konservasi, secara khusus keberadaan Menariknya, baru pada tahun
komodo. Ada dugaan politisi nasional tahun 2006 perihal semua ini heboh di
sekaligus pengusaha nasional terlibat media massa. Tidak tanggung-tanggung,
akhirnya menjadi berita nasional. Ketika
dalam proses ini.
heboh di media Massa Kolonel Noch
4. KASUS KARUT MARUT IZIN Bola, Komandan Korem 161 Wirasakti
PENGELOLAAN PULAU DALAM JANGKA Kupang ketika itu menginstruksikan TNI-
PANJANG OLEH PIHAK SWASTA AD dari Kodim Manggarai untuk
mengibarkan bendera merah putih di
Penyewaan Pulau untuk jangka pulau bidadari.
panjang juga menimbulkan soal, karena
muncul pengklaiman terhadap akses POKOK-POKOK ANALISIS
dan manfaat pulau, mengusir
masyarakat nelayan untuk mencari Berangkat dari empat contoh
kasus di atas menjadi jelas bagi kita
makan di sekitarnya.
bahwa: Pertama, Pembangunan melalui
Contoh konkretnya adalah Pulau upaya konservasi dan turisme di Labuan
Bidadari yang luasnya mencapai 30 ha. Bajo, kabupaten Manggarai Barat tidak
Sebelum bulan Juni tahun 2000, pulau mencerminkan kehendak memperbaiki
ini diklaim hak milik atas nama haji kehidupan masyarakat. Yang terjadi,
Mahmud. Lalu pada bulan Juni 2000 pembangunan menjadi selubung dari
Haji Mahmud menjual sebagian pulau upaya pencaplokan sumber daya publik
seluas 30 ha kepada kepada PT sedemikian sehingga terjadi proses
Reefseekers Cathernest Lestary yang privatisasi yang berujung pada
pemiliknya adalah Ernest Lwandosky akumulasi modal dan kekayaan kepada
seharaga 495 juta. Kemudian pada April segelintir orang.
2002 Haji Mahmud melepas lagi lahan
16
Kedua, Dilihat dari bagaimana bagi bisnis parawisata seperti trekking,
kepemilikan, manfaat, dan akses kepada wisata pantai, diving, dan snorkeling.
sumber daya publik seperti pulau-pulau Sementara kapal nelayan diusir, dalam
dan Taman Nasional Komodo (TNK) kawasan ini malah dipenuhi leh kapal
terhadap masyarakat lokal, konservasi diving (yang ukuran dan jumlahnya jauh
melalui upaya privatisasi yang dimulai lebih besar dari kapal nelayan).
sejak tahun 2005 oleh PT. Putri Naga
Komodo—pemegang sahamnya adalah PT Kenyataan demikian terbukti dan
Jaytasha Putrindo Utama (JPU) dan The diperparah karena pada tahun 2012 PT.
Nature Conservacy (TNC)—tidak PNK menghilang dari Manggarai Barat
mencerminkan keberpihakan kepada tanpa sebuah pertanggungjawaban
pembangunan masyarakat. Yang terjadi publik. Tidak ada berita resmi mengenai
justru terjadinya upaya pemiskinan, apa yang terjadi. Kantornya PT. PNK tidak
diskriminasi, marginalisasi, dan beroperasi lagi. Kawasan expatriate dan
subordinasi melalui peraturan nasionalnya menghilang. Sementara itu,
pemerintah, undang-undang, dan regulasi- di kabupaten Manggarai Barat secara
regulasi. keseluruhan, perkembangan kehidupan
masyarakat sangat memprihatikan. Di
Contoh paling gamblang yang tengah euforia menggeliatnya bisnis
memperlihatkan proses eksklusi turisme, peningkatan taraf hidup
masyarakat lokal adalah melalui masyarakat dan penyediaan sarana-
pembuatan sistem zonasi yang mulai prasarana infrastruktur berjalan lambat.
berlaku sejak SK Dirjen PHKA No.65/ Rumat sakit daerah belum selesai, krisis
kpts/DJ-V/2001 tertanggal 30 Mei 2001 air minum bersih masih menguat, dan
tentang zonasi TNK yang kemudian infrastruktur jalan raya dan jembatan
mengalami perubahan sesuai dengan tidak diperhatikan dengan baik.
surat keputusan Ditjen PHKA Nomor:
SK.21/IV-SET/2012 tanggal 24 Februari Ketiga, Sekarang ini, bukannya
2012. Sistem zonasi inidisponsori oleh berkurang, upaya privatisasi terhadap
agen-agen konservasi yakni The Nature pulau-pulau atas nama konservasi di
Conservacy (TNC), sebuah perusahaan sekitar Taman Nasional Komodo malah
semakin marak dan bertambah. Beberapa
Alih-alih melindungi Komodo, contoh kasus sudah kami sebutkan di
Satwa Langka, sistem zonasi sarat depan. Kenyataan demikian menimbulkan
dengan kepentingan politik dan ekonomi. pertanyaan-pertanyaan: Apakah betul
Adanya aturan tersebut, masyarakat perusahaan-perusahaan ini
sekitar Taman Nasional Komodo semakin mengutamakan soal konservasi di taman
terbatas dalam aktivitas mata pencarian Nasional Komodo? Mengapa pemerintah
sebagai nelayan. Dalam zona memberikan izin sedemikian leluasa
perlindungan bahari, misalnya, dilarang dalam kawasan Taman Nasional Komodo
mengambil hasil laut. Akibatnya dan sekitarnya kepada para investor?
masyarakat lokal tidak leluasa mencari
ikan. Kapal nelayan tidak diperbolehkan Keempat, Mempertimbangkan
berlayar dalam kawasan ini dan kenyataan dan dampak yang telah terjadi,
diwajibkan mempunyai Surat Izin kami meminta pemerintah untuk
Menangkap Ikan (SIMI). Karena itu, sering memberikan perhatian serius terhadap
terjadi peristiwa kekerasan seperti persoalan privatisasi di Labuan Bajo,
pemukulan terhadap nelayan oleh aparat Kabupaten Manggarai Barat. Bukan
jika melanggar aturan ini. Akan tetapi konservasi per se yang kami pertanyakan,
pada saat bersamaan, di sinilah lokasi tetapi konversi yang menjadi selubung

17
dari upaya privatisasi demi berada selama berbulan-bulan di sekitar
mengakumulasi modal. kawasan Taman Nasional sudah
merusak ekosistem bawah laut.
Kelima, Dalam praktiknya
selama ini, tujuan konservasi tidak lagi PENUTUP
terwujud, melainkan maraknya bisnis
parawisata yang menyebabkan Demikian laporan penelitian ini
terjadinya kerusakan karang dan kami buat. Dikeluarkan oleh Tim Riset
ekosistem di bawah laut. Sementara itu, Sunspirit For Justice and Peace, Rumah
posisi pemerintah lebih banyak Baku Peduli, Watu Langkas Nggorang
berperan sebagai fasilitator dari upaya Labuan Bajo Manggarai barat. Akhir
pencaplokan tersebut. Pemerintah baik kata, penelitian ini masih terbuka untuk
melalui otoritas kehutanan, Balai dikaji secara lebih luas dan mendalam
Taman Nasional, Otoritas Parawisata, oleh semua pihak.
Otoritas Kelautan, Pemerintah Daerah,
kepolisian dan ketentaraan dengan
setia mengawal aturan zonasi.
Labuan Bajo, 23 Oktober 2015
Akibatnya, nelayan seringkali ditangkap
dan dipukul sementara aktivitas
parawisata dibiarkan begitu saja.
Padahal jangkar kapal wisata yang

18
BAGIAN 2. IRONI PARIWISATA DAN KASUS PENCAPLOKAN

POSISI KASUS PANTAI PEDE


(Sebuah Ringkasan)
OLEH : CYPRI P. DALE & EDWARD ANGIMOY

Informasi Kawasan Pantai Pede

Luas Lokasi: 31,670 m2

T
ulisan ini berusaha secara ringkas Sertifikat: Hak Pakai No. 10 tahun
memetakan kasus Pantai Pede di 1989 seluas 17,286 m2 dan Hak Pakai
Manggarai Barat, NTT, dalam dimensi No. 11 tahun 1989 seluas 14,384 m2.
hukum dan administrasi pemerintahan,
kebijakan publik, model ekonomi, model Perjanjian Privatisasi: Pemprov
demokrasi, dan etika pembangunan. Sebuah NTT dan PT SIM menyerahkan
pengelolaan Pantai Pede kepada
tulisan yang lebih dalam dan utuh, dari berbagai
PT SIM untuk pembangunan hotel
pakar pada setiap dimensi utama kasus Pantai
berbintang melalui mekanisme
Pede, diperlukan untuk melengkapi tulisan ini.
Bangun Guna Serah (BOT) yang
Kendati multi-dimensi, inti persoalan Pede tertuang dalam sebuah MoU dan
berkutat di seputar kepemilikan, akses, dan berlaku selama 25 tahun sejak 23
pemanfaatan pantai seluas 31,670 m2 di tengah Mei 2014 sampai April 2039.
kota Labuan Bajo itu. Sementara otoritas Pemanfaatan selama ini: Pantai
kepemilikannya masih menjadi kontroversi Pede menjadi satu-satunya pantai
antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, publik yang bisa diakses publik
tindakan Pemerintah Provinsi yang secara bebas dan gratis
menyerahkan lahan yang sebelumnya menjadi
ruang rekreasi publik ini kepada PT Sarana Rencana PT SIM di Pantai Pede:
Investama Manggabar (PT SIM) untuk Rencana awal PT SIM adalah
pembangunan hotel dan sarana
diprivatisasi memicu perlawanan karena pendukung lainnya. Namun ketika
membatasi akses publik pada kawasan milik mendapat perlawanan masyarakat,
negara ini. Kendati diklaim bahwa pemanfaatan PT SIM menggantinya dengan
ruang Pantai Pede oleh pihak ketiga untuk rencana pembangunan taman
membangun hotel, restauran, dan sarana rekreasi dan jasa publik. Namun
tetap saja, akan ada hotel yang
rekreasi berbayar akan mendatangkan PAD bagi
dibangun di kawasan itu.
pemerintah provinsi, masyarakat yang menolak

19
privatisasi tetap mempertahankan m2.
manfaat pantai ini sebagai ruang publik
terbuka dan taman rekreasi tidak berbayar Namun, menurut Undang-Undang Nomor 8
atau murah dan alami; mengingat pantai- pasal 13 tahun 2003 tentang
pantai di Labuan bajo sudah dikuasai oleh pembentukan Kabupaten Mabar, barang
industri pariwisata dan tidak ada ruang milik/kekayaan daerah yang berupa tanah,
publik lagi. bangunan, barang bergerak, dan barang
tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai,
Selain itu, persoalan Pede perlu dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah
dipahami dalam konteks lebih luas terkait Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
dengan industry pariwisata, ekspansi Kabupaten Manggarai yang berada dalam
capital, dan pertarungan kepemilikan, wilayah Kabupaten Manggarai Barat wajib
manfaat dan akses sumber daya public di diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten

Manggarai Barat. Manggarai Barat paling lambat satu tahun


sejak terbentuknya Kabupaten Manggarai
SENGKETA HUKUM DAN ADMINISTRASI Barat (tahun 2003). Dalam kenyataannya
NEGARA kemudian, sudah hampir 12 tahun Pantai
Pede belum kunjung diserahkan.
Dimensi hukum dan administrasi
Negara dari Persoalan Pede terkait erat Sudah ada usaha dari Pemerintah
dengan kepemilikan dan hak untuk Kabupaten Manggarai Barat untuk
mengikat kontrak dengan pihak lain. Poros meminta Pemerintah Provinsi
persoalannya adalah pemerintahan pada menyerahkan Pantai Pede melalui surat
level mana yang memiliki kuasa untuk nomor 556.9/351/XI/Parhub-2005. Isinya
mengelola Pantai Pede? adalah permohonan supaya Berita Acara
Nomor P.519/1.1/IV/1994, tanggal 05
Data-data sertifikat yang ada April 1994, tentang Penyerahan asset Pro-
menunjukkan bahwa tanah itu pinsi NTT atas sebidang tanah di Pantai
bersertifikat atas nama Pemerintah Pede yang berukuran 31,670 m2 kepada
Provinsi, yaitu sertifikat Hak Pakai No. 10 Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
tahun 1989 seluas 17,286 m2 dan Hak Manggarai, diperbaharui untuk diserahkan
Pakai No. 11 tahun 1989 seluas 14,384 secara langsung kepada Pemerintah
20
Daerah Manggarai Barat hasil pemekaran. Akibat lanjut dari sengketa
kepemilikan itu adalah soal keabsahan
Namun ada hal yang janggal dan kontrak kerjasama (MoU) antara
mengheraNkan tentang pengelolaan Pemerintah Provinsi dengan PT SIM.
Pantai Pede di tahun 2005 itu. Pasalnya, Bukti sertifikat kepemilikan memang
sempat ada Perda No. 23 tahun 2005 melegitimasi hak Gubernur NTT untuk
tentang Retribusi Ijin Usaha Tempat mengikat perjanjian dengan PT SIM.
Rekreasi dan Olahraga Air, yang Namun, jika UU Nomor 8 Tahun 2003 tadi
kemudian diganti dengan Perda No. 13 ditegakkan dengan dorongan pemerintah
Tahun 2011 tentang Retribusi Tempat dan rakyat Manggarai Barat di masa yang
Rekreasi dan Olahraga, yang pada intinya akan datang, maka kontrak kerjasama
menegaskan bahwa salah satu objek pen- Pemprov dan PT SIM itu rapuh.
erimaan retribusi daerah Kabupaten
Manggarai Barat adalah objek wisata Pan- SENGKETA KEBIJAKAN PUBLIK
tai Pede. Ketika ditarik ke belakang
malah makin janggal dan mengherankan Sengketa kebijakan publik ini terkait
sebab dalam proses terbitnya Perda dengan model pengelolaan Pantai Pede.
Pemerintah Provinsi melakukan asistensi Entah di bawah penguasaan Pemerintah
terhadap rancangan Perda. Ini berarti Provinsi NTT atau Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Provinsi mengakui Pantai Manggarai Barat, persoalannya adalah
Pede sebagai aset Kabupaten Manggarai apakah Pantai Pede tetap menjadi ruang
Barat. publik terbuka dan dikelola sebagai
taman rekreasi pantai dan taman budaya
A l i h - al i h m el a nj ut k a n dan untuk masyarakat atau diserahkan
mendesak proses penyerahan Pantai kepada pihak ketiga untuk pembangunan
Pede itu, Pemerintahan Bupati Agustinus hotel, convention center dan taman
Dula yang berkuasa sejak tahun 2010 rekreasi berbayar milik PT SIM
hingga kini, malah mengakui kuasa (diprivatisasi).
Pemerintah Provinsi dan membiarkan
Pemerintah Provinsi menyerahkan Pemerintah Provinsi NTT, yang
pengelolaan Pantai Pede kepada pihak didukung Pemerintah Kabupaten
ketiga lewat mekanisme Bangun Guna Manggarai Barat, telah mengambil
Serah (Build, Operate, and Transfer) yang keputusan untuk mengalihkan pengelolan
berlaku selama 25 tahun sejak 2014 Pantai Pede kepada PT SIM melalui (MoU)
hingga 2039. Kesepakatan kerjasama ini pada tahun 2013. PT SIM juga sudah
dituangkan dalam MoU yang membuat grand-design pembangunan,
ditandatangani pada tahun 2012. yang menurut dokumen yang dibagikan
pada tanggal 8 Desember 2015 di kantor
Sejak itu, sejumlah elemen Bupati Manggarai Barat, terdiri dari hotel,
masyarakat sipil dan anggota DPRD convention centre, restauran, dan sarana
Manggarai Barat dan DPR NTT olahraga. PT SIM mengklaim itu semua
mempertanyakan kewenangan sebagai fasilitas rekreasi publik, tetapi
Pemerintah Provinsi NTT atas kawasan bagian terbesar area Pantai Pede
Pantai Pede dengan basis Undang-Undang dijadikan hotel dan restauran. Tidak ada
Nomor 8 Tahun 2003 tersebut. Namun ruang publik. Dan sebagaimana di hotel-
hingga kini, Pemerintah Provinsi sama hotel lain, sarana kolam renang dan
sekali tidak bergeming. Bahkan, di tengah lapangan olahraganya berbayar.
sengketa seperti ini, PT SIM yang
didukung Pemerintah Provinsi telah Kelompok yang menolak privatisasi
memulai pembangunan fisik di Pantai menghendaki Pantai Pede sebagai pantai
Pede. alami terbuka. Kendati ada retribusi, itu
21
Memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2015, komunitas orang
Muda menggelar upacara bendera di Pantai Pede dalam Festival Pantai Pede. (foto: Bolo Lobo)

Kelompok yang menghendaki Pantai


Pede sebagai ruang publik dan tidak
diprivatisasi ini kemudian melakukan
mobilisasi untuk mendorong perubahan
kebijakan publik. Berbagai jalur
demokratis telah ditempuh melalui
audiensi, surat, demonstrasi, dan
pendudukan tempat di Pantai Pede.
Namun, hingga kini seluruh upaya
tersebut sama sekali tidak digubris
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten.
Bahkan, ketika tulisan ini dibuat, PT SIM
sudah sedang melakukan aktivitas
pembangunan di Pantai Pede.

MODEL PEMBANGUNAN YANG MELAYANI


Para wisatawan berdiri di depan papan Proklamasi EKSPANSI KAPITAL DAN VISI THE
ala komunitas orang Muda dalam Festival Pede
COMMONS
(foto: Bolo Lobo)
Privatisasi Pantai Pede adalah bagian
akan dipakai untuk perawatan kebersihan dari Ekspansi Kapital yang begitu masif
saja. Pantai dibiarkan alami sebagai dalam industri pariwisata yang sedang
tempat piknik dan penyelenggaraan acara bertumbuh di Flores. Dalam caranya
-acara kerakyatan seperti festival, pentas beroperasi, para pemodal berusaha
seni, perlombaan, dan lain-lain. Cukup mendapat ruang-ruang strategis untuk
ditambah fasilitas kebersihan, kamar mengkapitalisasi keindahan alam dan
basuh dan toilet, dan panggung rakyat keunikan budaya Flores menjadi
seperti yang pernah ada di Pantai Pede keuntungan (akumulasi modal). Investor-
sebelum dirobohkan sejak perjanjian investor besar dan kecil berlomba-lomba
dengan PT SIM ditandatangani. merebut peluang industri pariwisata, dari
22
Komunitas Bolo Lobo adalah salah satu kelompok masyarakat yang getol menolak privatisasi Pantai
Pede. Mulai dari melakukan demonstrasi, tatap muka bersama pemerintah, diskusi, kampanye media,
hingga menyelenggarakan Festival Pede. (foto : Bolo Lobo)

hulu sampai hilir. Betapa tidak, angka (secara khusus nelayan) maupun rekreasi
kunjungan wisatawan, baik lokal maupun (masyarakat umum). Pantai Pede
asing, mencapai bahkan mencapai menjadi pertarungan sengit untuk
95.410 orang di tahun 2015 (data dipertahankan karena selain sudah di
www.bappeda.nttprov.go.id). bahwa penguasaan negara (umum), ini
merupakan pantai terakhir yang dapat
Para pemodal yang membentuk PT diakses publik. Penolakan terhadap
SIM sejak tahun 2012 mengincar Pantai privatisasi adalah pertahanan untuk the
Pede di sentral kota Labuan Bajo. Bangun commons, pertahanan akses dan
Guna Serah (BOT) menjadi mekanisme manfaat atas pantai publik.
yang dipilih agar mereka mendapat
untung dari aset pemerintah yang sampai Ada unsur lain dari pertahanan the
sejauh ini dipakai sebagai ruang publik commons ini. Di tengah lemahnya
bebas dan gratis. penegakan hukum agraria berdasarkan
UU No. 1 2014 tentang garis sempadan
Resistensi masyarakat terhadap pantai (pasal 1 ), serta lemahnya
privatisasi ini adalah wujud dari kepemimpinan lokal di Manggarai Barat,
pertahanan the commons. The commons pantai-pantai lain ditutup aksesnya untuk
yang dimaksud dalam hal ini adalah publik. Dan dalam konteks ini, Pantai
semua sumber daya bersama (tanah, air, Pede dipertahankan karena merupakan
udara, pantai, hutan, dan lain-lain) yang tanah negara, dan karena itu dapat
dimiliki secara kolektif, aksesnya diakses dan dimanfaatkan publik secara
terbuka, dan manfaatnya diperuntukkan bebas.
sebesar-besarnya bagi masyarakat
umum. Ketika pantai-pantai dan pulau- OLIGARKI VS DEMOKRASI
pulau sudah dikuasai pemodal,
masyarakat kehilangan akses ke pantai Aktor privatisasi Pantai Pede
dan pesisir, baik untuk penghidupan melibatkan politisi-pengusaha dari
23
persekongkolan yang sama, yang selain ini, pemerintah dan kaki tangannya
merupakan politisi juga pengusaha. menjadi subjek dan rakyat “dipaksa”
Mereka ini bercokol dalam partai-partai menjadi objek saja.
dan sekaligus memiliki bisnis; terutama
pertambangan, perkebunan, dan Sejak awal, mulai tahun 2012,
sekarang pariwisata. Ketika kelompok ini rencana privatisasi Pantai Pede dengan
melakukan privatisasi aset publik milik seluruh dalilnya sudah ditentang
pemerintah, sebenarnya yang mereka masyarakat sipil Labuan Bajo. Memang di
lakukan bukanlah pengalihan kepada tahun 2016, rencana pembangunan hotel
pihak lain (pihak ketiga), melainkan berbintang di Pantai Pede itu kemudian
pengalihan kepada diri mereka sendiri. dimodifikasi menjadi taman rekreasi dan
Yang yang terjadi di Pantai Pede jasa publik berbayar agar memberi kesan
kemudian adalah sebuah pentas oligarki bahwa tuntutan publik diakomodasi.
dalam wujudnya yang paling mesum: Namun tetap saja logika di balik
pejabat negara mengalihkan aset negara modifikasi itu adalah privatisasi. Tidak
kepada diri mereka sendiri. heran, rencana itu tetap ditolak. Dan
hingga kini, gelombang penolakan itu
Jelas praktik oligarki seperti ini bahkan makin meluas.
bertentangan dengan demokrasi.
Berbagai mobilisasi masyarakat yang Semua itu adalah bentuk-bentuk
melibatkan orang muda, intelektual, pernyataan kehendak dan aspirasi rakyat
seniman, LSM, lembaga-lembaga terhadap posisinya dalam pembangunan.
keagamaan termasuk Gereja Katolik di Rakyat ingin terlibat dan mengawal
Manggarai merupakan ekspr esi proses-proses pembangunan untuk
demokrasi melawan oligarki itu. memastikan bahwa pembangunan itu
memang sungguh-sungguh menjawab
Dan kini, kita sudah dan sedang kebutuhannya. Rakyat ingin menjadi
menyaksikan oligarki dilawan oleh subjek, bukan objek.
demokrasi di Pantai Pede. Oligarki dalam
bentuk politisi-pengusaha dilawan Namun, meski rakyat sudah
demokrasi dalam wujud aspirasi dan menyatakan protes publik terhadap
tuntutan publik. rencana privatisasi itu lewat berbagai cara
dan media, Pemerintah Provinsi NTT juga
POSISI RAKYAT DALAM PEMBANGUNAN: melalui berbagai cara tetap saja
SUBJEK OR OBJEK? memaksakan privatisasi itu.
Pembangunan fisik oleh PT SIM yang kini
Dalam logika sederhana, sedang berlangsung di Pantai Pede
pembangunan semestinya didesain, adalah buktinya.
diputuskan, dan dikerjakan dengan
melibatkan publik untuk memenuhi Dinamika ini kemudian
kebutuhan publik. Namun, rencana memperjelas posisi pemerintah yang
pengelolaan Pantai Pede lebih banyak tidak ingin agar rakyat menjadi subjek
didesain dan diputuskan oleh Pemerintah bersama dalam mendesain dan
Provinsi NTT (melalui privatisasi yang memutuskan model pembangunan
dilakukan PT SIM) dan kini difasilitasi macam apa yang benar-benar menjawab
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat. kebutuhan rakyat. Dan dalam
Rakyat Manggarai Barat yang juga adalah pertentangan ini, Pantai Pede adalah
rakyat NTT, dalam banyak cara sebuah contoh pertaruhan sosial terhadap
“dipaksakan” untuk menerima semuanya posisi rakyat dalam seluruh proses
dengan dalih bahwa pembangunan untuk pembangunan yang sedang dan akan
kesejahteraan rakyat. Dalam kenyataan berlangsung dengan sangat masif di

24
Manggarai Barat. rekreasi berbayar. Rakyat Manggarai
Barat yang menghendaki Pantai Pede
KEPENTINGAN PRIBADI VS sebagai ruang publik terbuka tanpa
KEPENTINGAN UMUM bayar diabaikan. Dalih Pendapatan Asli
Daerah (PAD) pun dipakai tanpa
Dalam sudut pandang lain, yang memperhitungkan bahwa bagi rakyat
sedang terjadi di Pantai Pede adalah PAD dapat diperoleh dengan cara lain.
s e ng k e t a a nt ar a p e r t ar u ng an Apalagi, berapa besar PAD dari
kepentingan pribadi dan golongan perjanjian privatisasi ini juga ditutup-
melawan kepentingan umum. Pantai
tutupi dari publik.
Pede sebagai tanah negara, yang sejak
awal penguasaannya oleh negara Pertahanan publik untuk Pantai Pede
dipakai untuk kepentingan umum, didasarkan pada argumentasi bahwa
sekarang dialihkan untuk tempat usaha kepentingan umum lebih dijamin kalau
kelompok bisnis dan politik tertentu. pantai ini tidak diprivatisasi dengan
Dalih tempat rekreasi publik dipakai pembangunan hotel, restoran, dan
sambil menyembunyikan kenyataan sarana olahraga berbayar oleh PT SIM,
bahwa tempat rekreasi publik milik tetapi dikelola sebagai tempat rekreasi
bisnis tertentu itu adalah tempat

25
BAGIAN 2. IRONI PARIWISATA DAN KASUS PENCAPLOKAN

DI LABUAN BAJO
KEMANA AIR MENGALIR?

S
umber air baku air minum yang dikelola oleh
UPTD Air Bersih Kabupaten Manggarai Barat
untuk kawasan Labuan Bajo bersumber dari 5
(lima) mata air, yaitu mata air Wae Mowol, mata
air Wae Moto, mata air Wai Kaca, mata air Wae Mberu dan
mata air Wae Cumpe. Mata air Wae Mowol yang terletak
di ketinggian 630 mdpl, di Desa Liang Ndara
Kecamatan Sono Nggoang sudah dibangun sejak
tahun 1985. Mata air Wae Mowol mempunyai debit
sebesar 16 liter/detik yang dialirkan ke Kawasan Kota
Labuan Bajo yang berjarak kurang lebih + 17 KM. Pada ta-
hun 2013 dibangun lagi satu jaringan air minum bersih
yang disebut water treatment yang bersumber dari sungai
Wae Mese. Proyek pipanisasi yang dipasang menjelang
Sail Komodo yang menelan biaya sebesar 30.700.000.000
(tiga puluh milyar tujuh ratus juta) memasok air kurang
lebih 40 liter per detik.

26
ditunjukkan dengan berbagai
respon yang disampaikan warga
sudah sejak lama.
Pada tahun 2011 misalnya
Aladin Nasar, Kepala Desa
Gorontalo Labuan Bajo mewakili
warganya pernah mengajukan
protes. “Saya kira ini soal
pengelolaan dan pengawasan
yang tidak berjalan baik. setiap
tahun selalu ada anggaran yang
dikucurkan untuk penanganan
air minum ini, tetapi
kenyataannya krisis air minum
Suasana pembagian air bagi warga di kota Labuan Bajo (foto: jalan terus. Jadi apakah
Floresbangkit.com) perencanaan dan pekerjaannya
salah atau mungkin
Selain sumber-sumber mata air di pengawasannya tidak berjalan baik”
atas, di Kawasan perkotaan Labuan Bajo demikian komentar mantan anggota
sendiri, setidaknya ditemukan 6 (enam) DPRD Mabar ini seperti dilansir
sumber mata air yang dipergunakan oleh suryainside.com edisi 7 Juli 2011.
penduduk. Sumber mata air tersebut
ditemukan di sekitar kawasan Padahal pada tahun yang sama sudah
pemukiman Campa, kawasan terdapat master plan pengelolaan air
permukiman Raba, di bagian Utara minum bersih di kota Labuan Bajo,
kawasan permukiman Lancang, di sekitar setahun berikutnya, pada 2012, muncul
Sungai Boepasaru, kawasan permukiman lagi Perda tentang PDAM (PDAM Wae
Waekesambi, serta di dalam kawasan Mbeliling). Pada tahun yang sama
misi (Seminari dan Susteran) dan Wae pemerintah membentuk tim normalisasi
air yang terdiri atas pejabat pemerintah
Kemiri.
dan swasta yang dimaksudkan untuk
Walau Labuan Bajo berklimpahan membantu manajemen pengelolaan air
debit air dengan proyek pipanisasi yang minum bersih di Labuan Bajo.
sudah menelan milyaran rupiah, namun
sampai hari ini warga tetap mengeluhkan Tidak hanya itu, untuk mendukung
krisis air minum bersih. Oleh karenanya peningkatan kualitas pelayanan,
pertanyaan buat kita adalah kemana air pemerintah daerah mengalokasikan dana
mengalir, atau dalam rumusan yang lain rutin untuk PDAM bahkan pada 2015
mengapa air tidak sampai dinikmati Pemda Mabar pun menyuntik lagi dana
senilai 1 Milyar sebagai modal penyertaan
warga kota Labuan Bajo.
ke PDAM, yang dimaksudkan untuk
membantu PDAM sebagai lembaga teknis
dapat bekerja maksimal dalam
LEMAHNYA MANAJEMAN PENGELOLAAN pengelolaan dan pengawasan.
DAN PENGAWASAN
Tetapi hasilnya tetap sama, sampai
Lemahnya manajemen pengelolaan hari ini warga tetap mengalami krisis air.
dan pengawasan air minum bersih untuk Alih-alih menegakkan aturan dan
warga kota Labuan Bajo bukan memperkuat manajemen, justru yang
merupakan masalah baru. Hal ini terjadi adalah berbagai bangunan aturan
27
tidak berdiri maksimal alias lemah Bajo masih krisis Air sampai hari ini. Salah
sehingga fungsi koordinasi birokrasi pun satu alasan yang muncul adalah karena
tidak berjalan maksimal. berbagai proyek dilakukan dibuat asal jadi
karena dana yang dianggarkan dikorupsi
MENGUATNYA KASUS KORUPSI PROYEK kontraktor dan kroninya.
AIR MINUM
Dugaan korupsi serupa itu menguat
S elain p ersoalan manajemen mulai tahun 2012, sehingga muncul
pengelolaan, masalah lain adalah adanya

Warga Desa Gorontalo menimba air di Parit (foto: Chelus Pahun)

indikasi korupsi dana proyek pengelolaan berbagai aksi protes dan petisi,
air minum bersih. Rentangan kasus diantaranya yang dilakukan oleh para
korupsi yang sudah terjadi sejak lima aktivis lingkungan hidup yang mendesak
tahun terakhir dipandang sebagai salah Bupati Gusti Dulla dan Wakil Bupati Maxi
satu sumber soal mengapa problem Gasa untuk menuntaskan krisis air yang
pengelolaan air minum bersih di kota sudah sedang terjadi. Protes itu berlanjut
Labuan Bajo tidak pernah tuntas. sampai dengan tahun 2013 dimana
warga mempertanyakan pengalokasian
Fakta-fakta berikut bisa dijadikan anggaran yang setiap tahun
rujukan argumentasi, seperti diketahui dikucurkan untuk pengelolaan air minum
sejak 2004-2010 dana yang sudah bersih. Setiap tahun APBD Mabar
dihabiskan untuk pembangunan fasilitas menggelontorkan dana hampir 10 M
air minum bersih sebesar 15 Milyar. Pada untuk air minum bersih tetapi air tetap
tahun 2011 untuk proyek yang sama tidak pernah ada.
dialokasikan 8 Milyar lebih. Belum lagi
ditambah dengan dana sejumlah tiga Pada 2014, pihak kepolisian
puluh milyar lebih untuk proyek water mengendus dugaan korupsi dana
treatment Wae Mese yang targetnya bisa pengelolaan air minum bersih sejumlah
menjawabi semua kebutuhan warga 38 Milyar. Dana yang bersumber dari
Labuan Bajo. Namun faktanya, Labuan APBN tahun anggaran 2012 dan 2013

28
ditilap melalui kegiatan proyek yang informasi di media massa di antaranya
dikerjakan asal jadi. Belum juga kasus seperti dilansir suryainside.com dan Flores
tersebut diusut-selidik tuntas, muncul lagi Pos edisi 7 Juli 2011 atau
dugaan korupsi atas proyek air minum nttonlinenow.com edisi 14 Okt. 2011,
sejumlah 5,7 Milyar pada tahun 2015. bahwa ada oknum pegawai Dinas
Dana proyek yang bersumber dari alokasi Pekerjaan Umum dan atau yang
dana APBD Mabar 2014 itu diduga ditilap bekerjasama dengan pegawai Dinas
oknum kontraktor dan birokrat internal Pekerjaan Umum yang melakukan bisnis
pekerjaan umum. Namun sampai hari air. Berdasarkan laporan yang sama
sampai hari belum jelas ujung terdapat dua buah bak besar di Kaper,
penyelesaiannya. kedua pemilik membayar rekening air
yang airnya dialirkan ke bak masing-
Sumber internal Pemerintah Daerah masing. Selanjutnya air tersebut dijual Rp.
(Pemda) Mabar, seperti dilansir 100.000/tangki 200 liter kepada warga,
beritasatu.com edisi 10 Agustus 2013 hotel, restoran dan lain-lain.
menyebutkan bahwa berbagai indikasi
korupsi yang terjadi dalam proyek Bisnis-bisnis air seperti ini berlanjut
pengelolaan air minum bersih di kota terus tanpa ada tindakan hukum walaupun
Labuan Bajo sebenarnya dikorupsi oleh sudah menjadi rahasia umum dan
pejabat sendiri, baik eksekutif, legislatif berulangkali dikeluhkan oleh warga. Pada
maupun yudikatif. Model korupsi berupa tahun 2014 DPRD Manggarai Barat pernah
kerja sama saling menutup dan melakukan inspeksi mendadak ke
mengamankan proyek. beberapa tempat yang diduga menjadi
sumber-sumber penimbunan air. Pada
Menurut sumber yang tidak hendak ketika itu DPRD Mabar menemukan 9
disebutkan namanya itu, air minum tidak titik di dalam Kota Labuan Bajo yang
pernah ada di Manggarai Barat karena dijadikan sebagai pusat penimbunan air.
proyek air minum dijadikan sebagai
sarana untuk korupsi. Artinya, katanya "DPRD sudah melakukan sidak
lebih lanjut, air minum sengaja tidak (inspeksi mendadak) dan saya selaku
diadakan agar tiap tahun tetap ada Ketua Tim Sidak. Kesimpulan sementara
anggaran untuk dikorupsi. Pemenang kami, sebenarnya tidak terjadi krisis air
tender air minum tetap ada dalam bersih di Labuan Bajo. Tetapi hal itu terjadi
lingkaran pejabat-pejabat yang itu-itu saja karena sepanjang jalur pipa, banyak yang
setiap tahunnya. melakukan penimbunan air. Mereka
mengambil langsung dari pipa induk lalu
PEMOTONGAN PIPA SAMPAI BISNIS AIR disedot ke bak penampung milik pribadi
yang sudah disiapkan," kata Wakil Ketua
Munculnya ragam usaha bisnis air baik DPRD Mabar Fidelis Syukur.
yang dilakukan secara legal maupun ilegal
adalah soal lain yang juga susah Namun, menurut Kepala Bagian Teknik
diberantas. Pencaplokan sumber daya PDAM, Din Matias bahwa PDAM sebagai
publik (air) yang dilakukan melalui bisnis lembaga teknis tidak bisa menindak kasus
air di Labuan Bajo sebenarnya sudah pencurian air yang dilakukan oleh warga,
dilakukan sejak lama yang melibatkan seperti tindakan memotong pipa atau
oknum pegawai dinas Pekerjaan Umum melakukan penimbunan dan bisnis air.
atau yang bekerja sama dengan Pekerjaan Alasannya adalah karena belum ada
Umum. regulasi baik dalam bentuk Peraturan
Daerah (Perda) maupun Peraturan Bupati.
Pada tahun 2012 misalnya muncul

29
“Kami mau tangkap yang cabut tetapi juga aturan-aturan tata kelolanya
meteran, curi air, dasaranya apa? pun tidak berjalan maksimal.
Sekarang ada orang pasang mesin
penyedot di meteran untuk menyedot air. MENGUTAMAKAN KEBUTUHAN PEMODAL
Dasar kita tangkap harus ada aturannya” KETIMBANG WARGA
jelas Kepala Bagian Teknik PDAM, Din
Matias seperti dilansir Pos Kupang edisi 2 Bahwa pelayanan air minum bersih
November 2014. Hal ini menunjukkan yang peruntukannya lebih diprioritaskan
dengan jelas bahwa pengelolaan dan kepada pemodal ketimbang warga
pengawasan air minum bersih dilakukan menjadi alasan lain yang perlu
setengah hati oleh pemerintah daerah. dikemukakan di sini. Para pemodal yang
Bukan hanya manajemen yang lemah dimaksud adalah pengusaha hotel dan

30
BAGIAN 3. NARASI KOMUNITAS-KOMUNITAS

MARGINALISASI
di
KOTA LABUAN BAJO

OLEH : SITYI M. QORI’AH

D
i dalam buku Class Dynamics of Agrarian Change:
Agrarian Change and Peasant Studies (Bernstein:
2010) bahwa kapitalisme telah berkembang di
negara-negara Eropa jauh sebelum abad ke-20.
Kapitalisme merupakan sebuah cara produksi dengan ciri
khusus yaitu: produksi komoditas secara meluas yang ter-
bentuk secara sistematis, keharusan akumulasi demi tepe-
nuhinya peningkatan produktivitas yang diinventasikan di
dalam alat-alat produksi berupa tanah dan lainnya, serta
kerja sebagai komoditas. Dalam prosesnya itu pula,
kapitalisme terus berkembang bersamaan dengan kolonial-
isme. Negara-negara penjajah membawa dan menerapkan
kapitalisme di negara-negara koloni dengan menjarah
masyarakat pribumi (dalam bentuk pajak, upeti, dan
lainnya), menyita dan penguasaan kepemilikan atas tanah
pribumi dan yang paling tidak berprikemanusiaan adalah
dengan menjadikan masyarakat pribumi sebagai budak
dengan kerja paksa. Itu semua semata-mata untuk mencip-
takan laba dan akumulasi.
31
Komodoensis) dan habitatnya.
Enam tahun kemudian, TNK
oleh UNESCO ditetapkan
menjadi World Heritage Site
dan Man and Biosphere
Reserve. Sejak ditetapkan
menjadi TNK, tahun 1999
tingkat wisatawan di Manggarai
Barat meningkat sangat
signifikan. TNK menerima
kunjungan 30.000 per tahun
(11%) (Komodo National Park’s
Authority: 2000).

Tidak hanya kawasan


TNK, kekayaan alam Labuan Bajo
Tulisan yang terpampang di Hotel Sylvia, di kota Labuan
lainnya adalah pulau dan pesisir
Bajo. Akses ke wilayah pesisir dan pantai di depan Hotel
Sylvia terbatas bagi publik. (foto: Kris B. Somerpes)
yang semakin menarik para
wisatawan untuk datang ke Labuan
Cara lain agar mudah mendapatkan Bajo. Sehingga, pembangunan besar-
dan menguasai tanah masyarakat pribu- besaran pun terjadi Labuan Bajo. Jalu-
mi adalah dengan mengintervensi ke- jalur transportasi darat diperbaiki (trans
bijakan-kebijakan institusi birokrasi dan flores), jalanan di pusat kota di Labuan
praktik-praktik alokasi tata guna lahan Bajo mulus semulus keuntungan yang
(Bernstein: 2010). Sehingga, muncullah didapatkan oleh segelintir orang. Tidak
struktur kelas agraria baru yang berujung hanya itu, Bandara di Labuan Bajo yaitu
dengan munculnya konflik agraria. Dan Bandara Komodo kini hadir dengan
itu pula yang terjadi saat ini di berbagai tampilan baru, megah. Untuk siapa Ban-
wilayah di Indonesia. Salah satunya di dara Komodo dibangun? Untuk apa lagi
Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa bandara dibangun dan dibuat yang baru
Tenggara Timur. Dibalik keindahan alam jika bukan untuk menunjang para
yang ditawarkan oleh Labuan Bajo, na- wisatawan asing ataupun para investor
mun rakyat Labuan Bajo secara perlahan asing untuk meraup untung di Labuan
‘disingkirkan’ dari tanah mereka. Bajo. Karena, rakyat di Labuan Bajo
bahkan Manggarai Barat tidak akan
semuanya menikmati dan bisa merasa-
Cara-cara penyingkiran rakyat Labuan kan fasilitas Bandara Komodo yang meg-
Bajo salah satunya adalah melalui tur- ah
isme. Kemudian, apakah turisme sebagai
“akhir” atau sebagai “pintu”? Setelah
menjadi kota tujuan para wisatawan lokal Namun kemudian yang menjadi per-
maupun asing, tidak hanya kebanggaan tanyaan adalah siapa yang menguasai
saja yang dirasakan rakyat Labuan Bajo, dan siapa yang diuntungkan? Siapa yang
akan tetapi konflik-konflik yang berkaitan dikorbankan? Apakah tourisme sebagai
erat dengan sumber-sumber penghidupan “akhir” atau sebagai “pintu”?
mereka mengalami keterancaman. Ta-
hun 1980, Pulau Komodo menjadi Taman
SIAPA YANG MENGUASAI DAN SIAPA
Nasional Komodo (TNK) dengan tujuan
untuk melestarikan Komodo (Varanus YANG DIUNTUNGKAN?

32
TNK sebagai salah satu destinasi Group yang mengelola hotel-hotel di Labu-
wisata di Labuan Bajo dijadikan “alat” an Bajo, yaitu Luwansa. Selain Luwansa,
oleh para pengusaha lokal ataupun asing hotel beken lainnya di Labuan Bajo adalah
untuk mengambil untung. Sebut saja PT. Jayakarta Group (milik PT. Pudjiadi And
Putri Naga Komodo (PNK), sejak 2005 ia Sons Tbk). Para investor lokal maupun
menjadi pengelola TNK. Sedangkan, asing seperti berlomba-lomba menanam
pemegang saham PNK adalah PT. Jayatsa uang di Labuan Bajo. Para pengusaha itu
Putrindo Utama serta Lembaga Swasta pun seperti mendapatkan benteng kuat
Bisnis Konservasi di Amerika Serikat yaitu dari institusi dan biroksasi pemerintahan
The Nature Conservancy (TNC). Tidak Manggarai Barat. Kebijakan-kebijakan
tanggung-tanggung mereka mendapatkan pemerintah setempat seperti berpihak
kontrak selama 25 tahun dan diberikan kepada mereka bukan kepada rakyat La-
hak untuk mengelola TNK sejak 2005- buan Bajo.
2012. Sejak dikelola oleh PNK, mulai
diberlakukan zonasi-zonasi wilayah.
SIAPA YANG DIKORBANKAN?

Pulau lainnya yang dikelola oleh asing


adalah Pulau Kanawa yang dikelola oleh Kawasan TNK yang menjadi icon Labuan
pengusaha asing dari Talia, Stefano Plaza Bajo, bahkan Nusa Tenggara Timur itu pun
sejak 2010. pulau lainnya yang mulai menuai konflik bagi warga yang tinggal
dikelola oleh perusahaan swasta adalah berdekatan dengan kawasan TNK. Salah
Pulau Padar. Sejak 2014, Pulau Padar satunya warga di Desa Papagarang (yang
dikelola oleh PT. Komodo Widlife tinggal di Pulau Papagarang), sejak tahun
Ecotourism (KWE) dengan menguasai 2000 tidak bisa mengakses kawasan
426.07 ha di titik pusat TNK. Perusahaan TNK. Sebabnya adalah, sejak 30 Mei 2000
ini dengan leluasa diperbolehkan untuk Desa Papagarang menjadi Zonasi Pen-
membuka sarana usaha (wisata, sarana yangga dari kawasan TNK. Berdasarkan
akomodasi, transportasi, sarana usaha keterangan dari Kepala Desa dan warga di
olahraga minat khusus). Desa Papagarang, mereka tidak dilibat-
kan sama sekali dalam proses penunjuk-
kan Zonasi Penyangga tersebut.
Sudah jelas, bahwa yang diuntungkan Ketentuan zonasi adalah termasuk dalam
dari adanya TNK adalah korporasi- perlindungan bahari yaitu dari garis pantai
korporasi dan investor asing. Namun, tid- sampai 500 m ke arah luar garis 20 m
ak hanya investor dan korporasi saja yang sekeliling batas karang dan pulau.
merasakan uang rasa laut dan rasa Komo-
do Labuan Bajo. Tapi, elit-elit politik pun
ikut meramaikan tourisme di Labuan Ba- Sedangkan mayoritas warga di Papa-
jo. Ia adalah Setya Novanto (Ketua Umum garang adalah nelayan, mereka biasa me-
Golkar). Baru-baru ini salah satu pantai nangkap ikan hingga ke Pulau Komodo,
(Pantai Pede) yang masih bisa diakses bahkan sampai ke Bima. Disinilah awal
oleh warga Labuan Bajo dan sekitarnya mula ‘penyingkiran’ masyarakat
mulai diprivatisasi oleh PT. Sarana Inves- setempat. Maka sudah jelas, bahwa yang
tama Manggabar (SIM) milik Setya Novan- dikorbankan dengan adanya TNK ini ada-
to. lah rakyat. Mereka tidak mendapatkan
fasilitas publik, seperti sekolah, air bersih,
Selain itu, pembangunan hotel di tidak mendapatkan sertifikat tanah.
Labuan Bajo pun gencar dibangun. Nama Bahkan mereka pun merasakan bahwa
Sofyan Wanandi (Ketua Tim Ahli Wapres keberadaan desanya ke dalam kawasan
Jusuf Kalla) sebagai pemilik dari Gemala TNK merupakan sebuah kesengsaraan,
33
karena mereka sama sekali tidak diun- masing-masing wilayah. Terdapat 4 mata
tungkan dari adanya Komodo. air yang digunakan sebaga sumber air
baku untuk kebutuhan minum penduduk
di Labuan Bajo, yaitu Wae Mowol, Wae
Bagi warga di pusat kota Labuan Bajo Moto, Wae Kaca dan Wae Mbaru. Semua
sendiri, sejak wilayahnya menjadi tempat mata air ini dikelola oleh UPTD Air Bersih
tujuan wisata sendi-sendi kehidupan Kabupaten Manggarai Barat (unit pelaksa-
mereka seperti dirampas. Bagaimana tid- na teknis pada Dinas Pekerjaan Umum)
ak sejak promosi pariwisata komodo (Badan Perencanaan Pembangunan Dae-
melalui acara Sail Komodo dan kemudian rah (BAPPEDA): 2011). Namun, kebu-
NTT terpilih menjadi target utama sektor tuhan warga akan air tetap saja tidak ter-
pariwisata melalui Master Plan penuhi hingga perhelatan akbar Sail Ko-
Percepatan dan Perluasan Pembangunan modo tahun 2013, warga masih saja
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2015, kesusahan mendapatkan air. Warga
krisis air di Labuan Bajo pun tidak bisa membeli air untuk kebutuhan minum un-
dihindari. Kenapa demikian? Dugaan dari tuk memasak Rp 20.000 per satu drum.
warga Labuan Bajo adalah bahwa hotel-
hotel yang dibangun di Labuan Bajo telah
melakukan ‘privatisasi air’. Tidak hanya Banyaknya pulau dan pantai yang
itu, privatisasi air pun dilakoni pula oleh menjadi destinasi wisata, konflik yang
‘para pencari uang’ dari hasil menjual air. muncul kemudian adalah meningkatnya
harga tanah, bahkan yang menjadi uku-
ran mahal atau tidak satu lahan bukan
Dalam UUD 1945 ayat 3, bahwa lagi dari luasan tanahnya, akan tetapi
bumi, air dan kekayaan alam yang terkan- view. View untuk melihat pantai dan pulau
dung di dalamnya dikuasai oleh negara -pulau lain. Tanah-tanah yang berada di
dan dipergunakan untuk sebesar- perbukitan atau di tepi pantai. Awalnya
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hak tanah-tanah yang kini banyak dijual di
bagi setiap individu pula untuk mendapat- Labuan Bajo merupakan tanah komunal.
kan air, karena itu adalah merupakan hak Kini, banyak tanah-tanah diperbukitan
dasar manusia, dan itu pun sudah jelas yang sudah beralih kepemilikan (ditandai
dijamin oleh UUD. Privatisasi air merupa- dengan pengenal nama yang ditulis da-
kan salah satu bentuk pengelolaan air lam papan nama). Inilah yang kemudian
dengan prinsip bahwa hak atas air akan memunculkan konflik horizontal diantara
mengalir kepada dia yang memberi air pemilik tanah di Labuan Bajo maupun
sebagai komoditas yang bernilai konflik yang terjadi diantara mereka yang
ekonomis. Kebijakan privatisasi air pun pro dan kontra atas satu kebijakan yang
sejak 1992 sudah menjadi kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
World Bank (Siregar, dkk: 2004). Air yang
diperoleh dari sumber-sumber air ataupun
yang diperoleh perusahaan air swasta, Sejatinya, yang bisa menikmati atas
PAM, maka ia berada di bawah pasar. Gi- kekayaan alam Labuan Bajo adalah
lanya dunia era sekarang adalah air pun rakyat Labuan Bajo, bukan investor, elit
dibeli, jika tidak begitu maka tidak akan politik serta para pengusaha. Rakyat La-
mendapatkan air bersih. buan Bajo hanya menjadi penonton.
Kapasitas produksi air yang dikelola
oleh UPTD Air Bersih kabupaten Mang-
garai Barat mencapai 527.76 m3 dengan
data penggunaan 1.735 rumah tangga.
Dengan pelayanan sistem bergilir untuk
34
BAGIAN 3. NARASI KOMUNITAS-KOMUNITAS

CERITA DARI PAPAGARANG

Kampung Papagarang (foto: Kris Beda Somerpes)

Kunjungan bersama antara Sunspirit for Justice and Peace, Konsorsium Pembaharuan
Agraria (KPA), dan Agrarian Research Center (ARC) ke kampung Papagarang pada bulan
April 2016. Di sana, selepas makan siang, diadakan pertemuan bersama masyarakat
setempat.

K
ecamatan Komodo, Kabupaten pendidikan, kesehatan, mata pencarian
Manggarai Barat (Mabar) sudah dan ruang hidup benar-benar dikebiri.
sangat kecewa menjadi bagian
dari kawasan Taman Nasional “Tidak ada untungnya,” kata Soeharto,
Komodo (TNK). seorang warga dalam pertemuan di Papa-
garang, Selasa 12 April 2016. Hadir da-
Sejak ditetapkan pada 30 Mei 2000 se- lam pertemuan itu sekitar sepuluh orang,
bagai bagian dari zona penyanggah TNK, dari aparat pemerintah Desa Papagarang
hak-hak dasar mereka sebagai warga beserta elemen masyarakat.
negara seperti hak kepemilikkan tanah,
Ungkapan kekecewaan secara terang-
35
terangan juga disampaikan oleh Abdul
Hamid. Selama enam belas tahun, katan-
ya, masyarakat di sana benar-benar didis-
kriminasi.
“Persoalan utama dari
status itu adalah mereka
Lebih mirisnya lagi, katanya, begitu
banyak politisi dan Lembaga Swadaya tidak boleh memiliki ser-
Masyarakat (LSM) yang datang dan men- tifikat tanah. Bagi mere-
janjikan untuk membantu, namun tern- ka, kehilangan hak
yata hanya tinggal janji belaka, tidak ada
perubahan sama sekali. kepemilikkan itu adalah
Tidak heran, ketika dalam tatap muka
kehilangan pengakuan
itu, seorang teman sibuk mencatat, ia atas kehidupan mere-
merasa terganggu. Pengalaman itu ia ka.”
saksikan sudah terjadi berulang-ulang.
“Mohon maaf ya, Mba! saya sudah ser-
ing lihat orang catat-catat begini, tetapi
setelahnya dibuang di tempat sampah,” Persoalan utama dari status itu adalah
mereka tidak boleh memiliki sertifikat
katanya.
tanah. Bagi mereka, kehilangan hak
ZONASI DI TNK kepemilikkan itu adalah kehilangan
pengakuan atas kehidupan mereka.
Papagarang adalah salah satu desa
dari tiga desa yang terletak dalam kawa- Hal itu merugikan penduduk yang
san TNK. Dua desa lain adalah Desa Ko- umumnya berprofesi sebagai nelayan.
modo dan Desa Rinca. Sebelumnya, Pa- Penjabat Kepala Desa Papagarang, Haji
pagarang bergabung dengan Desa Komo- Akbar mengatakan, warganya tidak
do, namun dimekarkan pada tahun 1999. semuanya bisa melaut dengan perahu
sendiri lantaran harga perahu yang ma-
Berbeda dengan Desa Rinca dan Ko- hal. Sementara bertani tentu tidak mung-
modo yang merupakan habitan komodo, kin dilakukan dengan kondisi tanah yang
Desa Papagarang yang berpenduduk seki- kering kerontang, berbatu-batu, jarang
tar 1.700 pada dasarnya bukan habitat tumbuh pepohonan.
satwa endemic itu.
“Tidak banyak yang punya perahu, ka-
Namun, entah karena alasan apa, de- rena kesulitan meminjam uang di bank
sa itu dimasukkan dalam kawasan TNK mengingat tidak punya sertifikat tanah
dan dikategorikan sebagai zona penyang- sebagai penjamin,” jelasnya.
gah TNK. Inilah yang menjadi keheranan
warga setempat selama bertahun-tahun. Tak hanya itu. Akses untuk pe-
Sebagai akibatnya, sebagaimana desa nangkapan ikan pun terbatas. Sistem
dalam kawasan TNK, warga Papagarang zonasi dalam kawasan TNK tidak mengiz-
berada dalam pengawasan dan otoritas inkan mereka secara leluasa menangkap
Kementerian Kehutanan. Tidak lagi sepe- ikan.
nuhnya berada di bawah kendali Pemkab
Mabar. Mereka merasa, otoritas dari Ke- Sementara itu, bagi warga dalam ka-
menterian Kehutanan seperti “negara di wasan TNK pada umumnya, fasilitas dan
dalam negara,” sulit diintervensi oleh pelayanan dari pemerintah daerah tidak
pemerintahan lokal. sepenuhnya mereka terima.

36
sebanyak Rp 6.000 un-
tuk pengguna TV dan
Rp10.000 untuk
pengguna kulkas. Dan,
listrik (mesin diesel) ba-
ru beroperasi sekitar
pukul 18.00 sampai
pukul 23.00.
Padahal, kata dia,
tiang listrik PLN sudah
ada sejak tiga tahun
lalu. Sampai sekarang,
kampung mereka be-
lum dialiri listrik, tanpa
alasan yang jelas. Se-
mentara itu, sebagian
besar penduduk hanya
bekerja sebagai pem-
Kondisi dermaga menuju Kampung Paparagang yang memprihatikan atung dan penjual per-
(foto Kris Somerpes
nak-pernik wisata.
Di kampung Rinca, misalnya, hanya
ada seorang bidan yang melayani be- IRONI
berapa kampung yang jaraknya berjau- Kenyataan demikian tentu saja miris
han satu sama lain, bahkan harus di tengah-tengah semakin mendunianya
melintasi lautan. Timang—nama panggi- kawasan TNK sebagai destinasi pari-
lan bidan itu—pada bulan September wisata. Tentu, bukan hanya karena sat-
tahun lalu bercerita bahwa ia pernah wa langka Komodo tetapi juga keinda-
keguguran lantaran kelelahan dalam han alam bawah laut di sekitar TNK kian
perjalanan menuju kampung lain. digemari para wisatawan. Baru-baru ini,
Untuk bidang pendidikan, Sekolah berdasarkan survei CNN, TNK dinobat-
Menengah Atas di Pulau Komodo pun kan sebagai spot snorkeling terbaik
tidak diakui.Menurut Haji Akbar, dalam dunia.
Ujian Nasional (UN) kali lalu, siswa di Daya tarik demikian membuat TNK
sekolah itu hampir tidak mengikuti yang dimulai sejak tahun 1980 itu ke-
ujian. Mereka hendak bergabung banjiran pengunjung. Tercatat sampai
dengan salah satu SMA di Labuan Bajo, tahun 2014, jumlah pengunjung men-
namun ditolak. Akhirnya diikutsertakan capai 80.626, dengan rincian 67.089
dengan salah satu sekolah di Bima, wisatawan mancanegara dan 13.537
Nusa Tenggara Barat. wisatawan domestik. Padahal, pada ta-
Selain itu, di Kampung Komodo hun 2011, jumlah kunjungan masih
sendiri, biaya hidup semakin mahal. Un- sebanyak 41.443 dan tahun sebe-
tuk penerangan listrik saja, menurut pe- lumnya hanya 41.117 orang. Bedanya
nuturan Mikael Jecko Ithong, salah sangat tajam. Atas meningkatnya
seorang warga, mereka harus bayar per jumlah pengunjung tersebut, TNK
menargetkan Pendapatan Negara
hari.
Bukan Pajak (PNBP) pada tahun 2015
Perhitungannya, listrik per hari tanpa mencapai Rp 17 milliar hingga Rp 20
televisi sekitar Rp 4.000 (tanpa TV) dan milliar.
37
Di kota Labuan Bajo, pintu masuk mereka atas kepemilikan, akses dan
menuju TNK, geliat pariwisata sudah san- manfaat atas sumber daya itu. Tiap ta-
gat terasa perkembangan pesatnya. Pada hun, mereka rutin membayar pajak, se-
tahun tahun 2012 saja, tercatat sudah mentara mereka tidak boleh memiliki
terdapat 24 perusahaan investasi di Ma- sertifikat atas tanah. Sementara mereka
bar. Rinciannya, penanaman Modal Asing semakin sulit menangkap ikan, ternyata
sebanyak 18 perusahaan dengan nilai berseliweran kapal pesiar di dalam kawa-
investasi Rp 340, 2 milliar, sedangkan san taman nasional. Wisatawan menik-
Penanaman Modal Dalam Negeri mati wisata bahari, diving dan snorkeling.
sebanyak 6 perusahaan dengan nilai in-
vestasi sebesar Rp 22,5 milliar.Jumlah “Pemasukan snorkeling, untuk desa
tersebut diperkirakan terus meningkat itu apa?,” tanya seorang pemuda sedikit
dalam tiga tahun belakangan mengingat geram. Lanjutnya, “Tidak ada (untungnya)
promosi pariwisata yang kian masif. Ta- sama sekali”.
hun 2011, TNK terpilih sebagai salah satu
keajaiban dunia menurut organisasi The Pada masa terbentuknya sistem zona-
New 7 Wonders, salah satu dari tujuh si tahun 2000, mereka sudah mati-
matian menolak. Lagi pula, tidak ada ke-
keajaiban dunia.
jelasan sosialisasi pembagian zonasi ter-
Tahun 2013, ada Sail Komodo yang sebut. Hampir sebagian besar masyara-
menelan biaya sekitar 3,7 trilliun. kat di Papagarang tidak pernah berpikir,
Demikian pun acara Tour de Flores pada bahwa mereka bakal masuk dalam ka-
bulan Mei mendatang adalah rentetan wasan TNK.
kegiatan yang melambungkan nama
“Sampai sekarang kami bingung. Tid-
TNK.
ak tahu bagaimana ceritanya kami ma-
Di tahun-tahun mendatang, promosi suk kawasan” demikian kata seorang
wisata TNK masih menjadi perhatian uta- warga lain lain dalam ruangan berujar.
ma. Pada tahun 2016 ini, Labuan Bajo
terpilih sebagai salah satu dari sepuluh Yang jelas, bagi warga Papagarang,
destinasi wisata prioritas. Pembangunan tanggung jawab Kementerian Kehutanan
infrastruktur akan berlangsung besar- harus jelas terhadap warga Papagaran.
besaran. Bandar udara sudah berstatus “Kementerian Kehutanan harus ambil
bandara internasional. Jumlah maskapai tanggung jawab” kata Haji Akbar beru-
bertambah dan jam penerbangan dibuka lang-ulang pada pertemuan itu.Abdul Ha-
hingga malam. mid menambahkan, satu saja keinginan
Sementara itu, lalu lintas laut akan penduduk Papagarang yakni keluar dari
semakin ramai. Direncanakan bahwa pa- zona kawasan TNK.
da tahun ini, titik labuh kapal layar “Kalau di Komodo dan Rinca, ada ko-
(yacht) akan bertambah. Jumlah kapal modo. Di Papagarang, kami mau jaga
pesiar sudah bertambah banyak. Saat ini
apa?” (Gregorius Afioma/ARL/Floresa)
misalnya, ada 20 kapal pesiar dengan
jumlah penumpang 9.639 orang.Lalu,
apa kontribusi perkembangan wisata be-
gitu pesat bagi penduduk di dalam kawa-
san TNK?
Bagi penduduk Desa Papagarang,
perkembangan pariwisata begitu pesat
tidak sejalan dengan pengakuan hak-hak
38
BAGIAN 3. NARASI KOMUNITAS-KOMUNITAS

GAGAL TANAM

DI LUMBUNG PADI

S
ebagai daerah lumbung be- dari luas lahan sekitar 3528 ha yang
ras di Manggarai Raya, bisa dikerjakan. Debit air tak cukup. Be-
bahkan di Provinsi Nusa berapa petani membiarkan sawahnya
Tenggara Timur (NTT), uca- tak dikelola dan mengering lantaran tak
pan seorang petani di Lembor ini cukup mendapat pasokan air.
sungguh mengejutkan.Avent Turu, Hal ini selalu diwarnai cerita miris.
salah satu petani di Desa Siru di wila- Karena berebutan air, tak jarang para
yah hilir persawahan Lembor menga- petani bertengkar. Mikael Hamsu dari
takan, “Sekarang bukan gagal panen Raminara bercerita, “saya sampai mau
lagi, tetapi gagal tanam.” angkat parang bertengkar dengan kam-
pung tetangga”. Sementara itu, sudah
Untuk para petani di daerah hilir umum bagi petani, tidak tidur hingga
persawahan Lembor antara lain di dini hari lantaran berebutan air.
Desa Siru, Benteng Dara, Tangge,
Ada cerita yang lucu. Seorang pemu-
Daleng, Wae Bangka dan Watu Ram-
da di Raminara yang mengurusi air
bung, ancaman gagal tanam sudah pernah dituduh melakukan pelecehan
nyata. Salah satu persoalannya ada- seksual. Dia mendapat tugas mengatur
lah krisis air. Berbeda dengan daerah jadwal bukan tutup air.
hulu, daerah hilir selalu berhadapan
dengan persoalan ini. Semakin ke Ketika suatu saat, air macet, ia sege-
hilir, debit air semakin berkurang. ra mengeceknya. Ternyata seorang
wanita sedang mengalihkan aliran air ke
Akibatnya, jika petani di daerah hulu sawah miliknya. Ia beradu mulut
bisa mengerjakan sawah dua kali dengan ibu itu. Akan tetapi, ibu itu kon-
musim tanam dalam setahun, sementa- tan berteriak minta tolong seolah terjadi
ra para petani daerah hilir umumnya pelecehan seksuasl. Pemuda itu pun
hanya satu kali.Pada musim tanam didenda.
kedua, mereka tidak bisa lagi menanam
padi. Hanya sekitar seperempat saja Persoalan bertambah rumit karena

39
tak pernah tersentuh kebijakan. Con-
tohnya, soal debit air. Dengan kondisi “Jika dua petani
iklim yang sudah banyak berubah, debit
air semakin berkurang. Bukannya kon- bertengkar karena
servasi di area hulu sungai yang diper-
lukan, bantuan pemerintah selalu hanya berebut air, tinggal
berpusat pada perbaikan saluran irigasi. memanggil tentara un-
Ketika seorang petani mengusulkan tuk mendamaikannya.
perlu ada program konservasi dalam
pertemuan sosialisasi di kantor kecama- Padahal, pertengkaran
tan, Camat Paulus Malu langsung
mengamini. Hal penting tersebut, karena perebutan air
menurutnya, jarang disentil dalam sudah berulang-ulang.
berbagai pertemuan.
Diselesaikan saat ada
Sementara itu, ada banyak kejadi-
an yang membutuhkan penyelesaian kejadian. Lalu, akan
yang komprehensif, namun dianggap
kejadian insidentil saja.
berulang kembali”
Jika dua petani bertengkar karena
berebut air, tinggal memanggil tentara
untuk mendamaikannya. Padahal, petani Weang Gerak justru menyoalkan,
pertengkaran karena perebutan air su- mengapa tiap tahun ada proyek? Mere-
dah berulang-ulang. Diselesaikan saat ka juga mempersoalkan, mengapa per-
ada kejadian. Lalu, akan berulang kem- baikan selalu di tempat yang sama? Pa-
da Jumat, 18 Maret 2016, para
bali.
petani Weang Gerak menunjukkan be-
MOMOK PROYEK SALURAN IRIGASI berapa lokasi irigasi yang dinilai abal-
abal di daerah Raminara, Desa Siru.
Di tengah persoalan air itu, proyek Tampak tembok saluran irigasi retak
perbaikan irigasi dari pemerintah terus panjang. Di bagian lain, lapisan semen
bergulir tiap tahun. Anggarannya sangat terluar terkelupas. Menurut mereka,
besar. semua saluran itu baru diperbaiki tahun
sebelumnya.
Untuk lima tahun terakhir, mencapai
angka 50 miliar. Tahun 2016 ini, akan Mengenai hasil dari proyek abal-
diperbaiki lagi memakan anggaran sebe- abal itu, mereka umumnya menaruh
sar 4 miliar. curiga. Demi keuntungan yang besar,
para kontraktor bisa saja memeras
Apakah proyek air irigasi meningkat- biaya antara lain dengan menurunkan
kan debit air ke daerah areal persawa- kualitas bangunan.
han?
Lebih mengherankan mereka, meskipun
“Kami pikir perbaikan irigasi, setidaknya ada pengawas dari Dinas Pekerjaan
memperlancar aliran air ke sawah. Tern- Umum yang memeriksa bangunan,
yata sama saja. Tidak mengubah apa- semuanya diloloskan begitu saja.
pun,” kata Aven ketika ditanya
demikian. Buntut dari semua kekecewaan
petani terhadap proyek demikian, ter-
Para petani lain dalam kelompok lihat dalam pertemuan Sosialisasi
40
Penggusuran tanaman sorgum milik warga di Raminara, desa Siru, Kecamatan Lembor. Hal itu dil-
akukan agar lahan seluas sekitar 50 hektar di area tersebut dicetak sawah baru (foto: APEL)

Proyek Perbaikan Irigasi di Kantor bisa dikerjakan.


Camat Lembor pada Sabtu, 19 Maret
2016. Kepada kontraktor, Benediktus Ketika terjadi perbaikan saluran
Pambur, ketua Aliansi Petani Lembor irigasi Wae Raho dan Wae Kanta pada
(APEL) bertanya, “berapa tahun Anda tahun 2014, sekitar 1.755 hektar men-
jamin kekuatan perbaikan ini?” jadi kering kerontang. Tutup air demi
proyek irigasi adalah momok yang
Kontraktor itu tidak bisa menja- menakutkan bagi petani. Sebenarnya,
wab pertanyannya. Ia hanya menjelas- berhadapan dengan berbagai tawaran
kan bahwa sistem pengerjaan proyek itu proyek, petani bisa saja menolak setiap
sudah berbeda dari proyek yang lain. bantuan yang ada. Namun, sayangnya,
Menurutnya, mereka tidak memakai petani seolah tak punya pilihan lain.
sistem subkontraktor lagi. Terkait
subkontraktor itu, sudah menjadi ra- Kata Frans dari Desa Liang Sola,
hasia umum di kalangan petani. Sistem “kita selalu dijelaskan oleh pemerintah,
subkontraktor bisa mencapai lebih dari kalau kamu tidak terima bantuan ini,
satu turunan. Akibatnya, dana pem- akan diberikan ke daerah lain. Tapi, un-
bangunan real hanya tinggal sedikit dari tuk beberapa tahun ke depan, bantuan
alokasi sebenarnya setelah dipotong tidak akan ada lagi di sini”.
demi jasa kontraktor.
Dari narasi proyek irigasi
Bertolak dari fakta demikian, demikian, keberadaan proyek air justru
pembangunan tidak lagi menggembi- menambah ekstrem persoalan air irigasi
rakan bagi petani.Apalagi, perbaikan di Lembor.
irigasi selalu saja dibarengi dengan
kegiatan tutup air yang seringkali me- Tentang ironi proyek air tersebut, Asrida
nyebabkan lahan mengering dan tak Elisabeth, teman yang turut mendatangi
lokasi persawahan Lembor, mengilus-
41
traasikannya dengan menarik. Katanya, mengambil sampel dari sawah yang
“sebagaimana aliran air yang semakin hasilnya bagus” kata Benediktus Pam-
sedikit ke daerah hilir karena dicuri oleh bur.
petani lain sepanjang selokan itu be-
rada, demikian pun nasib bantuan Katanya lagi, jika hasilnya demikian,
pemerintah. Di petani, hanya tinggal se- tidak mungkin masyarakat Lembor
bagian kecilnya saja.” menerima beras raskin.

Lantas, benarkah Lembor adalah Faktanya sampai sekarang, lima


lumbung padi? Kesan bahwa Lembor belas desa di Kecamatan Lembor masih
adalah lumbung padi seolah betul dalam menerima beras miskin (raskin). Untuk
Desa Siru, misalnya,
rata-rata 424 kepala
keluarga yang
menerima raskin
tiap tahun. Tahun
lalu, akibat gagal
panen, Lembor
terpaksa mendapat
bantuan beras dari
Bima.
Dengan krisis
air yang mereka ala-
mi selama ini, beras
raskin seolah tidak
bisa dihindari tiap
tahun. Ini tentu
menjadi ironi bagi
daerah penghasil
beras seperti Lem-
Aliansi Petani Lembor (APEL) memanen sorgum. Budidaya sorgum adalah bor.
upaya mengembalikan kedaulatan petani di tengah ketergantungan berlebihan
terhadap produksi padi (foto: Gregorius Afioma) Lantas,
bagaimanakah na-
panen raya pada bulan November 2015. sib lumbung padi di Lembor ke de-
Acara itu dihadiri oleh Menteri Pertanian, pannya? Masihkah areal persawahan
Amran Sulaiman. yang dibuka sejak tahun 1980-an ini
Dari hasil panen itu, digembar- dapat menjadi harapan penduduk Lem-
gemborkan bawa hasil panen sekitar 10, bor?
4 ton per hektar setiap kali musim
PERAN PEMERINTAH LOKAL
tanam.
Dengan area seluas lebih dari
Bagi APEL, hasil demikian tidaklah 3.528 hektar, persawahan Lembor su-
representatif. Dari hasil penelitian APEL, dah lama menjadi perhatian pemerintah
pada saat bersamaan dengan panen pusat. Lembor amat strategis me-
raya tersebut, ada banyak petani yang nyokong ketahanan pangan nasional
mengalami gagal panen. Alasannya, dan menyukseskan program Nawacita
suplai air tidak mencukupi. selama pemerintahan Jokowi-Kalla.
“Ukuran mereka mungkin karena Tidak heran, jika daerah persawa-
42
han Lembor dikunjungi Menteri Per- kepentingan-kepentingan mendapatkan
tanian, Amran Sulaiman. Pada tahun dana dari pemerintah.
2012, pernah dikunjungi mantan Presi-
den Susilo Bambang Yudoyhono. Dari berbagai cerita tersebut,
menarik untuk menyimak sikap
Lebih konkret lagi, perhatian itu berupa pemerintah lokal. Camat Lembor, Pau-
aliran bantuan yang cukup besar. Dalam lus Malu dalam sosialiasi perbaikan iri-
kunjungan itu, Menteri Pertanian men- gasi, Sabtu 19 Maret 2016, misalnya,
janjikan anggaran sebesar 1 trilliun un- mengatakan, sosialisasi perbaikan iriga-
tuk menambah areal persawahan sebe- si bukanlah kenyataan baru. Tidak perlu
sar 36 ribu hektar di Provinsi NTT. diperdebatan. “Buang-buang waktu, bu-
ang-buang energi.” Sebaliknya, katanya,
Selain itu, tentunya sudah banyak “kita bersyukur ternyata persawahan
bantuan yang tergolong bantuan intensi- Lembor ini mendapat perhatian dari
fikasi pertanian seperti penerapan pemerintah pusat.”
teknologi, bantuan pupuk, benih, dan
lain-lain. Ekspansi bantuan itu sangat Dalam kesempatan yang sama,
ironis di tengah persoalan petani yang meskipun keluhan terkait krisis air
mengalami krisis air. Tidak hanya itu, mencuat, Fatinci Reynilde, perwakilan
ketergantungan petani terhadap bantu- dari Dinas Pertanian tetap menegaskan
an dari pemerintah sudah semakin ting- bahwa tahun 2016 ini dilaksanakan ce-
gi. Dalam soal bibit saja, petani mesti tak sawah baru.
membeli bibit yang disediakan
pemerintah. “Untuk tahun 2016 ini, untuk Manggarai
Barat, kita coba dulu dengan 100
Lantas, bagaimanakah hektar,” katanya.
pemerintah lokal memperlakukan ban-
tuan tersebut di tengah-tengah realitas Ucapannya itu berujung pada
ironis tersebut? penggusuran tanaman petani di Ramina-
ra. Sekilas kesan bahwa aparatur nega-
Kejadian baru-baru ini sudah lebih dari ra di tingkat lokal lebih banyak berperan
cukup sebagai jawabannya. Di Ramina- bagaimana menyukseskan program
ra, beberapa petani penggarap me- pemerintah pusat daripada mendekteksi
nangis sembari menahan amarah ketika persoalan di tengah petani. Tidak sam-
tanaman mereka digusur demi cetak pai mencari tahu akar persoalan, men-
sawah baru di Raminara.Luasnya sekitar gapa petani selalu menerima beras
50 hektar. Tidak menunggu panen apa- raskin, apa saja faktor budaya dan poli-
lagi melalui sosialisasi terlebih dahulu, tik yang menyebabkan petani miskin,
semuanya itu digusur yang melibatkan dan lain-lain.
tentara.
REVOLUSI PERTANIAN
Para petani sendiri sangsi dengan
upaya tersebut di tengah krisis air yang Dari cerita demikian, dapat ditarik
mereka alami. Di tempat itu sudah kesimpulan demikian. Pertama, negara
pernah dibukakan lahan persawahan tidak hadir dan membiarkan rakyat ber-
pada tahun 1990-an, namun ter- juang sendirian melawan penderitaann-
belengkalai karena kurang air. Sementa- ya. Ketidakhadiran negara misalnya, ter-
ra untuk bantuan bibit, pupuk dan bantu- lihat dalam soal kebijakan pengaturan
an peralatan teknologi pertanian, sering- musim tanam. Dalam pertemuan di
kali hanya menghasilkan cerita piluh sekretariat APEL di Pocokoe pada 12
pertengkaran antara petani, Maret 2016 yang dihadiri sekitar 50
memanasnya konflik horisontal karena petani, disepakati bahwa pada musim
43
tanam kedua perlu adanya giliran antara pemerintah ibarat lain gatal, lain diga-
petani di daerah hulu dan hilir. ruk. Tidak ada titik temu antara petani
dan kebijakan pemerintah. Sebagai con-
Jika tahun sebelumnya, hanya petani di toh, di tengah krisis air, bukannya
daerah hulu bercocok tanam, sementara pengaturan musim tanam, malahan
di tahun berikutnya hanya petani di dae- diupayakan cetak sawah baru.
rah hilir.
Dari dua kesimpulan itu, maka kebijakan
Mengingat debit air semakin pemerintah terkait pertanian sudah se-
berkurang, mau tak mau pilihan mestinya berbenah. Pendekatan yang
demikian dilakukan. Di sini dibutuhkan lebih tepat sasaran adalah mengevaluasi
intervensi otoritas pemerintah untuk seluruh kebijakan dan praksisnya sem-
mengatur. Tidak bisa dibiarkan sesama bari membuka peluang membangkitkan
petani yang mengatur. Sebab tidak mu- gairah petani. Rakyat tidak boleh lagi
dah bagi petani di daerah hulu mengu- menjadi korban.
bah status quo.
Peningkatan produksi tak melulu ber-
Sementara itu, kesan proyek asal sangkut paut dengan teknologi, invasi
jadi sudah tentu menyengsarakan dan program baru. Harus ada perubahan
petani. Tidak ada pilihan selain petani kebijakan yang berporos pada kese-
menanggung penderitaan dari proyek jahteraan petani secara berkesinambun-
asal jadi tersebut. Mengapa ditolak saja gan dan tetap sasaran.
proyek asal jadi tersebut? Selalu
terdengar ucapan yang kalau saya ru- Pemerintah sudah waktunya mengubah
muskan sebagai berikut, “Hendak di- alokasi subsidi yang selama ini
tolak, tetapi saluran irigasi memang per- digunakan untuk membeli sarana
lu diperbaiki. Membiarkan diperbaiki be- produksi (pupuk, obat-obatan, alat, dan
rarti siap diperbaiki lagi tahun beri- mesin pertanian) yang terbukti tak ban-
kutnya.” Atau bantuan siap mengalir ke yak mendongkrak produktivitas dan
daerah lain. malahan menempatkan petani pada po-
sisi tawar rendah.
Kedua, di tengah-tengah ekspansi bantu-
an pemerintah, petani kehilangan kedau- Ini menghendaki revolusi mindset para
latannya. Petani tidak sedang menjalan- pengambil kebijakan dan keberanian
kan apa yang mereka impikan. Berkali- keluar dari jebakan streorip mendorong
kali ketua APEL, Rikard mengatakan, produksi dengan mengandalkan intensi-
“kami sedang dijajah”. Sementara Pak fikasi (asupan teknologi modern)
Aven mengatakan, “Kami yang kerja, kok berbagai macam subsidi dan regulasi
yang kaya distributor pupuk.” tidak tepat.
Semua pernyataan itu merujuk pada re- Revolusi mindset itu sekurang-
alias pertanian yang sudah hilang kedau- kurangnya melalui tiga jalan beri-
latannya. Untuk urusan apa saja yang kut. Pertama, pemerintah tidak menjadi
terkait pertanian, hampir pasti petani tukang perintah yang mengontrol apa
mesti berharap banyak pada pemerintah yang seharusnya dilakukan petani.
dan mengeluarkan biaya yang mahal. Relasi asimetris demikian mesti diperti-
Sekarang ini, kebutuhan mulai dari be- pis. Pemerintah sudah saatnya bertindak
nih, pupuk, dan lain-lain harus dibeli di dan mengarahkan petani kepada tujuan-
toko dan mengeluarkan biaya yang ma- tujuannya sendiri. Dan pemerintah mesti
hal. belajar dari kearifan dan refleksi para
petani.
Akibatnya, program dari

44
Ketika petani sudah sadar bahwa tas petani, kebijakan subsidi, pengorgan-
kedaulatan mereka hilang karena isasian petani,hak atas air, dst.
ketergantungan berlebihan kepada
pemerintah dan mulai diusahakan mod- Ketiga, berhenti melihat kemiskinan
el pertanian alternatif, bukannya hanya soal angka atau teknikalisasi ma-
didukung malahan dijungkirbalikkan. salah kemiskinan. Kemiskinan hanya
dilihat sebagai kondisi kekurangan yang
Yang digusur demi cetak sawah baru solusinya adalah subsidi barang dan
adalah sorgum, jagung, kacang panjang, modal. Misalnya, bantuan beras miskin
dan kacang hijau. Sorgum adalah benih (raskin).
lokal. Di tengah-tengah ancaman benih
hibrida dan ketergantungan kepada be- Jika demikian, kemiskinan hanya
ras, para petani mulai mengkonservasi dilihat sebagai prasyarat pembangunan,
benih lokal dan organik. Di antaranya penghasil proyek-proyek. Kemiskinan
sorgum. Persis, sorgum digusur demi adalah angka-angka yang kemudian
pembukaan sawah baru di Raminara. menjadi uang untuk diproyekkan. Kem-
iskinan itu tetap ada dan selalu ada, da-
Kedua, pembangunan jangan lam angka-angka itu, dan tiap tahun
direduksi hanya soal bangunan fisik sep- menjadi alasan untuk proyek yang sa-
erti perbaikan saluran irigasi. Pemeritah ma.
seakan-akan mengurusi proyek
bangunan saja atau lebih buruk lagi Masyarakat diberi label miskin dan
menfasilitasi pengurusan proyek oleh dijadikan angka untuk menciptakan
para kontraktor. proyek anti-kemiskinan, tanpa dipikirkan
mengapa mereka miskin, bagaimana
Akibatnya, persoalan kemiskinan pa- mereka menjadi miskin, apa saja faktor-
ra petani tidak terjawab, seperti persoa- faktor ekonomi, politik, dan budaya yang
lan keadilan ekonomi, akses kepada menyebabkan mereka menjadi miskin.
sumber daya, keadilan agraria, kapasi-

45
BAGIAN 3. NARASI KOMUNITAS-KOMUNITAS

ADA MASALAH APA


DI LUMBUNG PADI?

OLEH: AVENTINUS N.G TURU

M
asyarakat kita betul-betul
aneh, penyumbang terbesar
produk pangan untuk Nusa
Tenggara Timur (Lumbung
Pangan) justru menderita kekurangan
pangan. Padahal kalau dilihat kondisi di
Irigasi Lembor, tidak kurang-kurang
institusi yang sudah tersedia dalam upaya Artikel ini ditulis oleh salah
penanggulangan kekurangan pangan. Mulai dari satu petani di Raminara,
penanggung jawab Pemerintah (dalam hal ini Dinas Desa Siru, Kecamatan
Pertanian, Badan Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Lembor, Manggarai Barat.
Pangan) dan DOLOG; sampai kepada DPR yang
bertanggungjawab atas legislasi yang mengaturnya. Di daerah persawahan
Dari petani sendiri yang tergabung dalam Kelompok Lembor, Raminara merupa-
kan kawasan hilir. Masalah
Tani (POKTAN), Gabungan Kelompok Tani
serius yang tengah mereka
(GAPOKTAN), Perkumpulan Petani Pengelolah Air
hadapi dalam persoalan
(P3A), Gabungan P3A (GP3A), Kelompok Tani
pertanian adalah semakin
Nelayan Andalan (KTNA). berkurangnya debit air.
Namun peristiwa kekurangan pangan akhir-akhir Kenyataan itu melengkapi
ini membuat kita semua bertanya-tanya, apa persoalan pertanian selama
gerangan yang keliru dalam tata kelolah pangan ini seperti ketergantungan
kita??? Apakah pemberdayaan sudah cukup kepada produksi padi, bibit
diupayakan, apakah Pembangunan Bidang unggul, pupuk kimia, dan
Pertanian dalam praktek pelaksanaanya telah berbagai bantuan
dijalankan dengan memegang prinsip-prinsip non- pemerintah.
diskriminatif, trasparansi, partisipatif.

46
Dari pengamatan APEL, ada beberapa sumber pangan satu-satunya adalah
persoalan mendasar yang menyebabkan beras dan kelestarian berbagai jenis
petani kekurangan pangan: tanaman lokal yang dibanggakan oleh
nenek moyang kita terancam punah.
Pertama, keterbatasan sumberdaya Tidak heran, para petani kerap
manusia, persoalan ini merupakan mengalami kekurangan pangan.
penyumbang terbesar mengapa petani
kekurangan pangan. Dalam aktivitas Ketiga, pergeseran musim yang sulit
produksinya petani diantisipasi. Dalam
tidak tahu “Masyarakat kita beberapa tahun terakir,
membuat analisis kami selaku petani
usaha tani yang betul-betul aneh, merasakan perubahan
menguntungkan. musim yang cukup
Sering terjadi biaya penyumbang signifikan. Curah hujan yang
produksi tidak menentu
melampaui hasil terbesar produk mengakibatkan pergeseran
produksi. musim tanam. Dan
Tambahan pula, pangan untuk pergeseran musim tanam ini
petani kurang menyebabkan produktivitas
memahami Nusa Tenggara petani tidak memuaskan
manajemen bahkan sering gagal panen.
penghasilan dan Timur (Lumbung
mekanisme Berangkat dari tiga
pengelolaan paska Pangan) justru persoalan diatas, APEL
panen. mengajak sesama teman
menderita petani untuk bertani secara
Kedua, pada lain dan cara berpikir yang
dasarnya Lembor kekurangan berbeda, yakni
khususnya, mem- pengembangan pangan
iliki sunber pangan pangan. “ lokal. Arahnya tentu saja
karbohidrat yang pada upaya pemenuhan
beragam seperti kebutuhan pangan keluarga
sorgum, jagung dan sembari mengusahakan
ubi-ubian namun dengan adanya sistem pelestarian berbagai jenis pangan lokal di
pertanian yang monokultur saat ini, para daerah bersangkutan. Meskipun belum
petani tergiring ke pola konsumsi yang begitu menyolok, namun perlahan nan
berpusat pada beras. Parahnya lagi, pasti APEL mulai memperlihatkan
seluruh pengeluaran rumah tangga mulai perubahan ditengah sistem monokultur
dari biaya pendidikan anak, biaya yang sudah terpola sekian lama di Irigasi
kesehatan, sosial dan lain-lain bertumpuh Lembor.
pada beras. Beras menjadi sandaran
pokok dan satu-satunya untuk Dalam segala keterbatasan APEL
menghidupi keluarga. Lambat laun, berusaha menggabungkan beberapa
sistem ini menghilangkan varietas lokal Kelompok Tani, Kelompok UBSP serta
seperti sorgum, jagung dan ubi-ubian dari Kelompok Wanita yang ada di Irigasi
kehidupan masyarakat. Bahkan banyak Lembor sembari tiada henti mengajak
generasi muda kini yang tidak mengenali yang lain untuk bergabung. Kini APEL
aneka tanaman lokal yang pernah ada tumbuh menjadi sebuah Organisasi Tani
dan dikembangkan oleh nenek moyang yang mengkarekteri diri dengan
dimasa lalu. Akibatnya sudah jelas, semangat “aliansi” terhadap segala
bentuk kemapanan yang meninabobokan
47
masyarakat. “Berasisasi” dilawan dengan (2014/2015) dalam bentuk kebun belajar
memunculkan dan mengembangkan kem- dengan sistem tumpang sari dan luas
bali ragam pangan lokal yang ada di Lem- arealnya 8 hektar. Memasuki tahun ketiga
bor. Pola konsumsi karbohidrat tidak lagi ini (2015/2016) pengembangan pangan
harus terpaku pada beras, melainkan juga lokal berskala cukup besar dengan luas
memanfaatkan pangan lokal dan dis- arel mencapai 50 hektar.
esuaikan dengan kecukupan gizi 3BA: Be-
ragam, Berimbang, Bergizi dan Aman. Untuk memperluas jaringan dalam
Pengembangan sorgum oleh anggota pengembangan pangan lokal ini APEL
APEL telah menjadi salah satu bukti bah- bergabung dalam P3L se NTT yang an-
wa sorgum layak untuk menjadi sumber gotanya terdiri dari Kabupaten Ende, Kabu-
pangan selain beras. jenis tanaman lokal paten Flores Timur, Adonara, Lembata,
ini ttelah terbukti adaptif, minim air dan Rote dan Sumba.
pupuk, mampu hidup di lahan kering
dengan teknik perawaatan yang mudah Sebagai tindak lanjut dari program
dan ramah lingkungan. Dari sisi kan- kerjasama diatas, maka untuk
dungan gizi sorgum mengandung serat meningkatkan kemampuan anggota
dalam prosesing pangan lokal agar
tinggi dan rendah glukosa.
menumbuhkan minat dan selera pasar
Semangat aliansi ini mendapat maka salah satu bentuk kegiatan yang
dukungan dari Lembaga KEHATI yang dijalankan APEL untuk tahun 2015/2016
menjadi mitra kerja APEL. Kerjasama adalah Pelatihan Olahan Pangan Lokal
APEL dengan Lembaga KEHATI dari Sorgum.
sebenarnya sudah berlangsung sejak
tahun 2013/2014 silam. Di tahun
pertama pola pengembangan pangan
lokal lebih mengarah pada demplot dalam
rangka pengembangan benih dengan luas
areal hanya 3 hektar. Hasilnya dilanjutkan
dengan kerjasama tahun kedua

48
BAGIAN 3. NARASI KOMUNITAS-KOMUNITAS

LIANG NDARA :
Selayang Pandang
OLEH : KORNELIS RAHALAKA
Sebagian besar penduduk Kampung Cecer di Desa Liang
Ndara bekerja sebagai petani. Akan tetapi semenjak berla-
kunya kawasan tersebut sebagai daerah konservasi hutan lin-
dung di kawasan Mbeliling, lahan pertanian semakin terbatas.
Penduduk Cecer mulai menggeluti sektor pariwisata dengan
menampilkan atraksi-atraksi budaya. Dalam tulisan ini, sekilas
digambarkan masyarakat Cecer yang sudah mulai menekuni
ekowisata. Dalam edisi berikutnya, kami melihat lebih jauh per-
soalan-persoalan pariwisata bercorak ekoturisme itu.

D
esa Liang Ndara Keca- ini merupakan salah satu daerah
matan Mbeliling Kabu- pengembang pariwisata yang potensial.
paten Manggarai Bar- Karena merupakan daerah tujuan
at memiliki potensi wisata maka Desa Liang Ndara telah
sumber daya alam yang besar. Desa ditetapkan oleh pemerintah sebagai
yang terletak dibawah kaki gunung salah satu desa wisata. Sebagai desa
Mbeliling ini terdiri dari tiga anak kam- wisata, Liang Ndara direncanakan akan
pung yakni Cecer, Melo dan Mamis. Ra- dikelola secara berkelanjutan ber-
ta-rata penduduk Liang Ndara bermata basiskan masyarakat lokal. Beberapa
pencaharian sebagai petani tradisional. tahun belakangan ini masyarakat bersa-
Kawasan ini merupakan penghasil uta- ma pemerintah desa telah
ma buah-buahan, sayuran dan pangan melaksanakan berbagai usaha wisata
lokal seperti padi, jagung, ubia-ubian berbasis masyarakat dan ramah ling-
dan kacang-kacangan. kungan demi meningkatkan pendapa-
tan masyarakat dengan memperhatikan
Selain sebagai daerah penghasil keutuhan dan kelestarian lingkungan
komoditas pertanian, daerah ini juga alam sekitarnya.
memiliki potensi sumber daya pari-
wisata yang menjanjikan. Letaknya Dalam rangka menghadapi
yang strategis memungkinkan kawasan berbagai ancaman kerusakan dan ketid-
49
Kampung Cecer, desa Liang Ndara, Kec. Mbeliling dikenal sebagai kampung wisata yang menyajikan
berrbagai tarian adat manggarai (foto: Gregorius Afioma)

akseimbangan lingkungan, masyarakat melaksanakan usaha dibidang ekowisata.


bersama pemerintah berjuang untuk Keempat, perlindungan kawasan hutan
melestarikan lingkungan meskipun be- yang terletak di sekitar desa Liang Ndara
lum dilaksanakan secara optimal sebagai upaya sadar masyarakat setem-
maksimal. Masyarakat setempat pat untuk menjaga keutuhan sumber
menyadari bahwa untuk pelestarian daya alam guna pengembangan ekow-
hutan yang cenderung menurun akibat isata.
pengerusakan fungsi hutan dan sumber
daya alam hayati maka perlu dibangun Dengan demikian, ekowisata
system pengembangan ekowisata di dapat dilakukan secara bertanggung ja-
Desa Liang Ndara demi menjaga kese- wab dengan memperhatikan unsur pen-
imbangan lingkungan hidup. Adapun didikan, pemahaman, dan dukungan ter-
beberapa pertimbangan dan pendeka- hadap usaha-usaha konservasi sumber
tan pengembangan ekowisata di Liang daya alam serta peningkatan pendapatan
Ndara yakni: masyarakat lokal. Pengembangan ekow-
isata meliputi perencanaan, pengelolaan,
Pertama, kawasan ekowisata De- pemanfaatan dan pengendalian ekow-
sa Liang Ndara merupakan kawasan yang isata. Sementara itu, ekowisata berbasis
ada di dalam wilayah administrasi Desa masyarakat merupakan sebuah pola
Liang Ndara. Kedua, pengelolaan kawa- pengembangan yang bertujuan untuk
san ekowisata merupakan kegiatan yang mendukung dan memungkinkan keterli-
bertujuan untuk meningkatkan kelestari- batan masyarakat setempat secara
an alam dan meningkatkan daya tarik penuh baik dalam perencanaan, pelaksa-
ekowisata serta meningkatkan kese- naan, dan pengelolaan usaha ekowisata
jahteraan masyarakat.m Ketiga, bisnis serta segala keuntungan yang diperoleh
ekowisata merupakan suatu kegiatan dari kegiatan ekowisata.
yang melibatkan masyarakat lokal dalam

50
Beberapa program kegiatan yang Desa Compang Liang Ndara, sebelah Ti-
sedang dan akan terus dikembangkan mur dengan Desa Tondong Belang, sebe-
oleh masyarakat Desa Liang Ndara yak- lah utara dengan Desa Watu Ngelek dan
ni: pengembangan homestay di mana sebelah selatan dengan hutan lindung
rumah penduduk dirancang menjadi Gunung Mbliling. Adapun bentuk
homestay dengan menyesediakan ruang kegiatan program ekowisata yang dijal-
atau kamar untuk disewakan kepada ankan meliputi perlindungan dan penga-
pelancong atau wisatawan yang datang manan dengan usaha konservasi seperti
ke Liang Ndara. Selain itu, pengem- perlindungan hutan dari segala bentuk
bangan dan pembentukan sanggar seni kerusakan, perlindungan mata air, perlin-
budaya yang bertujuan untuk dungan satwa liar di hutan maupun di
melestarikan aktivitas seni dan budaya sekitar aset wisata dari ancaman per-
setempat sebagai salah satu daya tarik buruan. Masyarakat Desa Liang Ndara
dalam mengembangkan ekowisata. melakukan kerjasama dengan pihak
Dikembangkan pula kelompok usaha yang peduli terhadap perlindungan dan
ekowisata di bawah pengawasan penyelamatan kawasan ekowisata Desa
pemerintah desa yang berkoordinasi Liang Ndara.
dengan Lembaga Ekowisata Desa Liang

Semenjak kampung Cecer berkecimpung dalam eko-turisme, para ibu-ibu menyajikan tarian daerah
sebagai produk wisata kepada para wisatawan (Foto :gregorius Afioma)

Ndara. Kelompok sanggar budaya yang Adapun prinsip-prinsip pengem-


telah dibentuk dan kini aktif menjalan- bangan ekowisata yang dihasilkan dari
kan berbagai aktivitasnya sekaligus ber- kesepakatan bersama seluruh elemen
tugas untuk menjaga dan melestarikan masyarakat Liang Ndara antara lain:
kebudayaan dan lingkungan alan seki-
1. Mengurangi dampak negatif berupa ke-
tarnya.
rusakan dan atau pencemaran ling-
Batas kawasan ekowisata Desa kungan serta budaya lokal akibat
Liang Ndara yakni sebelah barat dengan kegiatan wisata;

51
Pelaku pengembangan dalam
pengelolaan ekowisata Desa
Liang Ndara adalah pemerintah
desa, lembaga atau kelompok
ekowisata desa, masyarakat dan
investor atau pengusaha.
Cakupan kegiatan pengem-
bangan yaitu: pendidikan, pem-
berdayaan masyarakat, pening-
katan ekonomi serta upaya da-
lam kegiatan konservasi.
Adapun sejumlah peraturan
desa yang harus ditaati oleh
masyarakat maupun pengusaha
dari luar yakni bahwa setiap ak-
tivitas pengelolaan kawasan ha-
rus menjamin tidak terganggunya
keaslian, kealamiaan bentang
Bebe alam dan ekosistem Desa Liang
Ndara, segala bentuk aktivitas
yang berpotensi merusak
2. Membangun kesadaran dan penghar- keaslian bentang alam harus mengikuti
gaan atas lingkungan dan budaya prosedur pengelolaan sesuai dengan pera-
dengan tujuan wisata, baik pada diri turan perundang-undangan yang berlaku.
wisatawan, masyarakat lokal, maupun Guna memastikan efektivitas pengelolaan
pelaku wisata lainnya; diperlukan beberapa ketentuan umum
demi mendukung kegiatan ekowisata yak-
3. Menawarkan pengalaman-pengalaman ni:
positif bagi wisatawan maupun
masyarakat lokal, melalui kontak bu- 1. Setiap anggota masyarakat desa
daya yang intensif dan kerja sama da- berhak dan berkewajiban mengawasi
lam pemeliharaan atau konservasi dae- tindakan-tindakan pengrusakan ling-
rah tujuan obyek wisata; kungan yang dilakukan orang per orang
dan atau kelompok sehubungan dengan
4. Memberikan keuntungan finansial kelestarian kawasan ekowisata desa
secara langsung bagi keperluan kon- Liang Ndara.
servasi melalui kontribusi atau penge-
luaran ekstra wisatawan; 2. Pemerintah desa melalui aparat
desa yang berwenang dan atau ditunjuk,
5. Memberikan keuntungan finansial dan memiliki tugas dan wewenang dalam
pemberdayaan bagi masyarakat lo- penegakan aturan dan penerapan
kal,dengan menciptakan produk wisata sanksi terhadap pelaku tindak
yang mengedepankan nilai-nilai lokal. pelangaran dari peraturan desa ini.
Dalam pengembangan ekowisata, lem- 3. Lembaga Ekowisata Desa Liang
baga ekowisata dan pemerintah desa Ndara diberi tugas dan wewenang se-
bekerjasama dengan pihak lain yang bagai pelaksana harian dalam
didasari atas kesepakatan bersama dan perencanaan kegiatan, pelaksanaan
sesuai dengan mekanisme dan peraturan pengawasan, monitoring, kegiatan pe-
serta perundang-undangan yang berlaku. lestarian dan pemeliharaan papan infor-
52
masi, serta pengusahaan atau pengel- desa Liang Ndara; 30% dipergunakan
olaan dana dalam kaitan pengelolaan untuk kegiatan untuk kegiatan kon-
kawasan ekowisata. servasi alam; 40% dipergunakan untuk
biaya oprasional pengembangan lem-
4. Lembaga Ekowisata Desa Liang baga atau kelompok ekowisata. Dan
Ndara dalam melaksanakan tugas dan setiap kegiatan usaha yang dilakukan
wewenangnya harus berkoordinasi dan oleh investor dalam rangka pemanfaa-
bekerja sama dengan pemerintah desa tan kawasan ekowisata yang menda-
dan atau lembaga desa lainnya, serta tangkan hasil keuntungan wajib mem-
menyampaikan laporan kegiatan dan berikan kontribusi kepada pemerintah
laporan keuangan secara tertulis dan desa sebesar satu juta rupiah per tahun
lengkap serta transparan kepada (Rp1.000.000/tahun).
masyarakat dan pemerintah desa
secara periodik yaitu satu kali dalam Selain itu, besaran tariff bagi
enam bulan. kunjungan wisatawan yakni : wisatawan
lokal sebesar Rp.2.000, wisatawan
Terkait dengan pendapatan dari nusantara sebesar Rp. 5.000 sedangkan
berbagai kegiatan pariwisata di Desa wisatawan mancanegara sebesar Rp.
Liang Ndara, pemerintah bersama 10.000. Tata cara pemungutan retribusi
masyarakat setempat telah sepakat dilaksanakan oleh lembaga ekowisata
untuk membuat sebuah peraturan desa dibawah pengawasan pemerintah desa.
(Perdes) yang dalam rancangannya Satu catatan penting yang perlu diper-
memuat beberapa ketentuan antara hatikan bahwa kerja sama yang dil-
lain: sumber pendapatan diperoleh dari akukan dengan investor harus saling
retribusi, kontribusi homestay, kontri- menguntungkan dan tidak berdampak
busi investor, kontribusi sanggar seni negatif terhadap lingkungan.
dan budaya dan hasil penerapan
sanksi. Dana-dana lain yang diperoleh Kerja sama yang dilakukan
melalui bantuan dan partisipasi dengan investor mencakupi hal-hal se-
pemerintah dan atau organisasi lain bagai berikut:
yang tidak mengikat dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kepentingan Pemberdayaan masyarakat dil-
pengelolaan kawasan ekowisata. akukan dengan memaksimalkan pem-
Pengelolaan pendapatan yang di- anfaatan tenaga kerja lokal dalam
peroleh oleh lembaga ekowisata diber- pelaksanaan usaha; Menggunakan
lakukan aturan sebagai berikut : produk lokal seperti kerajinan tangan
dan lainnya; Menggunakan jasa
30% dari pendapatan di- pemandu lokal yang ada di Desa Liang
pergunakan untuk biaya pembangunan Ndara untuk memandu hiking dan juga

53

Anda mungkin juga menyukai