Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR CRURIS

A. Pengertian Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kantinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya ( Brunner & Suddarth, 2015 dalam

Wijaya dan putri, 2013). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan

oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,

keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan

menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap

(Price dan Wilson, 2016).

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.

Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau

primpilan korteks, biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser

(Wijaya dan putri, 2013).

Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan

fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau

persendian pergelangan kaki (Muttaqin, 2008)

Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa fraktur

cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan

luasnya, yang di sebabkan karena trauma atau tenaga fisik yang terjadi pada

tulang tibia dan fibula.


B. Anatomi Fisiologi

Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi

bentuk pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang

mendukung dan melindungi organ lunak, terutama dalam tengkorak dan

panggul. Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh

dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh.

Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur

kalsiumdan fosfat (Price dan Wilson, 2006). Berikut adalah gambar anatomi

tulang manusia :
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh

dan tempat untuk melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh.

Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur

kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang.

Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang

banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam

kalsium ) yang membuat tulang keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan

tersebut adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis (Price dan

Wilson, 2016).

Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan

pada batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang

antra lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta

tarsalia, dan falang (Price dan Wilson, 2016).

a. Tulang Koksa (tulang pangkal paha) OS koksa turut membentuk

gelang panggul, letaknya disetiap sisi dan di depan bersatu dengan

simfisis pubis dan membentuk sebagian besar tulang pelvis.

b. Tulang Femur ( tulang paha) Merupakan tulang pipa dan terbesar di

dalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan

dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput

femoris, disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat

taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagian

ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang

disebut kondilus lateralis dan medialis. Diantara dua kondilus ini


terdapat lakukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella)

yang di sebut dengan fosa kondilus. c. Osteum tibialis dan fibularis

(tulang kering dan tulang betis)

c. Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang

membentuk persendian lutut dengan OS femur, pada bagian

ujungnya terdapat tonjolan yang disebut OS maleolus lateralis atau

mata kaki luar. OS tibia bentuknya lebih kecil dari pada bagian

pangkal melekat pada OS fibula pada bagian ujung membentuk

persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang

disebut OS maleolus medialis. Agar lebih jelas berikut gambar

anatomi os tibia dan fibula.

d. Tulang tarsalia (tulang pangkal kaki) Dihubungkan dengan tungkai

bawah oleh sendi pergelangan kaki, terdiri dari tulang-tulang kecil

yang banyaknya 5 yaitu sendi talus, kalkaneus, navikular, osteum

kuboideum, kunaiformi.

e. Meta tarsalia (tulang telapak kaki) Terdiri dari tulang- tulang pendek
f. yang banyaknya 5 buah, yang masing-masing berhubungan dengan

tarsus dan falangus dengan perantara sendi.

g. Falangus (ruas jari kaki) Merupakan tulang-tulang pipa yang pendek

yang masing-masingterdiri dari 3 ruas kecuali ibu jari banyaknya 2

ruas, pada metatarsalia bagian ibu jari terdapat dua buah tulang kecil

bentuknya bundar yang disebut tulang bijian (osteum sesarnoid).

C. Klasifikasi fraktur

Menurut (Brunner & Suddarth, 2015) jenis-jenis fraktur adalah:

a. Complete fracture (fraktur komplet) patah pada seluruh garis tengah

tulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan

posisi tulang.

b. Closed fracture (simple fraktur) tidak menyebabkan robeknya kulit,

integritas kulit masih utuh.

c. Open fracture (compound fraktur / komplikata / kompleks),

merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan

ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membrane

mukosa sampai kepatahan tulang.

Fraktur terbuka digradasi menjadi:

- Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya

- Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak

yang ekstensif
- Grade III : luka sangat terkontaminasi dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif.

d. Greenstick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang lainnya

membengkok.

e. Tranversal fraktur sepanjang garis tengah tulang

f. Oblik fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

g. Spiral fraktur memuntir seputar batang tulang

h. Komunitif fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

i. Depresi fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (seiring

terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).

j. Kompresi fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada

tulang belakang).

k. Patologik fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista

tulang, paget, metastasis tulang, tumor).

l. Epifisial fraktur melalui epifisis

m. Impaksi fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang

lainya.

Menurut Sjamsuhidajat, 2005) patah tulang dapat dibagi menurut:

a. Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar yaitu:

- Patah tulang tertutup

- Patah tulang terbuka yang memungkinkan kuman dari luar dapat

masuk kedalam luka sampai ketulang yang patah. Patah tulang


terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat

ringannya patah tulang.

b. Patah tulang menurut garis fraktur

- Fisura tulang disebabkan oleh cedera tulang hebat atau oleh cedera

terus menerus yang cukup lama seperti juga ditemukan pada retak

stres pada struktur logam

- Patah tulang serong

- Patah tulang lintang

- Patah tulang kuminutif oleh cedera hebat

- Patah tulang segmental karena cedera hebat

- Patah tulang dahan hijau : periost tetap utuh

- Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar pada tulang pendek

atau epifisis tulang pipa

- Patah tulang impaksi, kadang juga disebut inklavsi

- Patah tulang impresi

- Patah tulang patologis akibat tumor tulang atau proses destruktif

lain.

D. Etiologi

Menurut Wijaya dan Putri (2013) penyebab fraktur adalah :


a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah

bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor.

c. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat

berupa pemutiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi

dari ketiganya, dan penarikan.

Menurut Brunner & Suddarth (2015) fraktur dapat disebabkan oleh

pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan

bahakan kontraksi otot ekstremitas, organ tubuh dapat mengalami cedera

akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.

E. Manifestasi klinis
Manifestasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalah

nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus,

pembengkakan local dan perubahan warna.

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fregmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk

bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar

fragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)

bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada

fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat

maupun teraba) ekstremitas yang bias diketahui dengan

membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada

integritas tulang tempat melengketnya otot.

c. Pada fraktur panjang, terjadinya pemendekan tulang yang

sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas atau dibawah

tempat fraktur. Fraktur sering saling melingkupi satu sama lain

sampai 2,5 sampai 5 cm (1-2 inci).

d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

F. Patofisiologi

Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan

metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang

terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan

pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi

perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan

poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur

terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan

gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat

terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas

fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan

lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara

luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas

kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada

umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan

imobilitas yang bertujuan untuk mempertahanakan fragmen yang telah

dihubungkan, tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 2016 :1183).


Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan

rupturnya pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya

pendarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi

tubuh, sebagai contoh vasokontriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi

visceral. Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah

yang akut adalah peningkatan detah jantung sebagai usaha untuk menjaga

output jantung, pelepasan katekolamin-katekolamin endogen meningkatkan

tahanan pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah

diastolik dan mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit

membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-hormon lain yang bersifat

vasoaktif juga dilepaskan ke dalam sirkulasi sewaktu terjadinya syok,

termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid

dan sitokin-sitokin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi

dan permeabilitas pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih dini,

mekanisme kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah (venous

return) dengan cara kontraksi volume darah didalam system vena sistemik.

Cara yng paling efektif untuk memulihkan krdiak pada tingkat seluler, sel

dengan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat

esensial yang sangat diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan

produksi energi. Pada keadaan awal terjadi kompensasi dengan berpindah

ke metabolisme anaerobik, mengakibatkan pembentukan asam laknat dan

berkembangnya asidosis metabolik. Bila syoknya berkepanjangan dan

penyampaian substrat untuk pembentukan ATP (adenosine triphosphat)


tidak memadai, maka membrane sel tidak dapat lagi mempertahankan

integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang. Pembengkakan

reticulum endoplasmic merupakan tanda ultra struktural pertama dari

hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan cedera mitokondrial.

Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intra-

seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah pembengkakan sel . juga

terjadi penumpukan kalsium intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus,

terjadilah cedera seluler yang progresif, penambahan edema jaringan dan

kematian sel. Proses ini memperberat dampak kehilangan darah dan

hipoperfusi.

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat

patah dan kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak

juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul

hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi

sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut.

Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Ditempat patah

terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk

melakukan aktivitas astoeblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur

yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru

mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang

berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan

asupan darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila


tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan

jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoreksia jaringan yang

mengakibatkan rusaknya serabut saraf meupun jaringan otot. Komplikasi

ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & Suddarth, 2015).

Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan

ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur

tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti

tendon, otot, ligament dan pembuluh darah ( Smeltzer dan Bare, 2011).

Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita

komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya

kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di

imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri

(Carpenito, 2017). Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen-

fragmen tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun

pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan

itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang

seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau

mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price dan Wilson, 2016).


G. Pathway

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang Nyeri Akut

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan frakmen tulang

Tekanan sumsum tulang


Pergeseran fragmen tulang Spasme otot
lebih tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tekanan kapiler


Melepaskan katekolamin

Gangguan fungsi Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak


ekstremitas
Protein plasma hilang Bergabung dengan
Hambatan mobilitas Fisik trombosit
Edema
Emboli
Penekanan pembuluh darah
Menyumbat pembuluh
darah

Ketidakefektifan perfusi
Putus vena / arteri Kerusakan integritas kulit jaringan perifer

Perdarahan Resiko infeksi

Kehilangan volume cairan

Resiko syok (hipovolemik)


H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik fraktur yaitu:

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi dan luasnya fraktur

b. Scan tulang, tonogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)

atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh

pada taruma multiple).

e. Kreatinin : trauma otot meningkat beban kreatinin untuk kliren ginjal

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,

transfusi multiple atau cedera hari.

I. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan

pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi

fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan

rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan

reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk

mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya.

Pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling

berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya traksi


dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya

traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu

memerlukan reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang

direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku

atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen

tulang dalam posisinya samapai penyembuhan tulang solid terjadi. Tahapan

selanjutnya setelah fraktur direduksi adalah mengimobilisasi dan

mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar

sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna

dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips,

bidai, traksi kontin, pin dan teknik gips. Sedangkan implant logam

digunakan untuk fiksasi interna.

Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang dapat

dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler,

latihan isometrik, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam

memperbaiki kemnadirian dan harga diri (Brunner & Suddarth, 2015).

Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu:

a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian

dan kemudian dirumah sakit.

b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen

tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak

asalnya.
c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang

untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi diatas fraktur

dan dibawah fraktur.

d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (Price,

2016).

Penatakansanaan perawat menurut Masjoer (2013), adalah sebagai

berikut:

a. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan

kesadaran, baru periksa patah tulang.

b. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencegah

kompikasi

c. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini,

dan pemantauan neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah:

- Merabah lokasi apakah masih hangat

- Observasi warna

- Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali

kapiler

- Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi

pada lokasi cedera

- Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa membedakan rasa

sensasi nyeri.

- Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakkan.


d. Pertahankan kekuatan dan pergerakan

e. Mempertahankan kekuatan kulit

f. Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat anjurkan

intake protein 150-300 gr/hari.

g. Memperhatikan immobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan

tujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap

pada tempatnya sampai sembuh.

Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner & Suddart (2015):

a. Inflamasi tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom

b. Poliferasi sel terbentuknya barang-barang fibrin sehingga terjadi

revaskularisasi

c. Pembentukan kalus jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang

d. Opsifikasi merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan

tulang yang baru

e. Remodeling perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan

yang mati dan reorganisai.


J. Komplikasi

Komplikasi fraktur menurut (Price, A dan L. Wilson, 2016) :

a. Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah

sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut

atau miring.

b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

c. Nonunion patah tulang yang tidak menyambung kembali.

d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan tekanan

yang berlebihan didalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan

masif pada suatu tempat.

e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.

Ini biasanya terjadi pada fraktur.

f. Fat embolisme syndroma tetesan lemak masuk kedalam pembuluh

darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat

pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70-80 tahun.

g. Tromboembolik komplication trombo vena dalam sering terjadi pada

individu uang imobilisasi dalam waktu yang lama karena trauma atau

ketidakmampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas

bawah atau trauma komplikasi palinh fatal bila terjadi pada bedah

ortopedi.
h. Infeksi, sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan

masuk kedalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi

bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti

pin dan plat.

i. Avascular nekrosis pada umumnya berkaitan dengan aseptik atau

nekrosis iskemia.

j. Reflek simphathethik dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif

sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum bayak dimengerti.

Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomontor instability.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2015. Keperawatan medical bedah. EGC

Nurarif.A.M dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

Price.S.A dan Wilson. L.M. 2016. Patofisiologi. EGC

Wijaya.A.S dan Putri.Y.M. 2013. KMB 2 Keperawatan Medical Bedah


(Keperawatan Dewasa). Bengkuli : Numed

Anda mungkin juga menyukai