Pengertian desa adat, Kesatuan masyarakat Hukum adat (diharapkan pengertian dari sarjana2)
lalu apakah desa adat di Bali termasuk sebagai Kesatuan masyarakat Hukum Adat?
1
Bewa Ragawino, S.H., M.SI, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, h.31-33, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/pengantar_dan_asas_asas_hukum_adat_istiadat.pdf , diakses 27 Februari 2021.
2
Wayan P. Windia dan Ketut Sudantra, 2016, Pengantar Hukum Adat Bali, Cetakan Kedua, Lembaga
Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, (selanjutnya disingkat
Wayan P. Windia I) h.50.
3
Prof. Dr. A. Suriyaman Mustari Pide, S.H., M.Hum, 2014, Hukum Adat, Dahulu, Kini dan Akan Datang,
Edisi Pertama, PRENADAMEDIA GROUP Jakarta, h.51-52.
A) Deddi H. Gunawan (2013:28), desa adat yaitu desa yang melaksanakan aturan hukum
agama atau tradisi atau adat istiadat yang berlaku di wilayahnya masing-masing.4
B) Menurut Mashuri maschab,5 desa sebagai suatu organisasi pemeritahan atau organisasi
kekuasaan yang secara politik mempunyai wewenang tertentu karena merupakan bagian dari
pemeritahan negara merupakan pengertian dari suatu kesatuan masyarakat hukum yang
berkuasa menyelenggarakan pemeritahan desa.
C) Menurut Nurul Firmansyah,6 desa adat merupakan unit pemerintahan yang dikelola oleh
masyarakat adat dan mempunyai hak untuk mengurus wilayah (hak ulayat) dan kehidupan
masyarakat dalam lingkungan desa adat. "Peluang Desa Adat dalam Memperkuat Hak-Hak
Masyarakat Hukum Adat".
D) Menurut Mulyanto S.H.,7 desa adat merupakan warisan organisasi kepemerintahan
masyarakat lokal yang dipelihara secara turun-temurun yang tetap diakui dan diperjuangkan
oleh pemimpin dan masyarakat Desa Adat untuk mengembangkan kesejahteraan dan
identitas sosial budaya lokal.
4
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, BAB II Landasan Teori: 2.6 Pengertian Kampung
Adat (Desa Adat), Riau, h.20, diakses 28 Februari 2021, pada http://repository.uin-
suska.ac.id/12288/7/7.%20BAB%20II_2018193ADN.pdf
5
Mashuri Mashab, 2013, Politik Pemerintahan Desa di Indonesia, Cetakan I, PolGov Fisipol UGM,
Yogyakarta, h. 1-2, diakses 28 Februari 2021, pada http://repository.unpas.ac.id/8078/2/G.%20BAB
%202.pdf
6
Wikipedia Ensiklopedia bebas, 2016, Desa Adat, (selanjutnya disingkat Wikipedia Ensiklopedia Bebas
I), h.1, diakses 28 Februari 2021, pada https://id.wikipedia.org/wiki/Desa_adat
7
Mulyanto, 2015, Keberlakuan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa di Bali Dalam Perspektif Sosiologi
Hukum, Penelitian Pendahuluan Disertasi Program Doktor Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada
(UGM), h.423, diakses 28 Februari 2021, pada file:///C:/Users/Asus/Downloads/15880-30182-1-PB.pdf
8
Wayan P. Windia I, op.cit, h. 55-56.
masyarakat hukum adat yg lazim disebut dengan persekutuan hukum (rechtsgemeenschap)
diartikan sebagai kelompok pergaulan hidup yang bertingkah laku sebagai satu kesatuan
terhadap dunia luar, lahir batin. Masyarakat hukum dapat pula diartikan sebagai kelompok
masyarakat yang membentuk aturan hukumnya sendiri kepada aturan hukum yang dibuatnya itu.
Masyarakat hukum adat seperti ini dijumpai di seluruh Indonesia dengan nama atau sebutan yang
berbeda-beda, namun dengan ciri-ciri yg sama, seperti misalnya desa di Jawa, desa pakraman di
Bali, nagari di Minangkabau, marga di Sumatera Selatan, kuria di Tapanuli, dll.
Seperti yang kita ketahui, secara konstitusional pula eksistensi dari kesatuan masyarakat
hukum adat ini telah diakui dalam hukum nasional di Indonesia yaitu pada pasal 18 (B) ayat 2
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini menunjukkan bahwasanya Desa Adat
sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang secara historis mempunyai batas wilayah dan
identitas budaya yang terbentuk atas dasar teritorial yang berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat Desa berdasarkan hak asal usul.
Bahkan jika ingin dilihat lebih lanjut, ciri-ciri desa adat di Bali menurut (Pitana, 1994:145)9
yang pula terdapat beberapa hal yang dapat dikategorikan sebagai ciri-ciri dari Kesatuan
Masyarakat Hukum Adat di Bali, adalah:
Mempunyai batas wilayah tertentu yang jelas. Umumnya berupa batas alam seperti
sungai, hutan, jurang, bukit atau pantai.
Mempunyai anggota (krama) yang jelas dengan persyaratan tertentu.
Mempunyai kahyangan tiga atau kahyangan desa (tiga pura desa), atau pura lain yang
mempunyai fungsi dan peranan sama dengan kahyangan tiga.
Mempunyai otonomi, baik ke luar maupun ke dalam.
Mempunyai suatu pemerintahan adat, dengan kepengurusan sendiri (prajuru adat).
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Desa Adat di Bali Termasuk Sebagai
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat.
9
Wikipedia Ensiklopedia Bebas I, op.cit, h.1.