Anda di halaman 1dari 9

Nama : Lianda Nur Farizi

NBI : 1111800190

APBN: IMPLEMENTASI, PENGAWASAN DAN EVALUASI


IMPLEMENTASI APBN
Implementasi atau Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) adalah pelaksanaan pendapatan dan belanja negara, serta penerimaan dan
pengeluaran negara yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pelaksanaan APBN berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Penetapan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 bertujuan agar APBN dapat terlaksana secara
lebih profesional, terbuka, dan bertanggung jawab. Peraturan Pemerintah ini juga untuk
menggantikan posisi baru pelaksanaan APBN yang sebelumnya menjadi acuan dalam
pelaksanaan APBN beserta ketentuan ketentuannya, yakni Keputusan Presiden Nomor 42
Tahun 2002.
1. Pengguna Anggaran (PA)
Pengguna Anggaran adalah pemegang kewenangan kewenangan anggaran Kementerian
Negara / Lembaga.
Menteri / Pimpinan Lembaga selaku penyelenggara pemerintahan yang bertindak sebagai
PA atas Bagian Anggaran (BA) yang disediakan untuk penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi tugas dan kewenangannya tersebut.
Menteri Keuangan, selain sebagai PA atas BA untuk kementerian yang dipimpinnya,
juga bertindak selaku PA atas BA yang tidak dikelompokkan dalam BA Kementerian
Negara / Lembaga (KL) tertentu. Termasuk di dalamnya anggaran untuk lembaga
nonstruktural yang belum atau tidak dapat dimasukkan sebagai BA KL tertentu.
Menteri / Pimpinan Lembaga Pembinaan Tindak Lanjut Anggaran Atas BA yang
menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang
Keuangan Negara, yakni Undang-Undang di bidang keuangan negara (Undang-Undang
nomor 17 Tahun 2003) dan peraturan petunjuk pelaksanaannya.
Menteri / Pimpinan Lembaga selaku PA bertanggung jawab secara formal dan materi
kepada Presiden atas pelaksanaan kebijakan anggaran KL yang dikuasainya sesuai dengan
ketentuan Perundang-undangan.
Tanggung jawab formal tanggung jawab atas pengelolaan keuangan KL yang
dipimpinnya. Yang dimaksud dengan “tanggung jawab atas pengelolaan keuangan KL
yangnya” adalah tanggung jawab yang melekat pada Menteri / Pimpinan Lembaga selaku PA
sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

10
Tanggung jawab materiil tanggung jawab atas anggaran dan hasil yang dicapai atas
beban anggaran negara.
Pelaksanaan tanggung jawab Menteri Keuangan selaku PA atas BA yang tidak
dikelompokkan dalam BA KL diatur sebagai berikut:
1) Dalam hal kegiatan yang dibiayai bukan merupakan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan, Menteri Keuangan hanya bertanggung jawab secara formal.
2) Dalam hal kegiatan yang dibiayai adalah tugas dan fungsi Kementerian Keuangan,
Menteri Keuangan bertanggung jawab secara formal dan materi sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Menteri / Pimpinan Lembaga selaku PA ujian:
1) menunjuk kepala Satuan Kerja (satker) yang melaksanakan kegiatan KL sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA).
2) ke Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya.
2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab anggaran pada Kementerian Negara /
Lembaga yang bertanggung jawab.
Kewenangan PA untuk menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara dilimpahkan kepada
KPA. Pelimpahan diatur sebagaimana dimaksud dalam penunjukan KPA.
Dalam hal tertentu, PA dapat menunjuk pejabat selain kepala satker sebagai KPA. Yang
dimaksud dengan “dalam hal tertentu” adalah penunjukan KPA selain kepala satker oleh PA
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara.
Penunjukan KPA bersifat ex-officio. Yang dimaksud bersifat ex-officio "adalah melekat
pada jabatan. Jadi, melekatkan jabatan KPA pada jabatan Kepala Satker atau melekat pada
jabatan pejabat selain Kepala Satker yang ditunjuk oleh PA untuk menjadi KPA.
Penunjukan KPA tidak mengikuti periode Tahun Anggaran (TA). Dalam hal tidak
terdapat perubahan pejabat yang ditunjuk sebagai KPA pada saat pergantian periode TA,
penunjukan KPA tahun anggaran yang lalu (TAYL) masih tetap setia.
Penunjukan KPA berakhir dengan tidak teralokasi anggaran untuk program yang sama
pada TA berikutnya.
Penunjukan KPA atas pelaksanaan Urusan Bersama, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan:
1) Penunjukan KPA atas pelaksanaan Dana Urusan Bersama dilakukan oleh Menteri /
Pimpinan Lembaga atas usul Gubernur / Bupati / Walikota.
2) Penunjukan KPA atas pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dilakukan oleh gubernur selaku
pihak yang dilimpahi sebagian urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan KL.

11
3) Penunjukan KPA atas pelaksanaan Tugas Pembantuan dilakukan oleh Menteri /
Pimpinan Lembaga atas usul Gubernur / Bupati / Walikota.
Dalam rangka percepatan pelaksanaan anggaran, Menteri / Pimpinan Lembaga dapat
mendelegasikan penunjukan KPA atas pelaksanaan urusan bersama dan tugas pembantuan
kepada Gubernur / Bupati / Walikota.
Dalam rangka pelaksanaan anggaran, KPA memiliki tugas dan berwenang:
1) menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
2) ditentukan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penanda Tangan Surat
Perintah Membayar (PPSPM).
3) komite / pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran.
Khusus untuk penetapan panitia pengadaan barang dan jasa dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang dan Jasa
(terakhir Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010).
4) menyelesaikan rencana kegiatan dan rencana pencairan dana.
5) melakukan tindakan yang pengeluaran anggaran Negara.
6) melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran negara.
7) memberikan pengawasan, konsultasi, dan pelaksanaan kegiatan dan anggaran.
8) kompilasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan dan anggaran.
9) menyusun laporan keuangan dan kinerja sesuai dengan peraturan Perundang-
undangan.
Dalam kondisi tertentu, jabatan PPK atau PPSPM dapat dirangkap oleh KPA. Yang
dimaksud dengan “kondisi tertentu” adalah kondisi yang mengharuskan perangkapan jabatan
KPA dengan jabatan PPK atau PPSPM, di mana jika tidak dilakukan perangkapan akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan anggaran belanja dari satker yang bersangkutan,
misalnya keterbatasan jumlah dan / atau kualitas Sumber Daya Manusia, PPK atau PPSPM
berhalangan tetap.
KPA bertanggung jawab secara formal dan materi kepada PA atas pelaksanaan Kegiatan
berada dalam penguasaannya.
Tanggung jawab formal dimaksud merupakan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
dan berwenang KPA tersebut di atas. Tanggung jawab materiil tanggung jawab atas anggaran
dan keluaran (output) yang dihasilkan atas beban anggaran negara.
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang berwenang oleh PA / KPA untuk
mengambil keputusan dan / atau melakukan tindakan yang dapat mengatur anggaran belanja
negara.
PPK mengatur kewenangan KPA, yaitu melakukan tindakan yang pengeluaran anggaran
Negara. PPK dapat ditetapkan lebih dari 1. Penetapan PPK tidak terikat periode tahun
anggaran.

12
Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai PPK pada saat
penggantian periode anggaran, penetapan PPK tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
Jabatan PPK tidak boleh dirangkap oleh PPSPM dan bendahara.
Dalam hal penunjukan KPA berakhir karena tidak teralokasi anggaran untuk program
yang sama pada tahun anggaran berikutnya, penunjukan PPK secara otomatis berakhir.
Dalam rangka melakukan tindakan yang dapat mengeluarkan anggaran Belanja Negara,
PPK memiliki tugas dan berwenang:
1. menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Rencana Pencairan Dana.
2. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang / Jasa.
3. membuat, melaksanakan dan melaksanakan dengan Penyedia Barang / Jasa.
4. melaksanakan Kegiatan swakelola.
5. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yang perjanjian.
Yang dimaksud dengan “pemberitahuan oleh PPK kepada Kuasa BUN atas perjanjian
yang terikat” adalah dalam rangka pelaksanaan manajemen yang diterapkan dalam
Sistem Anggaran dan Perbendaharaan Negara. Ketentuan mengenai tata cara
pemberitahuan berjanji kepada Kuasa BUN diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
6. mengendalikan pelaksanaan perikatan.
7. uji dan surat bukti mengenai hak tagih kepada negara.
Pengujian dan penandatanganan surat bukti yang dilakukan dengan membandingkan
kesesuaian antara surat bukti yang akan disahkan dan barang / jasa yang
diserahterimakan / indikasi spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen
perikatan.
8. membuat dan meminta Surat Permintaan Pembayaran (SPP) atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan SPP.
Yang dimaksud dengan “dokumen yang dipersamakan dengan SPP” adalah dokumen
yang menggunakan istilah lain sebagai dasar permintaan / pengesahan pembayaran.
9. melaporkan pelaksanaan / penyelesaian Kegiatan kepada KPA.
10. hasil pekerjaan pelaksanaan Kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara Penyerahan.
11. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Kegiatan.
12. melaksanakan tugas dan berwenang yang terkait dengan tindakan yang pengeluaran
anggaran Belanja Negara.
PPK bertanggung jawab atas kebenaran kebenaran dan akibat dari penggunaan bukti
mengenai hak tagih kepada negara.
4. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar adalah pejabat yang diberi kewenangan
oleh PA / KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan
perintah pembayaran. Penunjukan PPSPM:
1) PPSPM melaksanakan kewenangan KPA, yaitu melaksanakan pengujian tagihan dan
perintah pembayaran atas beban anggaran negara.

13
2) PPSPM yang ditetapkan hanya 1 PPSPM.
3) Penetapan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran.
4) Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai PPSPM pada saat
penggantian periode anggaran, penetapan PPSPM tahun anggaran yang lalu masih tetap
berlaku.
5) Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK dan bendahara.
6) Dalam hal penunjukan KPA berakhir karena tidak teralokasi anggaran untuk program
yang sama pada tahun anggaran berikutnya, penunjukan PPSPM secara otomatis
berakhir.
Dalam rangka melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran, PPSPM memiliki
tugas dan berwenang sebagai berikut:
1. uji kebenaran SPP atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPP beserta
dokumen pendukung.
2. menolak dan mengembalikan SPP, memenuhi persyaratan untuk memenuhi
permintaan.
3. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan.
4. menerbitkan SPM atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPM.
Yang dimaksud dengan “dokumen yang dipersamakan dengan SPM” adalah Dokumen
yang menggunakan istilah lain sebagai dasar perintah pembayaran.
5. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih.
6. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA.
7. tugas dan berwenang yang melaksanakan pelaksanaan pengujian dan perintah
pembayaran.
PPSPM bertanggung jawab atas kebenaran kebenaran administrasi, kelengkapan
administrasi, dan keabsahan administrasi dari dokumen hak tagih pembayaran yang menjadi
dasar publikasi SPM dan akibat yang timbul dari pengujian yang dilakukan.
5. Bendahara Umum Negara (BUN)
Menteri Keuangan bertindak sebagai Bendahara Umum Negara (BUN). Menteri
Keuangan selaku BUN mengangkat Kuasa BUN untuk melaksanakan tugas kebendaharaan
dalam rangka pelaksanaan anggaran dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan.
Dalam rangka melaksanakan tugas kebendaharaan dimaksud, Kuasa BUN memiliki
tugas dan wewenang paling sedikit:
1. Pengejaran dan Pengendalian Anggaran Negara.
2. penagihan Piutang Negara kepada pihak ketiga sebagai penerimaan anggaran.
3. melakukan pembayaran tagihan pihak ketiga sebagai anggaran.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan berwenang Kuasa BUN diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Adapun aturan pelaksana APBN diatur dalam beberapa kebijakan:

14
1. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No Per-19pb 2013 Tentang Tata Cara
Pembayaran Dan Pengembalian Uang Muka Atas Beban APBN.
2. Peraturan Pemerintah RI No 45 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.
3. Peraturan Menteri Keuangan RI No 190pmk.052012 Tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan APBN
4. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. Per-21pb2014 Tentang Mekanisme
Penyesuaian Sisa Pagu Dipa Atas Setoran Pengembalian Belanja
5. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 173 Pmk.05 2016 Tentang Perubahan Atas
Pmk Nomor 168 Pmk.05 2015
6. Pertanggungjawaban Perjadin

PENGAWASAN APBN
1. Pengertian
Seperti yang kita ketahui pemerintah merupakan pelaksana anggaran negara, dan secara
otomatis akan menetukan arah dan kebijakan keuangan negara dengan kontrol dari DPR juga.
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah nantinya akan digunakan oleh pelaksana itu
sendiri, yaitu departemen departemen serta lembaga negara. oleh karena itu untuk mengawasi
jalanya pemakaian keuangan negara dibutuhkanlah yang namanya pengawasan keuangan
negara.
Pengawasan keuangan negara adalah ”Segala kegiatan kegiatan untuk menjamin agar
pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan penyaluran pengeluaran-pengeluaran
negara tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan di dalam Anggaran“.
2. Tujuan Pengawasan Keuangan Negara
1. Untuk menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dapat dijalankan.
2. Untuk menjaga agar kegiatan pengumpulan penerimaan dan pembelanjaan
pengeluaran negara sesuai dengan anggaran yang telah digariskan.
3. Untuk menjaga agar pelaksanaan APBN benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan
3. Jenis-Jenis Pengawasan
1.1 Pengawasan Berdasarkan Objek
A. Pengawasan terhadap Pengeluaran Negara
1) Penerimaan dari Pajak dan Bea Cukai dilakukan oleh Kantor Inspeksi Bea Cukai.
2) Penerimaan dari bukan Pajak dilakukan oleh KPKN.
B. Pengawasan terhadap Pengeluaran Negara
Prinsip-prinsip yang dipakai dalam pelaksanaan pengeluaran negara adalah:
1) Wetmatigheid, pengawasan yang menekankan pada aspek kesesuaian antara
praktik pelaksanaan APBN dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Rechmatighead, pengawasan yang menekankan dari segi legalitas praktik APBN.
3) Doelmatighead, pengawasan yang menekankan pada pentingnya peranan faktor
tolok ukur dalam praktik pelaksanaan APBN.

15
1.2 Pengawasan Menurut Sifatnya
A. Pengawasan Preventif
Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dimulainya suatu
kegiatan atau sebelum terjadinya pengeluaran keuangan.  Tujuan pengawasan ini
adalah:
1) mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari dasar yang telah
ditentukan.
2) Memberikan pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara efisien
dan efektif.
3) Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi sehunbungan
dengan tugas yang harus dilaksanakan.
B. Pengawasan Detektif
Pengawasan detektif adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan dengan
meneliti dan mengevaluasi dokumen-dokumen laporan pertanggungjawaban
Bendaharawan.  Berdasarkan cara melakukan pengawasan detektif dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1) Pengawasan Jauh
Pengawasan dilakukan dengan cara meneliti laporan pertanggung jawaban
Bendahawan, beserta bukti-bukti pendukungnya.
2) Pngawasan Dekat
Pengawasan dilakukan di tempat diselenggaranya kegiatan administrasi.
1.3 Pengawasan Menurut Ruang Lingkupnya
A. Pengawasan Internal
Pegawasan internal dibagi menjadi dua yaitu pengawasan dalam arti sempit, yaitu
pengawasan internal yang dilakukan aparat yang berasal dari internal lingkungan
Departemen atau Lembaga yang diawasi.  Sedangkan pengawan internal dalam arti
luas adalah pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat pengawas yang berasal
dari lembaga khusus pengawas yang dibentuk secara internal oleh Pemerintah atau
lembaga Eksekutif.
B. Pengawasan Eksternal
Adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawas yang sama
sekali berasal dari lingkungan organisasi eksekutif.
1.4 Pengawasan Menurut Metode Pengawasannya
A. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh Pimpinan atau atasan
langsung suatu organisasi atau unit kerja terhadap bawahannya dengan tujuan untuk
mengetahui atau menilai program kerja yang ditetapkan telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Pengawasan Fungsional
Adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional, baik yang
berasal dari internal Pemerintah, maupun dari lingkungan eksternal Pemerintah.

16
4. Pemeriksaan Sebagai Tindak Lanjut Pengawasan
Salah satu bentuk tindak lanjut penyelenggaraan pengawasan adalah pemeriksaan. 
Pemeriksaan adalah penilaian yang independen, selektif, dan analistis terhadap program atau
kegiatan, dengan tujuan untuk:
1. Menilai efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan penggunaan sumber daya dan dana
yang tersedia.
2. Mengenali aspek-aspek yang perlu diperbaiki.
3. Mengevaluasi aspek-aspek tersebut secara mendalam, memaparkan perlunya
perbaikan, serta mengemukakan saran-saran perbaikan yang perlu dilakukan.
5. Proses Pemeriksaan Operasional
Proses pelaksanaan pemeriksaan operasional secara garis besar dilakukan dalam 4
(empat) tahapan, yaitu:
1. Survei pendahuluan.
2. Evaluasi sistem pengendalian intern.
3. Pemeriksaaan terinci.
4. Penulisan laporan.
6. Tindak Lanjut Pemeriksaan
Setiap pejabat yang menerima laporan hasil pemeriksaaan harus melakukan tindak lanjut,
serta melaporkannya kepada BPKP.  Tindak lanjut yang dilaporkan kepada BPKP dalam hal
ini tidak hanya tindak lanjut dari temuan pemeriksaan BPKP, melainkan tindak lanjut dari
temuan pemeriksaan aparat pengawas sendiri. Yang dimaksud tindak lanjut dalam hal ini :
1. Tindakan administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
pengawasan, termasuk penerapan hukum disiplin.
2. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata, antara lain :
1. Tuntutan ganti atau penyetoran kembali.
2. Tuntutan bendaharawan.
3. Tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi, dll.
4. Tindakan pengajuan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya ke PN.
5. Tindakan penyempunaan Aparatur Pemerintah di Bidang kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan.
EVALUASI APBN
Evaluasi APBN atau Monev APBN berfungsi untuk memantau serapan anggaran APBN
secara konsisten, efektif dan akurat.
Melalui e-Monev APBN bisa dilihat progress serapan masing-masing SKPD. Informasi
tersebut dapat diakses oleh siapapun sebagai wujud dari keterbukaan informasi kepada
publik. Tidak hanya berbicara tentang serapan dana, e-Monev APBN juga menampilkan

17
informasi progres fisik dari setiap kegiatan yang sedang berjalan di DIY. Konsentrasi
terhadap pengawalan serapan fisik merupakan salah satu kunci keberhasilan DIY untuk tidak
hanya fokus pada proses namun juga mulai berkonsentrasi terhadap hasil. Inovasi-inovasi
manajemen di dalam e-Monev APBN merupakan wujud kepekaan Bappeda DIY dalam
merespon kondisi eksisting untuk mambangun formulasi pemantauan yang optimal.
Dasar Hukum
1. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan Telematika di
Indonesia
2. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
5. Instruksi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Tahun 2008 tentang Perencanaan
Berbasis Kinerja dan Perjanjian Kinerja di Lingkungan Instansi Pemerintah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

SUMBER REFERENSI
http://www.wikiapbn.org/pelaksanaan-anggaran-pendapatan-dan-belanja-negara/
https://apustpicurug.wordpress.com/mata-kuliah/pengawasan-keuangan-
negara/#:~:text=Pengawasan%20keuangan%20negara%20adalah%20%E2%80%9D
%20Segala,telah%20digariskan%20di%20dalam%20Anggaran
%20%E2%80%9C.&text=Untuk%20menjaga%20agar%20anggaran%20yang%20disusun
%20benar%2Dbenar%20dapat%20dijalankan.
http://bappeda.jogjaprov.go.id/produk/detail/Monitoring-dan-Evaluasi-APBN#:~:text=e
%2DMonev%20APBN%20berfungsi%20untuk,secara%20konsisten%2C%20efektif%20dan
%20akurat.&text=Tidak%20hanya%20berbicara%20tentang%20serapan,yang%20sedang
%20berjalan%20di%20DIY.

18

Anda mungkin juga menyukai