Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

HUKUM INTERNASIONAL

NAMA : ROCKY JUNIARTO LOMI


NIM : 030700064
TUGAS II

Malaysia Usir Duta Besar Korea Utara, Kang Chol


Putrajaya - Kang Chol, Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia, kini benar-benar diusir oleh Malaysia.
Soalnya, Kang Chol telah menuduh Malaysia bersekongkol dengan kekuatan asing untuk menyudutkan Korea
Utara. Pengusiran Kang Chol ini dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Malaysia Sri Anifah Haji Aman dalam
keterangan pers, sebagaimana diakses detikcom, Minggu (5/3/2017). Istilah yang dipakai, Kang Chol
dianggap sebagai 'Persona Non Grata' alias 'Orang yang Tak Diinginkan'. "Yang Terhormat Bapak Kang Chol,
bahwa pemerintah Malaysia telah menyatakan untuknya Persona Non Grata," kata Anifah dalam keterangan
pers tertanggal 4 Maret 2017 itu. Dia diharapkan meninggalkan Malaysia dalam jangka waktu 48 jam terhitung
sejak 4 Maret 2017 pukul 18.00 waktu setempat. Sebelum sikap Malaysia ini dikeluarkan, Kang Chol terlebih
dahulu diundang menemui Deputi Sekretaris Jenderal untuk Hubungan Bilateral Kementerian Luar Negeri,
Raja Nushirwan bin Zainal Abidin, pada 4 Maret pukul 18.00 kemarin. Namun Kang Chol tak kunjung tiba.
Sebelumnya, Anifah juga mengungkapkan, telah dijadwalkan pertemuan pada 28 Februari 2017 lampau.
Agendanya adalah pertemuan dengan Delegasi Tingkat Tinggi Republik Demokratik Rakyat Korea yang
dipimpin Kim Song. Malaysia menuntut permohonan maaf dari Korea Utara terkait tuduhan Kang Chol, bahwa
Malaysia bersekongkol dengan pihak lain dalam investigasi kasus kematian kakak tiri pemimpin Korea Utara
Kom Jong-Un, yakni Kim Jong-Nam. Namun pada 28 Februari itu, tak ada orang Korea Utara yang datang
memenuhi undangan. Namun Malaysia masih menunggu sampai empat hari. Permintaan maaf tak kunjung
tiba dari Korea Utara. "Hampir empat hari telah berlalu sejak tenggat waktu tempo itu. Tak ada permintaan
maaf yang dibuat, juga tak ada indikasi akan datangnya permintaan maaf. Maka dengan alasan ini, Duta
Besar telah dinyatakan Persona Non Grata," kata Anifah. "Ini harus diperjelas, Malaysia akan menanggapi
keras terhadap segala bentuk pelecehan melawan atau segala bentuk usaha menodai reputasi," tuturnya.
"Langkah ini adalah bagian dari proses pemerintah Malaysia untuk meninjau kembali hubungan dengan
Republik Demokratik Rakyat Korea," kata Anifah
Sumber: https://news.detik.com/berita/d-3438430/malaysia-usir-duta-besar-korea-utara-kang-chol
Gantian, Korut Usir Dubes Malaysia
Hubungan diplomatik Korea Utara dan Malaysia makin memburuk. Sebagai balasan pengusiran duta besar
Korea Utara untuk Malaysia, Korea Utara pada Senin (6/3/2017) mengumumkan ultimatum kepada duta besar
Malaysia untuk meninggalkan negeri itu dalam waktu 48 jam. "Kementerian Luar Negeri Korea Utara
memberitahukan bahwa duta Besar Malaysia untuk Korea Utara dinyatakan sebagai persona non grata dan
menuntut duta besar itu meninggalkan Korea Utara," kata kantor berita Korea Utara KCNA, seperti dilansir
Antara dari AFP.
Sumber; https://tirto.id/gantian-korut-usir-dubes-malaysia-ckhP
Pertanyaan:

1. Jelaskan penerapan persona non grata berdasarkan ketentuan dalam Konvensi Wina 1961! 
2. Jelaskan menurut analisa saudara apakah Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia telah melakukan
pelanggaran terhadap Konvensi Wina 1961? 
3. Jelaskan menurut analisa saudara apakah prinsip resiprositas (timbal balik) berlaku untuk dalam hal
pemberian persona non grata? Jelaskan! 
4. Indonesia pernah memberikan status persona non grata kepada diplomat/perwakilan negara lain.
Jelaskan kapan, terhadap diplomat/perwakilan negara mana dan mengapa Indonesia mempersona
non gratakan diplomat/perwakilan tersebut. Berikan analisa saudara 
5. Diplomat/perwakilan RI juga pernah diberikan status persona non grata. Jelakan kapan, oleh negara
mana, dan jelaskan mengapa Diplomat/perwakilan Indonesia menerima persona non grata pada
kasus tersebut! . Berikan analisa saudara

Jawaban:
1. penerapan persona non grata berdasarkan ketentuan dalam Konvensi Wina 1961! Dalam Hubungan
Internasional, faktor-faktor yang mempersona nongratakan seseorang terbagi atas beberapa faktor
faktor yang pertama apabila : a. calon tersebut dianggap menganggu hak kedaulatan negara dimana  
ia akan di akreditasikan, karna sikap pribadinya juga yang disaksikan; b. Jika menunjukkan rasa
permusuhan terhadap rakyat maupun lembaga di negara tempat dimana ia akan di akreditasikan; c.
Jika ia menjadi pokok permasalahan dinegara penerima dan di negara akreditasi tersebut tidak mau
memberikan kepada calon tersebut kekebalan-kekebalan  sebagai calon duta besar. Berdasarkan
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik dikatakan bahwa seseorang bisa dipersona
nongratakan oleh Negara penerima tanpa harus memberikan alasan. Jadi  apabila seseorang
memasuki suatu Negara dengan tujuan tertentu dan oleh Negara penerima dianggap dapat
merugikan negaranya, maka orang tersebut dapat dipersona non gratakan dan tidak boleh
melaksanakan aktifitas dinegara tersebut dan harus meninggalkann Negara tersebut dalam jangka
waktu yang ditentukan. kedua Dan untuk pengaruh hubungan kedua negara penerima dan pengirim
Ketika, seorang perwakilan diplomatic mengalami personan non grata oleh Negara penerima maka
akan terjadi kesenjangan atau konflik dalam hubungan diplomatic antara kedua Negara.   Apabila
kedua Negara tidak mencapai kesepakatan bersama untuk melakukan perdamaian maka hubungan
diplomatiknya bisa putus sehingga tidak ada lagi perwakilan diplomatic Negara pengirim dinegara
penerima.

2. Dapat saya jelaskan bahwa menurut saya Duta Besar Korea Utara untuk Malaysia telah melakukan
pelanggaran terhadap Konvensi Wina 1961. Pada pasal 9 Konvensi Wina 1961 menyebutkan bahwa
Negara penerima dapat menyatakan persona non grata dan ketentuan pasal 41 dan pasal 9 konveni
wina 1961 negara penerima dapat mengusir dan menyatakan persona non grata pada pejabat
diplomatik, Namun tindakan pengusiran atau pernyataan persona non grata dapat diadakan oleh
Negara penerima di dalam hal atau keadaan yang sangat terpaksa.
Pernyataan Persona Non Grata menimbulkan konsekuensi pada pejabat diplomat tersebut dimana
pejabat diplomat tersebut harus meninggalkan wilayah Negara penerima dalam rentang waktu yang
telah ditentukan dan pejabat tersebut harus kembali ke Negara asalnya. Meskipun kekebalan
diplomatik membebaskan pejabat tersebut dari kekuasaan hukum setempat tetapi apabila pejabat
tersebut terlibat dalam tindak pidana berat, maka setelah dijatuhkan persona non grata oleh Negara
penerima dan telah kembali ke Negara asalnya pejabat tersebut tidak dapat bebas dari tanggung
jawab baik di Negara asalnya. Hal ini sesuai dalam Pasal 41 ayat 4 Konvensi Wina 1961 yang
menyebutkan bahwa kekebaan wakil diplomatik dari pengadilan Negara penerima tidak
membebaskannya dari pengadilan Negara asalnya”.

3. Dapat saya jelaskan bahwa prinsip resiprositas (timbal balik) berlaku untuk dalam hal pemberian
persona non grata? Jelaskan!.  Asas resiprositas adalah suatu asas hukum yang telah lama diakui
keberadaannya dalam Hukum Internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna asas
resiprositas dalam kerangka Hukum Diplomatik, keabsahan penerapan asas resiprositas sebagai
landasan dalam deklarasi persona non grata terhadap pejabat diplomatik, dan penentuan tindakan
pembalasan melalui deklarasi persona non grata atas dasar asas resiprositas sebagai suatu cara
penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan hubungan diplomatik antar negara. Penelitian ini
merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Dalam rangka mendapatkan pemaparan
yang jelas, data tersebut kemudian disusun secara sistematis dan dianalisa secara kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asas resiprositas adalah
asas yang fundamental dalam Hukum Diplomatik. Dalam kerangka Hukum Diplomatik, asas
resiprositas diakui dan diterima sebagai asas hukum umum yang melandasi ketentuan-ketentuan
yang ada dalam perjanjian internasional dan hukum kebiasaan internasional. Khusus dalam kaitannya
dengan Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik, asas resiprositas bermakna
sebagai asas hukum yang melandasi pelaksanaan hak dan kewajiban negara yang diatur dalam
ketentuan-ketentuan Konvensi tersebut. Berdasarkan makna asas resiprositas yang terkandung
dalam Pasal 9 Konvensi dan dengan mencermati kecenderungankecenderungan yang terjadi dalam
praktik, maka dapat ditentukan bahwa asas resiprositas dapat menjadi landasan yang sah dalam
deklarasi persona non grata terhadap pejabat diplomatik. Deklarasi persona non grata atas dasar
asas resiprositas ini merupakan suatu tindakan pembalasan yang masuk dalam kategori retorsi.
Retorsi merupakan suatu tindakan pembalasan yang sah dan dibenarkan menurut Hukum
Internasional. Dengan demikian, maka dapat ditentukan bahwa tindakan pembalasan melalui
pengenaan deklarasi persona non grata atas dasar asas resiprositas dapat menjadi suatu cara
penyelesaian sengketa yang sah untuk ditempuh dalam pelaksanaan hubungan diplomatik antar
negara.

4. Indonesia pernah memberi status persona non grata pada seorang atase militer Uni Soviet di tahun
1982. Atase tersebut bernama Sergei P. Egorov. Ia dituduh telah melakukan
tindakan spionase terhadap pemerintah Indonesia. Ia bersama salah satu anggota TNI AL bernama
Letkol Susdaryanto bersekongkol untuk membocorkan dokumen-dokumen kelautan Indonesia. Salah
satu dokumen yang dibocorkan adalah dokumen mengenai keadaan laut Natuna.
Dapat saya jelaskan bahwa menurut pendapat saya perbuatan dari dianggap menganggu hak
kedaulatan negara seorang atasan militer Uni Soviet di tahun 1982 dianggap menganggu hak
kedaulatan negara sehingga negara Indonesia harus memberikan status persona non grata.

5. Duta Besar kita pun pernah di- persona non grata-kan oleh negara lain. Contohnya di tahun 2015,
ketika Dubes Indonesia untuk Brazil yakni Toto Riyanto ditolak masuk kesana.
Alasannya tidak pernah diungkapkan. Tetapi Toto tahu bahwa ini adalah serangan balasan atas
hukuman mati kepada WN Brazil bernama Marco Archer Cardoso Moreira. Ia ditangkap di Bandara
Soekarno-Hatta karena membawa narkoba jenis kokain. Marco lalu dijatuhi hukuman mati oleh
pemerintah Indonesia.
Presiden Brazil kala itu, Dilma Rouseff meminta agar Marco tidak dijatuhi hukuman mati dengan
alasan kemanusiaan. Namun permintaannya ditolak mentah-mentah oleh Presiden Joko Widodo.
Pemerintah Indonesia pada waktu itu sudah berencana ingin membekukan hubungan diplomatik
dengan Brazil. Namun entah kenapa pada akhirnya keinginan tersebut tidak pernah direalisasikan.
Syukurlah pada bulan Oktober 2015, hubungan keduanya berangsur membaik.
Dapat saya jelaskan bahwa analisa saya adalah mungkin serangan balasan atas hukuman mati
kepada WN Brazil bernama Marco Archer Cardoso Moreira. karena saudara Marco Archer Cardoso
Moreira ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta karena membawa narkoba jenis kokain. Marco lalu
dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Indonesia dan pada saat Presiden Brazil kala itu, Dilma
Rouseff meminta agar Marco tidak dijatuhi hukuman mati dengan alasan kemanusiaan. Namun
permintaannya ditolak mentah-mentah oleh Presiden Joko Widodo.

Anda mungkin juga menyukai