Anda di halaman 1dari 7

PEWARISAN DIHIRBID

Disusun oleh:
Setya Aresti Febriani
Kelas B
I/2

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Tabel 1.1 Tabel Uji Chi-Square

Kelas Fenotip O (Hasil) E (Harapan) (O−E)2


E
Tipe liar 24 23,6 0,0067
Ebony 9 7,9 0,153
Vestigial 6 7,9 0,456
Ebony-Vestigial 3 2,6 0,061
Total 42 42 X2h = 0,676

2. Hasil Perhitungan Uji Chi-Square


a. Mencari nilai e (expected)
E = Peluang x Jumlah individu
9
E liar = × 42 = 23,625
16
3
E ebony = × 42 = 7,875
16
3
E vestigial = × 42 = 7,875
16
1
E ebony-vestigial = × 42 = 2,625
16
b. Mencari X2 hitung
Rumus Chi-Square test :
(O−E)2
X2h =
E
(24−23,6)2
X2h liar = =¿0,00677
23,6
(9−7,9)2
X2h ebony = =0,153
7,9
(6−7,9)2
X2h vestigial = =0,456
7,9
(3−2,6)2
X2h ebony-vestigial = =0,061
2,6
X2hit=X2h liar + X2h ebony + X2h vestigial + X2h ebony-vestigial
= 0,006 + 0,153 + 0,456 + 0,061 = 0,676

c. Mencari X2 tabel
Derajat bebas (dB) = n−1
n = jumlah kelas fenotip
dB = 4 – 1 = 3
Tingkat kesalahan (alfa) = 0.05
X2 tabel = 7,81
d. Kesimpulan
X2 hitung = 0,676
X2 tabel = 7,81
Kesimpulan karena X2 hitung (0,676) < X2 tabel (7,81) maka
diterima artinya nisbah teoritis terpenuhi pada hasil perkawinan
yang sesungguhnya ( tidak ada penyimpangan nisbah mendelian)

X2 hit < X2 tabel,


diterima X2 hit > X2 tabel, ditolak
B. PEMAHASAN
Persilangan dihibrid adalah persilangan yang terjadi antara dua
tetua yang memiliki dua sifat beda atau lebih, misalnya beda mengenai
warna dan beda mengenai bentuk. Hasil persilangan dinamakan
dihibrida. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan empat
macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun
betina (Suryo, 1984). Rasio fenotip klasik yang dihasilkan dari
perkawinan genotip-genotip dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini
diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan
dominan dan resesif. Rasio dihibrida klasik dapat dimodifikasi jika
satu atau kedua lokus mempunyai alel-alel kodominan atau alel-alel
letal. Berbagai metode untuk memecahkan masalah-masalah yang
melibatkan tiga atau lebih pasangan faktor autosomal berpilih bebas.
Dengan mengetahui setiap jumlah pasangan faktor-faktor heterozigot
(n) pada F1 (Crowder, 986).
Persilangan dihibrid merupakan persilangan yang dilakukan oleh
Mendel sebagai pembuktian terhadap Hukum Mendel II. Hasil
persilangan dihibrid seperti terdapat dalam Hukum Mendel II disebut
hukum pengelompokan gen secara bebas (The law of Independent
Assortment of Genes). Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari
sepasang alel memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan
reduksi (meiosis) pada waktu pembentukan gamet-gamet. Oleh karena
itu, pada contoh dihibrid itu terjadi empat macam pengelompokkan
dari dua pasang gen (Suryo, 984)
Karakter dari lalat tipe ebony yaitu memiliki arna tubuh hitam
mengkilat dikarenakan adanya kelainan pada gen eboni, yaitu gen yang
memberikan pigmen warna coklat pada lalat Drosophila melanogaster
wild type (Borror, 1993). Sedangkan karakter pada lalat tipe vestigial
yaitu memiliki ciri-ciri ukuran sayap yang kecil, pendek, serta keriput,
hal itu dikarenakan terjadi mutasi pada kromosom lokus 67. Alasan
digunakannya lalat tipe ebony dengan lalat tipe vestigial pada
persilangan dihibrid karena lalat tersebut memiliki sifat masing-masing
yang berbeda, sehingga jika disilangkan akan menghasilkan dua sifat
yang berbeda pada keturunannya, selain itu warna dan bentuk sayap
mudah untuk diamati.
Gambar diagram persilangan dihibrid lalat tipe ebony dan vestigial
Parental 1 ♂ Ebony >< ♀ Vestigial
(eeVV) (EEvv)
Gamet 1 eV Ev
Filial 1 100% EeVv (Lalat liar “carrier”)
Parental 2 EeVv >< EeVv
Gamet 2 EV, Ev, eV, ev EV, Ev, eV, ev
Filial 2
Gamet EV Ev eV ev
EV EEVV EEVv EeVV EeVv
Ev EEVv EEvv EeVv Eevv
eV EeVV EeVv eeVV eeVv
ev EeVv Eevv eeVv eevv
9 E_V_ = Lalat liar “carrier”
3 E_vv = Ebony
3 eeV_ = Vestigial
1 eevv = Ebony-Vestigial

Modifikasi nisbah fenotip persilangan dihibrid ada dua yaitu


epistasis dan interaksi gen. Epistasis merupakan peristiwa penutupan
gen non-alelik, terdapat enam macam epistasis antara lain epistais
dominan yang memiliki rasio fenotipe 12:3:1 contohnya pada
pewarisan warna buah waluh besar (Curcubita pepo), epistasis resesif
memiliki rasio fenotipe 9:3:4 contohnya pada pewarisan warna bulu
mencit (Mus musculus), epistasis resesif ganda memiliki rasio 9:7
contohnya pada pewarisan kandungan HCN pada tanaman Trifolium
repens, epistasis dominan resesif memiliki rasio fenotipe 13:3
contohnya pada pewarisan bulu ayam ras, epistasis dominan ganda
memiliki rasio 15:1 contohnya pewarisan pada bentuk buah Capsella,
dan yang terakhir ada epistasis gen duplikat dengan efek komulatif
memiliki rasio 9:6:4 contohnya pada pewarisan bentuk buah waluh
besar. Sedangkan interaksi gen adalah interaksi gen-gen non-alelik
dalam memunculkan fenotipe baru atau bereda dari tetuanya. Memiliki
nisbah fenotipe 9:3:3:1. Contohnya pada pewarisan bentuk pial
(jengger) ayam, ada empat macam bentuk yaitu ros atau gerigi, pea
atau biji, single atau bilah, dan walnut atau sumpel.
Pengunaan uji Chi-square pada persilangan monohibrid dilakukan
untuk mengetahui berapa besar penyimpangan yang terjadi pada
nisbah mendelian apakah terpenuhi pada nisbah teoritis pada hasil
perkawinan yang sesungguhnya. Analisis perhitungan pada
persilangan dihibrid dengan lalat tipe ebony dan vestigial
menggunakan uji Chi Square. Pada lalat tipe liar didapatkan O (hasil)
24 dengan E (harapan) 23,6 maka diperoleh X2h liar 0,0067, pada lalat
tipe ebony didapakan O (hasil) 9 dengan E (harapan) 7,9 maka
siperoleh X2h ebony 0,53, pada lalat tipe vestigial didapat O (hasil) 6
dengan E (harapan) 7,9 maka diperoleh X2h vestigial 0,456, dan pada
lalat tipe ebony-vestigial didapat O (hasil) 3 dengan E (harapan) 2,6
maka diperoleh X2h ebony-vestigial 0,061 dengan demikian X2hitung
dapat dihitung dengan menjumlahkan X2 dari semua kelas fenotipe
sehingga didapatkan X2hitung sebesar 0,676. Mencari X2tabel dengan
derajat bebas 3 dan tingkat kesalahan (alfa) 0,05 maka dilihat dari tabel
akan diperoleh nilai X2tabel sebesar 7,81, karena X2hitung lebih kecil
daripada X2tabel maka diterima, artinya nisbah teoritis terpenuhi pada
hasil perkawinan yang sesungguhnya (tidak ada penyimpangan dari
Hukun Mendel II).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persilangan dihibrid yaitu
dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor
eksternal contohnya yaitu faktor lingkungan yang kurang mendukung
saat terjadinya persilangan sedangkan faktor internal terjadi pada lalat
itu sendiri, seperti lalat betina yang tidak virgin. Lalat betina
mempunyai spermateka yang mampu menyimpan sperma pada
perkawinan yang sebelumnya, dengan demikian jika digunakan lalat
betina yang tidak virgin akan mempengaruhi hasil dari persilangan dan
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Borror, D. J., Triplehom, C. A., dan Johnson, N. F., 1983. Pengenalan Pelajaran
serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Crowder, L.V., 1986. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Suryo., 1984. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Susanto, Agus Hery dkk., 2021. Petunjuk Praktikum Genetika. Purwokerto:


Universitas Jenderal Soedirman.

Anda mungkin juga menyukai