Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknol

nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20


2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

PENGOLA
LAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRII JAMU
J DAN
FARMASI MENG
GGUNAKAN ANAEROBIC BAFFLELED REACTOR
SECARA SHOCK
K LOADING DALAM UPAYA MENG
NGHASILKAN
BIOGAS
Fachryy Amin
A ntri *)
N., Afifah Darda N.I., Indro Sumantr

Jurusan Tekn
eknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Dipo
iponegoro
Jln. Prof. Soedarto, S. H., Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax
ax: (024)7460058
Abstrak

PT. Sidomuncul merupakan salaalah satu pabrik yang menghasilkan limbah. Limbah cair cai yang dihasilkan sebesar
130m3 per hari. Dari banyaknyanya limbah cair yang dihasilkan maka perlu adanyaa proses p yang singkat untuk
menampung limbah tersebut sehi
ehingga dalam pengolahannya tidak diperlukan lahann yang y besar dan waktu yang
lama. Limbah hasil pengolahann PT. Sidomuncul memiliki nilai COD sekitar 15000 mg/l. m Limbah dengan kadar
COD tinggilebih baik diolah seca
ecara anaerobik dibandingkan secara aerobik. Proses es ppengolahan limbah secara
anaerobik bisa dilakukan jikaa nnilai COD minimal adalah 1500mg/l. Pada penelitia litian ini akan dicoba untuk
mengolah limbah cair dengan metode
me anaerobik menggunakan lumpur aktif dan dilaku
akukan secara shockloading.
Tujuan dari penelitian ini adadalah untuk mengetahui kestabilan lumpur aktif terh erhadap shock loadingserta
pengaruh terhadap penurunann C COD dan produksi biogas dengan variabel berubah design reaktor, HRT, jenis
lumpur aktif, dan tinggi lumpurr aaktif. Respon yang diamati adalah pH effluent, kadar
ar COD, dan volume biogas.
Hasil penelitian menunjukkan proses
p anaerobic secara shock loading pada limbahbah cair industry jamu dan
farmasi bisa menurunkan kadarar COD berkisar 78,46% hingga 93,97% dan menghasil asilkan biogas paling banyak
pada variabel lumpur pupuk orga
rganik 1/3 H ABR.

Kata kunci: limbah cair, anaerob


robik, shock loading, anaerobic baffled reactor, biogas

Abstract

PT. Sidomuncul is one of the facctories that produce waste. Wastewatergenerated att 1130m3 per day. Because of
the big amount of wastewater produced,
pr it is necessary to accommodate a short in time
tim wastewater processing,
that won’t required a large area
rea and much time. Wastewater processing results of PT PT. Sidomuncul has a COD
value of about 15000 mg /l. Wastastes with high levels of COD is well treatedby anaerob
robically better than aerobic.
Anaerobic wastewater treatment nt can be done if the value of minimal COD is 1500mgg /l.
/ This research will try to
process the wastewater anaerobiobically by shockloading method using activated sludge ge. The purpose of this study
was to determine the activatedd sludgestability
s when it is done with shock loading met
method and also the effect of
COD level and biogas productio ction as changed variables such rector design, HRT,, activated
a sludge type, and
activated sludge height. Observed
ved responses are pH effluent, COD levels, and gas prodroduction. The results of this
research are the process of anaerobic
an wastewater shock loading on herbal medi edicine and pharmaceutical
industry could reduce COD level vels ranged from 78.46% to 93.97% and produce biogas gas at it’s best using organic
fertilizer sludge with 1/3 heightt oof ABR.

Key words: wastewater, anaerob


obic, shock loading, anaerobic baffled reactor, biogas

1. Pendahuluan
Perkembangan industri
tri di Indonesia semakin mengalami peningkatan, baikik munculnya industri baru,
maupun perluasan produksi dari
ari industri yang telah ada. Meningkatnya jumlah indus
dustri yang ada di Indonesia
juga akan meningkatkan jumlahh produksi limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Seperti
S industri manufaktur
atau cabang industri yang meng
engaplikasikan mesin, peralatan, dan tenaga kerja sua
suatu medium proses untuk
mengubah bahan mentah menjadjadi barang jadi untuk dijual. Agar pembuangan limbahh tidak
t merusak lingkungan,
maka perlu adanya suatu prose ses tambahan yang sering kita sebut dengan IPAL( L(Instalasi Pengolahan Air
Limbah). PT. Sido Muncul adala
alah salah satu industri pembuatan jamu yang menghasil
silkan limbah padat maupun
cair.Maka dari itu perlu adanya
ya suatu pengolahan untuk membuang limbah yangg m memiliki baku mutu yang
sesuai dengan peraturan pemerint
rintah yang berlaku untuk daerah tersebut.
121
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)
Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20
2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Air limbah yang dihasilsilkan oleh aktivitas industri PT. Sido Muncul mempun punyai hidroulic load sekitar
130 m3 / hari, flow time sekitarr 18
1 jam mulai dari jam 06.00 – 24.00 WIB dengan pea eak flow sekitar 10 m3/jam (
Dian Risdianto, 2007).Karakteris risasi air limbah dari produksi jamu Kuku Bima dari PT. PT Sido Muncul adalah: pH
4,94; kadar COD 3610 mg/l; BOD BO 990 mg/l; fenol 9,8; dan TSS 549. Karaekterisasi asi tersebut sangat jauh dari
nilai ambang batas yang dicanannangkan oleh pemerintah Jawa Tengah No. 10 Tahunn 2004 yaitu pH 6-9; kadar
COD 150 mg/l; BOD 75 mg/l; fe fenol 0,2; dan TSS 75 (Nurita-Sukma).
Telah menjadi isu globabal bahwa sumber energi bahan bakar sudah semakin m menipis, langka dan mahal.
Hal ini dikarenakan energi yangg umum
u dipakai berasal dari bahan bakar fosil yang tidak
tida dapat diperbarui. Untuk
itu perlu adanya upaya baru unt ntuk mendapatkan sumber energi yang terbarukansalah lah satunya dari pengolahan
limbah menjadi biogas. Bioga gas dapat dihasilkandari limbah yang memiliki kandungan ka organik tinggi.
Kandungan organik ini yang dimanfaatkan
d oleh bakteri methane untuk dirubah m menjadi methane. methane
inilah yang sering kita namakann sebagai
s biogas.
Biogas dapat digunakan
kan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan
me listrik. Biogas
yang dihasilkan oleh aktifitas ananaerob sangat popular digunakan untuk mengolah limbah lim biodegradable karena
bahan bakar dapat dihasilkan sambil
sam menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus m mengurangi volume limbah
buangan. Metana dalam biogas, as, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu atu bara, dan menghasilkan
energi yang lebih besar dengan gan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Peman anfaatan biogas memegang
peranan penting dalam manajem jemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca ka yang lebih berbahaya
dalam pemanasan global bila dibandingkan
dib dengan karbon dioksida. Karbon dalam m biogas merupakan karbon
yang diambil dari atmosfer oleh leh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lag lagi ke atmosfer tidak akan
menambah jumlah karbon di atm tmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan ba bakar fosil. Saat ini, banyak
negara maju meningkatkan pengg nggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair ir mmaupun limbah padat atau
yang dihasilkan dari sistem pengo
ngolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan limba bah(Rahmi,2009).
Pengolahan air limbahah yang telah dilakukan PT. Sido muncul secara kimi imia yaitu dengan koagulasi
flokulasi.Proses koagulasi dann fflokulasi dipilih karena operasionalnya yang cepat at dan mudah, tetapi untuk
pengoperasian koagulasi dan floklokulasi menghasilkan limbah lagi berupa padatan. Biay iaya untuk pembelian bahan
koagulan dan flokulasi juga dinil
nilai mahal serta operasional yang dilakukan oleh PT.. S Sidomuncul belum optimal
(Dian Risdianto,2007). Untuk menangani
me limbah cair yang dihasilkan banyak sebesarar ± 130 m3 maka diperlukan
lahan yang cukup luas untuk meenangani limbah tersebut. jika pengolahan limbah yan ang dilakukan menghasilkan
limbah samping maka akan men enimbulkan masalah baru. Proses yang dinilai cocokk untuk u segala permasalahan
diatas adalah dengan mengolah ah limbah dengan cara anaerobik menggunakan lumpu pur aktif. Proses ini dipilih
karena nilai COD yang lebih ddari 1000 mg/L. menurut penelitian-penelitian yangg sudah ada cara ini dapat
menurunkan nilai BOD limbah 70%-95%(Hammer,
70 1986).
Proses lumpur aktif dilakukan
di dengan metode anaerobik dengan mengg ggunakan Anerobic Baffled
Reactor yang memanfaatkan lum umpur aktif sebagai sumber mikroba.Proses yang biasa sa dilakukan diawali dengan
tahap seeding(pembiakan) selama ma 2 minggu. Melihat masalah diatas limbah yang diha ihasilkan banyak maka lahan
penampungan yang ada tidak mencukupi
me untuk menampung limbah selama 2 minggu gu. Maka dari itu diperlukan
proses yang lebih cepat sehingg gga limbah tidak terakumulasi dalam jumlah banyak. ak. Proses anaerobik dicoba
menggunakan metode shock load ading sehingga tidak terjadi penumpukan limbah.
Cara ini bisa dilakukann walaupun
w ada beberapa mikroba yang nantinya tidakk bbisa bertahan dengan COD
yang tinggi. Dengan hipotesa awawal adalah mikroba yang tahan itulah yang akan mengo ngolah limbah jamu tersebut.
Dengan pengolahan secara anaero erobik, dapat juga dihasilkan biogas yang dapat dimanfanfaatkan sebagai fuel. Hal ini
sangat ekonomis, karena selain in mengolah limbah cair yang memiliki kadar COD D yang tinggi, juga akan
diperoleh biogas yang dapat dim imanfaatkan sebagai bahan bakar yang relatif bersih. Lim Limbah cair yang selama ini
dilihat sebagai barang yang tida
idak memiliki nilai ekonomis, ternyata memiliki potens ensi untuk mengefisiensikan
pembelian bahan bakar sehingga ga dapat menguntungkan.

2. Bahan dan Metode Penelitian tian


Rancangan Percobaan
Variabel yang digunakankan dalam penelitian ini terdiri dari variabel tetap dan berubah.
be Sebagai variabel
tetap adalah volum tetap lumpur ur dan limbah dalam reaktor yaitu 18,5 L, laju alir umpanpan (0,2 ml/s untuk HRT 1
hari, dan 0,1 ml/s untuk HRT 2 hhari), suhu reaktor,tekanan reaktor, pH netral, dan mak akro nutrient (pupuk urea
dan SP-36). Sebagai variabel beruerubah adalah design sekat reaktor A dan B, hydraulicc retention
re time 1 hari dan 2
hari, jenis lumpur aktif dari IPAL
AL tahu dan pupuk kompos organik, serta tinggi lumpur ur aktif 1/3 dan 1/2 tinggi
reaktor. Respon yang diamati dalam
dal penelitian ini adalah penurunan kadar COD dan pH pada setiap variabel
berubah serta volum biogas pada da variabel tinggi dan jenis lumpur.

122
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)
Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20
2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Bahan dan Alat


Bahan baku yang digun
gunakan dalam penelitian ini adalah limbah jamu Kuk uku Bima PT. Sidomuncul
sintetis, dan diolah menggunakan
kan Anaerobic Baffled Reactor dengan dua tipe rancanga
ngan sekat yang dapat dilihat
pada gambar 1.

Gambar 1. Jenis sekat ABR yang digunakan


Prosedur Percobaan
Analisis sampel dilakukukan sebelum dan sesudah proses. Parameter limbahyan ang digunakaan oleh peneliti
adalah COD dan pH limbah cair ir jjamu.
Pengolahan limbah cair dengan gan menggunakan Anaerobic Baffled Reactor
Limbah sintetis dibuat deng ngan menggunakan Kuku Bima Energy Drink dengan gan kadar COD yang telah
disesuaikan dengan kadar limbahbah Kuku Bima Energy Drink asli, yaitu 13.000 mg/l de dengan melarutkan 1 sachet
Kuku Bima Energy Drink pada da 1 L air.Alat yang harus dipersiapkan adalah Anaero erobic Baffled Reactor, klep
pengaman, selang, valve, serta tangki
ta penyimpan bahan baku dan produk.Proses pengo golahan limbah:
• Bahan baku yang sudahsud ditambahkan nutrient kemudian dikondisikan agar gar berada pada pH 7 (netral)
dan ditambahkan kapur.
kap
• Selanjutnya umpann dengan
d laju alir yang telah ditentukan dimasukkan ked
edalam reaktor pada suhu
lingkungan. Bahann ddiumpankan ke dalam reactor secara shock loading.
• Setelah itu dilakukan an fermentasi dalam ABR dengan variabel HRT yang te telah ditentukan.
• Setelah proses ferme mentasi pada reaktor sesuai dengan waktu yang diinginkankan kemudian hasil proses
dianalisis sesuai deng
engan parameter yang diinginkan yaitu COD dan pH kemudian
kem mengukur volume
biogas yang dihasilka
ilkan.
Analisa Hasil
Analisa Kadar COD
Untuk mengetahui kada dar akhir dari COD produk, maka perlu dilakukan ana nalisis kadar COD. Analisis
kadar COD berdasarkan SNI 19--1423-1989, menggunakan KMnO4.
Analisis Volume Biogas
Volume biogas dianalisi
lisis dengan melihat secara kualitatif produksi biogas yan
yang dihasilkan
menggunakan jeriken dan balonn penampung
p gas pada variabel tinggi dan jenis lumpur.
ur.

3. Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini dilakukan untuk mengolah
m limbah cair industri jamu dan farmasi denengan parameter penurunan
COD, sekaligus untuk mengeta etahui volum biogas yang dihasilkan secara kualitatif.
tif.Dari penelitian ini dapat
dilihat pengaruh design sekat re
reaktor, waktu tinggal limbah, tinggi lumpur aktif,, dan
d jenis lumpur terhadap
penurunan COD, waktu stabil ter
terhadap shock loading, dan biogas yang dihasilkan seca
cara kualitatif.

Tabel 1. Pengaruh HRT,


T, tinggi
t lumpur, dan jenis ABR pada waktu stabil COD
D lumpur IPAL tahu

HRT (Hari) Tinggii L


Lumpur Jenis ABR Waktu Stabil COD Penurunan COD
1 1/2/2 H A 6 1300 90,00%
B 6 1488 88,55%
1/3
/3 H A 6 1600 87,69%
B 6 1716,8 86,79%
2 1/2
/2 H A 6 784 93,97%
B 6 916 92,95%
1/3
/3 H A 6 1288 90,09%
B 6 1602 88%

123
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)
Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20
2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Tabel 2. Pengaruh HRT, tinggi


gi lumpur, dan jenis ABR pada waktu stabil COD lumpu
pur pupuk kompos organik

HRT (Hari) Tinggi


gi L
Lumpur Jenis ABR Waktu Stabil COD Penurunan COD
1 1/2 H A 4 2100 83,85%
B 3 2200 83,08%
1/3 H A 3 2000 84,62%
B 3 2400 81,54%
2 1/2 H A 7 2600 80,00%
B 9 1500 88,46%
1/3 H A 10 2100 83,85%
B 9 2800 78,46%

Pengaruh Design Sekat ABR Terhadap


T COD Effluent

Tujuan penambahan sekat


se pada ABR A dalam percobaan ini untuk mem embuat aliran fluida lebih
sempurna agar kontak antara fluida
flu dengan lumpur aktif tidak hanya terjadi di perm
ermukaan lumpur aktif saja
sehingga penurunan COD-nya akan
ak menjadi lebih besar. Perbandingan nilai COD yangya diperoleh dari effluent
masing-masing variabel dapat dilihat
dil pada gambar 2-5.
14000
12000 ABR A tinggi
lumpur 1/2H
10000
COD (mg/L)

ABR B tinggi
8000
lumpur 1/2 H
6000
ABR A tinggi
4000 lumpur 1/3 H
2000 ABR B tinggi
lumpur 1/3 H
0
0 2 4 6 8
waktu (hari)

Gambar 2. Penurunan
Pe COD pada variabel lumpur IPAL tahu HRT
T 1 hari

14000

12000 ABR A tinggi


lumpur 1/2H
10000
COD (mg/L)

ABR B tinggi
8000 lumpur 1/2 H
6000 ABR A tinggi
lumpur 1/3 H
4000
ABR B tinggi
2000
lumpur 1/3 H
0
0 2 4 6 8
waktu (hari)

Gambar 3. Penurunan
Pe COD pada variabel lumpur IPAL tahu HRT
T 2 hari

124
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)
Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20
2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

14000

12000 ABR A tinggi


AB
lum
lumpur 1/2H
10000

COD (mg/L)
ABR B tinggi
AB
8000
lum
lumpur 1/2 H
6000
ABR A tinggi
AB
4000 lum
lumpur 1/3 H
2000 ABR B tinggi
AB
lum
lumpur 1/3 H
0
0 1 2 3 4 5
waktu (hari)

Gambar 4. Penu
enurunan COD pada variabel lumpur pupuk kompos HR
RT 1 hari

14000
12000 ABR A tinggi
lum
lumpur 1/2H
10000
COD (mg/L)

ABR B tinggi
8000
lum
lumpur 1/2 H
6000
ABR A tinggi
4000 lum
lumpur 1/3 H
2000 ABR B tinggi
0 lum
lumpur 1/3 H

0 5 10 15
waktu (hari)

Gambar 5. Pen
enurunan COD pada variabel lumpur pupuk kompos HRT
HR 2 hari

Secara deskriptif padaa gambar 2-5menunjukkan pemakaian sekat menamba bah tinggi penurunan COD
pada air limbah. Hal ini diseba
ebabkan karena aliran fluida yang lebih sempurna.. A Aliran yang sempurna ini
memungkinkan kontak antara lu lumpur aktif dengan air limbah menjadi lebih meratata bila dibandingkan dengan
tanpa sekat. Tanpa adanya sekat
at kontak antara lumpur aktif dan air limbah hanya akan
an terjadi di permukaan saja
sehingga akan membuat COD rem removal akan sangat berbeda.

Nilai penurunan tidak ccukup signifikan bahkan perbandingan pada (Gambar bar 5) nilai penurunan COD
lebih besar pada ABR B dengan an tinggi lumpur 1/2 H ABR. Hal tersebut dipengaruhi hi oleh permeabilitas lumpur
aktif. Permeabilitas adalah kemam
ampunan tanah dalam meloloskan air (nabilussalam,20,2011). Dalam hal ini lumpur
aktif dalam percobaan ini jugaa memiliki nilai permeabilitas tersendiri. Permeabilita
litas tanah pada lapisan atas
berkisar antara (0,3-9,46 cm/jam)
m) sedangkan lapisan tanah bagian bawah (1,1 – 3,62)2) (suharta,2008).
( Hydraulic
Retention Time mencapai 1 hariari atau 24 jam dan 2 hari atau 48 jam. Jika dihitung-hi
hitung dengan permeabilias
yang terkecil maka dengan wak aktu 24 jam fluida air limbah sudah bisa mencapai da dasar ABR 24 x 0,3 = 7,2
cm/jam. Untuk tinggi lumpur aktktif 1/2 H ABR, tinggi lumpur berkisar ± 7 cm sedangkgkan 1/3 H tinggi lumpurnya
± 5 cm. Permeabilitas lumpurr yyang cukup rendah ini yang menyebabkan nilai penu enurunan COD yang hampir
sama.

4.1. Pengaruh Tinggi Lumpurr A Aktif Terhadap COD Effluent dan Volum Biogas
Tinggi lumpur secaraa ttidak langsung menunjukkan banyaknya jumlah mik ikroorganisme yang ada di
dalam ABR. Tinggi lumpur 1/3 /3 H artinya lumpur aktif yang diisikan ke dalam ABR
BR dengan ketinggian 1/3 x
tinggi ABR. Sehingga jumlah lumpur
lum aktif yang dimasukkan adalah ±1/3 x 20 L = 6,6
,667 L. Untuk tinggi lumpur
1/2 H lumpur yang dimasukkan an adalah 1/2 X 20 L = 10 L. Jumlah lumpur yang dimasukkan
di ke dalam ABR
sebanding dengan jumlah mikroo roorganisme yang dimasukkan. Jumlah mikroorganisme me ini bisa dihitung dengan
menghitung MLSS (Mix Liquor uor Suspended Solid) lumpur aktif . Perhitungan MLS LSS diartikan sebagai berat
lumpur persatuan volume. Hasil il pengamatan
p ditunjukkan pada gambar 2-5.
Hasil pengamatan menuenunjukkan 75% dari percobaan menunjukkan COD effluent e pada penambahan
tinggi 1/2 H lebih kecil dari pada
da penambahan 1/3 H. Hal ini dikarenakan mikroorgani
anisme perombak komponen
125
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)
Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20
2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

organik dalam air limbah yangg jumlahnya lebih besar sehingga penurunan COD-ny nya juga akan lebih tinggi.
Komponen organik di dalam air limbah diubah oleh mikroorganisme di dalam lum umpur aktif menjadi biogas
sesuai dengan reaksi :
C, H, S → CH CO H N H O …
………… (1)
Pada penambahan lumpur 1/2 /2 H jumlah mikroorganisme lebih banyak darii ppenambahan 1/3 H yang
menyebabkan perombak lebih ba banyak sehingga penurunan COD-nya juga akan lebih tinggi.
ti
Sebanyak 25% dari perc ercobaan menunjukkan COD effluent pada penambahan han lumpur 1/3 H yang lebih
rendah dari pada penambahan lumpur
lum 1/2 H. Penambahan lumpur aktif akan sebanding
ing dengan penambahan nilai
MLSS-nya. Hal ini akan mempen pengaruhi nilai F/M rasio yang merupakan indikasi beba
eban organik yang masuk ke
dalam system lumpur aktif dann nilainya diwakili dengan kilogram BOD5 per kilogra gram MLSS per hari (L. M.
Arief, 2012). Semakin tinggi nilailai MLSS maka F/M rasionya akan semakin kecil hal
al iinilah yang membuat 25%
percobaan menemui fenomenaa yang berbeda. F/M rasio menunjukkan jatah maka kanan tiap mikroorganisme
berkurang yang menyebabkan an kinerja dari mikroorganisme mengalami penuru urunan. Sebab yang sama
mempengaruhi produksi biogas. as. Pada tinggi lumpur 1/3 H ABR dan jenis lumpur ur pupuk kompos diketahui
biogas paling banyak terproduk uksi disebabkan rasio makanan terhadap mikroba yang
yan besar sehingga limbah
banyak terkonversi menjadi bioga
ogas.

Pengaruh Waktu Tinggal Terh rhadap COD Effluent


Waktu tinggal adalah la
lamanya limbah berada dalam reaktor. Waktu tinggalal yang dirancang adalah 24
jam (1 hari) dan 48 jam (2 hari).
ri). Perbandingan COD yang diperoleh dari effluent mas
asing-masing variabel dapat
dilihat pada gambar6-9.
14000
lumpur tahu HRT
12000 1 hari
10000
COD (mg/L)

lumpur pupuk
8000 kompos HRT
1hari
6000
lumpur tahu HRT
4000 2 hari

2000
lumpur pupuk
0 kompos HRT 2
hari
0 2 4 6 8
waktu (hari)

Gambar 6 Penurunan
an kadar COD hingga waktu stabil pada ABR A Tinggi
gi lumpur 1/2 H

14000
12000 lumpur tahu HRT 1
10000 hari
COD (mg/L)

8000 lumpur pupuk


6000 kompos HRT 1hari

4000 lumpur tahu HRT 2


hari
2000
0 lumpur pupuk
kompos HRT 2 hari
0 2 4 6 8 10
waktu (hari)

Gambar 7 Penurunan
nan kadar COD hingga waktu stabil pada ABR A Tinggi
gi lumpur 1/3 H

126
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)
Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20
2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

14000
12000 lumpur tahu HRT 1
10000 hari
COD (mg/L)

8000 lumpur pupuk


kompos HRT 1hari
6000
lumpur tahu HRT 2
4000 hari
2000
lumpur pupuk
0 kompos HRT 2 hari
0 2 4 6 8 10 12
waktu (hari)

Gambar 8 Penurunan
an kadar COD hingga waktu stabil pada ABR B Tinggi
gi lumpur 1/2 H

14000
12000
lumpur tahu HRT 1 hari
10000
COD (mg/L)

8000 lumpur pupuk kompos


6000 HRT 1hari
4000 lumpur tahu HRT 2 hari
2000
lumpur pupuk kompos
0 HRT 2 hari
0 2 4 6 8 10 12
waktu (hari)

Gambar 9Penurunan
an kadar COD hingga waktu stabil pada ABR B Tinggi
gi lumpur 1/3 H

Pada gambar 6-9dapat at dilihat bahwa kadar COD paling rendah saat tela elah stabil didapatkan pada
variabel waktu tinggal 2 hari pad
ada ABR A menggunakan lumpur IPAL tahu 1/2 H ABR BR, dengan kadar COD 784
mg/l (COD removal 93,97%).. Hal H ini disebabkan karena limbah berada dalam reakktor dengan waktu tinggal
yang lebih lama yaitu 48 jam.. Sehingga zat-zat organik yang berada dalam limba bah dapat diuraikan secara
optimal oleh mikroorganisme yang
yan berada dalam lumpur aktif.
Nilai COD saat telah stabil
sta pada beberapa variabel lain juga menunjukan has hasil yang lebih rendah pada
waktu tinggal 2 hari, yaitu padpada seluruh variabel lumpur IPAL tahu dan ABR B lumpur pupuk 1/2 H.
Sedangkan beberapa variabel me menunjukkan nilai COD yang lebih tinggi pada waktu tinggal
ti limbah 2 hari. COD
saat stabil yang lebih tinggi pad
pada waktu tinggal limbah 2 hari merupakan COD pada pad effluent lumpur pupuk
kompos organik. Hal ini diseba ebabkan karena pupuk kompos organik masih mengan gandung banyak kandungan
organik di dalam pupuk itu tu sendiri sehingga menambah beban organik yan ang harus diuraikan oleh
mikroorganisme. Pada waktu tinggal
tin 1 hari, pada lumpur pupuk kompos, hydraulic lic rate yang besar membuat
kandungan organik di dalam pupuk cepat keluar bersama effluent ke luar rea reaktor dikarenakan proses
hydrodinamikanya, Sedangkann pada p waktu tinggal 2 hari, hydraulic rate lebih ke kecil, sehingga kandungan
organik dalam lumpur sulit kelualuar. Pada waktu tinggal 1 hari, waktu stabil COD terha
hadap hydraulic shock loads
menunjukkan hasil lebih cepat di dibandingkan waktu tinggal 2 hari.
Pada lumpur tahu peng ngaruh waktu tinggal terlihat memberikan pengaruh yyang positif untuk banyak
variabel, sedangkan pada variab abel yang lainnya tidak terlalu signifikan. Hal ini dika
ikarenakan senyawa organik
pada limbah sangat mudah untuk tuk didegradasi, sehingga pada waktu tinggal 24 jam telah
te menghasilkan effluent
dengan kadar COD yang rendah ah dan kadar COD pada waktu tinggal 48 jam menunjuk jukkan penurunan COD yang
tidak terlalu signifikan dibanding
ingkan dengan waktu tinggal 24 jam.

Pengaruh Jenis Lumpur Terha hadap COD Effluent dan Volum Biogas
Lumpur aktif yang digu
gunakan dalam penelitian ini adalah lumpur dari IPAL
L tahu,
t Semarang dan pupuk
kompos organik merek ANWUS USA produksi Perusda ANWUSA, Demak. Pada lumpu pur yang diambil dari IPAL
tahu semarang adalah lumpur yang
ya berada pada kolam pengolahan bagian aerob. Lu Lumpur IPAL tahu tersebut
telah terbiasa mengolah limbahh tahu
t yang banyak mengandung kandungan organikk yyang tinggi dan kompleks.
Sedangkan pupuk kompos organ ganik merupakan pupuk kompos dengan kandungann miroorganisme
m yang telah

127
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)
Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20
2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

dirancang untuk membantu men enyuburkan tanah, diketahui lebih dari 2000 mikroorgorganisme rata-rata terdapat
dalam pupuk kompos organik.. Pe Penurunan kadar COD dengan perbandingan jenis lump mpur disajikan dalam grafik
perbandingan COD effluent yang ng dapat dilihat dalam gambar 6-9.
Dari gambar 6-9 dapatpat dilihat kadar COD pada effluent saat telah stabil bil jauh lebih kecil dengan
menggunakan lumpur IPAL tahu. tah Dengan waktu stabil dipengaruhi oleh waktu tin tinggal limbah. Pada waktu
tingggal limbah 1 hari pada pup upuk kompos, waktu stabil lebih cepat karena kandung ngan organik. yang terdapat
dalam kompos dan limbah yang ng masih agak tinggi dapat keluar dari reaktor dengann cepat.
c Namun pada lumpur
kompos organik sulit mencapai ai nilai COD yang rendah karena pada pembuatan pup upuk kompos organik, suhu
pupuk pernah mencapai kondisi si sangat
s tinggi sekitar 50°C. Suhu yang tinggi menyeba
ebabkan banyak bakteri yang
mati. Sisanya yang dapat bertaha
ahan, berkembang biak dalam reaktor dengan nutrisi yan
yang diberikan. Namun, bila
dilihat secara kuantitatif gas yanng keluar pada lumpur pupuk kompos organik lebih ih besar dibandingkan pada
lumpur IPAL tahu. Hal tersebut ut disebabkan oleh manure yang dipakai pada pupuk kompos
ko adalah manure sapi
yang banyak mengandung bakter teri methanogens, selain itu proses pemanasan menyebababkan terseleksinya bakteri
sehingga yang banyak hidup dan an berkembang adalah bakteri penghasil biogas.
Kadar COD effluent ppada lumpur IPAL tahu, berhasil mencapai minimu mum pada nilai 784 mg/L.
Rendahnya kadar COD yang didapat di dengan menggunakan lumpur IPAL tahu dik ikarenakan lumpur tersebut
memang sudah berada pada IPAL AL dan digunakan untuk menurunkan COD, mikroorga rganisme yang berada dalam
lumpur telah terbiasa mengurai ai bahan organik yang kompleks pada tahu. Namun, secara se kuantitatif, gas yang
dihasilkan oleh variabel lumpurur tahu lebih sedikit dibandingkan oleh lumpur pupuk, k, hal ini disebabkan karena
bakteri yang terdapat dalam lumumpur IPAL tahu lebih beragam, yang kebanyakan ad adalah jenis bakteri anaerob
acid forming bacteria dan acetog
togenic bacteria, yang mengubah bahan organik menjadiadi asam-asam volatile.

4. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapa pat diambil dari penelitian pengolahan limbah cairr industri
in jamu dan farmasi
menggunakan Anaerobic Baffled led Reactor secara shock loading dalam upaya menghasilsilkan biogas adalah sebagai
berikut:
1. Waktu stabil terhadap hydraulic
h shock loads pada jenis lumpur IPAL tahuu S
Semarang, rata-rata 6 hari
sedangkan untuk lumpu pur pupuk kompos organik bervariasi yaitu 4 hari pada
ada variabel HRT 1 hari dan
waktu stabil 10 hari pad
ada variabel HRT 2 hari.
2. Penggunaan sekat A dapat da menurunkan COD lebih banyakdari pada sekat at B.
B Penurunan COD untuk
sekat A rata-rata 86,33%
3% sedangkan penurunan COD pada sekat B rata-rata se sebesar 85,98%.
3. Semakin banyak volum lume lumpur yang ditambahkan akan menambah presentasi
pre penurunan COD.
Biogas lebih banyak dihasilkan
di dengan tinggi lumpur 1/3 H pada pupuk kokompos organik, dan 1/2 H
pada lumpur IPAL tahu.hu.
4. Semakin lama waktu tin tinggal limbah di dalam reaktor, maka penurunan COD D yang didapatkan semakin
besar. Kecuali untuk variabel
va jenis lumpur pupuk kompos organik, kadarr C COD yang diperoleh pada
HRT 1 hari lebih rendahah dibandingkan 2 hari.
5. Jenis lumpur sangat ber erpengaruh terhadap penurunan kadar COD. Penurunan nan COD pada lumpur IPAL
tahu lebih besar daripad
pada lumpur pupuk kompos organik. Dalam memprodu oduksi biogas lumpur pupuk
kompos organik lebih ba baik dibandingkan lumpur IPAL tahu.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih dis
disampaikan kepada Laboratorium Pengolahan Limbahh atas kontribusinya sebagai
tempat penelitian ini.

Daftar Pustaka
Anonim. 1981. Food, Fuel, andd F Fertilizer From Organic Wastes. Washington: Nationanal Academy Press.
Basuki, Bambang Triono. 2001. 01. Pengolahan Limbah Cair Tank Cleaning Tangki TimbunTi Instalasi Pertamina
UPPDN IV Semarang. Jurnal
J Reaktor, Teknik Kimia, Universitas Diponegoro
oro, Semarang.
Hammer, Mark J. 1931. Water and an Wastewater Technology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Hermawan, Beni dkk. 2007. Pemanfaatan
Pe Sampah Organik sebagai Sumber Biogasgas Untuk Mengatasi Krisis
Energi Dalam Negeri. Karya
K Tulis Ilmiah Mahasiswa. Universitas Lampung.
g. Bandar Lampung.
McInerney, M. J. 1999. Anaerobrobic metabolism and its regulation. In: H. -J. Rehm,, G
G. Reed, A. Pühler, and P.
Stadler (ed.), Environme
mental processes-Wastewater and waste treatment. Volol. 11a. Biotechnology, 2nd
Edition. Germany: VCHCH, Weinheim,.
Metcalf and Eddy. 2004. Wastew ewater Engineering, 4th edition. New York: Mc Graw Hill
H International Editions.

128
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)
Jurnal Teknol
nologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 3, Tahun 20
2013, Halaman 121-129
Online di: http://ejournal-s1.un
.undip.ac.id/index.php/jtki

Milasari, Nurita I. dan Ariyani,Si,Sukma B. 2010. Pengolahan Limbah Cair Kadar Cod od dan Fenol Tinggi Dengan
Proses Anaerob Dan Pengaruh
Pen Mikronutrient. Jurnal Teknik Kimia Universita
sitas Diponegoro. Semarang.
Murbandono, L.H.S. 2000. Memb mbuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nachaiyasit, S., dan Stuckey, D.. C C. 1997. The Effect Of Shockloads On The Performa
mance
Of An Anarobic Baffl ffled Reactor (ABR). 2. Step and Transient Hydrau raulic Shocks At Constant.
Pergamon, PIh S0043-11354(97)00134-6.
Perry, Robert H. 1997. Perry’s ry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th edition. Ne New York: Mc Graw Hill
International Editions.
Poompavai, S. 2002. Treatment ent of Different Industry Wastewaters. Mphil Thesis sis, Pondicherry University,
Pondicherry, 103.
Price, E., dan Paul, N. C. 1981.. Biogas
B Production and Utilization. Michigan: Ann Arbrbor Science Publisher Inc.
Rahman, B. 2005. Biogas Sumbe ber Energi Alternatif.
http://www.energi.lipi.go.id/utamama.cgi?artikel&1123717100&3(dikunjungi 5 juli 2012) 12).
Rahayu, Driyanti. 2007. Produks uksi Polihidroksialkanoat Dari Air Limbah Industri TaTapioka dengan Sequencing
Batch Reaktor.Jurnall Penelitian
Pe Fakultas Farmasi, UniversitasPadjadjaran,
n, B Bandung.
Ramasamy, E.V., Gajalakshmi, i, S.,
S Sanjeevi, R., Jithes, M.N. dan Abbasi, S.A. 2004.4. Feasibility Studies on the
Treatment of Dairy Wastewaters
W with Upflow Anaerobic Sludge Blank nket Reactors. Bioresource
Technology, 93, 209-212212.
Risdiyanto, Dian. 2007. Optimis isasi Proses Koagulasi Flokulasi Untuk Pengolahan A Air Limbah Industri Jamu.
Jurnal Teknik Kimia Universitas as Diponegoro, Semarang.
Romli, M. 2010. Teknologi Pena nanganan Limbah Anaerobik. Bogor: TML Publikasi,.
Sa’adah, Nur Rahmi dan Puji Winarti.
W 2009. Pengolahan Limbah Cair Domestic Me Menggunakan Lumpur Aktif
Proses Anaerob. Jurnal al Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang.
Sahidu, S. 1983. Kotoran Sebaga gai Sumber Energi. Jakarta: Dewaruci Press.
Sasse, L. 1992. Pengembangan gan Enegi Alternatif dan Pertanian Terpadu di Boyo oyolali-Jawa Tengah. Solo:
Lembaga Pengembangan gan Teknologi Pedesaan.
Suharta, N. and B. H. Prasety etyo. 2009. Mineralogical And Chemical Characterist istic Of Spodosols In Toba
Highland, North Sumatra. Indone onesian Journal of Agricultural Science 10(2), 2009: 54--64.
Sutapa, dan Ignasius DA. 1999. 9. Lumpur Aktif : Alternatif Pengolah Limbah Cair. Jurnal
Ju Studi Pembangunan,
Kemasyarakatan & Ling ingkungan; No.3; 25-38, Peneliti Puslitbang Limnologi--LIPI, Cibinong.
Sutapa, dan Ignasius D.A. 2000 00. Teori Bioflokulasi Sebagai Dasar Pengelolaan Sist istem Lumpur Aktif. Jurnal
Studi Pembangunan,, K Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No.1; 76-83, 76 Peneliti Puslitbang
Limnologi-LIPI, Cibinonnong.
Ting, Y.P., *H. Imai and S. Kino noshita. 1994. Effect of Shock-Loading of Heavy Metals
tals on Total Organic Carbon
and Phosphat Remova val in an Anaerobic- Aerobic Activated Sludge Process. Pr World Joumal of
Microbiology & Biotechechnology.
Wijayanti, H. 1993. Pengaruh pH, pH Alkalinitas, dan Nutrient Terhadap Produksi Gas as Methan Pada Pengolahan
Limbah Industri Alkoho ohol Secara Anaerobik Dengan dan Tanpa Pengaduka kan. Jurnal Jurusan Teknik
LingkunganFTSP-ITS.. Surabaya.
S
M., Yani dan Darwis AA. 1990. 0. Diktat Teknologi Biogas. Bogor: Pusat Antar Universi
rsitas Bioteknologi- IPB.
Zhang, Y., Yan L., Chi L., Long ng X., Mei Z., & Zhang Z. 2008. Startup and operationn oof anaerobic EGSB reactor
treating palm oil effluen
ent. Journal of Environmental Science. 20:658-663.

129
*)
Penulis Penanggung Jawab (Email:
(Em email_dosen@undip.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai