Sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, pandemi penyakit virus corona (COVID-19) menjadi wabah penyakit menular yang mematikan. Penyebarannya yang begitu masif menyebabkan banyak negara kewalahan dalam menanganinya. Kewalahan dalam menangani wabah penyakit virus corona menyebabkan banyak negara di berbagai belahan dunia berada dalam situasi darurat. Negara-negara yang dikenal sebagai negara maju seperti China, Amerika Serikat, Italia dan Spanyol telah menunjukkan betapa mengerikannya penyebaran dari virus ini. Banyak korban yang terpapar bahkan terenggut nyawanya akibat virus corona. Negara Indonesia termasuk dalam kategori negara dengan jumlah korban terbanyak akibat virus corona. Selain jumlah korban yang semakin meningkat, pada saat bersamaan situasi ekonomi dan sosial masyarakat juga berada dalam kondisi yang begitu memprihatinkan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah demi mencegah penyebaran virus corona dan menjaga keseimbangan ekonomi-sosial, mulai dari penerapan kebijakan “social distancing” hingga tanggung jawab pemerintah terhadap kondisi hidup masyarakat terutama dalam segi ekonomi dan sosial. Pemerintah telah menerapkan kebijakan “social distancing” di tengah masifnya penyebaran virus corona. Saya menilai kebijakan “social distancing” merupakan bentuk toleransi pemerintah terhadap masyarakat jika dibandingkan dengan menerapkan kebijakan “lockdown”. Banyak negara yang telah menerapkan kebijakan “lockdown”, tetapi hasilnya begitu memprihatinkan. Kita dapat melihat contoh nyatanya dari negara India. Kebijakan “lockdown” yang diterapkan oleh negara India malah melumpuhkan ekonomi wilayah negara tersebut. Banyak masyarakat India yang mengalami krisis pendapatan, khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah. Sebenarnya, melalui kebijakan “social distancing” pemerintah telah bersikap toleran terhadap masyarakat. Pemerintah sangat menyadari bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang pendapatan ekonominya bersumber dari upah kerja harian dan harus melewati batas wilayah tertentu. Jika diterapkan kebijakan “lockdown”, maka masyarakat akan kehilangan penghasilan karena banyak masyarakat yang tidak dapat bekerja lagi akibat karantina wilayah. Saya menilai kebijakan “social distancing” sangat tepat karena pemerintah lebih menekankan pentingnya kondisi hidup (ekonomi-sosial) masyarakat saat pandemi, sembari pemerintah tetap menjamin keamanan dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. “Social distancing” masuk dalam kategori nonfarmasi sehingga seluruh elemen masyarakat dapat turut dalam upaya mencegah bahkan menghentikan penyebaran virus corona. Masyarakat dapat memutuskan rantai penularan virus: tidak tertular dan menularkan. Artinya selain pemerintah, masyarakat juga mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mencegah penyebaran virus corona. Cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam upaya pencegahan virus corona adalah dengan mengikuti protokol yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Arahan untuk selalu jaga jarak, hindari kerumunan, “di rumah saja”, tetap menggunakan masker, selalu meningkatkan pola hidup bersih dengan rajin mencuci tangan, dan sebagainya merupakan hal-hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam upaya pencegahan virus corona. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi ketika masih banyak masyarakat yang tidak mengikuti protokol pemerintah. Hal yang sangat jelas terlihat dalam urusan keagamaan. Banyak kaum beriman yang masih menjalankan ibadat agama secara berkerumunan meskipun telah dilarang oleh pemerintah. Diketahui bahwa dengan melakukan ibadat keagamaan secara bersama-sama ( berkerumunan) sangatlah rentan bagi orang untuk menularkan dan tertular virus corona. Tindakan kaum beriman yang berkerumunan saat menjalankan ibadat keagamaan menunjukkan tidak adanya sikap toleransi. Masing-masing orang seharusnya menyadari dan bertanggungjawab untuk saling toleran dengan tidak menjalankan ibadat keagamaan secara berkerumunan. Ibadat keagamaan dapat dilakukan di rumah masing-masing dan hal itu sesungguhnya tidak mengurangi nilai dari iman seseorang. Jika iman harus diwujudkan, maka perwujudan iman tersebut harus ditunjukkan dengan saling toleran menjaga kelangsungan hidup orang lain. Ada banyak sikap peduli yang dilakukan ketika pandemi virus corona melanda. Terlihat banyak orang yang secara sukarela mau membantu orang lain yang mengalami kesulitan di masa pandemi ini. Ada yang sukarela memberikan bantuan materi berupa uang, sembako dan sebagainya. Ada juga yang memberikan dukungan moril kepada mereka yang teridentifikasi terkena dan terpapar virus corona. Nilai yang dipetik dari pandemi virus corona yang sedang melanda adalah setiap orang tidak bisa hanya melihat dirinya sendiri ketika menghadapi virus corona. Setiap orang punya peran dan tanggung jawab untuk peduli dan toleran terhadap satu sama lain dalam menghadapi virus corona.