Anda di halaman 1dari 2

PLURALISME, DEMOKRASI DAN TOLERANSI

Nama : Zakarias Gusi Jata


NPM : 18. 75. 6499

TOLERANSI DI TENGAH PANDEMI


Sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, pandemi penyakit virus corona (COVID-19)
menjadi wabah penyakit menular yang mematikan. Penyebarannya yang begitu masif
menyebabkan banyak negara kewalahan dalam menanganinya. Kewalahan dalam menangani
wabah penyakit virus corona menyebabkan banyak negara di berbagai belahan dunia berada
dalam situasi darurat. Negara-negara yang dikenal sebagai negara maju seperti China,
Amerika Serikat, Italia dan Spanyol telah menunjukkan betapa mengerikannya penyebaran
dari virus ini. Banyak korban yang terpapar bahkan terenggut nyawanya akibat virus corona.
Negara Indonesia termasuk dalam kategori negara dengan jumlah korban terbanyak akibat
virus corona. Selain jumlah korban yang semakin meningkat, pada saat bersamaan situasi
ekonomi dan sosial masyarakat juga berada dalam kondisi yang begitu memprihatinkan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah demi mencegah penyebaran virus corona
dan menjaga keseimbangan ekonomi-sosial, mulai dari penerapan kebijakan “social
distancing” hingga tanggung jawab pemerintah terhadap kondisi hidup masyarakat terutama
dalam segi ekonomi dan sosial.
Pemerintah telah menerapkan kebijakan “social distancing” di tengah masifnya
penyebaran virus corona. Saya menilai kebijakan “social distancing” merupakan bentuk
toleransi pemerintah terhadap masyarakat jika dibandingkan dengan menerapkan kebijakan
“lockdown”. Banyak negara yang telah menerapkan kebijakan “lockdown”, tetapi hasilnya
begitu memprihatinkan. Kita dapat melihat contoh nyatanya dari negara India. Kebijakan
“lockdown” yang diterapkan oleh negara India malah melumpuhkan ekonomi wilayah negara
tersebut. Banyak masyarakat India yang mengalami krisis pendapatan, khususnya bagi
masyarakat menengah ke bawah. Sebenarnya, melalui kebijakan “social distancing”
pemerintah telah bersikap toleran terhadap masyarakat. Pemerintah sangat menyadari bahwa
masih banyak masyarakat Indonesia yang pendapatan ekonominya bersumber dari upah kerja
harian dan harus melewati batas wilayah tertentu. Jika diterapkan kebijakan “lockdown”,
maka masyarakat akan kehilangan penghasilan karena banyak masyarakat yang tidak dapat
bekerja lagi akibat karantina wilayah. Saya menilai kebijakan “social distancing” sangat tepat
karena pemerintah lebih menekankan pentingnya kondisi hidup (ekonomi-sosial) masyarakat
saat pandemi, sembari pemerintah tetap menjamin keamanan dan memberikan bantuan
kepada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi.
“Social distancing” masuk dalam kategori nonfarmasi sehingga seluruh elemen
masyarakat dapat turut dalam upaya mencegah bahkan menghentikan penyebaran virus
corona. Masyarakat dapat memutuskan rantai penularan virus: tidak tertular dan menularkan.
Artinya selain pemerintah, masyarakat juga mempunyai peran dan tanggung jawab untuk
mencegah penyebaran virus corona. Cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam upaya
pencegahan virus corona adalah dengan mengikuti protokol yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Arahan untuk selalu jaga jarak, hindari kerumunan, “di rumah saja”, tetap
menggunakan masker, selalu meningkatkan pola hidup bersih dengan rajin mencuci tangan,
dan sebagainya merupakan hal-hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam upaya
pencegahan virus corona. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi ketika masih banyak
masyarakat yang tidak mengikuti protokol pemerintah. Hal yang sangat jelas terlihat dalam
urusan keagamaan. Banyak kaum beriman yang masih menjalankan ibadat agama secara
berkerumunan meskipun telah dilarang oleh pemerintah. Diketahui bahwa dengan melakukan
ibadat keagamaan secara bersama-sama ( berkerumunan) sangatlah rentan bagi orang untuk
menularkan dan tertular virus corona. Tindakan kaum beriman yang berkerumunan saat
menjalankan ibadat keagamaan menunjukkan tidak adanya sikap toleransi. Masing-masing
orang seharusnya menyadari dan bertanggungjawab untuk saling toleran dengan tidak
menjalankan ibadat keagamaan secara berkerumunan. Ibadat keagamaan dapat dilakukan di
rumah masing-masing dan hal itu sesungguhnya tidak mengurangi nilai dari iman seseorang.
Jika iman harus diwujudkan, maka perwujudan iman tersebut harus ditunjukkan dengan
saling toleran menjaga kelangsungan hidup orang lain.
Ada banyak sikap peduli yang dilakukan ketika pandemi virus corona melanda.
Terlihat banyak orang yang secara sukarela mau membantu orang lain yang mengalami
kesulitan di masa pandemi ini. Ada yang sukarela memberikan bantuan materi berupa uang,
sembako dan sebagainya. Ada juga yang memberikan dukungan moril kepada mereka yang
teridentifikasi terkena dan terpapar virus corona. Nilai yang dipetik dari pandemi virus
corona yang sedang melanda adalah setiap orang tidak bisa hanya melihat dirinya sendiri
ketika menghadapi virus corona. Setiap orang punya peran dan tanggung jawab untuk peduli
dan toleran terhadap satu sama lain dalam menghadapi virus corona.

Anda mungkin juga menyukai