Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN 2

AGEN INFEKSIUS

Disusun oleh kelompok 1 :

1. Dita Apriyani (20200011)


2. Lara Delvia Syafnita (20200010)
3. Widia Putri (20200001)

Dosen Pengampu :

Ns. Sisca Oktarini, S.Kep, M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnya-lah,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah ilmu
dasar keperawatan 2 tentang konsep agen infeksius. Penulisan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah. Saya menyadari sepenuhnya
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat kesalahan baik dari segi
penulisan maupun pembahasan, oleh karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amiin.

Bukittinggi, 01 maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................................5
BAB 2..........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................7
2.1 Definisi Agen-agen infeksius.............................................................................................7
2.2 Virus.............................................................................................................................8
1.3 Bakteri........................................................................................................................15
2.3 Jamur..........................................................................................................................18
2.4 Parasit.........................................................................................................................21
2.5 Riketsia.......................................................................................................................22
2.6 Clamidia.....................................................................................................................22
2.8 Agen Infeksi Opportunistik........................................................................................23
BAB III......................................................................................................................................24
PENUTUP..................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................24
3.2 Saran................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit,
semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut, jalan
napas, saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak
dari agen infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau
bahkan kematian bila agen infeksius tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam.

Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi
sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda
asing yang bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh
bakteri, trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya maka jaringan yang cedera
itu akan melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat
dramatis disekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera.

Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana
Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang
perkembangan, pencegahan dan pengobatan infeksi maupun penyakit-penyakit, yang
berhubungan dengan infeksi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarakan latar belakang diatas, kelompok dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut, yaitu:

1. Bagaimana Definisi Agen-agen infeksius ?

2. Bagaimana Pembahasan Virus ?

4
3. Bagaimana Pembahasan Bakteri ?

4. Bagaimana Pembahasan Jamur ?

5. Bagaimana Pembahasan Parasit ?

6. Bagaimana Pembahasan Riketsia ?

7. Bagaimana Pembahasan Clamida ?

8. Apa Agen-agen Infeksi Opurtunistik ?

1.3 Tujuan
Berdasarakan rumusan masalah diatas, kelompok dapat mengambil tujuan
masalah sebagai berikut, yaitu:

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui Definisi Agen-agen infeksius ?

2. Untuk Mengetahui Pembahasan Virus ?

3. Untuk Mengetahui Pembahasan Bakteri ?

4. Untuk Mengetahui Pembahasan Jamur ?

5. Untuk Mengetahui Pembahasan Parasit ?

6. Untuk Mengetahui Pembahasan Riketsia ?

7. Untuk Mengetahui Pembahasan Clamida ?

5
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami Definisi Agen-agen Infeksius, yang berupa
Virus, Bakteri, Jamur, Parasit, Riketsia, Clamida.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Agen-agen infeksius

Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam


tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme
yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi
antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.

Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada
satu ujung spektrum, satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan
penyakit (misal Richettsia tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme
atau lebih mungkin baru diperlukan untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella
typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan
penyakit.

1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan


memperbanyak diri di dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus
mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang sesuai, suhu, danlingkungan
nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme
pertahanan hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang

6
diperlukan sehingga agen tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada
gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan membantu terjadinya
prosesinfeksi (Herold, 1994).

2.2 Virus

2.2.1 Sejarah

Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia


termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat
dikristalkan, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak
diri (replikasi) dalam tubuh inang.

Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel
tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus
merupakan organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti
sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang
objek-objek berukuran sangat kecil di mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony
Van Leeuwenhoek (1632-1723) perkembangan mikroskop inmendorong berbagai
penemuan dibidang biologi salah satunya partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa
tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:

1 Adoft Mayer (1883, Jerman)

Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau.
Iamencoba menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnyatanaman

2 Dmitri Ivanovski (1892, Rusia)

Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum
disemprotkan ke tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular. Iamenyimpulkan

7
bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri yang lolossaringan yang
menularkan penyakit.

3 Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)

Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak
pada medium pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat
hidup pada makhluk hidup yang diserangnya.

4 Wendel M. Stanley (1935, Amerika)

Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu dinamai


TMV (Tobacco Mosaic Virus).

2.2.2 Definisi

Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah
parasit mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus
merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah
satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA)
yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam
tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati.
Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA
atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam
sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan
dan dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.

2.2.3 Bentuk dan Ukuran Virus

8
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya.
Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada juga
yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil daripada bakteri.
Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 µm = 1/1000
mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah
1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus
yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus
terkecil yang hanya berukuran 28 nm.

2.2.4 Susunan Tubuh


1. Kabsid

Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid
terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.

Fungsi:

a. Memberi bentuk virus


b. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
c. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel

2. Isi

Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat
keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu
DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan
protein disebut nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage
berisi DNA.

3. Kepala

9
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh
satu unit protein yang disebut kapsomer.

4. Ekor

Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan
tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2
macam yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar
(envelope) yang terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat
yang dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak memiliki ekor.

2.2.5 Pengembangbiakan Virus

Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis protein


virus dan virion baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit dapat
banyak. Untuk tujuan diagnosti, sebagian besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel,
baik turunan sel sekunder atau kontinu; pemakaian telur embrionik dan hewan
percobaan untuk membiakan virus hanya dilakukan untuk investigasi khusus. Jenis
biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering berasal dari jaringan tumor, yang
dapat digunakan secara terus menerus.

2.2.6 Klasifikasi Virus

Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran
virinae Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm
taksonomi virus, berdasarkan criteria:

1 Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal.


2 Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid.
3 Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bagi
replikasi genom.
4 Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik.

10
5 Cara penyebaran alamiah.
6 Gejala2 yang timbul.
7 Ada tidaknya selubung.
8 Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk
virus helikoidal.

Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai
anggota yang mampu menyerang mns & binatang.

Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:

- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae

- Rhabdoviridae - Bunyaviridae

- Caliciviridae - Reoviridae

- Filoviridae - Arenaviridae

- Togaviridae - Retroviridae

- Paramyxoviridae - Contohronaviridae

- Flaviviridae

Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:

- Adenoviridae - Papovaviridae

- Herpesviridae - Parvoviridae

- Hepadnaviridae - Poxviridae

Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified
virus) karena banyak sifat biologiknya belum diketahui.

11
2.2.7 Peran Virus

Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai


mikroorganisme yang menguntungkan, maupun yang merugikan.

1 Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa


genetika karena dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang
secara genetis identik). Sebagai contoh adalah virus yang membawa gen untuk
mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga digunakan untuk terapi gen
manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan kanker dapat
disembuhkan.
2 Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan
berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan
2.2.8 Penyakit-penyakit Akibat Virus

Proses infeksi virus dpt melalui berbagai jaringan.

1. Melalui saluran pernafasan


contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab campak,
ronavirus penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus
varicella penyebab penyakit cacar air.
2. Melalui saluran pencernaan
contoh : virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus penyebab
diare
3. Melalui kulit & mukosa genitalia
contoh : virus herpes simplex1 penyebab stomatitis, flavivirus penyebab DBD,
rabies penyebab rabies, cytomegalovirus penyebab hepatitis
4. Melalui plasenta
contoh : virus rubella, cytomegalovirus
2.2.9 Beberapa Virus yang Merugikan
1 Virus Hepatitis

12
Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh
berbagai virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E.Karena perkembangan
penyakit kuning merupakan fitur karakteristik penyakit hati.

1 Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus RNA


berselubung. Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalah retrovirusyang biasanya
menyerang organ vital system kekebalan manusia sepertisel T CD4+ (sejenissel T),
makrofaf, dan sel dendritik. Bereplikasi melalui DNA perantana menggunakan DNA
polimer yang dikendalikan oleh RNA (reverse transcriptase). Terdapat 2 tipe yaitu:
HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok M, O, N.

3. Virus Dengue

Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus
yang termasuk dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan
diameter nukleokapsid 30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion
kira-kira 50 nm. Genon virus Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal ,
panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon terdiri dari protein structural dan protein non
structural, yaitugen C mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode
sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode sentesa glikoprotein selubung
(Envelope).

Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan
DEN-4. Masing-masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai
daeraah atau asal virus itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam
berdarah di Asia Tenggara. Infeksi DD/DBD dapat ditularkan padamanusia melalui
gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu
berkembang biak didalam tubuh hospes (manusia, monyet, simpanse, kelinci, mencit,
marmut, tikus, hamster serta serangga khususnya nyamuk).

13
Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk dengan menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa insektisida.
Kontrol epidemi yang terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina
dewasa. Menghambat perkemabangan nyamuk.

4 Virus Polio

Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama


menyerang pada anak-anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala,
muntah,sakit perut,nyeri otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta
kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun dalam kasus yang parah, penyakit ini
dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian. Penyakit ini sangat menular. Polio
menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute dari tinja ke mulut.Virus memasuki
tubuh melalui rute mulut dan akhirnya menyerang system saraf pusat. Masa inkubasi 7-
14 hari, dengan kurun waktu antara 3-35 hari. Orang yang diduga terinfeksi harus
dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada
perawatan penyembuhan untuk penyakit tersebut.

1.3 Bakteri
1.3.1 Definisi

Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan


tidak memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007)

Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang


bersel satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau
batang dan umumnya tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan
bahan – bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005)

Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara lain:

14
1 Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari
fagositosis dan desikasi (kekurangan).
2 Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang diperantarai
oleh komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.
3 Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel pejamu
dan kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria
terspesialisasi (fimbria P) yang terikat ke reseptor manosa pada sel epitel ureter.
Antigen fimbria sering bersifat imunogenik tetapi bervariasi antarstatin
sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria gonorrhoeae).
4 Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu
untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela dapat
tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel (polar) atau di
banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya Treponema), flagela
terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.
5 Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang
tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan
imunitas dan eradikasi oleh antibiotik.
6 Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi
lingkungan yang tidak cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup
jangka panjang, sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh kembali pada
kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)
1.3.2 Klasifikasi

Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi dari


patogeniknya. Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara luas di
komunitas dan menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi
berdasarkan serangkaian sifat-sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.

1 Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif member respons


terhadap antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya Mikobakteria)
mungkin memerlukan teknik pewarnaan khusus.

15
2 Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3 Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal,
subterminal, atau sentral).
4 Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism anaerob
memerlukan atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.
5 Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau pertumbahan
intraselular khusus.
6 Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi
salmonela, urease membantu identifikasi Helicobacter.
7 Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan
(misalnya subtipe dari Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak
lagi)
8 Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci
dalam klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)

2.3.3 Identifikasi Bakteri

Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain

a. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan pembelahan


secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat
mengalami fiksasi panas serta selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa
perubahan (Koes Irianto, 2006).

b. Pembiakan Bakteri

Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat


menumbuhkan bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi
tertentu. Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat
mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi jenis-jenis yang ditemukan.

16
Medium pembiakan terdiri dari :

1) Medium pembiakan dasar

Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang mengandung bahan


yang umum diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai
komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain. agar diperoleh apa yang
dinamakan agar nutrisi atau bulyon agar.

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)

Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan


penambahan bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu yang pada
medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.

3) Medium pembiakan selektif

Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan


dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan.

2.3 Jamur
2.4.1 Definisi

Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki
tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo,
1991). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung
kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki
hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).

Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding
sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur
terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer

17
dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada
tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda
dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya
(Alexopoulus dan Mimms, 1979).

2.4.2 Klasifikasi Jamur

Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari
kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus
seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur
menghasilkan spora seksual yang spesifik. Berikut ini disajikan Tabel 1 untuk
membedakan 5 kelompok jamur.

a. Oomycetes

Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di
dekat badan air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang
tidak bersekat, bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada
juga yang parasit. Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium
untuk yang hidup di darat. Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh
dari kelompok ini antara lain: Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus
dan Mimms, 1979).

b. Zygomycetes

Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan


dengan hifa yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual
dengan zigospora. Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor,
Absidia, Phycomyces termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans
adalah contoh dari anggota kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang
koneositik dan juga berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai
sporangiospora.

18
c. Ascomycetes

Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung
yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora
yang disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora
(Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan
yaitu stadium askus atau stadium aseksual.

d. Basidiomycetes

Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora.


Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan
berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara
dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang
setelah fusi (penyatuan) dari dua hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah
sel yang memiliki kedua inti yang disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara
seksual. Sel-sel yang diploid membelah secara meiosis menghasilkan basidiospora yang
haploid.

e. Deuteromycetes

Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus
reproduksi seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena
belum ada spora seksual mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang
biak dengan klamidospora, arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi.
Deuteromycetes juga memiliki hifa yang bersekat (Tortora, et al., 2001).

2.4.3 Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a. Kelembaban

Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity).
Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air
di lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air

19
dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan
yang kering atau muncul di atas permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).

b. Suhu

Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur
untuk tumbuh berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C sampai
30°C. Jamur- jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan
Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji
(2004). Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°C
sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).

c. Intensitas cahaya

Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap


pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun
prosesreproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan
cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi
respon berbeda terhadap cahaya.

d. pH

Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada
kisaran pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa
mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap
ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.

2.4 Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan
yang berbeda.

1 Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata.

20
2 Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam
host.
3 Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel
host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat
menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat
pada antibodi spesifik. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai
mekanisme untuk masing-masing parasit.

2.5 Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama
dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang
penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat
serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai
bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel.
Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat
tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam
telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat
pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.

2.6 Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel dari
peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla
atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis,
tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui
beberapa stadium mulai dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan
garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah ribosom. Badanelementer
kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan intermedier. Siklus
perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis
antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel.
Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan

21
dengan fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar
patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah :

1 Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tersebar secara


difus dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis pada
manusia, omitosisi pada burung dan lain-lain.
2 Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat dan
mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada
manusia dapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas induksi, non-
spesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.

2.8 Agen Infeksi Opportunistik


Definisi Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat,
tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu,
termasuk infeksi HIV. Organisme-organisme penyakit ini sering hadir dalam tubuh
tetapi umumnya dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh yang sehat. Ketika seseorang
terinfeksi HIV mengembangkan infeksi oportunistik, tahapannya masuk ke diagnosis
AIDS.

Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium


lanjutinfeksi HIV adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen
yang jarang menyebabkan penyakit serius pada individu yang imunikompeten.
Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV hingga
jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000 sel/μl menjadi kurang dari 200
sel/μl. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien AIDS yang tidak
dapatdiobati yaitu :

1 Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.


2 Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes
immitis,Histoplasma capsulatum, Pneumocytis jiroveci.
3 Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium
intracellulare,Listeria monocytogenes, spesies salmonella.

22
4 Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus,
virus poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi.
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur,
parasit, riketsia, dan clamidia.

Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi
menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk
infeksi HIV

3.2 Saran
Demikian sedikit informasi dari kelompok 1. Tentu masih banyak sekali
kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini.
Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen pembimbing kami
dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan
jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Pringngoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi 1 (Umum).
Jakarta: Sangung Seto.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/Chapter%20II.pdf

http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf

https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf

http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55904/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4/Chapter%20II.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai