FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2021 A. KELOMPOK 2: ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER 1. Ketidakadilan Gender Dari Aspek Marginalisasi Marginalisasi adalah sikap perilaku masyarakat atau negara yang berakibat pada penyisihan bagi perempuan dan laki-laki. Bentuk ketidakadilan gender yang berupa proses marginalisasi perempuan adalah proses pemiskinan terhadap kaum perempuan dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan, bahkam asumsi ilmu pengetahuan.. Contohnya, perempuan kurang mendapat tempat untuk memegang posisi jabatan tinggi dalam birokrasi dan militer, sangat sedikit sekali peluangnya. Pada laki-laki, ia kurang mendapat tempat untuk bidang yang memerlukan ketelitian dan telaten seperti buruh garmen atau rokok. 2. Ketidakadilan Gender Dari Aspek Subordinasi Subordinasi artinya suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Anggapan sosial yang menempatkan kaum perempuan erosional, irasional dalam berpikir, dan tidak dapat tampil sebagai pemimpin (pengambil keputusan) telah menempatkan kaum perempuan sebagai subordinat. Artinya, kaum perempuan ditempatkan sebagai pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis dalam masyarakat (inferior). Contohnya masih sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi atau peran pengambil keputusan atau penentu kebijakan dibanding laki-laki, serta masih sedikitnya jumlah keterwakilan perempuan dalam dunia politik (anggota legislatif dan eksekutif) 3. Ketidakadilan Gender Dari Aspek Stereotipe Stereotipe adalah pelabelan terhadap pihak tertentu yang selalu berakibat merugikan pihak yang dilabelkan dan berdampakpada ketidakadilan sosial. Stereotipe gender umumnya disandingkan kaum perempuan dengan label-loabel negative. Misanya, seorang perempuan yang bersolek dan berdandan menor sedikit dengan mengenakan pakaian yang agak ketat dan seksi selalu dipahami untuk menarik lawan jenis. Lalu jika terjadi pelecehan seksual dan pemerkosaa maka yang sering disalahkan adalaah pihak perempuan ini. 4. Ketidakadilan Gender Dari Aspek Kekerasan Kekerasan (violence) artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyarakat atau negara terhadap jenis kelamin lainnya. Peran gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Perempuan dianggap feminism dan laki-laki maskulin. Pembedaan karakter tersebut melahirkan tindakan kekerasanAnggapan bahwa perempuan itu lemah dan laki-laki kuat dijadikan alasan untuk memperlakukan perempuan semena- yang berujung pada tindakan kekerasan. Contohnya yaitu, kasus pemerkosaan, KDRT, prostitusi, dan pornografi. Di antara bentuk kekerasan ini yaitu : 1. Pemerkosaan terhadap perempuan. Pemerkosaan terhadap kaum perempuan tidak hanya dalam bentuk pemerkosaan seksual, tetapi juga sering terjadi pemerkosaan dalam bentuk pemaksaan perkawinan oleh orang tuanya., sebab hakikat pemerkosaan yaitu pemaksaan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan pemaksa sehingga pihak yang terpaksa meraasa tidak rela melakukan perbuatan tersebut. Keterpaksaan itu terjadi akibat ketidakberdayaan untuk melakukan perlawanan atau bias jadi ada perasaan takut menghadapi ancaman dan sebagainya. 2. Tindakan pemukulan dan serangan fisik yang sering terjadi di dalam rumah tangga (domestic violent). Termasuk dalam kekerasan ini ialah kekerasan terhadap anak didalam rumah tangga (child abuse). 3. Penyiksaan organ kelamin (genital mutilation). Hal ini terjadi di dalam kulur masyarakat tertentu yang memiliki kebiasaan menyunat alat kelamin anak-anak perempuan, padahal penyunatan terhadap alat kelamin perempuan tidak diperintahkan. 4. Prostitusi atau pelacuran. Bentuk kekerasan ini, walaupun dilakukan oleh kaum perempuan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga terutama orang tuanya akan tetapi, tidak disadari berbagai kasus prostitusi selalu berdampak kerugian di pihak perempuan, sedangkan yang memperoleh keuntungan dari pihak prostitusi dan eksploitasi ini selalu di pihak mucikari. Terkadang yang lebih ironis adalah pihak pemerintah sering kali melakukan razia terhadap PSK, tetapi di sisi lain pemerintah seringkali menarik pajak yang besar dari kompleks-kompleks pelacuran yang dilokalisasi oleh pemerintah. Kita menyadari bahwa pekerjaan pelacuran sering dipandang rendah oleh masyarakat akan tetapi, justru di tempat-tempat pelacuran ini sering dikunjungi oleh banyak orang. 5. Kekerasan terhadap kaum perempuan dalam bentuk pornografi. Pengertian pornografi tidak hanya sekedar apa yang seringkali dibicarakan sebagai bentuk film-film yang menayangkan aadegan seks, tetapi lebih luas ketika kaum perempuan dieksploitasi karena memiliki bentuk tubuh yang menarik kaum laki-laki dalam bentu usaha komersial termasuk di dalamnya dalah bintang-bintang iklan. Usaha komersial ini juga dikategorikan sebagai bentuk pornografi dan porno-aksi kekerasan yang terselubung. 6. Kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam program Keluarga Berencana (enforced sterilization). Pemaksaan pemakaian kontrasepsi terhadap kaum perempuan selain digunakan sebagai alat untuk mencapai target-target pengendalian jumlah penduduk oleh pemerintah. Kekerasan ini juga seringkali bertujuan untuk kepentingan seks dalam kehamilan yang tidak dikehendaki dengan cara menggugurkan kandungan atau aborsi. Tindakan ini sering kali diprakarsai oleh pria yang menghamili atau orang tua wanita yang hamil di luar nikah. 7. Kekerasan terselubung (molestation). Kekerasan ini berbentuk tindakan memegang salah satu oragan tubuh perempuan secara sengaja tanpa persetujuan yang dipegang. Kasus ini banyak ditemui di tempat-tempat kerja, di tempat-tempat umum, seperti di angkutan umum, dsb. 8. Kekerasan terhadap perempuan yang paling umum dan sering terjadi dan dilakukan dalam masyarakat adalah berupa pelecehan seksual (sexual and emotional harassment). Bentuk kekerasan ini sering terjadi adalah perhatian kaum lelaki yang tidak dikehendaki oleh kaum perempuan. Sering kali pelecehan seksual terjadi dalam bentuk lelucon-lelucon jorok secara vulgar yang di paparkan di deoan perempuan, menyakiti, membuat malu dengan omongan kotor, hingga kasus dalam bentuk janji ketika kaum perempuan akan menepati posisi pekerjaan tertentu dengan meminta imbalan pelayanan seks kepada mereka. Berbagai kasus calon artis yang dijanjikan akan diorbitkan namanya di public, kaum buruh migran perempuan yang akan dkirimkan ke luar negeri sering kali menjadi korban seksual. 5. Ketidakadilan Gender Dari Aspek Beban Kerja Ganda Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Contoh ketidakadilan gender dalam aspek beban kerja dapat dilihat ketika perempuan masuk dunia kerja, sering mendapat pekerjaan yang paling susah di pabrik atau kantor, dengan upah yang paling rendah, sekaligus terus dibebani dengan banyak tugas rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan mengasuh anak-anak