Oleh:
Puji Rahma Utari
1610070100103
Preseptor:
dr. Jenny Tri Yuspita Sari, Sp. THT-KL
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul
“OTITIS MEDIA AKUT”. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Senior pada bagian THT-KL di RSUD M. Natsir.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jenny Tri Yuspita Sari,
Sp.THT-KL selaku pembimbing, karena telah meluangkan waktu dan ilmu
pengetahuannya kepada penulis. Dalam penyusunan referat ini penulis mengalami
beberapa hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dan bimbingan yang telah
beliau berikan, maka referat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan baik dalam segi penyusunan,
pengolahan, pemilihan kata, dan proses pengetikan karena masih dalam tahap
pembelajaran. Saran dan kritik yang membangun tentu sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata,
semoga referat ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya dalam memahami masalah Otitis Media Akut.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN....................................................................................1
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi
pada saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis
media berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun
sekitar 83%. Di Amerika Serikat diperkirakan 75% anak mengalami
minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir
setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.2
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan dalam. Telinga
tengah berbentuk kubus dengan perbatasan :
Luar : membran timpani
Depan : tuba eustachius
Bawah : vena jugularis
Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Atas : tegmen timpani (meningen/ otak)
Dalam : (dari atas ke bawah) kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.
6
Gambar 2.1. (A) Telinga dan pembagiannya, (B) Permukaan lateral Pinna, (C)
Kartilago aurikular
7
Gambar 2.2. Serat radier, sirkular, dan parabolik dari pars tensa
8
Membran timpani dibagi ke dalam 4 kuadran, dengan menarik
garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus
pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-
belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak
perforasi membran timpani.
Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di
bagian bawah belakang membran timpani. Di daerah ini tidak terdapat
tulang pendengaran. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang
pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus, stapes.
9
Gambar 2.5. Tulang pendengaran dan bagian-bagiannya
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3 Etiologi
Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan penyebab utama dari
otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba Eustachius
10
terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah
terganggu juga sehingga terjadi peradangan. Hal-hal yang menyebabkan
sumbatan pada muara tuba antara lain, infeksi saluran pernafasan, alergi,
perubahan tekanan udara tiba-tiba, tumor, dan pemasangan tampon yang
menyumbat muara tuba.3
Infeksi Saluran Pernapasan Atas juga merupakan salah satu faktor
penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri
piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae
(27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%),
Pneumococcus. Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin
besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi,
OMA dipermudah karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya
agak horisontal.1,2
2.2.4 Patogenesis
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat
saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat
menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih
untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah
dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran
Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah
banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-
tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.
11
(bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).
Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang
terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis
apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang
tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.1
2.2.5 Stadium
1. Stadium Kataralis
Tanda adanya stadium ini adalah adanya retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi
udara.Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna
keruh pucat dan berlanjut hingga tampak pembuluh darah yang melebar di
membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta
edem.Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
12
2. Stadium Supurasi/ Bombans
Edema yang hebat pada telinga tengah dan hancurnya epitel
superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol / bombans (bulging) ke arah
telinga luar.Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan
submukosa.Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah
yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi
ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada
stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan
nanah keluar ke MAE. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan
menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat
ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.
3. Stadium Perforasi
13
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik
atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke MAE.Anak
yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak
dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut
stadium perforasi.
4. Stadium Resolusi
2.2.6 Diagnosis
2.2.6.1 Anamnesa
14
Diagnosis OMA cukup ditegakkan secara klinik, yaitu meliputi
anamnesis dan pemeriksaan telinga (otoskop) yang didasarkan pada
stadiumnya.
2.2.7 Penatalaksanaan
2.2.8 Komplikasi
17
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
5. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan
mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar
penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118
20
21