OLEH :
P07120018085
2.3
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
b. DM Tipe II
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Tanda dan Gejala
a. Deficit Nutrisi
a. Data mayor
1) Berat badan menurun
b. Data Minor
1) Cepat kenyang setalah makan
2) Kram/ nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
4) Bising usus hiperaktif
5) Ototo penguyah lemah
6) Otot menelan lemah
7) Membrane mukosa pucat
8) Sariawan
9) Serum albumin turun
10) Rambut rontok
11) Diare
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih
banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping
kadar glukosa tinggi juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut
resistensi insulin.( Suyono, 2005, hlm 3).
Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat dihubungkan dengan efek utama
kekurangan insulin yaitu :
a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan
peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mg per 100
ml.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding
vaskuler.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Arora (2009: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal
yaitu:
a. Postprandial
b. Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dL
mengindikasikan diabetes.
c. Hemoglobin glikosila
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140 hari
terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
d. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan
akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah
meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
e. Tes glukosa darah dengan finger stick
Yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah
strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini
digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
9. Penatalaksanaan Medis
Diabetes Melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha, antaranya:
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB - 100) - 10%, sehingga
didapatkan :
1) Berat badan kurang ≤ 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90 - 110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110 - 120% dari BB Ideal
4) Gemuk ≥ 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal
yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10 - 30% untuk pekerja berat). Koreksi
status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress
akut sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan
komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2 - 3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya. (Iwan S, 2010)
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih
30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging (Iwan
S, 2010).
c. Obat Hipoglikemik :
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b) Menurunkan ambang sekresi insulin
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih. Klorpropamid
kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena risiko
hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon
juga dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT
27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S,
2010).
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan)
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah
dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien.
Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal
tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan
kombinasi sulfonylurea dan insulin.
d. Penyuluhan
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan
pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya,
yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian
keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan diabetes.
1 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan SIKI LABEL : 1. Pemantauan status gizi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 Manajemen Nutrisi sehinggga dapat
ketidakmampuan jam, diharapkan klien tidak Observasi : memperhatiakan jumlah dan
mengabsorpsi nutrien menunjukan defisit nutrisi : 1. Identifikasi status jenis zat gizi yang di konsumsi
nutrisi pasien
1. Porsi makanan yang
2. Identifikasi makanan 2. Untuk menambah/merangsang
dihabiskan meningkat
yang di sukai nafsu makan pasien
dengan skor 5
Terapeutik : 3. Agar tidak menimbulkan rasa
2. Pengetahuan tentang
3. Lakukan oral hygiene tidak enak saat makan
pilihan makanan yang
sebelum makanan, jika 4. Agar tidak menimbulkan
sehat dengan skor 5
perlu konstipasi karena makanan
3. Pengetahuan tentang
4. Berikan makanan tinggi 5. Untuk mencegah mual muntah
pilihan minuman yang
serat untuk mencegah mengurangi resiko tersedat
sehat dengan skor 5
konstipasi 6. Untuk mempercepat proses
4. Nafsu makanan membaik
Edukasi : penyembuhan dan memudahkan
dengan skor 5
5. Anjurkan posisi duduk makanan masuk.
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makanan misalnya
pereda nyeri
2 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan SIKI LABEL : 1. Pasien mungkin masuk dengan
dibuktikan dengan keperawatan selama ... x … Pencegahan Infeksi infeksi yang biasanya telah
penyakit kronis jam, pasien tidak mengalami Observasi : mencetuskan keadaan
diabetes melitus infeksi setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan ketoasidosis atau dapat
tindakan keperawatan dengan gejala infeksi local dan mengalami infeksi nosokomial.
kriteria hasil : sistemik 2. Agar edema tidak bertambah
Terapeutik : parah
1. Nafsu makan meningkat
2. Berikan perawatan kulit 3. Mencuci tangan untuk mencegah
dengan skor 5
pada edema terjadinya infeksi
2. Demam menurun dengan
3. Cuci tangan sebelum 4. Agar pasien dan orang tua
skor 5
dan sesudah kontak mengetahui tanda dan gejala
3. Nyeri dan bengkak
dengan pasien dan infeksi
menurun 5
lingkungan pasien 5. Mengajrkan cuci tangan yang
4. Cairan berbau busuk
Edukasi : baik dan benar supaya pasien
menurun dengan skor 5
4. Jelaskan tanda dan dan orang tua mengurangi
gejala infeksi terkena infeksi
5. Ajarkan cara mencuci 6. Mengajarkan memeriksa luka
tangan dengan benar agar tidak menimbulkan
6. Ajarkan cara keparahan
memeriksa kondisi luka 7. Untuk mempercepat
dan luka operasi penyembuhan.
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan SIKI LABEL : 1. Untuk mengetahui gangguan
berhubungan dengan keperawatan selama ... x …. Manajemen Energi tubuh mana yang
kelemahan jam, pasien tidak terganggu Observasi : mengakibatkan kelelahan
dan tidak mudah lelah dengan 1. Identifikasi gangguan 2. Untuk mengetahui pola dan jam
kriteria hasil : tubuh yang tidur pasien apakah sudah
1. Kemudahan dalam mengakibatkan tercukupi atau belum
melakukan aktivitas sehari kelelahan 3. Mempermudah pasien untuk
hari meningkat dengan 2. Monitor pola dan jam melakukan latihan aktifitas.
skor 5 tidur 4. Agar pasien dapat sembuh
2. Kekuatan tubuh bagian Terapeutik : 5. Agar pasien dapat membiasakan
atas dan bawah meningkat 3. Sediakan lingkungan diri beraktivitas
dengan skor 5 nyaman dan rendah 6. Agar mempercepat
3. Keluhan lelah menurun stimulus missal : penyembuhan
dengan skor 5 cahaya, suara
4. Tekanan darah dan Edukasi :
frekuensi nafas membaik 4. Anjurkan tirah baring
dengan skor 5 5. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Jakarta:
Jagarsa
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia). Jakarta: Jagakarsa
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Jakarta: Jagakarsa