Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

STOMATITIS PADA ANAK


KEPERAWATAN ANAK TERPADU

DISUSUN OLEH :
KARISMA INDAH ALIFIOLA 201710300511033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
Definisi
Stomatitis adalah kondisi peradangan yang ditandai dengan luka, bengkak, dan kemerahan pada area
dalam mulut. Stomatitis dapat timbul pada pipi bagian dalam, gusi, lidah, maupun bibir. Kondisi ini kerap
disamakan dengan sariawan, padahal sariawan hanyalah salah satu dari dua bentuk stomatitis yang kerap
terjadi.

Secara umum, stomatitis terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Aphtous stomatitis (stomatitis aftosa) merupakan sebuah penyakit paling umum yang terjadi pada area
dalam mulut akibat proses peradangan dan biasanya menimbulkan luka yang disertai rasa sakit. Stomatitis
aftosa tampak seperti luka dengan pinggiran berwarna merah akibat terjadinya peradangan dan berwarna
putih atau kuning pada bagian tengahnya. Stomatitis jenis ini lebih dikenal dengan sebutan
sariawan. Berdasarkan ukurannya, stomatitis aftosa dibedakan dalam tiga kategori, yaitu stomatitis aftosa
minor, mayor, dan herpetiform. Pada jenis minor, sariawan berukuran kecil dan akan hilang dengan
sendirinya dalam jangka waktu 4-14 hari. Sedangkan pada jenis mayor, sariawan yang muncul berukuran
lebih besar dan memakan waktu yang cukup lama (hingga 6 minggu) untuk sembuh. Sedangkan pada jenis
herpetriform, sariawan muncul kecil-kecil dalam jumlah banyak yang berkelompok dan baru akan hilang
dalam jangka waktu kurang dari 30 hari.

2. Herpes stomatitis merupakan sebuah peradangan (disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks 1 atau
HSV1) di sekitar bibir dan rongga mulut. Penularan virus ini biasanya terjadi melalui kontak antar mulut
(oral-to-oral contact) di mana terjadi pertukaran air liur, seperti berbagi alat makan atau melalui ciuman.
Stomatitis ini tampak seperti lepuhan yang berbentuk bulat dan dipenuhi oleh cairan serta dapat pecah
sehingga menimbulkan luka

Etiologi
Sampai saat ini ini penyebab utama dari Stomatitis belum diketahui. Namun para ahli telah menduga
banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis ini, diantaranya adalah 5 Penyebab yang berasal
dari keadaan dalam mulut seperti :
1. Kebersihan mulut yang kurang.
2. Letak susunan gigi atau kawat gigi.
3. Makan atau minum yang panas dan pedas.
4. Rokok.
5. Pasta gigi yang tidak cocok.
6. infeksi jamur.
7. Karies gigi atau protesa (gigi pasangan)
8. Luka pada bibir akibat tergigit atau benturan.
9. Hipersensitivitas (reaksi sensitif yang berlebihan) terhadap beberapa jenis makanan seperti
stroberi, jeruk, kopi, telur, coklat, kacang, maupun keju.
10. Konsumsi beberapa jenis obat-obatan, seperti kemoterapi.
Bagian dari penyakit sistemik antara lain :
a. Reaksi alergi : sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu.
b. Hormonal imbalance.
c. Stres mental.
d. Kekurangan vitamin B12, asam folat, zat besi, zinc dan mineral.
e. Gangguan pencernaan.
f. Radiasi.
Patofisiologis
Identifikasi pada pasien dengan resiko tinggi, memungkinkan dokter gigi untuk memulai evaluasi pra
perawatan dan melakukan tindakan profilaktis yang terukur untuk meminimalkan insidens dan morbiditas
yang berkaitan dengan toksisitas rongga mulut. Faktor resiko paling utama pada perkembangan komplikasi
oral selama dan terhadap perawatan adalah pra kehadiran penyakit mulut dan gigi, perhatian yang kurang
terhadap rongga mulut selama terapi dan faktor lainya berpengaruh pada ketahanan dari rongga mulut.
Faktor resiko lainya adalah : tipe dari Knker (melibatkan lokasi dan histology), penggunaan
antineoplastik, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerasan dan durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta
umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti adanya ulkus, gigi yang rusak, kesalahan retrosi,
penyakit periodontal,ginggivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap berkembangnya
infeksi lokal dan sistemik. Kolonisasi bekteri dan jamur dari kalkus, plak, pulpa, poket periodontal,
kerusakan operculum, gigi palsu, dan penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang
subur untuk organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin berkembang pada infeksi lokal dan
sistemik. Tambalan yang berlebihan atau peralatan lain yang melekat pada gigi membuat lapisan mulut lebih
buruk, menebal dan mengalami atropi, kemudian menghasilkan ulserasi local (stomatitis)

Pathway
Manifestasi Klinis
a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam :
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1-
3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan udema
tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5
minggu.

Gambaran Klinis dari Stomatitis


a. Lesi bersifat ulcerasi
b. Bentuk oval / bulat
c. Sifat tersebar
d. Batasnya jelas
e. Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan multiple (kelompok)
f. Tepi merah
g. Lesi dangkal
h. Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut

Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur sedangkan diagnosis
pasti dengan menggunakan biopsi.
Pemeriksaan laboratorium :

a. WBC menurun pada stomatitis sekunder


b. Pemeriksaan kultur virus ; cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
c. Pemeriksaan cultur bakteri ; eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis

Penatalaksanaan Medis

a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai


b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama makanan yang
mengandung vitamin 12 dan zat besi.
d. Hindari stres
e. Pemberian Atibiotik harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien
topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih
berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4
kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid atau
tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.
f. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan
antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (ja¬ngan menggunakan
antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan peng¬hilang rasa sakit topikal. Pe-ngobatan stomatitis
aphtosa teru¬tama peng¬hilang rasa sakit topikal. Peng¬obatan jangka panjang yang efektif adalah
menghindari faktor pencetus.
Digunakan satu dari dua terapi yang dianjurkan yaitu:

(1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000
mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan
neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosio ekonomi
bawah.
(2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.
Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu
follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.

Komplikasi
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia
- Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
- Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
- Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
- Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
Stomatitis memunculkan berbagai macam komplikasi bagi tubuh kita diantaranya:
1. Komplikasi akibat kemoterapi

Karena sel lapisan epitel gastrointestinal mempunyai waktu pergantian yang mirip dengan leukosit,
periode kerusakan terparah pada mukosa oral frekuensinya berhubungan dengan titik terendah dari sel darah
putih. Mekanisme dari toksisitas oral bertepatan dengan pulihnya granulosit. Bibir, lidah, dasar mulut,
mukosa bukal, dan palatum lunak lebih sering dan rentan terkena komplikasi dibanding palatum keras dan
gingiva; hal ini tergantung pada cepat atau tidaknya pergantian sel epithelial. Mukosa mulut akan menjadi
tereksaserbasi ketika agen kemoterapeutik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis
tinggi atau berkombinasi dengan ionisasi penyinaran radiasi.

2. Komplikasi Akibat Radiasi

Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan fisiologis
pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tapi juga menghasilkan gangguan struktural dan
fungsional pada jaringan pendukung, termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang
yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hypoxia, berkurangnya supplai darah ke tulang, hancurnya
tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis. Radiasi pada daerah kepala dan leher
serta agen antineoplastik merusak divisi sel, mengganggu mekanisme normal pergantian mukosa oral.
Kerusakan akibat radiasi berbeda dari kerusakan akibat kemoterapi, pada volume jaringan yang terus
teradiasi terus-menerus akan berbahaya bagi pasien sepanjang hidupnya. Jaringan ini sangat mudah rusak
oleh obat-obatan toksik atau penyinaran radiasi lanjutan, Mekanisme perbaikan fisiologis normal dapat
mengurangi efek ini sebagai hasil dari depopulasi permanen seluler.

3. Komplikasi Akibat Pembedahan


Pada pasien dengan osteoradionekrosis yang melibatkan mandibula dan tulang wajah, maka
debridemen sisa pembedahan dapat merusak. Usaha rekonstruksi akan menjadi sia-sia, kecuali jaringan
oksigenasi berkembang pada pembedahan. Terapi hiperbarik oksigen telah berhasil menunjukkan
rangsangan terhadap formasi kapiler baru terhadap jaringan yang rusak dan telah digunakan sebagai
tambahan pada debridemen pembedahan.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Identitas ( Data Biografi)
Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun lebih cenderung pada wanita,
kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau mempunyai riwayat sariawan pada keluarga.

Riwayat sakit dan Kesehatan


1. Keluhan utama rasa nyeri di mulut
2. Riwayat kesehatan sekarang
Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko
menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak , kurang
vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih mudah terkena
stomatitis.
4. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
stomatitis. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren)
atau sariawan adalah keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya
menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga.
5. Pengkajian Psikososial :sterss, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan
penampilan dari rongga mulut terhadap body image dan sex.
6. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas : lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.
7. Riwayat nutrisi : kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral,
dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.
8. Riwayat pertumbuhan perkembangan :
- Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan kondisi fisik yang lemah
sebagai akibat intake nutrisi yang kurang ( energi/kalori yang diperlukan tidak mencukupi dalam proses
penyembuhan).
- Penurunan berat badan
Biasanya pasien yang menderita stomatitis mengalami penurunan berat badan karena intake nutrisi yang
kurang.

Pemeriksaan fisik
B1 (Breath) : Bau nafas, RR normal
B2 (Blood) : Hemorrhage (perdarahan) akibat kerusakan membrane mukosa oral,
resiko kekurangan volume darah.
B3 (Brain) : Nyeri
B4 (Bladder) : Secara umum tidak mempengaruhi kecuali jika ada kondisi dehidrasi
akibat intake cairan yang kurang
B5 (Bowel) : - Mukosa oral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi rasa luka
atau terbakar (khususnya melibatkan lidah)
- Hipersalivasi
- Perubahan kulit mukosa oral, tampak bengkak dan kemerahan (hiperemi)
B6 (Bone) : Kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nama : Karisma indah alifiola


NIM/Kelompok : 2017-033 / 14
Ruang/Tgl. Pengkajian : 6 juni 2020

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : An.G

b. Tanggal lahir : 15 mei 2012 Usia : 6 thn

c. Anak ke : satu dari : satu bersaudara

d. Jenis kelamin : perempuan

e. Nama ayah : Tn. A

f. Nama ibu : Ny. F

g. Pekerjaan ayah : wiraswasta

h. Pekerjaan ibu : ibu rumah tangga

i. Alamat : jl. Budi utomo

j. Kultur : jawa

k. Agama : islam

l. Pendidikan px/ayah/ibu : SMA

m. Pemberi informasi : ibu

II. KELUHAN UTAMA

a. MRS : pasien tidak mau makan ± 5 hari yang lalu,lemas,mual dan sakit

dibagian mulut.

b. Saat Pengkajian : pasien mengatakan bibirnya sakit dan susah makan.


III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

a. Prenatal : Ibu An. G sudah hamil 2x anak pertama sekarang berumur 8 tahun

dan An. G merupakan anak kedua. Kesehatan selama hamil baik,tidak ada keluhan.

b. Natal : An.G lahir secara normal (spontan) durasi persalinan ±30 mnt, BB

lahir 3 kg, melahirkan di bidan dekat rumah.

c. Post Natal : Setelah persalinan ibu An.G mengkonsumsi obat yang dianjurkan

atau diberi oleh dokter.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

a. Penyakit masa lalu : Pada usia 4 tahun An. G pernah sakit demam dan dirawat di rs selama

3 hari. Namun belum pernah mengalami sakit seperti sekarang.

b. Riwayat dirawat di RS : pernah dirawat di rs selama 3 hari sakit demam

c. Riwayat penggunaan

Obat-obatan : hanya minum obat dari resep dokter

d. Riwayat tindakan medis : tidak ada

e. Riwayat alergi : An.G tidak memiliki alergi

f. Riwayat kecelakaan : tidak ada

g. Riwayat imunisasi : ibu pasien mengatakan An.G sudah imunisasi lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

a. Penyakit genetic : tidak ada

b. Genogram :

:
6 thn

Keterangan :

: perempuan

: laki-laki

: garis keturunan

: klien

: tinggal satu rumah

VI. RIWAYAT SOSIAL

a. Yang mengasuh : orang tua kandung

b. Hub. Dengan anggota : sangat baik

Keluarga

c. Hub. Dengan teman : sangat baik

Sebaya

d. Lingkungan rumah : baik

VII. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR (Di RS dan Rumah)

Dirumah Dirumah sakit


Cairan Hanya 1-2 gelas air putih,susu. 2-3 gelas air putih
Makanan / nutrisi Makan 2x/ hari hanya sedikit, Makan 3x/hari tidak

mual,kesakitan di bibir mual,mengunyah masih sakit,

tidak mau makan makanan dari

rs, sukanya makan telur.


Personal hygiene Tidak mau menggosok gigi 1x sehari menggunakan sikat

karena sakit sekali gigi,masih terasa sakit saat

menggosok gigi.
Eliminasi Pengeluaran urine hanya Urine hanya 4-5x perhari

sedikit 3-4x perhari BAB 1x semenjak masuk rs.

BAB belum sama sekali

Aktivitas bermain Semenjak sakit An.G tidak Masih mau berinteraksi dengan

mau bicara ,hanya mau dokter perawat dan

berbicara dengan ibunya saja. keluarganya.

VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

a. Diagnose medis : stomatitis

b. Status oksigenasi : jalan nafas paten

c. Status nutrisi : kebutuhan kalori 1200 kkal

d. Status cairan : 1200cc/24 jam

e. Status eliminasi : BAK 4-5x/hari, BAB 1x/hari

f. Obat-obatan sekarang : obat kumur,anastetik local,obat anti bakteri dan jamur,kortikosteroid

g. Hasil Px. Penunjang : tes laboratorium, terapi obat.

h. Tindakan operasi : tidak ada


i. Tindakan keperawatan :

j. Lain-lain :

IX. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum : compos mentis

b. Tanda vital : S: 36,7ºC, N : 80x/mnt, RR : 28x/mnt

c. Pengukuran atopometri : BB:14kg TB:113 LK: median

d. Pemeriksaan kepala & leher

1. Mata : I : simetris,bola mata normal, gerak mata normal, konjungtiva

anemis, penglihatan normal tanpa alat bantu.

2. Telinga : I : simetris, bersih, lubang telingga bersih dan normal, fungsi

pendengaran baik.

P : tidak ada nyeri tekan.

3. Hidung : I : simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada secret, bernafas

normal.

P : tidak ada benjolan ,tidak ada nyeri tekan.

4. Mulut : I : terdapat stomatitis, membran mukosa tampak bengkak, lidah

berwarna putih.

P : terdapat nyeri tekan.

5. Wajah : I : simetris, tidak ada luka benjolan atau masa

6. Leher : I : bentuk normal,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

P : tidak ada nyeri tekan

e. Pemeriksaan integument : I : kulit sawo matang, tidak ada luka, lidah berwarna putih.

P : tidak ada nyeri tekan bagian badan, hanya nyeri tekan pada bagian mulut.

f. Thorax

1. Paru : I : simetris, tidak ada pembekakan,tidak ada retraksi dinding dada,

tidak ada lesi.


P : tidak ada nyeri tekan.

P : suara sonor

A : suara vesikular, tidak ada suara tambahan

2. Jantung : I : permukaan simetris, normal

P : tidak ada nyeri tekan.

P : suara dulnes

A : terdengar suara normal lup dup

g. Abdomen : I : umbilicus terlihat bersih, tidak ada luka,tidak ada pembesaran

abdomen.

P : tidak ada nyeri tekan.

P : bunyi timpani

A : bising usus 1x/mnt

h. Genitalia : I : tidak ada benjolan atau masa,tidak ada luka,tidak terpasang

DC.

P : tidak ada nyeri tekan.

i. Punggung : I : bentuk normal, tidak ada luka,tidak ada masa,tidak ada kelainan

P : tidak ada nyeri tekan

j. Ekstremitas & : I : pergerakan nampak normal, tidak ada kesulitan bergerak atau

berjalan, terpasang infus 10 tpm di tangan kiri, pergerakan ekstremitas atas dan bawah

normal,tidak ada oedem.

P : tidak ada nyeri tekan Musculoskeletal

Muskuloskeletal 5 5

5 5
k. Status neurologi : I : mampu melawan serangan dari perawat, mampu melakukan

aktivitas kecil,tidak ada masalah pada neurologinya.

GCS : 456

Kekuatan motorik N N

N N

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI

a. Motorik kasar : mampu menggerakkan tubuhnya sendiri tanpa bantuan

b. Motorik halus : mampu makan dan minum sendiri.

c. Adaptasi sosial : mampu berinteraksi dengan orang lain.

d. Bahasa : menggunakan bahasa halu, suara yang jelas,intonasi yang tepat.

XI. INFORMASI LAIN/Px. PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium tgl 05 juni 20

Hematologi
Darah lengkap Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 12.8 g/dL 11.5-13.5
Leukosit 11.190 /uL 6.000-17.000
Hematokrit 38 % 35-45
Eritrosit 5.3 10ˆ6 /uL 3.9-5.9
Trombosit 332.000 /uL 150.000 - 450.000
MCV L 71.8 fL 79.0 – 99.00
MCH L 4.1 Pg 27.0 – 31.
MCHC 33.6 % 033.0 – 37.0
RDW 12.8 % 11.5 – 14.5

Hitung jenis
Basofil H 1.8 % 0.0 – 1.0
Eosofil L 0.4 % 2.0 – 4.0
Batang L 0.00 % 2.00 5.00
Segmen 53.4 % 40.0 – 70.0
Limfosit 30.7 % 25.0 – 40.0
Monosit H 13.7 % 2.0 – 8.0
LED 1 jam / 2 jam 10/18 Mm/ jam 0-20
Sero imunologi
Widal
S . typhi O Positif, liter 1/320 Negative
S . paratyphi A-O Positif,liter 1/80 Negative
S . paratyphi B-O Positif,liter 1/60 Negative
S . paratyphi C-O Negative Negative
S typhi H Negative Negative
S . paratyphi AH Negative Negative
s. paratyphi BH Positif,liter 1/160 Negative
S . paratyphi CH Negative Negative

Terapi obat

Tanggal Obat per oral Waktu


06 Juni 20 Nymiko 2x 1 ml 09 17
Curvit x 1ml 09 17
07 juni 20 Nymiko 2x 1 ml 09 17
Curvit 2x 1 ml 09 17
08 juni 20 Nymiko 2x 1 ml 09 17
Curvit 2x 1 ml 09 17

ASUHAN KEPERAWATAN

ANALISA DATA

NAMA PASIEN :

UMUR :

NO. RM :

Data penunjang Etiologi Masalah


Ds : ibu pasien mengatakan Faktor mekanis (kerusakan Integritas kulit / jaringan

anak tidak mau makan,nafsu jaringan mukosa)

makan menurun, sakit di

daerah mulut.

DO : lidah pasien berwarna

putih, adanya lesi di membran

mukosa bibir, nampak bengkak

dan kemerahan, suhu tubuh

meningkat S :37ºC
DS : pasien mengatakan sakit Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
di dalam mulut, rasanya perih. (inflamasi)

P : luka pada mulut

Q : perih seperti tersayat

R : di daerah mulut yang

terluka

S : skala 6

T : sering, ketika

berbicara,makan,minum

DO : pasien nampak gelisah,

pasien tampah meringis

kesakitan, s 37ºC, nyeri di

dalam mulut, terdapat lesi di

dalam mulut, lesi tampak

memerah dan bengkak pada

mulut.
DS : ibu pasien mengatkan Ketidak mampuan menelan Defisit nutrisi

pasien tidak mau makan, nafsu (mengunyah) makanan

makan berkurang, mulut

terasa sakit.

DO : A : bb menurun dai 18 kg

turun menjadi 14 kg

B : Hb 12 g/dl

C : perubahan pada mukosa

(kemerahan dan terdapat lesi),

kesulitan makan.

D : nafsu makan menurun ,


hanya makan 2 sendok dari

porsi yang disediakan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA : An.G

UMUR : 6 thn

NO RM :

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

.
1. Integritas kulit / Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit I.11353

jaringan b.d faktor tindakan keperawatan Tindakan

mekanis (kerusakan selama 1x24 jam pasien di Observasi

jaringan mukosa) harapkan : - Identifikasi penyebab

- Kerusakan gangguan integritas kulit.

jaringan menurun Terapeutik

- Nyeri menurun - Bersihkan area kulit yang

- Elastisitas luka dengan air hangat.

meningkat Edukasi

- Kemerahan - Anjurkan minum air yang

menurun cukup.

- Suhu kulit - Anjurkan meningkatkan


membaik asupan nutrisi.

- Kerusakan lapisan - Anjurkan meningkatkan

kulit menurun asupan buah dan sayur.

- Tekstur kulit

membaik.
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri I.08238

pencedera fisiologis tindakan keperawatan Tindakan

selama 1x24 jam Observasi

diharapkan pasien : - Identifikasi lokasi,

- Keluhan nyeri karakteristik, durasi,

menurun. frekuensi, kualitas, intensitas

- Meringis menurun nyeri.

- Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri

- Mual menurun - Identifikasi respon nyeri non

- Nafsu makan verbal

membaik - Identifikasi faktor

- Pola fikir membaik memperberat nyeri (nyeri

- bertambah ketika makan,

sehingga tekstur makanan

dibuat lebih halus agar

mudah ditelan dan dicerna)

Terapeutik

- Berikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

(diberikan kompres air

hangat, diberi terapi bermain

untuk mengalihkan
perhatian)

- Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri

(mengurangi kebisingan di

lingkungan, menyesuaikan

suhu ruangan agar tetap

nyaman, mengontrol

pencahayaan lingkungan agar

tetap nyaman)

- Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi

- Jelaskan penyebab pemicu

nyeri.

- Jelaskan strategi meredakan

nyeri.

- Anjurkan menggunakan

analgesik secara tepat.

- Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

analgetik jika perlu.


3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi I.03119

Ketidak mampuan tindakan keperawatan Edukasi

menelan (mengunyah) selama 1x24 jam di Observasi

makanan harapkan pasien mampu: - Identifikasi satatus nutrisi

- Porsi makan yang - Identifikasi makanan yang


dihabiskan disukai.

meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori

- Kekuatan otot dan jenis nutrisi

mengunyah - Monitor berat badan

meningkat. Terapeutik

- Kekuatan otot - Laukukan oral hygine

menelan sebelum makan, jika perlu

meningkat. - Sajikanmakanan secara

- Verbalisasi menarik dan suhu yang sesuai

keinginan untuk - Berikan makanan tinggi serat

meningkatkan untuk mencegah konstipasi

nutrisi. - Berikan makanan tinggi

- Sariwan menurun. kalori dan tinggi protein

- Berat badan Edukasi

membaik. - Anjurkan posisi duduk

- Frekuensi makan Kolaborasi

membaik. - Kolaborasi dengan ahli gizi

- Nafsu makan untuk menentukan jumlah

membaik. kalori dan jenis kalori dan

- Bising usus jenis nutrien yang

membaik. dibutuhkan.
CATATAN PERKEMBANGAN

(IMPLEMENTASI DAN EVALUASI)

Nama pasien : An.G

Umur : 6 thn

No RM :

No Tgl/jam/har Uraian tindakan Tgl/jam/har Evaluasi TTD

. i i
1. 05-06-20 - Mengidentifikasi 06-06-2020 S : pasien

penyebab gangguan mengatakan kondisi

integritas kulit. kulit pada mulut

- Membersihkan area masih belum

kulit yang luka dengan membaik.

air hangat. O : keadaan

- Menganjurkan minum kompos mentis

air yang cukup. - Area kulit

- Menganjurkan yang luka

meningkatkan asupan masih

nutrisi. berwarna

- Menganjurkan putih.

meningkatkan asupan - Keadaan

buah dan sayur. luka belum

membaik.

- S : 36,7ºC

- RR :

28x/mnt
- N : 80x/mnt

A : masalahbelum

teratasi.

P : lanjutkan

intervensi.
2. 06-06=20 - Mengidentifikasi lokasi, 07-06-20 S : pasien

karakteristik, durasi, mengatakan masih

frekuensi, kualitas, terasa nyeri.

intensitas nyeri. O : - pasien nampak

P : luka pada mulut kesakitan skala

Q : perih seperti tersayat nyeri 6.

R : di daerah mulut yang - Wajah

terluka masih

S : skala 6 nampak

T : sering, ketika meringis.

berbicara,makan,minum - S : 36,7ºC

- - RR :

- Mengidentifikasi skala 28x/mnt

nyeri (skala nyeri 6) - N: 80x/mnt

- Mengidentifikasi respon A : masalah belum

nyeri non verbal (wajah teratasi.

pasien nampak meringis P : lanjutkan

kesakitan.) intervensi.

- Mengidentifikasi faktor

memperberat nyeri

(nyeri bertambah ketika

makan, sehingga tekstur

makanan dibuat lebih


halus agar mudah

ditelan dan dicerna)

- Memberikan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

(diberikan kompres air

hangat, diberi terapi

bermain untuk

mengalihkan perhatian)

- Mengontrol lingkungan

yang memperberat rasa

nyeri (mengurangi

kebisingan di

lingkungan,

menyesuaikan suhu

ruangan agar tetap

nyaman, mengontrol

pencahayaan

lingkungan agar tetap

nyaman)

- Menganjurkan

menggunakan analgesik

secara tepat.

- Mengajarkan teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

(tarik nafas

dalam,kompres air
hangat)
3. 07-06-20 - Mengidentifikasi satatus 08-07-20 S : ibu pasien

nutrisi mengatakan pasien

- Mengidentifikasi sudah mau makan

makanan yang disukai. walau hanya 2

- Mengidentifikasi sendok dari porsi.

kebutuhan kalori dan O : - makanan

jenis nutrisi pasien nampak

- Memonitor berat badan tidak habis.

(awal bb 19, sekarang - BB pasien

menjadi 14kg) masih belum

- Melakukan oral hygine membaik.

sebelum makan, jika - Pasien masih

perlu enggan

- Mensajikanmakanan untuk

secara menarik dan melakukan

suhu yang sesuai oral hyigine

- Memberikan makanan karena

tinggi serat untuk merasa

mencegah konstipasi nyeri.

- Memberikan makanan - S : 36,7ºC

tinggi kalori dan tinggi - RR :

protein 28x/mnt

- N : 80x/mnt

- BB : 14 kg

A : masalah teratasi

sebagian

P : lanjutakan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai