DISUSUN OLEH :
KARISMA INDAH ALIFIOLA 201710300511033
1. Aphtous stomatitis (stomatitis aftosa) merupakan sebuah penyakit paling umum yang terjadi pada area
dalam mulut akibat proses peradangan dan biasanya menimbulkan luka yang disertai rasa sakit. Stomatitis
aftosa tampak seperti luka dengan pinggiran berwarna merah akibat terjadinya peradangan dan berwarna
putih atau kuning pada bagian tengahnya. Stomatitis jenis ini lebih dikenal dengan sebutan
sariawan. Berdasarkan ukurannya, stomatitis aftosa dibedakan dalam tiga kategori, yaitu stomatitis aftosa
minor, mayor, dan herpetiform. Pada jenis minor, sariawan berukuran kecil dan akan hilang dengan
sendirinya dalam jangka waktu 4-14 hari. Sedangkan pada jenis mayor, sariawan yang muncul berukuran
lebih besar dan memakan waktu yang cukup lama (hingga 6 minggu) untuk sembuh. Sedangkan pada jenis
herpetriform, sariawan muncul kecil-kecil dalam jumlah banyak yang berkelompok dan baru akan hilang
dalam jangka waktu kurang dari 30 hari.
2. Herpes stomatitis merupakan sebuah peradangan (disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks 1 atau
HSV1) di sekitar bibir dan rongga mulut. Penularan virus ini biasanya terjadi melalui kontak antar mulut
(oral-to-oral contact) di mana terjadi pertukaran air liur, seperti berbagi alat makan atau melalui ciuman.
Stomatitis ini tampak seperti lepuhan yang berbentuk bulat dan dipenuhi oleh cairan serta dapat pecah
sehingga menimbulkan luka
Etiologi
Sampai saat ini ini penyebab utama dari Stomatitis belum diketahui. Namun para ahli telah menduga
banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis ini, diantaranya adalah 5 Penyebab yang berasal
dari keadaan dalam mulut seperti :
1. Kebersihan mulut yang kurang.
2. Letak susunan gigi atau kawat gigi.
3. Makan atau minum yang panas dan pedas.
4. Rokok.
5. Pasta gigi yang tidak cocok.
6. infeksi jamur.
7. Karies gigi atau protesa (gigi pasangan)
8. Luka pada bibir akibat tergigit atau benturan.
9. Hipersensitivitas (reaksi sensitif yang berlebihan) terhadap beberapa jenis makanan seperti
stroberi, jeruk, kopi, telur, coklat, kacang, maupun keju.
10. Konsumsi beberapa jenis obat-obatan, seperti kemoterapi.
Bagian dari penyakit sistemik antara lain :
a. Reaksi alergi : sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu.
b. Hormonal imbalance.
c. Stres mental.
d. Kekurangan vitamin B12, asam folat, zat besi, zinc dan mineral.
e. Gangguan pencernaan.
f. Radiasi.
Patofisiologis
Identifikasi pada pasien dengan resiko tinggi, memungkinkan dokter gigi untuk memulai evaluasi pra
perawatan dan melakukan tindakan profilaktis yang terukur untuk meminimalkan insidens dan morbiditas
yang berkaitan dengan toksisitas rongga mulut. Faktor resiko paling utama pada perkembangan komplikasi
oral selama dan terhadap perawatan adalah pra kehadiran penyakit mulut dan gigi, perhatian yang kurang
terhadap rongga mulut selama terapi dan faktor lainya berpengaruh pada ketahanan dari rongga mulut.
Faktor resiko lainya adalah : tipe dari Knker (melibatkan lokasi dan histology), penggunaan
antineoplastik, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerasan dan durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta
umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti adanya ulkus, gigi yang rusak, kesalahan retrosi,
penyakit periodontal,ginggivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap berkembangnya
infeksi lokal dan sistemik. Kolonisasi bekteri dan jamur dari kalkus, plak, pulpa, poket periodontal,
kerusakan operculum, gigi palsu, dan penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang
subur untuk organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin berkembang pada infeksi lokal dan
sistemik. Tambalan yang berlebihan atau peralatan lain yang melekat pada gigi membuat lapisan mulut lebih
buruk, menebal dan mengalami atropi, kemudian menghasilkan ulserasi local (stomatitis)
Pathway
Manifestasi Klinis
a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam :
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1-
3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan udema
tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5
minggu.
Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur sedangkan diagnosis
pasti dengan menggunakan biopsi.
Pemeriksaan laboratorium :
Penatalaksanaan Medis
(1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000
mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan
neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosio ekonomi
bawah.
(2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.
Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu
follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
Komplikasi
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia
- Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
- Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
- Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
- Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
Stomatitis memunculkan berbagai macam komplikasi bagi tubuh kita diantaranya:
1. Komplikasi akibat kemoterapi
Karena sel lapisan epitel gastrointestinal mempunyai waktu pergantian yang mirip dengan leukosit,
periode kerusakan terparah pada mukosa oral frekuensinya berhubungan dengan titik terendah dari sel darah
putih. Mekanisme dari toksisitas oral bertepatan dengan pulihnya granulosit. Bibir, lidah, dasar mulut,
mukosa bukal, dan palatum lunak lebih sering dan rentan terkena komplikasi dibanding palatum keras dan
gingiva; hal ini tergantung pada cepat atau tidaknya pergantian sel epithelial. Mukosa mulut akan menjadi
tereksaserbasi ketika agen kemoterapeutik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis
tinggi atau berkombinasi dengan ionisasi penyinaran radiasi.
Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan fisiologis
pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tapi juga menghasilkan gangguan struktural dan
fungsional pada jaringan pendukung, termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang
yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hypoxia, berkurangnya supplai darah ke tulang, hancurnya
tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis. Radiasi pada daerah kepala dan leher
serta agen antineoplastik merusak divisi sel, mengganggu mekanisme normal pergantian mukosa oral.
Kerusakan akibat radiasi berbeda dari kerusakan akibat kemoterapi, pada volume jaringan yang terus
teradiasi terus-menerus akan berbahaya bagi pasien sepanjang hidupnya. Jaringan ini sangat mudah rusak
oleh obat-obatan toksik atau penyinaran radiasi lanjutan, Mekanisme perbaikan fisiologis normal dapat
mengurangi efek ini sebagai hasil dari depopulasi permanen seluler.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas ( Data Biografi)
Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun lebih cenderung pada wanita,
kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau mempunyai riwayat sariawan pada keluarga.
Pemeriksaan fisik
B1 (Breath) : Bau nafas, RR normal
B2 (Blood) : Hemorrhage (perdarahan) akibat kerusakan membrane mukosa oral,
resiko kekurangan volume darah.
B3 (Brain) : Nyeri
B4 (Bladder) : Secara umum tidak mempengaruhi kecuali jika ada kondisi dehidrasi
akibat intake cairan yang kurang
B5 (Bowel) : - Mukosa oral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi rasa luka
atau terbakar (khususnya melibatkan lidah)
- Hipersalivasi
- Perubahan kulit mukosa oral, tampak bengkak dan kemerahan (hiperemi)
B6 (Bone) : Kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An.G
j. Kultur : jawa
k. Agama : islam
a. MRS : pasien tidak mau makan ± 5 hari yang lalu,lemas,mual dan sakit
dibagian mulut.
a. Prenatal : Ibu An. G sudah hamil 2x anak pertama sekarang berumur 8 tahun
dan An. G merupakan anak kedua. Kesehatan selama hamil baik,tidak ada keluhan.
b. Natal : An.G lahir secara normal (spontan) durasi persalinan ±30 mnt, BB
c. Post Natal : Setelah persalinan ibu An.G mengkonsumsi obat yang dianjurkan
a. Penyakit masa lalu : Pada usia 4 tahun An. G pernah sakit demam dan dirawat di rs selama
c. Riwayat penggunaan
b. Genogram :
:
6 thn
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: garis keturunan
: klien
Keluarga
Sebaya
menggosok gigi.
Eliminasi Pengeluaran urine hanya Urine hanya 4-5x perhari
Aktivitas bermain Semenjak sakit An.G tidak Masih mau berinteraksi dengan
j. Lain-lain :
pendengaran baik.
3. Hidung : I : simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada secret, bernafas
normal.
berwarna putih.
e. Pemeriksaan integument : I : kulit sawo matang, tidak ada luka, lidah berwarna putih.
P : tidak ada nyeri tekan bagian badan, hanya nyeri tekan pada bagian mulut.
f. Thorax
P : suara sonor
P : suara dulnes
abdomen.
P : bunyi timpani
DC.
i. Punggung : I : bentuk normal, tidak ada luka,tidak ada masa,tidak ada kelainan
j. Ekstremitas & : I : pergerakan nampak normal, tidak ada kesulitan bergerak atau
berjalan, terpasang infus 10 tpm di tangan kiri, pergerakan ekstremitas atas dan bawah
Muskuloskeletal 5 5
5 5
k. Status neurologi : I : mampu melawan serangan dari perawat, mampu melakukan
GCS : 456
Kekuatan motorik N N
N N
Hematologi
Darah lengkap Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 12.8 g/dL 11.5-13.5
Leukosit 11.190 /uL 6.000-17.000
Hematokrit 38 % 35-45
Eritrosit 5.3 10ˆ6 /uL 3.9-5.9
Trombosit 332.000 /uL 150.000 - 450.000
MCV L 71.8 fL 79.0 – 99.00
MCH L 4.1 Pg 27.0 – 31.
MCHC 33.6 % 033.0 – 37.0
RDW 12.8 % 11.5 – 14.5
Hitung jenis
Basofil H 1.8 % 0.0 – 1.0
Eosofil L 0.4 % 2.0 – 4.0
Batang L 0.00 % 2.00 5.00
Segmen 53.4 % 40.0 – 70.0
Limfosit 30.7 % 25.0 – 40.0
Monosit H 13.7 % 2.0 – 8.0
LED 1 jam / 2 jam 10/18 Mm/ jam 0-20
Sero imunologi
Widal
S . typhi O Positif, liter 1/320 Negative
S . paratyphi A-O Positif,liter 1/80 Negative
S . paratyphi B-O Positif,liter 1/60 Negative
S . paratyphi C-O Negative Negative
S typhi H Negative Negative
S . paratyphi AH Negative Negative
s. paratyphi BH Positif,liter 1/160 Negative
S . paratyphi CH Negative Negative
Terapi obat
ASUHAN KEPERAWATAN
ANALISA DATA
NAMA PASIEN :
UMUR :
NO. RM :
daerah mulut.
meningkat S :37ºC
DS : pasien mengatakan sakit Agen pencedera fisiologis Nyeri akut
di dalam mulut, rasanya perih. (inflamasi)
terluka
S : skala 6
T : sering, ketika
berbicara,makan,minum
mulut.
DS : ibu pasien mengatkan Ketidak mampuan menelan Defisit nutrisi
terasa sakit.
DO : A : bb menurun dai 18 kg
turun menjadi 14 kg
B : Hb 12 g/dl
kesulitan makan.
NAMA : An.G
UMUR : 6 thn
NO RM :
.
1. Integritas kulit / Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit I.11353
meningkat Edukasi
menurun cukup.
- Tekstur kulit
membaik.
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri I.08238
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
untuk mengalihkan
perhatian)
(mengurangi kebisingan di
lingkungan, menyesuaikan
nyaman, mengontrol
tetap nyaman)
Edukasi
nyeri.
nyeri.
- Anjurkan menggunakan
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
meningkat. Terapeutik
membaik. dibutuhkan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Umur : 6 thn
No RM :
. i i
1. 05-06-20 - Mengidentifikasi 06-06-2020 S : pasien
nutrisi. berwarna
- Menganjurkan putih.
membaik.
- S : 36,7ºC
- RR :
28x/mnt
- N : 80x/mnt
A : masalahbelum
teratasi.
P : lanjutkan
intervensi.
2. 06-06=20 - Mengidentifikasi lokasi, 07-06-20 S : pasien
terluka masih
S : skala 6 nampak
berbicara,makan,minum - S : 36,7ºC
- - RR :
kesakitan.) intervensi.
- Mengidentifikasi faktor
memperberat nyeri
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
bermain untuk
mengalihkan perhatian)
- Mengontrol lingkungan
nyeri (mengurangi
kebisingan di
lingkungan,
menyesuaikan suhu
nyaman, mengontrol
pencahayaan
nyaman)
- Menganjurkan
menggunakan analgesik
secara tepat.
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
(tarik nafas
dalam,kompres air
hangat)
3. 07-06-20 - Mengidentifikasi satatus 08-07-20 S : ibu pasien
perlu enggan
- Mensajikanmakanan untuk
protein 28x/mnt
- N : 80x/mnt
- BB : 14 kg
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutakan
intervensi