Abstrak
Benih merupakan salah satu input dalam proses produksi tanaman. Kualitas benih sangat
berpengaruh terhadap penampilan dan hasil tanaman. Benih bermutu akan dirasakan manfaatnya
oleh petani atau konsumen jika tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang sesuai.
Kesadaran akan pentingnya penggunaan benih yang bermutu (berlabel), mendorong tumbuh
berkembangnya usaha penangkaran. Petani/penangkar atau produsen benih yang melakukan
penangkaran akan diawasi oleh lembaga pemerintah dalam hal ini Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB TPH). Dalam rangka mengurangi
ketergantungan pada BPSB, petani diberikan peluang baik secara perorangan maupun
berkelompok untuk menjadi penangkar dan produsen benih padi yang dapat memperoleh sertifikat
BPSB. Tujuan dari kajian ini untuk mengidentifikasi kebijakan dan program yang tepat dalam
penyediaan benih berkualitas di Provinsi Bali dan melakukan identifikasi kebutuhan benih serta
realisasi benih sehingga dapat dilihat potensi, kinerja dan permasalaan dalam penyediaan benih
secara berkelanjutan. Kajian ini digali secara eksploratif untuk mencapai tujuan kajian dengan
pengumpulan data secara desk research, survey, wawancara mendalam dan observasi di lapangan.
Kajian dilakukan selama 3 bulan dengan analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil
kajian menunjukkan bahwa kebijakan dan program pengembangan perbenihan melibatkan multi-
pihak, mulai dari produsen penangkar (BBU, BBI, BUMN/PT Pertani, petani/kelompok tani dalah
wadah subak, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) sampai ke petani pengguna. Identifikasi
antara kebutuhan dan realisasi benih menunjukkan masih belum bisa terpenuhinya kebutuhan
benih berkualitas di Provinsi Bali oleh produsen/penangkar benih. Salah satu penyebabnya jenis
varietas yang memenuhi preferensi petani pengguna masih menjadi ganjalan untuk memadukan
keinginan petani pengguna/konsumen dan ketersediaan benih.
Kata Kunci : Kedaulatan Pangan, Kerjasama Petani dan Penangkar, Penyediaan Benih Padi.
Pendahuluan
Metodologi
Pengkajian ini bersifat studi eksploratif yaitu mendata potensi lembaga penyediaan benih
berkualitas di Provinsi Bali, Kajian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Maret sampai dengan
Bulan Juni 2013. Rancangan kajian meliputi :Desk research, yaitu pengumpulan data sekunder
yang diperoleh dari literature, publikasi dan laporan yang berkaitan dengan sistem dan kebijakan
perbenihan di tingkat nasional dan Provinsi Bali. Melalui desk research dapat diketahui informasi
tentang kebutuhan benih, dan lembaga yang terkait dengan kebijakan perbenihan.Survey dan
wawancara mendalam (in-depth interview) dilakukan kepada penangkar benih baik perusahaan
swasta, instansi pemerintah maupun petani penangkar dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah disiapkan sebelumnya (kuesioner).Wawancara mendalam dilakukan pada informan
kunci/pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan pengembangan dan ketersediaan
benih di Provinsi Bali.Observasi ke lapangan untuk mengetahui kondisi produksi dan distribusi
perbenihan di penangkar. Penentuan sampel dilakukan secara purposive yaitu dengan sengaja
mencari informasi yang terkait dengan penyediaan benih bermutu.Data yang terkumpul ditabulasi
untuk memudahkan dalam analisis data.Data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif untuk
memberikan informasi tentang upaya danpermasalahan yang dihadapi dalam penyediaan benih
berkualitas di Provinsi Bali.
Salah satu masalah utama dalam pengembangan perbenihan padi adalah kebijakan
penyediaan sarana produksi terutama benih.Pada saat ini distribusi benih masih didominasi oleh
PT Sang Hyang Seri (SHS) dan PT Pertani dan hanya sebagian kecil benih yang diproduksi oleh
penangkar lokal. Besarnya permintaan akan benih bermutu membuka peluang bagi petani baik
secara perorangan maupun berkelompok untuk menjadi penangkar dan produsen benih padi
dengan pembinaan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Untuk menjadi seorang
produsen benih persyaratan yang harus dimiliki adalah penguasaan tentang pengetahuan tentang
mutu benih, lahan, unit pengolahan benih (pengeringan, pembersihan dan pengepakan), tempat
penyimpanan dan merk dagang atau logo.
Kebijakan dan program pengembangan perbenihan di Provinsi Bali mengikutii struktur
kelembagaan perbenihan formal seperti yang telah diatur di tingkat nasional.Alur distribusi benih
tersaji pada Gambar 1. Kebijakan pengembangan perbenihan padi di Provinsi Bali dilakukan
berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan melalui Pergub No. 95 tahun 2011 yang
menyebutkan bahwa UPT di lingkungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, terdiri
atas: UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, UPT Balai
Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura dan UPT Balai Benih Induk Tanaman Pangan
dan Hortikultura.
-------------------------------------------------------------------------
Disperta Prov Bali BPTP Bali
FS/SS
UPT BBITPH FS/SS
SS
Penangkar (swasta,
BBU subak. Perorangan)
ES ES
Penyalur Benih
Petani/Pengguna
Tugas pokok dan fungsi UPT Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BBITPH) antara lain untuk merumuskan kebijakan teknis perbanyakan dan penyaluran benih
sumber tanaman pangan dan hortikultura sesuai dengan kewenangan yang ada dan kondisi
obyektif dilapangan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas, melaksanakan pelayanan benih
sumber tanaman pangan dan hortikultura, mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan pada tahun
berjalan berdasarkan rencana dan realisasi sebagai bahan dalam penyusunan program tahun
berikutnya, melaksanakan sistem pengendalian intern,melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya
Penangkar benih di Provinsi Bali dapat dikelompokkan menjadi tiga, yang berasal dari perusahaan
swasta dalam bentuk CV atau UD, instansi pemerintah/BUMN oleh PT Pertani di tingkat
kabupaten dan petani/kelompok tani. Pada umumnya, kelompok tani yang terdiri dari petani-petani
penangkar benih padi memproduksi benih padi kelas Benih Sebar (BR), sedangkan produsen benih
padi dengan kelas yang lebih tinggi (Benih Dasar dan Benih Pokok) adalah instansi pemerintah
dalam hal ini adalah Balai Benih lnduk (BBI) Kabupaten Tabanan. Sedangkan Balai Benih Umum
(BBU), Balai Benih Pembantu (BBP) dan UPTD di kabupaten memproduksi kelas benih BP
dan/atau BR. Terdapat 44 penangkar dari berbagai kelas benihtermasuk diantaranya BBI, BBU,
BBP, UPTD, perusahaan swasta, BUMN (PT Pertani), kelompok tani/subak dan petani
perorangan. Jumlah penangkar terbanyak terdapat di Kabupaten Tabanan. Hal ini sejalan dengan
kondisi wilayah Tabanan yang dikenal sebagai ‘lumbung padi’ Provinsi Bali bahwa ketersediaan
agro-input benih berdekatan dengan petani pengguna. Jumlah penangkar benih di Kabupaten
Buleleng dan Jembrana cukup banyak setelah Kabupaten Tabanan. Di wilayah lainnya di Bali
tampak peran PT Pertani sebagai penangkar yang biasanya bekerja sama dengan petani perorangan
atau kelompok tani dalam kegiatan penangkaran baik kelas BP maupun BR. Jumlah penangkar
saja tidak cukup untuk menjamin ketersediaan benih, karena ada faktor lain yang perlu
diperhatikan seperti kelas benih, varietas dan kemampuan produksi.
Hal spesifik yang dijumpai di lapangan adalah penyediaan benih melalui kelompok-
kelompok tani di Provinsi Bali adalah berbasis subak karena tidak satupun kegiatan pengadaan
tanaman pangan, khususnya padi, tanpa melibatkan subak. Organisasi petani dalam wadah subak
telah dikenal solid dalam menyepakati pengaturan air, jadwal tanam dan varietas yang diinginkan
anggota subak. Semua itu dilaksanakan berdasarkan musyawarah mufakat. Oleh karena itu peran
kepala subak, disebut dengan pekaseh, sangat penting. Perusahaan swasta dan BUMN yang
bekerja sama dengan kelompok tani dalam pengadaan benih selalu melakukan pendekatan dengan
pekaseh terlebih dahulu agar lebih mudah mencari anggota petani yang mau melakukan
penangkaran.
Berdasarkan hasil kajian tentang upaya dan kendala dalam penyediaan benih berkualitas
di Provinsi Bali maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Kebijakan dan upaya pengembangan perbenihan sudah melibatkan berbagaikomponen, mulai
dari produsen penangkar (BBU, BBI, BUMN/PT Pertani, petani/kelompok tani dalah wadah
subak, BPTP) sampai ke petani pengguna tetapi belum mampu untuk menyeimbangkan
permintaan dan penawaran benih berkualitas.
2. Kebutuhan benih berkualitas di Provinsi Bali oleh produsen/penangkar benih belum bisa
terpenuhi. Selain kuantitas yang sangat dipengaruhi oleh luas tanam dan permodalan, jenis
varietas yang memenuhi preferensi petani pengguna masih menjadi ganjalan karena sulit
memadukan keinginan petani pengguna/konsumen dengan ketersediaan benih.
3. Kelembagaan benih pemerintah seperti Balai Benih Induk (BBI) dan Balai Benih Unggul
(BBU) belum berfungsi optimal sehingga lembaga tersebut belum dapat diharapkan sebagai
penyedia benih sumber. Lembaga ini menghadapi permasalahan keterbatasan sarana dan
prasarana seperti peralatan dan bangunan sarana produksi benih, SDM (kurang keterampilan
dan pelatihan), infrastruktur jaringan irigasi, dan anggaran.
Daftar Pustaka
Andri, Kuntoro Boga. 2010. Pengkajian Sistim Penyediaan (>90%) Kebutuhan Benih Unggul
Bermutu (Padi, Jagung, Kedelai) yang Lebih Murah (>20%) secara Berkelanjutan untuk
Mendukung Program Strategis Peningkatan Produksi Padi (>10%), Jagung (>20%), dan
Kedelai (>20%) di Wilayah Jawa Timur. Laporan Akhir. BPTP Jawa Timur. Malang.
Bänziger, M., P.S. Setimela, and M. Mwala, 2004. Designing a Community-Based Seed
Production Scheme. In P.S. Setimela, E. Monyo and M. Bänziger (eds.), Successful
Community-Based Seed Production Strategies. Mexico, D.F.: CIMMYT.Diunduh dari
http://www.knowledablebank.irri.org tanggal 20 Juni 2013.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2008. Direktori Padi Indonesia 2008. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Subang.
BPSBTPH Bali. 2011. Realisasi Sertifikasi Benih Padi Non Hibrida Tahun 2011. BPSBTPH Bali.
Denpasar
BPSBTPH Bali. 2012. Realisasi Sertifikasi Benih Padi Non Hibrida Tahun 2011. BPSBTPH Bali.
Denpasar
BPSBTPH Bali. 2013. Inventarisasi Data Produsen Benih Padi Berdasarkan Skala Usaha dan
Pembina/Mitra Kerja. BPSBTPH Bali. Denpasar.
BPTP Bali. 2012. Laporan Akhir Tahun Perbenihan 2012. BPTP Bali. Denpasar.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali. 2011. Surat Keputusan Penerima Bantuan
Langsung Benih Unggul dari Berbagai Kabupaten di Bali Tahun 2011.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali. 2012. Surat Keputusan Penerima Bantuan
Langsung Benih Unggul dari Berbagai Kabupaten di Bali Tahun 2012
Kamaruddin, N.St. 2011. “Membangun jejaring agribisnis perbenihan padi dan palawija
berbasis gapoktan”. Buletin No. 5 Tahun 2011. Diunduh dari
Kaplinsky, R. and M. Morris. 2001. A Handbook for Value Chain Research. Canada: IDRC.
Sejati,Wahyuning K; R. Kustiari; R.S. Rivai; AK. Zakaria dan T. Nurasa. 2009. Laporan Hasil
Penelitian. Kebijakan lnsentif Usahatani Kedelai untuk Mendorong Peningkatan Produksi
dan Pendapatan Petani. PSEIKP. Bogor.
Suastika, I.B.K, I. B. Aribawa, dan A.A.N.B. Kamandalu. 2011. “Kajian Demplot Perbenihan Padi
dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Benih Unggul secara Berkelanjutan Mendukung
Kegiatan SL-PTT di Bali”. Prosiding Seminar 2011, BPTP Yogyakarta. Diunduh dari
http://yogya.litbang.deptan.go.id tanggal 25 Juni 2013.
Suprihatno, B., dkk. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Subang. Diunduh dari
http://lampung.litbang.deptan.go.id tanggal 25 Juni 2013.