Anda di halaman 1dari 3

Universitas Djuanda

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Telusur Pustaka Kajian Ilmiah Rencana Pelaksanaan Proyek IPA Terapan

Nama Mahasiswa : Trisnanda Wahyunisa H.1810958

Dosen Pengampu: Resti yektyastuti, M. Pd..

Topik: Bahan Aditif Makanan


Tema: Modernisasi pada sektor pangan tanpa bahan adiktif
Link kajian ilmiah:
1. Pengertian
Saat ini masyakarat kita tengah hidup di dalam era global dengan berbagai modernisasi.
Gempuran modernisasi tersbut juga berdampak pada pola pangan masyakat kini, banyak
sekali makanan-makanan sehari-hari yang di modernisasi dengan pemanfaat teknologi.
Sebagai contoh makanan instan, makanan beku, hingga bumbu-bumbu instan yang telah
di produksi masal dengan menggunkanan teknologi.
Mungkin sebagian besar masyarakat tidak menyadari bahwa makanan dalam kemasan
tersebut juga menggunakan bahan tambahan makanan (BTP). BTP adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan ,
tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat atau
pengental.
Pengertian bahan aditif menurut belitz,2009 adalah zat atau campuran dari beberapa zat
yang ditambahkan ke dalam makanan baik pada saat produksi, pemrosesan, pengemasan
atau penyimpanan dan bukan sebagai bahan baku dari makanan tertentu. Pada umumnya,
zat aditif atau produk degradasinya akan tetap berada dalam makanan, akan tetapi dalam
beberapa kasus zat aditif dapat hilang selama pemrosesan.
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 003 Tahun 2012, zat aditif
makanan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan. Zat aditif atau Bahan Tambahan Pangan (BPT) didefinisikan sebagai
bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu proses pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu, sifat, atau bentuk pangan.
Jadi, zat aditif adalah bahan tambahan pada pangan yang ditambahkan baik dalam
pemrosesan, pengolahan, pengemasan atau penyimpanan makanan untuk meningkatkan
mutu, sifat, atau bentuk pangan. Di Indonesia pemakaian zat aditif diatur oleh
Departemen Kesehatan, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).
2. Bahan yang diizinkan
Telah di tetapkan dalam peraturan Menteri kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
pengelompokan BTP yang diizinkan adalah :
1) Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.
(amaranth, Ind-Igotine & Nafthol Yellow).
2) Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan
yang tidak atau hamper tidak memiliki nilai gizi. (sakarin, siklamat, aspartame).
3) Pengawet, yang mampu mencegah atau menghambat terjadinya fermentasi,
pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba. (asam asetat, asam propionate, dan asama bonzoat).
4) Antioksidan yang dapat menghambat atau mencegah proses oksidasi lemak
sehingga mencegah terjadinya ketengikan. ( TBHQ/tertiary butylhydroquinon)
5) Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah menggumpalnya makanan serbuk,
tepung atau bubuk. ( kalium silikat).
6) Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu BTP yang memberikan,
menambahkan atau mempertegas rasa dan aroma. ( Monosodium glutamate/MSG
).
7) Pengatur keasaaman (pengasam, penetral dan pendapat) yaitu BTP yang dapat
mengasamkan menetralkan dan mempertahankan derajat asam makanan.
Berikut ini golongan BTP yang dilarang : Natrium tetraborat ( Boraks), formalin
(formaldehyde), minyak nabati yang dibrominasi ( Brominated Vegerable oils),
Kloramfenikol ( clorampenicol) kalium klorat (potassium chlorate).
3. Modernisasi pada sektor pangan tanpa bahan adiktif
Tahukan bahwa berdasarkan penelitian Pada jenis kudapan berbahan dasar pangan
lokal yang terdapat di 5 pasar Kota Semarang tidak menggunakan zat adiktif pemanis
berupa sakarin, siklamat, maupun campuran keduanya. Zat pewarna yang digunakan
pada 8 kudapan berbahan dasar bahan pangan lokal yang terdapat di 5 pasar Kota
Semarang semuanya menggunakan pewarna sintetis berupa tartrasine, brilliant blue,
carmolsine, erythrosin dan ponceu 4R. Pewarna tersebut merupakan pewarna yang
diperbolehkan untuk campuran makanan menurut Permenkes No.
722/MenKes/Per/1988.
Sebagai contoh lain dari modernisasi makanan tanpa bahan aditif terkonsep dalam
salah satu mie instan lemonilo, dengan slogannya yang menyatakan bebas dari bahan
pewarna. Sebagai konsumen seharusnya kita lebih jeli dan teliliti juga selektif akan
memilih apa yang akan kita konsumsi.

4. Daftar pustaka
Denny Indra,Zat Aditif Makanan Manfaat dan Bahayanya, Yogyakarta :
Garudhawaca.2015.
Finisa Bustani Karunia / Food Science and Culinary Education Journal 2 (2) (2013)

Anda mungkin juga menyukai