Anda di halaman 1dari 9

NOM : ANNISA RAHMAT

NIM : 2193131021
CLASSE : REG C FRANÇAISE 2019
TOPIK : MENENTUKAN SKOR DAN NILAI HASIL TES

SESI DISKUSI

1. Ervana Sartika
Pertanyaan : Sebutkan Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Normatif (PAN) !
Jawaban :
Kelebihan Penilaian Acuan Patokan (PAP) :

1. Penilaian lebih transparan dengan menggunakan rubrik atau skema penilaian


(marking scheme)
2. Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standar dan kriteria minimal;
3. Nilai dan peringkat lebih dapat dirundingkan;
4. Nilai atau skor dapat dipertanggungjawabkan secara objektif karena berdasarkan
prestasi yang disesuaikan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan;
5. Lebih banyak partisipasi dan motivasi siswa/mahasiswa serta fokus pada
pembelajaran;
6. Lebih adil dan fair, karena siswa/mahasiswa diukur berdasarkan standar prestasi,
bukan dengan membandingkan mahasiswa satu dengan lainnya;
7. Prestasi tergantung pada tingkat kebaikan kinerja yang ditunjukkan siswa/mahasiswa;
8. Lebih dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan prestasi siswa/mahasiswa.

Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

1. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar;
2. Berisiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlianan;
3. Lebih menekankan hasil daripada proses;
4. Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif;
5. Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat penilaian
profesional;
6. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai berdasarkan
referensi norma menjadi referensi kriteria;
7. Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh ranking rendah, dan
sebaliknya, pasti mereka yang di pendidikan tinggi yang memperoleh ranking tinggi;
8. Siswa/mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka.

Kelebihan Penilaian Acuan Norma (PAN) 

1. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok di


pendidikan tinggi;
2. Asumsi bahwa tingkat kinerja yang sama diharapkan terjadi pada setiap kelompok
siswa/mahasiswa;
3. Hasil kelompok tengah (mean group) cocok dengan persentase untuk setiap tahun;
4. Bermanfaat untuk membandingkan siswa/mahasiswa lintas mata pelajaran/kuliah dan
memberikan hadiah atau penghargaan utama untuk sejumlah siswa/mahasiswa
tertentu;
5. Mendukung ide tradisional kekauan akademis dan menggunakan standar.

Kekurangan Panilaian Acuan Norma (PAN) 

1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa/mahasiswa: apa


yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan;
2. Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran;
3. Tidak fair karena peringkat siswa/mahasiswa tidak hanya tergantung pada tingkat
prestasi, tetapi juga atas prestasi siswa/mahasiswa lain;
4. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus
pada tahun berikutnya;
5. Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat menyebarkan
peringkat, memperbesar-besarkan perbedaan dalam prestasi, dan menekan berbagai
perbedaan;
6. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para mahasiswa.

2. Kristi Prilnasbeth

Pertanyaan : Bagaimana cara mengubah skor untuk menentukan perankingan siswa?


Jawaban : Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean
(M)  dan Rerata Deviasi (RD).

Mencari mean (M) dan Deviasi Standar dalam rangka mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu jika banyaknya skor yang diolah kurang dari 30, digunakan
tabel distribusi frekuensi tunggal; dan jika banyaknya skor yang diolah lebih dari 30,  misalnya
sampai 40 atau 50 skor atau lebih, sebaiknya digunakan tabel distribusi frekuensi bergolong. Berikut
ini sebuah contoh yang menggunakan tabel distribusi tunggal.

Misalkan seorang guru memperoleh skor mentah dari hasil test yang telah diberikan kepada 20
orang peserta didik sebagai berikut:

73, 70, 68, 68, 67, 67, 65, 65, 63, 62,

60, 59, 59, 58, 58, 56, 52, 50, 41, 40.

Skor mentah itu akan diolah menjadi huruf A, B, C, D, E dengan menggunakan M dan SD.
Untuk itu membuat tabel sebagai berikut.[2]

Langkah-langkah menysun tabel:

a.    Masukan nama siswa (kedalam kollom satu) dan skor masing-masing siswa      (kedalam kolom
2), kemudian jumlahkan.   .

b.    Menghitung mean dengan membagi jumlah skor itu dengan N (banyaknya       peserta didik yang
dites). Jadi, rumus untuk mencari M adalah M = (Σ X)/N=60

c.    Mengisi kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean (X-M).

d.    Mengisi kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3. Kemudian           jumlahkan


sehingga memperoleh ∑ (X-M)2.

e.         Langkah terakhir adalah menghitung mean dan SD dengan rumus-rumus    sebagai berikut:

TABEL UNTUK MENGHITUNG MEAN DAN RD        

Nama Siswa Skor mentah (X) (X-M) atau (d) (X-M)2 atau (d)2

Amrin 73 13 169

Budi 70 10 100

Fiki 68 8 64

Mardi 68 8 64

Popon 67 7 49
Sarman 67 7 49

Jufri 65 5 25

Pairah 65 5 25

Nana 63 3 9

Rini 62 2 4

Suci 60 0 0

Nandar 59 1 1

Jamhari 59 1 1

Pipit 58 2 4

Kusnan 58 2 4

Ida 56 4 16

Tutik 52 8 64

Paimo 50 10 100

Waluyo 41 19 361

Paiman 40 20 400

Jumlah 1201 135 1509

Dari tabel ini kemudian dicari mean dan RD dengan rumus sebagai berikut:

      M = (ΣX)/N        
       M = 1201/ 20 =  60,05 dibulatkan = 60  

            RD = {Σ(X-M)}/N    
       RD = 135/20 = 6,75 dibulatkan = 6,8

       Penjabaran menjadi nilai huruf

Dari perhitungan sebelumnya, maka kita telah memperoleh mean = 60 dan RD = 6,8. Selanjutnya


kita dapat menjabarkan skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai huruf melalui langkah-
langkah sebagai berikut:

a.    Pertama kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya dalam penjabaran  ini kita
menggunakan seluruh jarak range dari kurva normal, yaitu   diantara -3 SD s.d +3 SD = 6 SD. Karena
nilai huruf yang akan digunakan       adalah A-B-C-D-E yang berarti 4 unit, dalam hal ini tentukan
besarnya SUD = 6   SD : 4 = 1,5 SD. RD sebagai pengganti SD Jadi, SUD =
1,5×6,8 = 10,2  dibulatkan = 10.

b.    Titik tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai tengah pada
skala  penilaian A-B-C-D-E. Jadi kita telah mendapatkan SUD= 10 dan    titik tengah C = M = 60.

c.         Langkah selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batas atas dari masing-       masing
nilai huruf. Karena titik tengah 60 maka.

       1)    Batas bawah C = M – 0,5 SUD = 60 - 5 = 55

       2)    Batas atas C = M + 0,5 SUD = 60 + 5 = 65

       3)    Batas bawah D = M - 1,5 SUD = 60 -15 = 45

       4)     Batas atas B = M + 1.5 SUD  = 60 + 15 = 75

       5)    Skor diatas 75 = A   

d.    Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor mentah dari 20 orang
peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:

       1)      Skor > 76 = A = tidak ada

       2)      Skor 66 - 75 =  B = 6 orang

       3)      Skor 55 – 65 = C = 10 orang

       4)      Skor 45 – 54 = D = 2 orang

       5)      Skor 45 kebawah = E = 2 orang

3. Elisabet Rusmian

Pertanyaan : Bagaimana cara mengubah skor ke nilai standar pada soal tes pilihan berganda, isian dan
uraian?

Jawaban :
a. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan
ganda (Multiple Choice)

Dengan bentuk tes seperti ini, testee diminta untuk melingkari atau tanda silang salah
satu pilihan jawaban. Dalam hal menentukan kunci jawaban untuk bentuk ini langkahnya
sama seperti soal bentuk betul salah. Hanya untuk soal yang jumlahnya melebihi 30 buah,
sebaiknya menggunakan lembar jawaban dan nomor-nomor urutannya dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak memakan tempat.

Dalam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 (dua) macam cara
pula, yakni tanpa hukuman dan dengan hukuman.

 Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya jawaban yang
cocok dengan kunci jawaban. Rumusnya sebagai berikut.

Skor = B/N x 100 (skala 0-100)

Ket : B = banyaknya butir yang dijawab benar

        N = adalah banyaknya butir soal

Contoh :

Pada suatu soal tes ada 50 butir, Budi menjawab benar 25


butir, maka skor yang dicapai Budi adalah:

Skor = 25/50 x 100 = 50

 Dengan hukuman yaitu pemberian skor dengan memberikan pertimbangan pada butir
soal yang dijawab salah dan tidak dijawab, adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Ket B = Banyaknya soal yang dijawab benar


S = Banyaknya soal yang dijawab salah
P = Banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N= Banyaknya butir soal

Contoh :
Pada soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal
dengan 4 pilihan tiap butir dan banyaknya 40 butir, Amir dapat
menjawab benar 20 butir, menjawab salah 12 butir dan tidak
dijawab ada 8 butir, maka skor yang diperoleh Amir adalah:
b. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawaban
singkat (Short answer test)

Tes berbentuk jawaban singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban
berbentuk kata atau kalimat pendek. Bentuk tes ini dapat digolongkan kedalam bentuk tes
obyektif. Tes bentuk isian ini, dianggap setaraf dengan tes jawaban singkat ini.

Dengan mengingat jawaban yang hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap
nomor soal mudah ditebak. Usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit
daripada tes bentuk betul-salah atau bentuk pilihan ganda. Sebaiknya tiap soal diberi angka 2.
Dapat juga angka itu kita samakan dengan angka pada bentuk betul-salah atau pilihan ganda
jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila
jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya
dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2; 1,5; dan 1.

Butir soal semacam ini mengundang banyak kemungkinan jawaban yang dapat
diterima karena memang benar.

Jawaban atas soal tersebut misalnya :

 Mudah
 Gampang
 Sukar
 Tingkat kesukaran
 Indeks kesukaran diatas 0.85

Untuk soal-soal hitungan lebih banyak lagi kemungkinan, tanpa pembatasan yang
tegas, yang harus diterima sebagai jawaban yang benar. Contoh : 

Jawabannya dapat : 3.33, 3.3, 31/3, 32/6, 33/9 dan seterusnya.

c. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian
(Essay test)
Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-
pokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian, akan mempermudah kita dalam
mengoreksinya.

Ada sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita
mengoreksi dan memberi angka tes bentuk uraian. Saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. Dengan
membaca seluruh jawaban, kita dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya
jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
2. Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. misalnya jika jawaban itu lengkap
diberi angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, demikian seterusnya.
3. Memberi angka bagi soal pertama.
4. Membaca soal kedua dari seluruh jawaban siswa untuk mengetahui situasi jawaban,
dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua.
5. Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal tes ketiga dan seterusnya hingga
seluruh soal diberi angka
6. Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes
bentuk uraian.

Dengan membaca terlebih dahulu seluruh jawaban yang diberikan oleh siswa, kita
menjadi tahu bahwa mungkin tidak ada seorang pun dari siswa yang menjawab dengan betul
untuk sesuatu nomor soal.

Menghadapi situasi seperti ini, kita gunakan cara pemberian angka yang relatif.
Misalnya untuk sesuatu nomor soal jawaban yang paling lengkap mengandung 3 unsur,
padahal kita menghendaki 5 unsur, maka pada jawaban yang paling lengkap itulah kita
berikan angka 5, sedangkan jika menjawab hanya 2 atau 1 unsur, kita berikan angka lebih
sedikit. Ini adalah cara memberikan angka dengan menggunakan atau mendasarkan pada
norma kelompok. Apabila memberikan angka berdasarkan pada standar mutlak, maka
langkah-langkahnya akan lain, yaitu :

1. Membaca setiap jawaban yang diberikan siswa dan dibandingkan dengan kunci
jawaban yang telah kita susun.
2. Membubuhkan skor disebelah kiri setiap jawaba. Ini dilakukan per nomor.
3. Menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal, dan terdapatlah skor
untuk bagian soal yang berbentuk uraian
Dengan cara kedua ini maka skor siswa tidak dibandingkan dengan jawaban yang
paling lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi dibandingkan dengan jawaban yang
sudah ditentukan oleh guru.

Contoh : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80 cm, dan
tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawabnya tuliskan langkah-
langkahnya!)

Tabel 6.2. Pedoman penskoran uraian objektif


Langkah Kunci jawaban Skor
1 Isi balok = panjang x lebar x tinggi 1
2                = 150cm x 80cm x 75cm 1
3                = 900.000 cm3 1
Isi bak mandi dalam liter
4                =  liter 1
5                = 900 liter 1
Skor maksimum 5

Anda mungkin juga menyukai