Anda di halaman 1dari 26

STUDI

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP


STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Jembatan Nasional Surabaya-Madura (Suramadu) atau dikenal sebagai Jembatan
Tol Suramadu membentang sepanjang 5,438 kilometer yang menghubungkan
Pulau Madura dengan Kota Surabaya dan wilayah sekitarnya di Provinsi Jawa
Timur. Berbeda dengan jalan tol yang pada umumnya hanya diperuntukkan untuk
kendaraan roda empat atau lebih, maka Jembatan Tol Suramadu juga dapat
diakses oleh kendaraan roda dua atau sepeda motor. Saat ini Jembatan Tol
Suramadu telah menjadi alternatif pilihan akses transportasi utama dari/ke Pulau
Madura karena hanya membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 10 menit dari
semula 2,5 jam dengan moda transportasi laut menggunakan kapal ferry.

Pembangunan Jembatan Tol Suramadu diharapkan akan mendorong percepatan


pengembangan sosial ekonomi dan tata ruang wilayah-wilayah tertinggal yang ada
di Pulau Madura. Sebagai tindak lanjut dari upaya tersebut di atas, maka
Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS), yang
secara struktural terdiri atas Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana. Peraturan
perundang-undangan ini kemudian disempurnakan dengan Peraturan Presiden
Nomor 23 Tahun 2009 tentang Penyempurnaan Peraturan Presiden Nomor 27
Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-
Madura (BPWS) untuk lebih mendukung peningkatan kinerja BPWS didalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagaimana termaksud didalam peraturan
perundangan tersebut diatas.

Badan Pelaksana BPWS (BP-BPWS), sesuai dengan amanah Peraturan Presiden


Nomor 27 Tahun 2008 diatas, memiliki tugas dan fungsi untuk melaksanakan
pengelolaan, pembangunan dan fasilitasi percepatan kegiatan pembangunan
wilayah Suramadu. Kegiatan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur wilayah
yang dilaksanakan BP-BPWS dilaksanakan di 3 (tiga) kawasan, yaitu Kawasan
Kaki Jembatan Sisi (KKJS) Surabaya (600 Ha), Kawasan Kaki Jembatan Sisi

1-1
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
(KKJS) Madura (600 Ha) dan kawasan khusus di Utara Pulau Madura (600 Ha).
Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJS Surabaya) dan Kawasan Kaki
Jembatan Sisi Madura (KKJS Madura) dikembangkan untuk mendorong
perkembangan ekonomi, sedangkan kawasan khusus di Utara Pulau Madura
untuk pengembangan kawasan Pelabuhan Peti Kemas.

Berdasarkan tugas dan fungsi BP-BPWS di dalam percepatan pengembangan


wilayah Suramadu di atas, khususnya di Kawasan Khusus madura, maka selaku
pelaksana kegiatan pengembangan Wilayah Suramadu perlu menyusun suatu
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang memuat antara lain rangkaian
analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi didalam
kebijakan, rencana, program dan/atau kegiatan pembangunan wilayah Suramadu.
Di lain pihak, untuk meyakinkan bahwa kegiatan pembangunan tidak merusak
lingkungan sekaligus menjamin keberlanjutan pembangunan itu sendiri, sesuai
dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka dalam hal ini BPWS berkewajiban
mengembangkan dan menerapkan perangkat kebijakan yang bersifat preventif,
dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup di Kawasan Khusus Madura.

Hasil kajian ini akan menjadi acuan bagi BPWS maupun pihak lainnya (K/L,
pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat) di dalam melakukan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu dan
berkesinambungan mulai dari tahap perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan pemanfaatan
ruang dan pengusahaan sumber daya alam maupun buatan yang ada di Kawasan
Khusus Madura. Mengingat pekerjaan ini bersifat penting dan mendesak, maka
BPWS membutuhkan jasa konsultansi untuk menyusun Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) sebagai acuan didalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di Kawasan Khusus Madura.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

1-2
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
Maksud dari pelaksanaan kegiatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan
Khusus Madura adalah untuk menelaah dan mengevaluasi pengaruh rumusan
kebijakan dan rencana pengembangan Kawasan Khusus Madura terhadap
lingkungan hidup dan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan penyusunan KLHS ini adalah :
1) Merupakan panduan dan acuan dalam penyusunan kebijakan, rencana dan
program pembangunan.
2) Meminimalisasi potensi dampak terhadap lingkungan yang timbul sebagai
akibat dari pemanfaatan ruang di Kawasan Khusus Madura.
3) Pemeliharaan terhadap potensi sumber daya alam dan daya dukung
lingkungan yang mencakup sumber daya air, udara, tanah serta ekosistem
Kawasan Khusus Madura.
4) Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam
kebijakan,rencana dan program yang tertuang dalam rencana pengembangan
Kawasan Khusus Madura sehingga kebijakan, rencana, dan program tersebut
dapat disempurnakan

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1. LINGKUP WILAYAH

Lingkup wilayah kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Kawasan Khusus Madura ini dilaksanakan pada wilayah yang masuk kedalam
Kawasan Khusus Madura seluas 600 ha dan daerah-daerah sekitarnya yang
dipengaruhi secara social ekonomi budaya dan ekosistem.

1.3.2. LINGKUP KEGIATAN


Lingkup kegiatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan Khusus Madura
secara umum adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan KLHS yang hendak dicapai.
2) Identifikasi isu strategis dan permasalahan kawasan, terutama berdasarkan rencana
rencana serta studi-studi terkait dengan kawasan meliputi aspek sosial, ekonomi,
kesehatan dan lingkungan hidup.

1-3
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
3) Survei lapangan dalam rangka menjaring isu strategis dan permasalahan
kawasan, mengumpulkan data primer serta data sekunder, kondisi
penggunaan lahan dan infrastruktur eksisting kawasan.
4) Kajian studi-studi terkait pengembangan Kawasan Khusus Madura, khususnya
dalam rencana pemanfaatan ruang Kawasan Khusus Madura dan Rencana
Pengembangan Infrastruktur Wilayah Surabaya – Madura.
5) Identifikasi kebijakan, rencana, dan program (KRP) yang tertuang dalam
rencana pengembangan KKJS Madura, Raperda RTRW, RPJPD/RPJMD dari
tingkat propinsi sampai dengan Kabupaten/Kota yang berpotensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
6) Diskusi dan pembahasan secara terfokus melalui penyelenggaraan workshop
dengan Stakeholders terkait lingkup KLHS dan penyempurnaan Kebijakan,
Rencana, dan Program (KRP), yang meliputi: isu strategis dan
permasalahan, pengembangan wilayah, pembangunan prasarana wilayah,
potensi dan dan kawasan potensial, serta program kerja dan kegiatan BPWS.
7) Kajian studi-studi konsep perencanaan upaya perlindungan dan
pengelolaanlingkungan hidup yang ada di dalam dan luar negeri.
8) Kajian terkait peraturan, pedoman dan standar perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
9) Analisa pengaruh kebijakan, rencana, dan program terhadap isu-isu
pembangunan berkelanjutan dalam rencana pengembangan Kawasan
Khusus Madura, Raperda RTRW, RPJPD/RPJMD dari tingkat propinsi
sampai dengan Kabupaten/Kota.
10) Penyelenggaraan Workshop dengan mengundang sektor, pemerintah
daerah, swasta dan masyarakat dalam rangka menjaring masukan akhir
untuk menyempurnakan draft Laporan KLHS tersebut.
11) Merumuskan alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai upaya
pemikiran dalam mencegah, mengendalikan dan memitigasi dampak serta
mendorong pembangunan berkelanjutan.
12) Menyusun rekomendasi daripada alternatif kebijakan, rencana dan program
terbaik yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
13) Penyusunan laporan KLHS.

1-4
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
1.4. DASAR HUKUM
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan Penyusunan KLHS Kawasan Khusus Madura
adalah sebagai berikut:
1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2) Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2009 tentang Penyempurnaan Peraturan
Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura (BPWS).
3) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang – Undangan.
4) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
6) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU
No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
7) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
8) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
10) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah.
11) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS).
12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

1.5. KONSEP DASAR PENYUSUNAN KLHS


Menurut Bambang Setyabudi, 2008, dalam KLHS sebagai kerangka berfikir dalam
perencanaan tata ruang wilayah, ada dua definisi KLHS yang lazim diterapkan,

1-5
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
yaitu definisi yang menekankan pada pendekatan telaah dampak lingkungan (EIA-
driven) dan pendekatan keberlanjutan (sustainability-driven). Pada definisi
pertama, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari
suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Sedangkan definisi kedua,
menekankan pada keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya.

Definisi KLHS untuk Indonesia kemudian dirumuskan sebagai proses sistematis


untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan menjamin
diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam, pengambilan keputusan
yang bersifat strategis [SEA is a systematic process for evaluating the
environmental effect of, and for ensuring the integration of sustainability principles
into, strategic decision-making].

1.5.1. PERAN KLHS DALAM PERENCANAAN TATA RUANG

KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan,


dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan
dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program [KRP].
Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada
mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing
hirarki rencana tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS bisa menentukan substansi
RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa
dimanfaatkan sebagai instrument metodologis pelengkap (komplementer) atau
tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasi dari beberapa
atau semua fungsi-fungsi diatas.

Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan


efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya, menciptakan tata pengaturan
yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan
yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta
memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga
disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-region”). Sifat pengaruh KLHS dapat
dibedakan dalam tiga kategori, yaitu KLHS yang bersifat instrumental,

1-6
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
transformatif, dan substantif. Tipologi ini membantu membedakan pengaruh yang
diharapkan dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai ragam RTRW, termasuk
bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah prosedural maupun teknik dan
metodologinya.

1.5.2. PENDEKATAN PENYUSUNAN KLHS

Pendekatan KLHS dalam penataan ruang didasarkan pada kerangka bekerja dan
metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat)
model pendekatan KLHS untuk penataan ruang, yaitu :
1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup/AMDAL (EIA-Mainframe) KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL yaitu
mendasarkan telaah pada efek dan dampak yang ditimbulkan RTRW terhadap
lingkungan hidup. Perbedaannya adalah pada ruang lingkup dan tekanan
analisis telaahannya pada tiap hirarki KRP RTRW.
2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup
(Environmental Appraisal, KLHS ditempatkan sebagai environmental appraisal
untuk memastikan KRP RTRW menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup,
sehingga bisa diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang berpijak dari
sudut pandang aspek lingkungan hidup.
3. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated
Assessment Sustainability Appraisal), KLHS diterapkan sebagai bagian dari uji
KRP untuk menjamin keberlanjutan secara holistik, sehingga sudut
pandangnya merupakan paduan kepentingan aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan hidup. Dalam prakteknya, KLHS kemudian lebih ditempatkan
sebagai bagian dari kajian yang lebih luas yang menilai atau menganalisis
dampak sosial, ekonomi dan lingkungan hidup secara terpadu.
4. KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam
(Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolaan Berkelanjutan
Sumberdaya (Sustainable Resource Management).

KLHS diaplikasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dan a)


dilaksanakan sebagai bagian yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan

1-7
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari strategi
spesifik pengelolaan sumberdaya alam. Model a) menekankan
pertimbanganpertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai dasar dari
substansi RTRW, sementara model b) menekankan penegasan fungsi RTRW
sebagai acuan aturan pemanfaatan dan perlindungan cadangan sumberdaya
alam.

Aplikasi-aplikasi pendekatan di atas dapat diterapkan dalam bentuk kombinasi,


sesuai dengan : hirarki dan jenis RTRW yang akan dihasilkan/ditelaah, lingkup isu
mengenai sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang menjadi fokus, konteks
kerangka hukum RTRW yang dihasilkan/ditelaah, kapasitas institusi dan
sumberdaya manusia aparatur pemerintah selaku pelaksana dan pengguna KLHS,
serta tingkat kemauan politis atas manfaat KLHS terhadap RTRW.

Tabel 1.1. Contoh pengaruh KLHS dalam RTRW

Pengaruh
Tipe RTRW Tujuan KLHS dalam Penataan Ruang
KLHS
· Mengidentifikasi pengaruh atau
konsekuensi dari RTRW terhadap
RTRW berskala luas, memuat lingkungan hidup sebagai upaya untuk
kebijakan dasar dan norma Instrumental mendukung proses pengambilan
acuan bagi daerah (mis: keputusan
RTRW Nasional atau Pulau) · Mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan ke dalam substansi
Rencana Tata Ruang Wilayah.
RTRW yang memuat
substansi khusus wilayah · Memperbaiki mutu dan proses
tertentu, harus memadukan formulasi substansi RTRW
kepentingan antar wilayah dan · Memfasilitasi proses pengambilan
stakeholder, termasuk Transformatif keputusan dalam proses perencanaan
masyarakat (mis: RTRW agar dapat penyeimbangkan tujuan
Propinsi atau Kawasan lingkungan hidup, dengan tujuan sosial
tertentu setingkat Nasional dan ekonomi
atau Propinsi)
RTRW dengan cakupan luas · Meminimalisasi potensi dampak
terkecil, berisi arahan penting negative yang akan timbul
perasional/programatik, sangat sebagai akibat dari usulan substansi
diwarnai kekhasan situasi lokal Substantif RTRW (tingkat keberlanjutan
dan aspirasi masyarakat substansi RTRW (rendah)
setempat (mis: RTRW · Melakukan langkah-langkah
Kabupaten/Kota, kawasan perlindungan lingkungan yang

1-8
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
tangguh (tingkat keberlanjutan
substansi RTRW moderat)
· Memelihara potensi sumberdaya alam
tertentu atau Rencana Detil
dan daya dukung air, udara, tanah
Tata Ruang
dan ekosistem (tingkat keberlanjutan
substansi RTRW moderat sampai
tinggi

1.5.3. KERANGKA KERJA KLHS

Prosedur penyelenggaraan KLHS untuk setiap pendekatan berbeda, namun


secara generik hubungan antara komponen-komponen kerja KLHS dapat
dijelaskan sebagaimana diagram pada Gambar 1.1. Disini kegiatan partisipasi
masyarakat mewarnai semua komponen kegiatan, namun metoda pelaksanaan
pada tingkat partisipasifnya tergantung pada situasi dan kebutuhan.

PENAPISAN

PELINGKUPAN

TELAAH/ANALISIS
PARTISIPASI
MASYARAKAT
ALTERNATIF

KEPUTUSAN

TINDAK LANJUT
Gambar 1. Kerangka Kerja KLHS

Komponen kegiatan
Kesatuan hubungan procedural antar komponen kegiatan
yang bersifat sekuensial. Iterative, atau siklus
Arah hubungan yang pasti/umum dilakukan
Arah hubungan yang tidak selalu terjadi/tidak wajib dilakukan

1.5.4. PENAPISAN

1-9
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
Kegiatan penapisan menentukan perlu atau tidaknya dilakukan KLHS terhadap
sebuah konsep/muatan rencana tata ruang. Langkah ini diperlukan atas alasan-
alasan: a) memfokuskan telaah pada KRP yang memiliki nilai strategik, b)
memfokuskan telaah pada KRP yang diindikasikan akan memberikan konsekuensi
penting pada kondisi lingkungan hidup, dan c) memberikan gambaran umum
metodologi pendekatan yang akan digunakan. Karena penyusunan RTRW wajib
dilakukan maka tahap penapisan tidak diperlukan, sementara penyusunan RTR
dengan tingkat kerincian Kawasan bisa ditapis terlebih dulu dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut :

Apakah rancangan RTR berpotensi mendorong timbulnya percepatan kerusakan


sumber daya alam (hutan, tanah, air atau pesisir) dan pencemaran lingkungan
yang kini tengah berlangsung di suatu wilayah atau DAS? dan/atau apakah
rancangan RTR berpotensi meningkatkan intensitas bencana banjir, longsor, atau
kekeringan di wilayah-wilayah yang saat ini tengah mengalami krisis ekologi?
dan/atau apakah rancangan RTR berpotensi menurunkan mutu air dan udara
termasuk ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang
berpenduduk padat? dan/atau apakah rancangan RTR akan menyebabkan
meningkatnya jumlah penduduk golongan miskin sebagai akibat adanya
pembatasan baru atas akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam yang
semula dapat mereka akses? dan/atau apakah rancangan RTR berpotensi
mengancam keberlanjutan penghidupan (livelihood sustainability) suatu komunitas
atau kelompok masyarakat tertentu di masa mendatang?.

Jawaban positif bagi salah satu pertanyaan diatas sudah cukup untuk memberikan
alasan bahwa rancangan RTR tersebut memiliki potensi efek penting dan perlu
dipertimbangkan untuk dilengkapi dengan KLHS.

1.5.5. PELINGKUPAN

Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk


mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan
timbul berkenaan dengan rencana KRP RTR Wilayah dan Kawasan. Berkat
adanya pelingkupan ini, pokok bahasan dokumen KLHS akan lebih difokuskan
pada isu-isu atau konsekuensi lingkungan dimaksud.

1-10
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
Telaah dan Analisis Teknis
Telaah dan analisis teknis adalah proses identifikasi, deskripsi, dan evaluasi
mengenai konsekuensi dan efek lingkungan akibat diterapkannya RTRW; serta
pengujian efektivitas RTRW dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Telaah dan analisis teknis mencakup : a) pemilihan dan penerapan metoda, serta
teknik analisis yang sesuai dan terkini, b) penentuan dan penerapan aras rinci
(level of detail) analisis agar sesuai dengan kebutuhan rekomendasi, dan c)
sistematisasi proses pertimbangan seluruh informasi, kepentingan dan aspirasi
yang dijaring. Jenis-jenis kerangka telaah yang lazim dibutuhkan, antara lain:
- Telaah daya dukung dan daya tampung lingkungan,
- Telaah hubungan timbal balik kegiatan manusia dan fungsi ekosistem.
- Telaah kerentanan masyarakat dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
dan bencana lingkungan.
- Telaah ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Pengembangan Alternatif

Alternatif yang dikembangkan dapat mencakup : a) substansi pokok/dasar RTRW


(misalnya: pilihan struktur dan pola ruang), b) program atau kegiatan penerapan
muatan RTRW (misalnya: pilihan intensitas pemanfaatan ruang), dan/atau c)
kegiatan-kegiatan operasional pengelolaan efek lingkungan hidup (misalnya:
penerapan kode bangunan yang hemat energi).

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan untuk memilih alternatif terbaik yang bisa


dilaksanakan yang dipercaya dapat mewujudkan tujuan penataan ruang dalam
kurun waktu yang ditetapkan. Alternatif terpilih tidak hanya dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial akan tetapi juga dapat menjamin
terpeliharanya fungsi lingkungan secara terus menerus. Berbagai metodologi yang
lazim diterapkan dalam pengambilan keputusan, antara lain: compatibility [internal
dan eksternal] appraisal, benefit-cost ratio, analisis skenario dan multikriteria,
analisis risiko, survai opini untuk menentukan prioritas, dll.

Pemantauan dan Tindak Lanjut

1-11
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
Sesuai dengan kebutuhannya, kegiatan pemantauan dan tindak lanjut dapat diatur
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pada dasarnya efektivitas
penerapan rekomendasi KLHS berkaitan langsung dengan efektivitas RTRW bagi
wilayah rencananya, sehingga tata laksananya bisa mengikuti aturan pemantauan
efektivitas RTRW.

Partisipasi dan Konsultasi Masyarakat

Seluruh rangkaian KLHS bersifat partisipatif. Semua komponen kegiatan diwarnai


berbagai bentuk partisipasi dan konsultasi masyarakat. Namun demikian, tingkat
keterlibatan atau partisipasi masyarakat sangat bervariasi tergantung pada aras
(level of detail) RTRW, peraturan perundangan yang mengatur keterlibatan
masyarakat, serta komitmen dan keterbukaan dari pimpinan organisasi
pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah.

Penapisan (1)
Perlu tidaknya KLHS; Penetuan konteks dan data dasar; Konteks kelembagaan; Isu masalah LH; Keterkaitan RTRW denga
Data dasar dan sasaran sasaran aspek LH

Pelingkupan (2)
Ruang lingkup KLHS; Data dasar; Isu keberlanjutan; Sasaran KLHS, dan Sasaran RTRW
Model dan tata laksana keterlibatan m
Alternatif (4)
Tujuan dan sasaran; Identifikasi dan perbandingan alternative; Analisis alternatif

Telaah dan Analisis (3)


ator telaah; Kerangka telaah; Teknik dan model
tasi data; Pemilihan metoda; Evaluasi dan perkiraan dampak; Sistematisasi proses bekerja dan berpikir

1-12
an teknik ekonomi, model pengambilan keputusan Pengambilan Keputusan (5)
Tindak Lanjut (6)
Implementasi mitigasi dampak; Pemantauan dan evaluasi
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)

Gambar 1.2. Kerangka Kerja KLHS untuk Revisi RTRW (mengadopsi


pendekatan EIA Mainframe)
Keterangan :
Proses alternative

1.6. HASIL YANG DIHARAPKAN DALAM KLHS-KKM


Hasil yang diharapkan dalam penyusunan KLHS Kawasan Khusus Madura adalah
Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kawasan Khusus Madura.

1.7. KERANGKA PIKIR DAN METODOLOGI PENYUSUNAN KLHS


1.7.1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN KLHS
Penyusunan Kajian KLHS Kawasan Khusus Madura disusun dengan alur pikir
sebagai berikut (Gambar 1.3):

1. Review RTRW dan RPJP/RPJM nasional, provinsi, kabupaten/kota serta


kebijakan, rencana dan program nasional, provinsi Jawa Timur, wilayah
metropolitan Gerbangkertosusila (Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya
– Sidoarjo – Lamongan) dan Kabupaten Bangkalan yang ditujukan atau
berpengaruh pada kawasan khusus Madura, baik yang bersifat ruang maupun
sektoral/infrastruktur, serta yang berjangka panjang dan menengah;
2. Review KRP Percepatan Pengembangan Suramadu serta Keterkaitan
Pengembangan Wilayah antar Kabupaten/Kota khususnya kawasan-kawasan
lain di sekitarnya secara langsung, terutama kawasan-kawasan industri di
sekitar Kaki Suramadu (KJSM) yang menjadi sumber dan tujuan angkutan peti
kemas dari dan ke pelabuhan;

1-13
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
3. Review Masterplan/Rencana Induk Pengembangan Wilayah Suramadu
Kawasan Khusus Madura, yang antara lain mencakup pelabuhan internasional
peti kemas, kawasan industri dan perumahan. Review ini dimaksudkan untuk
mendalami berbagai kegiatan, fasilitas dan infrastruktur yang direncanakan;
4. Dari butir 1, 2 dan 3 tersebut di atas, dapat dikenali karakteristik kegiatan dan
infrastruktur di kawasan khusus Madura yang direncanakan, yang meliputi
jenis, skala, intensitas, kapasitas, cakupan pelayanan, lokasi peruntukan
lahannya, serta bangkitan/tarikan pergerakan yang ditimbulkannya;

5. Karakteristik berbagai kegiatan dan infrastruktur yang direncanakan dibangun


tersebut akan berdampak pada komponen-komponen lingkungan. Untuk itu
perlu diidentifikasi komponen-komponen penting lingkungan yang strategis
yang akan terkena dampak. Penentuan komponen-komponen lingkungan yang
penting dan strategis untuk dikaji, ditetapkan dari hasil penelaahan berbagai
studi, penelitian dan dokumen-dokumen rencana, serta dari workshop dan
observasi lapangan langsung. Workshop perlu diikuti oleh peserta dari
kalangan pemerintah daerah (Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur),
masyarakat Madura, khususnya dari Kabupaten Bangkalan dan kawasan
khusus sekitarnya. Dari workshop ini dapat dijaring dan disepakati komponen-
komponen lingkungan apa saja yang penting untuk dikaji. Hasil workshop akan
dilengkapi dengan penelaahan literatur dan observasi lapangan, sehingga
dihasilkan komponen-komponen lingkungan yang akan diamati secara
mendalam, baik komponen lingkungan sosial budaya, ekonomi, lingkungan
fisik alami dan binaan.

6. Komponen-komponen lingkungan tersebut kemudian masing-masing dianalisis


dengan metode analisis, yaitu analisis adaptasi sosial budaya, analisis manfaat
ekonomi, analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan analisis
sensitivitas ekosistem dan analisis dampak terhadap komponen-kompnen fisik
binaan;

7. Dari dua kelompok besar, yaitu kelompok rencana kegiatan dan infrastruktur
serta komponen-komponen lingkungan yang penting dan strategis akan
dianalisis interaksinya, sehingga menghasilkan prakiraan dampak-dampak

1-14
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
penting yang potensial yang mungkin akan terjadi.terhadap berbagai
komponen lingkungan;

8. Dampak-dampak penting lingkungan yang akan terjadi tersebut kemudian


dikaji untuk dicarikan solusinya, dalam bentuk upaya-upaya penanganan dan
pengelolaan dampak;

9. Hasil dari daftar dampak penting yang poptensial serta alternatif upaya
penanganannya, menjadi masukan/rekomendasi terhadap kebijakan, rencana
dan program yang diarahkan ke kawasan khusus Madura dari berbagai
tingkatan wilayah (pusat, provinsi, kabupaten dan kawasan).

1-15
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
Gambar 1.3. Kerangka Pikir Penyusunan KLHS

Analisis :
Implikasi Dampak Sosial-Ekonomi, dan Lingkungan Hidup
RTR Tingkat Kerentanan dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim
RTRW Nas
Percepatan Pengembangan Suramadu serta Keterkaitan Pengembangan
RTRW Prov Kawasan
Wilayah
Pelabuhan Peti Kemas
RTRW Kota/Kab antar Kab./Kota Tanjung Modung,
Kab. Bangkalan

Matrik
Pengend
RPJP/RPJM Nas alian dan
RPJP/RPJM Prov RENCANA INDUK PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
RPJP /RPJMKota/Kab Proses Penyusunan KLHS-KKM Pengelol
aan
Lingkun
gan
Hidup
Studi sektoral :
Peraturan
trik, air, jalan, dan Presiden
infrastruktur KRP Suramadu
No 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah
lainnya. terkait Pengembangan
KKM
Analisis :
Daya Dukung LH-KKM Berbasis Kemampuan Lahan dan Air
Daya Tampung LH-KKM sesuai Peruntukannya

Keterangan :

Penyempurnaan dan Rekomendasi

1-16
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)

1.7.2. METODOLOGI

Perumusan Metodologi KLHS Kawasan Khusus Madura didasarkan atas


pemahaman terhadap KLHS. Pemahaman tentang KLHS ini kemudian dijabarkan
ke dalam langkah-langkah operasional.

Pemahaman KLHS mengacu pada Tinjauan Teori (Bab 4), dengan pokok-pokok
sebagai berikut :

1. KLHS adalah tindakan strategik yang dapat menuntun, mengarahkan dan


menjamin lahirnya kebijakan, rencana dan program-program yang secara
inheren mempertimbangkan efek negatif terhadap lingkungan dan
menjamin keberlanjutan;

2. “Strategis” mengandung arti perbuatan atau aktivitas yang dilakukan sejak awal
proses pengambilan keputusan yang berakibat signifikan terhadap hasil akhir
yang akan diraih. Dalam konteks KLHS, perbuatan dimaksud adalah suatu
kajian yang dapat menjamin dipertimbangkannya sejak dini aspek lingkungan
hidup dalam proses pengambilan keputusan di aras kebijakan, rencana atau
program. Bila pertimbangan lingkungan hidup dimaksud dikaji di tahap proyek,
sebagaimana dikenal sebagai AMDAL, maka kajian tersebut tidak tergolong
sebagai yang bersifat strategik.

3. Objek kajian adalah kawasan khusus, yaitu dengan RTRW pada cakupan
luas terkecil (RTR atau RDTR). RTRW cakupan luas terkecil ini berisi arahan
operasional/programatik, yang sangat diwarnai kekhasan situasi lokal dan
aspirasi masyarakat setempat. Oleh karena itu tujuan KLHS dalam penataan
ruang kawasan khusus ini adalah :

 Meminimalisasi potensi dampak penting negatif yang akan timbul sebagai


akibat dari usulan substansi RTRW (tingkat keberlanjutan substansi RTRW
rendah)

 Melakukan langkah-langkah perlindungan lingkungan yang tangguh


(tingkat keberlanjutan substansi RTRW moderat)

 Memelihara potensi sumberdaya alam dan daya dukung air, udara, tanah dan

1-17
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
ekosistem (tingkat keberlanjutan substansi RTRW moderat sampai tinggi)

Metode Analisis

 Analisis Adaptasi Sosial Budaya

Perubahan lingkungan akibat adanya pembangunan kawasan khusus Madura


akan berdampak terhadap rona lingkungan awal sosial budaya, khususnya
adaptasi masyarakat terhadap perubahan yang terjadi. Untuk mengetahui
adaptasi sosial budaya, akan dijaring pendapat masyarakat terhadap kegiatan-
kegiatan yang direncanakan pada kawasan khusus, melalui kuesioner.

 Analisis Manfaat Ekonomi

Analisis manfaat ekonomi dimaksudkan sebagai analisis untuk mengetahui


sektor-sektor ekonomi yang hilang akibat pembangunan kawasan khusus,
terutama yang menyangkut kegiatan mata pencaharian penduduk lokal, serta
terciptanya mata pencaharian baru.

 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan

Daya dukung dan daya tampung lingkungan merupakan satu aspek di dalam
penataan ruang yang mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan. Hal
tersebut merupakan amanat dari Undang-Undang tentang Penataan Ruang
yang sejalan dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), yang di
dalam Pasal 14 menyebutkan bahwa salah satu instrumen untuk pencegahan
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup adalah tata ruang. Wujud
dari hal tersebut termuat di dalam Pasal 19, bahwa setiap perencanaan tata
ruang wilayah wajib didasarkan pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS), yang ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.

Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup disusun dengan
mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009
tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam
Penataan Ruang Wilayah dan Rancangan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup tentang Pedoman Penggunaan Kriteria dan Standar untuk Aplikasi Daya

1-18
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup dalam Pengendalian
Perkembangan Kawasan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup menyebutkan daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya.

Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen,yaltu


kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah
(assimilative capacity). Kapasitas sumber daya alam tergantung kepada
kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air. Khusus untuk
kawasan khusus Madura, penentuan daya dukung lingkungan hidup
dikhususkan pada perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air,
mengingat aspek ketersediaan lahan bukan kendala pengembangan (Lihat
Lampiran 1).
Analisis daya dukung air, dapat menunjukkan keadaan surplus atau defisit
sumber daya air di suatu wilayah. Keadaan surplus menunjukkan bahwa
ketersediaan air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan defisit menunjukkan
bahwa wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air.
Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan
berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan tahunan.
Adapun kebutuhan air dihitung dari hasil konversi terhadap kebutuhan hidup
layak. (Lihat Lampiran 2).

 Analisis Sensitivitas Ekosistem

Analisis senstivitas ekosistem dimaksudkan sebagai komponen-komponen


lingkungan fisik alami dan biologi yang penting namun sangat rentan terhadap
gangguan lingkungan. Pembangunan Kawasan Khusus Madura, terutama
pelabuhan akan memberikan efek terhadap komponen-komponen lingkungan
fisik dan biologi di daratan, pesisir dan laut.

Perubahan yang jelas adalah dari bentuk dan jenis lahan yang awalnya rawa
menjadi daratan yang diperkeras, akan menghilangkan kemampuan fisik lahan
di dalam menyimpan air hujan.

1-19
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
Adanya komponen lingkungan laut, misalnya mangove atau terumbu karang
yang sangat sensitif akan sangat terganggu dengan perubahan lingkungan laut
akibat pencemaran dan perubahan-perubahan arus laut, dan sebagainya.

Metode Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

 Administrasi proyek

 Klarifikasi kerangka acuan kerja

 Mobilisasi personil dan peralatan

 Penyusunan rencana kerja rinci

 Penyusunan laporan pendahuluan

2. Tahap Pengumpulan Data

 Melakukan kajian terhadap:

 Studi-studi terdahulu terkait pemanfaatan ruang, pengelolaan lingkungan hidup,


rencana pengembangan infrastruktur, serta aspek sosial ekonomi dan budaya Wilayah
Surabaya – Madura.

 Peraturan, pedoman dan standar pengembangan kawasan.

 Metode pengumpulan dan pengolahan data lapangan meliputi :

 Data Instansional meliputi pengumpulan data sekunder pada instansi terkait


RPJPD/RPJMD dan RTRW dari tingkat propinsi sampai dengan Kabupaten/Kota.

 Data instansional lainnya dalam format dokumen publikasi adalah Kabupaten/Kota


Dalam Angka, Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), peta-peta tematik pada
wilayah studi sesuai dengan tata ruang dan dokumen terkait lainnya.

 Data primer melalui observasi lapangan dan wawancara secara terstruktur dengan
berbagai nara sumber. Panduan wawancara disusun dengan mengacu pada materi
Workshop yang dipersiapkan secara khusus.

3. Tahap Analisis Data

 Kondisi fisik lokasi kegiatan

 Kondisi sosial budaya

1-20
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
 Kondisi sosial ekonomi

 Kondisi prasarana dan sarana dasar

 Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan

4. Tahap Perumusan

Merumuskan alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai upaya pemikiran dalam
mencegah, mengendalikan dan memitigasi dampak serta mendorong pembangunan
berkelanjutan.

Beberapa kegiatan dalam proses perumusan tersebut, yaitu :

 Pelibatan kalangan akademisi untuk merumuskan sudut pandang ilmiah terhadap


perkembangan Kawasan Khusus Madura dan kemungkinan dampak bagi
perkembangannya dengan kemungkinan adanya implementasi pembangunan pada
wilayah tersebut.

 Pelibatan masyarakat bersama-sama dengan kalangan akademisi dan juga para


stakeholders lainnya yang berkepentingan untuk membahas pandangan para
akademisi dalam menilai rencana pembangunan Kawasan Khusus Madura tersebut.

 Pembahasan ini dilakukan dengan konsultasi publik dengan stakeholder terkait di


Kabupaten Bangkalan.

 Internalisasi hasil diskusi dengan masyarakat ini, khususnya di kalangan eksekutif dan
legislatif daerah, menjadi bagian pertimbangan penting dalam merumuskan substansi
KLHS untuk recana pembangunan Kawasan Khusus Madura.

 Menyampaikan kembali kepada masyarakat dokumen KLHS rencana pembangunan


Kawasan Khusus Madura yang telah memuat aspirasi masyarakat tersebut untuk
memperoleh klarifikasi.

 Merumuskan konteks, tujuan, dan lingkup KLHS serta rona lingkungan hidup, antara
lain dengan:

 Workshop

5. Tahap Penyempurnaan

Mengembangkan, menyempurnakan alternatif dan menelaah pengaruh terhadap


lingkungan, antara lain dengan :

1-21
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
 Menelaah tujuan kebijakan, rencana dan program pengembangan Kawasan Khusus
Madura.

 Memperkirakan pengaruh kebijakan, rencana dan program pengembangan Kawasan


Khusus Madura (berikut alternatif) terhadap lingkungan.

 Mengevaluasi pengaruh kebijakan, rencana dan program termasuk alternatifnya.

 Rekomendasi pengendalian pengaruh terhadap lingkungan dan meningkatkan potensi


keberlanjutan.

1.7.3. PROGRAM KERJA

Umum

Secara umum garis besar pelaksanaan kegiatan terdiri dari tahap-tahap berikut ini.

1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pengumpulan Data

3. Tahap Analisis Data

4. Tahap Perumusan

5. Tahap Penyempurnaan

Direncanakan selama 2 (dua) minggu pada bulan pertama.

Rencana Kerja

1. Tahap Persiapan

 Administrasi proyek

 Klarifikasi kerangka acuan kerja

 Mobilisasi personil dan peralatan

 Penyusunan rencana kerja rinci

 Penyusunan laporan pendahuluan

2. Tahap Pengumpulan Data

 Melakukan kajian terhadap:

1-22
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
 Studi-studi terdahulu terkait pemanfaatan ruang, pengelolaan lingkungan hidup,
rencana pengembangan infrastruktur, serta aspek sosial ekonomi dan budaya
Wilayah Surabaya – Madura.

 Peraturan, pedoman dan standar pengembangan kawasan.

 Metode pengumpulan dan pengolahan data lapangan meliputi :

 Data Instansional meliputi pengumpulan data sekunder pada instansi terkait


RPJPD/RPJMD dan RTRW dari tingkat propinsi sampai dengan Kabupaten/Kota.

 Data instansional lainnya dalam format dokumen publikasi adalah Kabupaten/Kota


Dalam Angka, Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), peta-peta tematik pada
wilayah studi sesuai dengan tata ruang dan dokumen terkait lainnya.

 Data primer melalui observasi lapangan dan wawancara secara terstruktur dengan
berbagai nara sumber. Panduan wawancara disusun dengan mengacu pada materi
Workshop yang dipersiapkan secara khusus.

Direncanakan selama 4 (empat) minggu pada bulan pertama dan kedua.

3. Tahap Analisis Data

 Kondisi fisik lokasi kegiatan

 Kondisi sosial budaya

 Kondisi sosial ekonomi

 Kondisi prasarana dan sarana dasar

 Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan

Direncanakan selama 4 (empat) minggu pada bulan kedua dan Ketiga.

4. Tahap Perumusan

Merumuskan alternatif kebijakan, rencana dan program sebagai upaya pemikiran dalam
mencegah, mengendalikan dan memitigasi dampak serta mendorong pembangunan
berkelanjutan.

Beberapa kegiatan dalam proses perumusan tersebut, yaitu :

 Pelibatan kalangan akademisi untuk merumuskan sudut pandang ilmiah terhadap


perkembangan Kawasan Khusus Madura dan kemungkinan dampak bagi
perkembangannya dengan kemungkinan adanya implementasi pembangunan pada
wilayah tersebut.

1-23
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
 Pelibatan masyarakat bersama-sama dengan kalangan akademisi dan juga para
stakeholders lainnya yang berkepentingan untuk membahas pandangan para
akademisi dalam menilai rencana pembangunan Kawasan Khusus Madura tersebut.

 Pembahasan ini dilakukan dengan konsultasi publik dengan stakeholder terkait di


Kabupaten Bangkalan.

 Internalisasi hasil diskusi dengan masyarakat ini, khususnya di kalangan eksekutif


dan legislatif daerah, menjadi bagian pertimbangan penting dalam merumuskan
substansi KLHS untuk recana pembangunan Kawasan Khusus Madura.

 Menyampaikan kembali kepada masyarakat dokumen KLHS rencana pembangunan


Kawasan Khusus Madura yang telah memuat aspirasi masyarakat tersebut untuk
memperoleh klarifikasi.

 Merumuskan konteks, tujuan, dan lingkup KLHS serta rona lingkungan hidup, antara
lain dengan:

 Workshop

Direncanakan selama 4 (empat) minggu pada bulan ketiga dan Keempat.

5. Tahap Penyempurnaan

Mengembangkan, menyempurnakan alternatif dan menelaah pengaruh terhadap


lingkungan, antara lain dengan :

 Menelaah tujuan kebijakan, rencana dan program pengembangan Kawasan


Khusus Madura.

 Memperkirakan pengaruh kebijakan, rencana dan program pengembangan


Kawasan Khusus Madura (berikut alternatif) terhadap lingkungan.

 Mengevaluasi pengaruh kebijakan, rencana dan program termasuk alternatifnya.

 Rekomendasi pengendalian pengaruh terhadap lingkungan dan meningkatkan


potensi keberlanjutan.

Direncanakan selama 4 (empat) minggu pada bulan keempat dan Kelima.

1-24
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
1.8. SISTEMATIKA PENYUSUNAN KLHS

Sistematika penyusunan KLHS Kawasan Khusus Madura:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan landasan utama pelaksanaan pekerjaan ini, yang
meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup KLHS,
dasar hukum, kerangka piker dan metodologi penyusunan KLHS.

BAB 2 REVIEW KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN KKM

Pada bagian ini dilakukan review terhadap kebijakan terkait kajian KLHS
di wilayah studi, baik lingkup nasional, provinsi, kabupaten, maupun
kawasan, yang akan menjadi salah satu faktor determinan dalam
penyusunan KLHS Kawasan Khusus Madura.

BAB 3 RONA LINGKUNGAN AWAL KKM

Pada bagian ini dijabarkan gambaran umum rona lingkungan awal studi,
yang terkait dengan kondisi fisik lingkungan, kependudukan, kondisi
social, ekonomi, dan infrastruktur.

BAB 4 PELINGKUPAN KLHS-KKM

Bab ini menguraikan tentang persepsi/isu-isu strategis masyarakat


terhadap rencana pengembangan KKM serta permasalahan
pembangunan dan lingkungan hidup di wilayah KKM

BAB 5 ANALISIS KLHS

Bab ini berisi analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta
kapasitas infrastruktur lingkungan, terkait dengan potansi dan
pemasalahan yang akan timbul dalam rencana pengembangan KKM,
serta penataan lingkungan kawasan pesisir.

BAB 6 PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN TERHADAP RENCANA


PEMBANGUNAN KKM

Bab ini berisi tentang uraian komponen kegiatan yang potensial merubah
lingkungan hidup, yang terkena dampak pembangunan, dan matriks
penilaian dampak lingkungan untuk KLHS-KKM.

1-25
STUDI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
KAWASAN KHUSUS MADURA)
BAB 7 MITIGASI DAMPAK TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN KKM

Bagian ini menguraikan cara–cara dalam upaya mitigasi dampak terhadap


keberadaan KKM, akibat kegiatan pembangunan KKM, alternative-
alternatif penanganan dampak lingkungan terhadap rencana
pembangunan KKM.

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN TINDAKAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran tindak dari hasil rangkaian
analisis seluruh substansi terkait penyusuanan KLHS-KKM.

BAB 9 DAFTAR PUSTAKA

Bagian terakhir merupakan penjelasan sumber/referensi pustaka yang


digunakan.

1-26

Anda mungkin juga menyukai