Anda di halaman 1dari 3

Proteksionisme Dagang AS dan Dampaknya Bagi Dunia

Presiden AS Donald Trump kembali menyita perhatian dunia. Kebijakan terbarunya,


telah menetapkan pengenaan bea masuk bagi impor baja sebesar 25 persen dan
alumunium 10 persen. Alasan utamanya, selama ini baja dan alumunium produk dalam
negeri AS tidak terserap pasar AS sendiri. Dengan peraturan ini, diharapkan produksi
baja dan alumunium produk AS terserap minimum 80 persen. Selain itu AS mendorong
agar pemilik peleburan dan industri terkait memindahkan basis usahanya ke AS.
Dengan berpindahnya basis usaha ke AS maka akan penambahan lapangan kerja
didalam negeri AS.
Tentu saja kebijakan terbaru Trump ini mengundang sejumlah protes dan kekhawatiran,
khususnya dari sekutu AS sendiri. Uni Eropa (UE) sebagai sekutu AS tidak hanya
menghendaki perkecualian agar peraturan baru Trump itu tidak dikenakan negara-
negara UE. Bahkan UE sudah mempersiapkan gerakan pembalasan. UE sudah
mendata sejumlah produk penting AS di pasar Eropa. Produk ini antara lain sepeda
motor, busana dan minuman keras. UE akan membalas mengenakan tarif tinggi pada
produk-produk itu, jika ekspor mereka ke AS terhambat gara-gara kebijakan baru
Trump. Peraturan terbaru diatas tidak dikenakan bagi Meksiko,Kanada dan Australia.
Kanada dan Meksiko dikecualikan karena AS menganggap dua negara tersebut dinilai
melakukan perdagangan dengan adil. Sedangkan Australia karena ada kerjasama
militer antara AS dan Australia. Kanada merupakan negara pengekspor baja terbesar
ke AS pada 2017, sebesar 5,53 miliar dollar AS. Sementara Meksiko 2, 97 miliar dollar
AS. (Kompas,10/3). Inggris juga termasuk sekutu AS yang memprotes. Bukan mustahil
adanya kebijakan Trump ini, AS akan berhadapan dengan sejumlah negara didunia dan
akan melibatkan Organisasi Perdagangan Dunia ( WTO ). Perang dagang bisa terjadi.

Nuansa “American First”

Adalah Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel, yang mengatakan beberapa jam setelah
Donald Trump menyampaikan Pidato Pelantikan Presiden ke 45 AS, bahwa Trump
sangat serius, bukan sekedar janji kontroversial. Menurut Gabriel, apa yang kita dengar
dari pidato tersebut adalah nada tinggi nasionalistik. Menurutnya, Jerman dan Uni
Eropa harus bersatu untuk mempertahankan kepentingan mereka dan berupaya
semaksimal mungkin mencegah semangat nasionalistis AS mencengkeram Eropa.
Sejak awal, Trump mengisyaratkan bahwa AS akan menuju arah lain, khususnya dalam
konteks perdagangan dunia. Trump mendesain dan menuju Amerika Serikat baru,
dengan seolah-olah mengutamakan kepentingan seluruh Rakyat AS. Slogan yg
digunakan : America First !!!
Tetapi karena pidato itu terkesan sangat kontroversial dan patut diduga memiliki tujuan
akhir jangka pendek untuk memenangkan pemilihan Presiden, yang kemudian
ditengarai adanya kecurangan dengan dugaan penggunaan IT dan keterlibatan Intelijen
negara lain, maka kemudian tidak terlalu mengejutkan tatkala pidato tersebut disambut
dengan gerakan-gerakan protes. Diantaranya protes kaum hawa pro-minoritas. Protes
serupa juga terjadi di berbagai belahan dunia. Secara khusus, Paus Fransiskus
mengingatkan Trump agar peduli terhadap kaum miskin.
Penetapan Peraturan baru minggu lalu tentang tarif impor baja dan alumunium oleh AS
tidak mengejutkan. AS akan terus memicu realisasi kepentingan nasional, meski
dengan resiko menimbulkan reaksi dan gejolak dunia, dengan mengatasnamakan
seluruh kepentingan rakyat Amerika termasuk kalangan miskin. Negara-negara yg
terkena dampak Peraturan impor baja dan alumunium ini, dan sudah melakukan protes,
khususnya Eropa dan Inggris. Bisa dipastikan negera-negara yang tergabung dalam
Trans-Pacific Partnership (TPP) juga akan melakukan “perlawanan”. Jepang
diantaranya, pasti akan melakukan gerakan untuk mengantisipasi policy Trump
tersebut. Namun Jepang lebih besar kemungkinannya menggunakan pendekatan
persuasif. Begitu juga dengan posisi negara kuat non-TPP, seperti Tiongkok tidak akan
tinggal diam.

Kepentingan Nasional AS?

Opini yang terus ditiupkan oleh Trump adalah perdagangan yang adil demi kepentingan
masyarakat AS. Isu demi kepentingan masyarakat AS selalu dikumandangkan oleh AS
sejak lama bersamaan dengan isu kepentingan masyarakat dunia. Namun dibalik itu,
Trump juga sadar bahwa AS punya kelebihan potensi pasar dalam negeri yg cukup
kuat. Dan itu merupakan kekuatan tersendiri dalam melakukan bargaining position
( posisi tawar menawar) dengan partner-partnernya diluar negeri.
Secara struktural, didalam masyarakat AS sendiri sedang terjadi pergulatan
kepentingan. Kaum yg tertindas termasuk didalamnya kaum minoritas adalah
sekelompok rakyat AS yang tertinggal atau bahkan ditinggalkan perkembangan
ekonomi AS. Mereka ini adalah pihak yang tidak diuntungkan dengan tema kampanye
Trump sejak awal : American First.
Sesungguhnya kelompok kuat yang berada disekitar Trump adalah mereka yang
memperoleh manfaat besar dengan policy presiden AS ke 45 itu. Dalam teori stratifikasi
sosial, kelompok ini adalah kaum elit yang jumlahnya sedikit, menguasai asset besar
dan berada di puncak segitiga struktur sosial masyarakat AS serta memiliki pengaruh
besar terhadap penguasa AS.
Policy perdagangan Trump juga diprediksi akan merugikan kaum miskin di dunia.
Ditariknya modal AS diluar, dimasukkannya basis usaha dan industri dari negara-
negara lain kedalam wilayah AS juga menimbulkan luka dalam berupa berkurangnya
lapangan kerja bagi masyarakat dinegara-negara yang sebelumnya menjadi basis
modal dan industri besar.
Padahal setelah modal kembali ke AS dan industri beroperasi di AS, sesuai dengan
mekanisme neoliberalisme yang telah menjadi keyakinan rezim penguasa AS selama
ini, pasti menimbulkan gap yang dalam antara Pengusaha (Owners) dan buruh
(karyawan).
Maka tak diragukan lagi, kebijakan pemerintah AS terhadap perdagangan global dan
ekonomi pada umumnya, akan melahirkan kesengsaraan bagi kaum miskin didalam
dan diluar AS, termasuk di Indonesia.

http://www.teropongsenayan.com/83786-proteksionisme-dagang-as-dan-dampaknya-
bagi-dunia

Anda mungkin juga menyukai