Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis masih dapat
membuat tugas Critical Journal review (CJR) ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas tentang “filsafat pendidikan”.

Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas CJR mata kuliahFilsafat Pendidikan. Penulis
berharap makalah ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bila mana hendak
membandingkan isi dari buku tentang materi Filsafat pendidikan

Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan supaya makalah ini
menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca atas
perhatiannya.

Medan, Oktober 2018

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................................1
C. Manfaat..................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Identitas Jurnal...........................................................................................................................2
B. Isi Jurnal....................................................................................................................................2
C. Kelebihan Jurnal........................................................................................................................6
D. Kekurangan Jurnal.....................................................................................................................7
E. Saran..........................................................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................................8
Referensi...............................................................................................................................................9
LAMPIRAN........................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jadi arti dari CJR ini adalah mengkritik hasil penelitian orang lain/mengkritik jurnal
milik orang lain. Dari CJR ini kita bisa tau bahwa tidak semua hasil pengerjaan orang itu
sempurna. Jadi adanya CJR ini supaya pada pembuat jurnal tersebut tau di mana kekurangan
dan kelebihan mereka dan akan segera mengubahnya menjadi lebih baik lagi. Dan juga kita
juga belajar bagaimana mengkritik hasil pengerjaan orang itu dengan sopan, tidak
menggunakan bahasa yang tidak enak untuk si pembuat karya tersebut.

Pendidikan, terutama pendidikan formalmerupakan salah satu proses dalam hidup ber-

masyarakat dan berbangsa yang penting. Sumber daya manusia terdidik sebagai hasil
pendidikan akan besar pengaruhnya pada perkembangan hidup bermasyarakat dan berbangsa.
Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat
danberbangsa perlu diperhatikan agar kegiatan pendidikan dapat menghasilkan sumber daya
terdidik yang mampu membawa kemajuan sesuaicita-cita masyarakat dan bangsanya.

Pendidikan dalam pandangan yang luasadalah proses pembentukan pribadi dalam semua
aspeknya, yaitu pembentukan aspek jasmani, akal, dan hati. Tujuan pendidikan adalah
kegiatan memberikan pengetahuan agar kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke
generasiberikutnya (Djumberansyah, 1994:19).

B. Tujuan
1. Tujuan di buatnya CJR ini adalah agar kita mengetahui apa yang kurang dan apa
kelebihan dari jurnal tersebut. Dan juga ini sangat bermanfaat bagi pembuat
jurnal agar mengetahui apa kekurangannya dan akan di perbaiki supaya jurnal ini
lebih sempurna lagi.
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada di dalam jurnal.
3. Melatih penulis untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
jurnal tersebut.
4. Untuk menambah wawasan pembaca tentang “filosofi pendidikan dalam islam”
5. Sebagai syarat penyelesaian tugas mata kuliah filsafat pendidikan

C. Manfaat
1. Membantu penulis untuk berfikir lebih kritis dalam mengulas, mencermati dan
menganalisa sebuah karya tulis.
2. Dapat menambah wawasan pembaca tentang Kepemimpinan serta
mempraktikkannya dalam kehidupan.

1
3. Pembaca dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan jurnal yang dikritik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Identitas Jurnal

I. Jurnal 1

Judul Philosophy islam of education

Jurnal Filsafat Pendidikan (International Journal of


Humanities and Social Science)
Vol dan Hal Vol. 2 No. 19 [Special Issue – October 2012]
dan 150-156
Tahun 2012
Penulis Dr. Sobhi Rayan

Riviewer Cut mardadila ananda


Dedek damayanti
Wafia tul khoiriah

Tanggal 29 Oktober 2018

II. Jurnal 2

Judul Filsafat Pendidikan Islam; Studi Filosofis Atas


Tujuan dan Metode Pendidikan Islam
Jurnal Jurnal Pendidikan Islam
Vol dan Hal Volume II, Nomor 2, Desember 2013/1435
Tahun 2013
Penulis Rohinah

Riviewer Cut mardadila ananda


Dedek damayanti
Wafia tul khoiriah

2
Tanggal 29 Oktober 2018

B. Isi Jurnal

I. Isi Jurnal 1

Filosofi pendidikan Islam adalah melihat prinsip dan konsep yang mendasari pendidikan
dalam Islam, itu menganalisis dan mengkritisi, mendekonstruksi dan memecah infrastruktur
pendidikan yang ada dan berusaha untuk menghasilkan konsep baru secara terus menerus
atau menampilkan apa yang seharusnya menjadi konsep. Dalam pengertian ini adalah filosofi
itu melampaui apa yang ada secara konstan menuju nilai absolut, dan bekerja di ruang
pengetahuan Islam dan yang merupakan esensi manusiawi dan moral. Pendidikan Islam
berusaha untuk mencapai peran yang berbeda dari manusia yang merupakan reformasi dan
konstruksi kehidupan manusia. Konsep hidup Islam ini berdasarkan pada fundamental konsep
sebagai individu, masyarakat dan dunia, dan pendidikan berfungsi untuk menemukan
hubungan yang seimbang dan adil antara pihak-pihak dengan persamaan ini yang didasarkan
pada hubungan yang dicirikan oleh hubungan timbal balik dan integrasi, jadi satu pihak tidak
dapat bertahan tanpa pihak lain.
Hubungan ini didasarkan pada otoritas etis, yang merupakan agama atau Al-Qur'an yang
mewakili sumber pendidikan Islam yang memperoleh nilai-nilai universal mereka dari itu,
sehingga tugas pendidikan untuk menghubungkan setiap manusia aktivitas atau perilaku
dengan nilai moral yang ideal. Oleh karena itu, pendidikan Islam tertarik pada semua
kegiatan individu pada fisik, mental, psikologis, spiritual, dan berusaha mencari
keseimbangan antara kekuatan-kekuatan itu itu terdiri dari manusia. Misalnya pendidikan
tentang pemikiran dan kreativitas independen sangat menarik minat Budaya islami; kami
menemukan bahwa Alquran, serta banyak sarjana Muslim, Ibnu al-Haytham dan al Ghazali
stres pentingnya berpikir kritis dan mandiri.
Di sisi lain, kami menemukan beberapa ulama mengklaim bahwa pendidikan Islam tidak
mendorong independen berpikir, misalnya, beberapa peneliti modern menyimpulkan dari
keberatan Cendekiawan Muslim, bahwa mereka menentang pemikiran independen. Misalnya,
Halstead berpendapat bahwa filsafat dan pendidikan Islam tidak mempromosikan berpikir
kritis seperti Dia menulis: "Kemerdekaan pemikiran dan otonomi pribadi tidak masuk ke
dalam Muslim berpikir tentang pendidikan, yang lebih mementingkan inisiasi progresif siswa
ke dalam yang diterima kebenaran iman. (J.M Halstead. 519, 2004).
Dalam artikel ini, saya berusaha menjelaskan dan menganalisis peran filsafat Pendidikan
dalam Budaya Islam. Saya misalkan bahwa filsafat dan pendidikan Islam mendorong
pemikiran kritis dan kemandirian pribadi, dengan mengandalkan pada sejarah filsafat Islam
dan sains yang menyebutkan pentingnya kritik para ulama Islam ke teori ilmiah dan filosofis,
dan kontribusi kreatif mereka dalam metodologi dan ilmu pengetahuan ilmiah secara umum.
Pendidikan dan Filosofi dalam Islam

3
Al-Qur'an menganggap Referensi utama dalam tingkat epistemologis dan ontologis dalam
Islam. Al-Quran Wacana terdiri dari dua jenis. Yang pertama memperlakukan dengan isu-isu
iman secara rinci, karena masalah ini alami konstan dan tidak berubah.
Tetapi jenis lain berhubungan dengan masalah kehidupan seperti, sosial, politik, ekonomi,
pendidikan dan lain-lain, masalah ini diperlakukan secara umum. Karena sifatnya yang
berubah-ubah, serta menjadi valid dan berguna bagi perubahan kehidupan manusia.Berbeda
dengan penjelasan sebelumnya, Halstead berpendapat bahwa dimensi sosial dan moral
pendidikan dalam Islam adalah oleh karena itu pada akhirnya masalah datang untuk
memahami dan belajar kepada sesama hukum ilahi, yang tidak mengandung hanya prinsip
moral universal, tetapi juga instruksi terperinci yang berkaitan dengan setiap aspek kehidupan
manusia. Syariah mengintegrasikan kehidupan politik, sosial dan ekonomi serta kehidupan
individu ke dalam satu pandangan dunia agama tunggal. Di Oleh karena itu, Islam, tidak ada
pertanyaan tentang individu yang didorong melalui pendidikan untuk diusahakan sendiri
keyakinan agama mereka sendiri atau untuk tunduk pada penyelidikan rasional yang terpisah
pada tingkat dasar (J.M.Halstead. 524 2004).
Al-Quran menyajikan masalah kehidupan sebagai Nilai, tetapi manusia Muslim bertanggung
jawab untuk mengimplementasikan ini Nilai-nilai dalam hidupnya. Ini berarti bahwa
penerapannya tidak seragam dan konstan untuk setiap tempat dan waktu. Itu tergantung
dalam kemampuan umat Islam untuk kemajuan dan Kreativitas. Misalnya dalam masalah
politik, Al Qur'an menyebutkan dua ayat-ayat yang menggambarkan jenis rezim pada
umumnya: "yang (melakukan) urusan mereka dengan Konsultasi timbal balik" (42:38); “Ini
adalah bagian dari rahmat Allah yang Engkau hadapi dengan lembut kepada mereka. Apakah
kamu keras atau kasar, mereka akan memisahkan diri dari tentang Anda: jadi lupakan
(kesalahan mereka), dan mintalah pengampunan (Allah) bagi mereka; dan berkonsultasi
dengan mereka dalam urusan (sesaat). Kemudian, ketika engkau mengambil keputusan,
berilah kepercayaanmu kepada Allah ”(3: 159). Kedua ayat menyajikan masalah rezim secara
umum sebagai nilai, tetapi proses dan detail serta instrumen dan tujuannya tergantung pada
kemampuan Muslim untuk mencapai nilai-nilai Konsultasi dalam kenyataan.
Kita dapat mengatakan bahwa agama Islam merupakan referensi etis dalam kehidupan
manusia. Karena manusia dalam Islam adalah khalifah Allah (Khalifatullah) di bumi, dan
perannya di dunia ini untuk membangun kembali bumi, dengan demikian kemajuan
kehidupan adalah deposit yang dijanjikan oleh manusia untuk dilakukan. Semuanya tunduk
kepada manusia dan bekerja untuknya, ini adalah apa yang dimaksud dengan "penunjukan
seorang representatif" yang disebutkan dalam Al Qur'an: "Saya penunjukan representasi di
bumi ". (Quran 2: 30) (Ibn Khaldun 416 1958)
Jadi tanggung jawab manusia untuk membangun kembali bumi diciptakan dari komitmennya
untuk membawa Bumi deposito. Itu berarti bahwa manusia harus menginvestasikan usahanya
sebaik mungkin untuk tujuan ini. Sebagai hasil dari ini konsep untuk hidup, pemikiran
menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk meningkatkan kehidupan manusia.
Oleh karena itu kita berbicara tentang dua ruang pemikiran yang berbeda, tetapi tidak
bertentangan dengan ruang. Mereka serupa dalam hal tertentu aspek misalnya, Islam
mengakui pentingnya pikiran sebagai instrumen penting untuk penelitian dan pertanyaan,
tetapi ini bukan alat yang mutlak dan unik untuk mengungkapkan kebenaran yang lengkap.

4
Sementara pikiran di Barat Berpikir bukan hanya alat, tetapi juga referensi. Jadi itu adalah
pemikiran yang membatasi dalam batas-batas pikiran.
Pemikiran Islam terbuka untuk tiga dunia: iman, pikiran, dan realitas, jadi itu adalah
pemikiran yang dikomunikasikan dalam sifatnya. Karena itu, kita harus memahami filsafat
dan pendidikan Islam dalam kontes Islam, dan pemikirannya logika. Dalam Pandangan
IQBAL, Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Semua pengalaman itu nyata,
keseluruhan dari kami pengalaman termasuk persepsi, alasan dan intuisi. Biasanya kita
memperoleh pengetahuan melalui persepsi indera dan alasan, tetapi di samping kedua
fakultas ini ada fakultas ketiga dari intuisi atau pengalaman religius (manzoor 264: 1984)
Critical thinking

Al-Quran berbicara tentang pentingnya berpikir secara luas, yang menyebutkan ratusan kali
istilah-istilah seperti: Pertimbangkan (Yaaqilun), mengerti (yafqahun), belajar kebijaksanaan
(yataffakarun), lihat (yanzurun), pandangan ke depan (yubserun), bermeditasi (yaatabirun),
berspekulasi (yatadabbarun), merenung (yaamalun). Dalam contoh lain digunakan frasa
seperti itu sebagai: uli al albbab, uli al absaar, atau uli nahii untuk menarik perhatian pada
fungsi pikiran.
Al-Qur'an mengungkapkan arti pikiran empat puluh sembilan kali dengan bentuk kata kerja
yang berasal darinya sebagai: Yaaqilun,Taaqilun (Pertimbangkan), tetapi A'ql (pikiran)
sebagai bentuk Nama tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, karena kata kerja tersebut
mencerminkan aktivitas dinamis, tetapi namanya menyiratkan hal yang konstan.
Wacana Alquran tidak menekankan hanya cara yang rasional, tetapi juga metode empiris
Says: "Perjalanan melalui bumi dan melihat bagaimana Allah menciptakan ciptaan… ”Ini
adalah alamat yang jelas bagi manusia untuk bertanya realitas mereka dengan transisi dari
yang khusus ke universal untuk mengurangi kesimpulan.
Semangat pemikiran ini telah mencirikan Budaya Islam dan berpengaruh pada cara berpikir
Islam itu menghasilkan karakter otonomi pribadi yang berbeda. Cara berpikir ini muncul
dengan jelas di dalam Islam tradisi dalam Ilmu Agama, Filsafat, dan Sains.
Dalam Agama, Ijtihad adalah prinsip esensial untuk fiqh Islam, ini adalah perjuangan yang
ekstrim dalam penelitian kebenaran tentang beberapa bergumam, manusia atau sebaliknya.
Istilah ini digunakan untuk menandakan perjuangan yang melibatkan kerja keras yang
ekstrim. Demikian,interpretasi adalah proses mencari tahu doktrin hukum dan aturan hukum
Islam dengan mempekerjakan Intelektual upaya. (Maulana Taqi Amini. 1 2009) Dan
memiliki arti usaha yang bebas dan mandiri dari mujtahidun, dilakukan untuk tujuan
kemajuan dan perluasan ilmu-ilmu Islam.
Hallstead berpendapat bahwa “Tujuan pendidikan ditentukan oleh agama yang diwahyukan
dan oleh karenanya memiliki kualitas obyektif; mereka tidak bervariasi menurut pendapat
atau pengalaman individual ”. (J.M Hallstead. 519 2004).
Namun, Sarjana Islam Modern Turabi berpendapat bahwa Ijtihad Individu dengan demikian
diizinkan, dan bahkan didorong, asalkan menyediakan beragam proposal konstriktif yang
akhirnya berkontribusi pada informasi keputusan komunal. (Turabi Hasan 46 1980).

5
Pendidikan Islam percaya pada harmoni antara Tubuh dan jiwa, dan tidak berinvestasi di satu
sisi dan mengabaikanlain. Tubuh dan jiwa bukanlah hal yang terpisah, sementara mereka
melanjutkan, jadi Islam tidak memperlakukan mereka sebagai dialektika dandualisme.
Menjaga jiwa dan tubuh adalah Nilai Islami; itu berarti bahwa setiap Muslim harus menjaga
mereka sehat, danuntuk membawa instrumen dan tujuan yang mencapai nilai pengawetan.
Ibn Miskawaih menetapkan intelektual, fisik, danpendidikan moral yang bertujuan
menghasilkan manusia yang baik dari sudut pandang sosial dan mencapai
keabadiankebahagiaan dan realisasi diri. Dia mempresentasikan pandangan bahwa
pendidikan jasmani harus mendahului spiritual danpendidikan intelektual. Karena itu
pendidikan sejati harus melayani kebutuhan tubuh tidak kurang dari aspirasidari jiwa. (S.M.
Ziauddin Alavi. 35 1988).
Pendidikan Islam menekankan pentingnya tujuan (tujuan) sains atau pengetahuan, karena
fungsinya sains adalah untuk melayani manusia. Jadi penelitian ilmiah harus bertujuan untuk
membawa manfaat bagi kemanusiaan dan menjadi terhubung dengan Nilai-nilai manusia
tertentu, tetapi sains tidak memberi manfaat dan dapat membahayakan kemanusiaan dan
menyinggung kesetaraan hidup, itu adalah ilmu yang dapat diterima.
Berbeda dengan konsep sebelumnya, Halstead melihat tujuan fungsional sains dengan cara
yang berbeda, ia mengklaim "Seperti uang, pengetahuan tidak untuk diakumulasikan sendiri
tetapi harus digunakan. Dan penggunaan yang tepat untukpengetahuan dari perspektif
Muslim adalah untuk membantu orang untuk pengetahuan Cod, untuk hidup sesuai dengan
hukum Islam dan memenuhi tujuan ciptaan Tuhan. Pengetahuan yang tidak melayani usulan
ini dapat dipertimbangkan tak berguna. semua ini menyiratkan konsep pengetahuan yang
sangat berbeda dari konsep-konsep Barat yang dominan. (J.M.halstead. 520 2004).
Di sisi lain Abed Arhman menekankan dimensi etika sains, ia sangat mengkritik non-fungsi
sains dan menamakannya sebagai "permainan".
Ibn Miskawaih membahas pengetahuan di latar belakang konsepnya tentang jiwa, yang dapat
mencapai pengetahuan realitas tertinggi dan memiliki pengetahuan yang rasional. Ia
menganggap pengetahuan sebagai dasar dari karakter yang baik dan mengatakan akar dari
semua kebajikan adalah pengetahuan sehingga dalam perolehan pengetahuan terletak
kesempurnaan manusia. (Ziauddin Alavi. 35 1988).
Juga, Pendidikan Islam tidak memisahkan antara Humanisme dan kewarganegaraan. Ini
menunjukkan humanisme tetapi tidak menyebutkan kewarganegaraan, karena termasuk
dalam lingkaran terbesar. Tidak ada pertanyaan bahwa Muslim harus berperilaku sama di
mana-mana. serta pendidikan untuk rekonsiliasi antara Individu dan masyarakat.
Muhammad Iqbal, tujuan Pendidikan adalah "penciptaan manusia", ia menyeimbangkan
perhatian dengan individualitas reformasi sosial yang aktif dan bertanggung jawab. (Wan
Mohd Nor 124 1998).
Islam mengakui otonomi individu dan kebutuhannya, pada saat yang sama individu harus
berkomunikasi dengan orang lain. Pendekatan keseimbangan ini dimulai dalam ibadah bahwa
ada ibadah individu dan kesamaan lainnya. Saya adalah hubungan timbal balik untuk
kerjasama bahwa kedua belah pihak akan mendapat manfaat. Ibn Khaldon menunjukkan
mengapa orang perlu bekerja sama satu sama lain. “Seorang manusia tunggal tidak dapat
hidup sendiri, dan keberadaannya dapat terwujud hanya dalam asosiasi dengan teman-

6
temannya. (Sendiri) dia tidak akan dapat memiliki keberadaan yang lengkap dan menjalani
kehidupan yang lengkap.

II. Isi Jurnal 2

Pandangan Islam tentang manusia dan kehidupan terbentuk dengan asas harmoni dan
gabungan antara indera, akal, dan hati yang beriman. Harmoni ketiganya itu merupakan
pangkal epistimologis paling fundamental dalam filsafat Islam. Filsafat pendidikan Islam
memperhatikan prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang mendasari pendidikan dalam Islam.
Tugas filsafat pendidikan adalah memonitori dan mengontrol basis-basis pendidikan

Filsafat pendidikan bekerja dalam rangka menganalisis, mengkritik,mendekonstruksi


dan mendisintegrasi infrastruktur pendidikan yang ada, serta terus-menerus memproduksi
konsep-konsep baru atau menunjukkan apa yang semestinya dijadikan konsep. Dengan
filsafat pendidikan maka dunia pendidikan selalu diupayakan untuk progresif, menjadi lebih
baik dari waktu ke waktu, dan kontekstual dalam menjawab tuntutan zaman.Dengan
demikian, filsafat pendidikan Islam melampaui hal-hal dan nilai-nilai yang selalu bersifat
absolut. Tidak ada konsep yang sakral atau prinsip yang abadi. Seiring berjalannya waktu,
konsep dan prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan pendidikan selalu bisa dikritisi
dan dievaluasi.
Filsafat sangatlah dibutuhkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan Islam memiliki
keinginan yang kuat untuk mencetak manusia baru dan membangun kehidupan baru. Ketika
pendidikan Islam mencita-citakan terciptanya manusia dan kehidupan yang baru maka
konsep manusia dan kehidupan yang islami harus berpijak pada konsep fundamental tentang
individu, masyarakat, dan dunia. Oleh karena itu, menurut Munir Mulkhan penting kiranya
untuk menyadari kembali bahwa makna pendidikan sebagai sistem pemanusiawian manusia
yang unik, mandiri dan kreatif, sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi individu-
individu yang baik, cerdas, dan berkualitas.
Filsafat dalam Islam

Di tingkat epistemologis dan ontologis, Al-Quran adalah referensi utama agama Islam.
Di dalam al-Qur’an, terdapat dua jenis wacana. Pertama, isu-isu agama yang dijelaskan
secara terperinci, dan alami masalah ini bersifat konstan (tidak berubah-ubah), seperti
kewajiban shalat, zakat, haji, puasa dan sebagainya. Kedua, Persoalan-persoalan yang selalu
berubah sesuai konteks ruang dan waktu. Seperti isu-isu kehidupan sosial, politik, ekonomi,
pendidikan dan lain-lain.
Semua masalah kehidupan dalam Islam tidak seharusnya bersifat konstan. Tetapi,
sebagian berubah tergantung pada intelektual Muslim yang merumuskannya, refleksi
pengalaman, sudut pandang intelektual, kemampuan menciptakan epistemologi teoritis dan
praktis, serta pengembangan instrumen melalui pancaran nilai. Oleh karena itu, peran umat
Islam di dunia ini adalah menerapkan nilai-nilai yang ideal dalam realitas. Tetapi,nilai-nilai
ideal ini tidak terbatas dan mutlak.

7
Kepentingan Qur’an dalam menjamin kebebasan masyarakat tergambar jelas seperti
yang dapat dilihat dari penekanan pada prinsip pemikiran dan agama. Allah berfirman: “tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. 2: 256) Ayat ini
dianggap sebagai prinsip umum dalam Islam, yang memberikan manusia pilihan bebas untuk
memilih keyakinan agama mereka sesuai dengan kehendak bebas mereka. Tidak ada paksaan
menyesuaikan diri dengan kepercayaan tertentu. Pemikiran dalam Islamterbuka untuk tiga
dunia: iman, pikiran dan realitas. Ketiganya dikomunikasikan satu sama lain. Oleh karena itu,
kita harus memahami filsafat dan pendidikan dalam konteks Islam, serta logika
berpikirnya.Oleh karena itu, apabila pengertian di atas dijadikan landasan pemikiran filosofi
maka filsafat pendidikan mengakui bahwa manusia harus menemukan dirinya sendiri sebagai
suatu bagian integral dari alam rohani. Alam rohani yang dimaksud adalah kondisi dimana
setiap jiwa dan pribadi dapat dikembangkan sesuai tingkat pembelajaran yang diperolehnya
dari lingkungan dan sekitarnya. Menemukan jati diri adalah kata kunci dari pengertian
pendidikan Herman H. Horne. Sebab, manusia yang sudah mengenal jati dirinya akan
berusaha mengidentifikasi diri dan menyeleksi hal-hal lain di luar dirinya. Interaksi antara
diri dan hal-hal lain menjadi suatu proses penyesuaian diri atau pendidikan.Namun, lebih jauh
lagi, pendidikan tidak hanya menumbuhkan melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir.
Pendidikan juga tidak hanya suatu proses yang sedang berlangsung melainkan suatu proses
yang berlangsung ke arah sasarannya. Dalam pengertian analisis, pendidikan pada hakikatnya
adalah membentuk kemanusiaan dalam citra Tuhan.Dengan kata lain, proses penyesuaian diri
maupun aktifitas belajar dari lingkungan sekitar memiliki tujuan akhir yang jelas. Tujuan
akhir ini bisa disebut pula sebagai visi dalam pendidikan.
Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan menusia kepada kehidupan yang
baik (sesuai dengan ajaran Islam) dan mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya.Tidak ada definisi mutlak tentang
pendidikan Islam. Namun, ini merupakan usaha untuk memetakan konsepsi tentang apa yang
harus ditempuh tenaga pendidik, tujuan kependidikan, dan hal-hal yang perlu dicapai.

Dari beberapa penjelasan tentang tujuan pendidikan Islam menurut pandangan para ahli
setidaknya terdapat ciri-ciri sebagai berikut;(1) mengarahkan manusia agar menjadi khalifah
Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yakni melaksanakan tugas untuk memakmurkan
dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan, (2) mengarahkan manusia agar dalam
melaksanakan tugas kekhalifahannya tersebut dalam rangka tujuan ibadah kepada Allah (3)
mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga dalam melaksanakan tugas
kekhalifahannya tidak disalahgunakan, (4) membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan
jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang dapat mendukung
keberhasilan dalam mengemban tugas sebagai khalifah, dan (5) mengarahkan manusia agar
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.Dengan demikian, sangat jelas bahwa
hakikat dari tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah membentuk manusia yang baik,
manusia yang beribadah kepada Allah serta mampu mengemban amanat dan tugasnya
sebagai khalifah di muka bumi.

8
Filsafat pendidikan Islam tentu sangat diperlukan sebagai aplikasi filsafat dalam
pendidikan. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pendirian lembaga pendidikan senantiasa
berhubungan dengan individu dan masyarakat yang menyelenggarakan dan mengkonsumsi
pendidikan.Oleh karena itu, pengelola pendidikan harus memahami filsafat pendidikan
sebagai basis penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan, termasuk di dalamnya metode
dalam pendidikan.Metode merupakan langkah atau cara menyelenggarakan pendidikan.
Karenanya, metode merupakan salah satu hal krusial yang perlu dirumuskan. Jadi sangat jelas
bahwa peran metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Namun
demikian, sejalan dengan pandangan Al-Qur’an bahwa manusia memiliki potensi yang luar
biasa baik dari aspek jasmani, jiwa, dan akal pikiran. Sehingga dalam menyampaikan materi
pendidikan yang bisa mencakup ketiga aspek baik kognitif, psikomotorik, maupun afektif
tentunya diperlukan pendekatan dengan metode yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.
dan lingkungan yang mendukung tercapainya keberhasilan proses pembelajaran bagi peserta
didik.

C. Kelebihan Jurnal
 Elemen Penelitian.
Jadi kelebihan dari jurnal ini adalah jurnal ini tersusun rapi dan tertata rapi dari pendahuluan
sampai akhir daftar pustaka judul nya berurut sesuai tempatnya. Dan jurnal ini juga terdapat
Ilustrasi klasifikasi sains modernnya, jadi kita lebih tau bagaimana klasifikasi nya. Materi
yang di bahas pada jurnal ini sangatlah bagus, isi antar bab dan antar pembahasan sangat
saling terkait. Bagian pada jurnal ini sangat lengkap seperi asbtrak, tinjauan pustaka, metode
penelitian, dsb. Cara penyampaian penulis dalam menyampaikan materi sangat baik sehingga
mudah dimengerti Jurnal ini juga menyediakan banyak referensi agar kita dapat memastikan
materi yang penulis bahas.
 Originalitas Temuan
Walaupun bukan penemu teori yang di bahas dalam jurnal, namun penulis sudah sangat baik
dalam membahas materi terkait filosofi pendidikan dalam islam. Dengan pengembangan
materi yang disertai cara penelitian yang sangat baik dapat membantu pembaca untuk
memahami isi jurnal.
 Kemutakhiran masalah
Masalah yang ditampilkan pada jurnal merupakan masalah nyata yang merupakan
fakta di lapangan, solusi yang diberikan pada jurnal ini juga sangat tepat dan akurat karena
didukung oleh penelitian-penelitian dan perhitungan-perhitungan.

 Kohesi dan Koherensi isi penelitian

9
Isi jurnal ini sangatlah saling terkait, dimana solusi yang diberiikan sangatlah koheren
dengan masalah yang dituliskan. Materi antar bab juga sangat saling terkait tanpa ada saling
menyalahkan.

D. Kekurangan Jurnal
Jadi kekurangan dari jurnal ini adalah
 jurnal ini tidak memiliki gambar yang memperjelas dari setiap contoh atau masalah,
sehingga kita kurang memahami contoh dari penjelasan tersebut.
 Banyaknya istilah asing pada jurnal ini yang tidak semua orang dapat dengan mudah
mengerti makna dari istilah tersebut.
 Tidak terdapatnya batasan masalah pada jurnal tersebut.

E. Saran

Jurnal ini cukup bagus, karena penyampaiannya tidak menggunakan bahasa yang sulit
sehingga pembaca tidak bosan untuk membaca jurnalnya, meskipun tidak menggunakan
daftar pustaka yang banyak, dengan penyampaian bahasa yang tidak sulit jurnal menjadi
semakin menarik dibaca. Didalam kelebihan jurnal ini agar lebih dipertahankan dan diperkuat
lagi dan mengenai kekurangan jurnal agar lebih diteliti lagi untuk mencapai hasil yang lebih
maksimal.

Saran kami kepada penulis untuk terus meningkatkan kemampuan dalam berkarya dan dapat
memperbaiki kekurangan yang ada. Saya harap penulis dapat menerima kritikan saya, saya
minta maaf apabila memiliki kesalahan dan kekurangan dalam penulisan CJR ini, saya
senantias mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca sekalian. Terima Kasih.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi Filosofi pendidikan Islam bercita-cita untuk membentuk manusia berdasarkan


pencocokan antara ketiganya dimensi akal, pikiran dan keyakinan agama, Dengan keyakinan
bahwa Keharmonisan di antara dimensi-dimensi itu dapat tercapai nilai-nilai manusia dalam
kenyataan.
Pendidikan ini percaya bahwa kemajuan kehidupan manusia adalah kewajiban setiap Muslim,
pencapaian kemajuan dilakukan oleh aktivisme dari tiga dimensi, yaitu produksi epistemologi
harus bergantung pada eksperimental dan rasional metode, sedangkan dimensi etika
merupakan referensi dan otoritas untuk setiap aktivitas manusia. Demikian, Pengetahuan dan
sains memiliki peran fungsional yang datang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi
umat manusia.
Oleh karena itu, Pendidikan Islam sadar akan pentingnya pemikiran pembangunan dan
otonomi pribadi dalam rangka mencapai nilai ideal. Ini berlaku terus negasi terhadap realty
dalam tujuan untuk mengubah dan meningkatkannya menuju yang lebih baik kehidupan
manusia.
Jurnal ini merupakan suatu contoh penulisan jurnal yang sangat bagus dalam segi
penulisan, isi, referensi yang disajikan sehingga sangat bermanfaat dalam membantu
mahasiswa untuk menambh wawasan. Namun dari segudang keunggulannya jurnal ini juga
memiliki kekurangan diantaranya tidak meyertakan batasan masalah dan kemurnian
penelitian.

Referensi
The Holly Quran.
Al-Fakhoury Hanna, al Jar Khalil. Sejarah Sejarah Arab. Voll.3. Beirut, 1993.
A. L. Tibawi. Pendidikan Islam. New York. Crane, Perusahaan Russak.1972.
Al-Ghazali, Mizan al-'Amal. Pengantar oleh Ali Abu Milhem, Dar wa Maktabat al-Hilal,
Beirut, 1995, P. 222
Al-Ghazali, Ihya'a 'Ulum al-Din, Vol. 3, Dar al-Fikr, Beirut, 1983.
J.M halstead. "Konsep Pendidikan Islam". Jurnal Pendidikan Komparatif. Vol.40. No.4.
November

11
2004.
William E. H. Lecky. Sejarah Kebangkitan dan Pengaruh Roh Rasionalisme di Eropa.
London, 1865.
Vol.11.
Ibnu Taimiyyah, al-Radd 'ala al-Matiqiyyin, Vol. 1: Pendahuluan oleh Rafiq al''Ajam. Beirut,
1993.
Hallaq. B Wael. Teori Hukum Islam. Cambridge, Cambridge University Press, 1997.
Majid Fakhry. Sejarah Filsafat Islam. Columbia University Press. New York. 2004.
Mansoor A. Quraishi. Beberapa Aspek Pendidikan Muslim. Baroda. Universitas Baroda.
1970.
Mahar Abdul Haq. Filosofi Pendidikan Al-Qur'an Suci. Lahore. Institut Kebudayaan
Islam.1990.
Maulana Taqi Amini. Dasar-dasar Ijtehad. Delli, Idarah-1 Adabiyat-1 Delli. 2009.
Mohsen Kadivar, “Suara dalam Islam.” Sejarah Saat Ini, Vol. 104, No. 678, Mei 2005.
Manzoor. Ahmad. Rasionalisme Islam di Benua Subkontinen. Lahore. 1984.
Oliver Leaman. Filsafat Islam. Tekan Politi. Cambridge, U.K. 2009.
Wan Mohd Nor Wan Daud. Filosofi Pendidikan dan Praktek Syed Muhammad Al-Attas.
ISTAC.
Kula Lumpur. 1998.
S.M. Ziauddin Alavi. Pemikiran Pendidikan Islam di Abad Pertengahan. Atlantik, New
Delhi. 1988.
Tariq Ramadan, Muslim Barat dan Masa Depan Islam. Oxford University Press, 2004.
Turabi Hasan. Tajdid Usul L-Fiqh al-Islami. Beirut dan Khartoum. Dar al-Fikr, 1980.

LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai