Anda di halaman 1dari 27

Pengertian Spektrofotometri

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Spektrofotometri adalah sebuah


metode di dalam analisis kimia yang berguna untuk mengukur konsentrasi
sampel secara kuantitatif. Namun dalam analisisnya, itu semua harus
didasari dari interaksi materi dengan cahaya.
Biasanya, cahaya yang diserap oleh materi akan diukur. Sebutannya
adalah Transmitans atau juga Absorbans. Dari namanya, memang terlihat
bahwa itulah cahaya yang diserap oleh materi. Namun di dalam analisis
berdasarkan Spektrofotometri, ada tiga daerah dari panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan. Dimulai dar
 Daerah UV (200-380 nm)
 Daerah Visible (380-700 nm)
 Daerah Inframerah (700-3000 nm)
Jadi dalam Spektrofotometri sendiri, hasil yang diolah sudah pasti memiliki
pengukuran yang berbeda. Itu semua tergantung dari bagaimana cahaya
yang diserap oleh materi lalu kemudian diukur. Agar bisa lebih maksimal
lagi, maka perlu juga pengetahuan mendalam tentang prinsip kerja
Spektrofotometri.
 Prinsip Kerja Spektrofotometri
Dalam analisa kimia, pasti selalu ada prinsip kerja yang dimiliki oleh
masing-masing  metode. Untuk prinsip kerja Spektrofotometri sendiri,
semuanya berdasarkan hukum Lambert-Beer. Jadi ketika cahaya
monokromatik  masuk atau melalui sebuah media yang merupakan larutan,
maka ada tiga hasil yang bisa terlihat. Pertama, sebagian cahaya tersebut
akan diserap. Kedua, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali. Ketiga,
sebagian cahaya juga akan diteruskan.
Dalam prinsip kerjanya, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
bisa menghasilkan hasil analisa yang maksimal:
 Radiasi yang dipakai sudah pasti harus monokromatik
 Tidak adanya pengaruh molekul lain ketika sinar tersebut diserap
oleh larutan yang juga memiliki molekul lainnya.
 Radiasi yang diserap oleh sampel tidak akan menimbulkan reaksi
kimia apapun
 Larutan yang diukur harus benar-benar jernih. Hal ini harus dipenuhi
agar tidak adanya hamburan cahaya yang disebabkan partikel-
partikel koloid yang ada di dalam larutan.
 Konsentrasi analit harus termasuk rendah. Jika tinggi, maka bisa
mengganggu kelinearan dari grafis absorbansi yang beradu dengan
konsentrasi.
Alat Untuk Spektrofotometri
Untuk bisa menjalankan analisis Spektrofotometri, maka dibutuhkan alat
bernama Spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur absorbansi dengan metode khusus, melewatkan cahaya
pada panjang gelombang tertentu pada suatu obyek dari kaca atau kuarsa.
Obyek ini dikenal juga dengan istilah kuvet.
Karena Spektrofotometer adalah alat yang begitu penting, maka sudah
tentu fungsinya pun demikian. Dari ulasan sebelum ini, dapat disimpulkan
bahwa fungsi Spektrofotometer adalah melakukan analisis serta
penghitungan seberapa besar konsentrasi senyawa yang terkandung pada
sampel tertentu.
Alat ini menjadi penting untuk mengetahui kandungan-kandungan penting
dalam sampel yang diperlukan dalam banyak industri. Beberapa di
antaranya seperti industri medis, industri pangan, dan industri kecantikan.

Prinsip Dasar Analisis Gravimetri


Analisis Gravimetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan.
Metode analisis gravimetri adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran berat, yang melibatkan pembentukan, isolasi dan pengukuran berat dari
suatu endapan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin
diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian
dilakukan pengendapan.  

Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti :

aA + rR → AaRr 

Dimana a adalah molekul analit A yang bereaksi dengan sejumlah r molekul R


menghasilkan produk AaRr, yang pada umumnya merupakan zat yang tidak dapat larut
atau sangat sedikit larut, dan dapat ditimbang setelah pengeringan atau yang bisa
dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian ditimbang.
Sebagai contoh, kalsium bisa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan
kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida:

Ca2+ + C2O42- → CaC2O4 (s)

CaC2O4 (s) → CaO (s) + CO2 (g) + CO (g) 

Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan.


Tidak semua cara gravimetri didasarkan pada pembentukan endapan, ada juga yang
didasarkan pada pengusiran suatu komponen sebagai gas, lalu hasil reaksi itu
ditimbang. Misalnya, penentuan karbonat dapat dilakukan dengan penambahan asam,
sehingga karbonat terurai menjadi gas CO2 lalu gas CO2 ini ditangkap dan ditimbang.

Jenis-Jenis Analisis Gravimetri


1) Gravimetri Penguapan
Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponen-
komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam
metode ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau
penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah
menguap atau penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang
diinginkan tidak mudah menguap.

Dalam cara evolusi bahan direaksikan, sehingga timbul suatu gas. Caranya dapat
dengan memanaskan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi. Pada
umumnya yang dicari adalah banyaknya gas yang terjadi.

Berdasarkan pembentukan suatu gas, gravimetri dibedakan menjadi 2 cara:

a) Gravimetri Penguapan Tidak langsung

Gravimetri dapat digunakan dalam analisis kadar air. Kadar air bahan bisa ditentukan
dengan cara gravimetri evolusi langsung ataupun tidak langsung. Bila yang diukur ialah
fase padatan dan kemudian fase gas dihitung berdasarkan padatan tersebut, maka
disebut gravimetri evolusi tidak langsung. 

Metode penguapan tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan kadar air (hidrat)
dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum
dipanaskan merupakan berat senyawa dan berat air kristal yang menguap. Pemanasan
untuk menguapkan air kristal adalah 105 -130oC, garam-garam anorganik banyak yang
bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air
kristal. 

Contoh lain adalah penentuan karbonat. Karena pemanasan, karbonat terurai dan
mengeluarkan gas CO2. Berat gas juga ditentukan dengan menimbang bahan sebelum
dan sesudah pemanasan.
b) Gravimetri Penguapan Langsung

Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan yang khusus untuk gas
yang besangkutan. Sebenarnya yang ditimbang ialah bahan penyerap itu, yaitu sebelum
dan sesudah penyerapan sedangkan berat gas diperoleh sebagai selisih kedua
penimbangan. 

Pada penentuan kadar air, maka uap air yang terjadi dilewatkan tabung berisi bahan
higroskopis yang tidak menyerap gas-gas lain. Berat tabung dengan isi sebelum dan
sesudah uap diserap menunjukkan jumlah air. Untuk penentuan karbonat yang tidak
dapat terurai karena dipanaskan, maka karbonat yang bersangkutan direaksikan,
misalnya dengan menambah HCl. CO2 yang terjadi dilewatkan pada tabung berisi bahan
yang hanya menyerap CO2. Berat tabung dengan isi sebelum dan sesudah menyerap
gas memberikan berat CO2. 

Penguapan cara langsung lebih sulit, karena harus diusahakan jangan sampai ada gas
yang tidak melewati tabung, misalnya karena kebocoran dalam alat. Misalnya pada
penentuan kadar air, mungkin bukan hanya air yang menguap, tetapi juga zat-zat yang
titik didihnya rendah ikut menguap.

2) Gravimetri Pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang secara
kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan
reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki
kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan
cara menimbang.

Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring
(kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang
mengandung ion sejenis dengan ion endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan
pengotor yang terdapat dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan
yang terbentuk dikeringkan pada suhu 100 - 130 oC atau dipijarkan sampai suhu 800oC
tergantung suhu dekomposisi dari analit.
Pengendapan kation misalnya, pengendapan sebagai garam sulfida, pengendapan nikel
dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida atau logam hidroksida dengan
mengatur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara berlebihan untuk
memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.

Gravimetri cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan


endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetri
dibedakan menjadi dua macam:

a) Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan suatu pereaksi, endapan
biasanya berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan,
bahan pengendapnya mungkin anorganik atau organik. Cara inilah yang biasanya
disebut gravimetri.

b) Endapan dibentuk secara elektrokimia, dengan perkataan lain analat dielektrolisa,


sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasanya disebut elektrogravimetri.
Dengan sendirinya umumnya kation yang dapat diendapkan.

3. Gravimetri Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi
endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus
listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi
menjadi logam dengan bilangan oksidasi nol.

Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya, misalnya


mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi. Cara
elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam
terlarut cukup besar seperti air limbah.

Share this

 Google    Facebook    Twitter    More


Author : Guru Kimia
RELATED POSTS

Analisis Titrimetri, Pengertian, Prinsip Dasar dan Persyaratan Analisis Analisis titrimetri/
volumetri/ titrasi merupakan analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis den


8 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang Harus Digunakan Saat Bekerja di
LaboratoriumSetiap pekerja diwajibkan memakai alat pelindung diri (APD) karena pada dasarnya APD
merupakan sistem pengaman terakhir


Titrasi Argentometri Metode Volhard, Prinsip Dasar, Prosedur Kerja, dan Penerapan
dalam AnalisisPada metode volhard larutan garam perak dititrasi dengan larutan garam tiosianat di dalam
suasana asam, sebagai indikat


Pengertian, Jenis dan Contoh Perubahan FisikaPengertian Perubahan FisikaPerubahan fisika adalah
perubahan pada mataeri yang tidak menghasilkan zat baru. Sedangkan p
NEXT
Unik, Ilmuan Ciptakan Batu Bata dari Air Kencing Manusia

PREVIOUS
3 Langkah Kerja Dalam Menimbang Dengan Neraca Analitik Agar Hasil Timbang Akurat Dan Presisi

Emoticon


3 Langkah Kerja Dalam Menimbang Dengan Neraca Analitik Agar Hasil Timbang Akurat Dan
Presisi


Prinsip Kerja, Bagian-Bagian dan Ketelitian Neraca Teknis (Neraca Tiga Lengan)


Bagian-Bagian, Ketelitian dan Fungsi Neraca Analitik Digital

POSTINGAN POPULER


3 Langkah Kerja Dalam Menimbang Dengan Neraca Analitik Agar Hasil Timbang Akurat Dan
Presisi


Prinsip Kerja, Bagian-Bagian dan Ketelitian Neraca Teknis (Neraca Tiga Lengan)


Bagian-Bagian, Ketelitian dan Fungsi Neraca Analitik Digital


Analisis Proksimat dan Contoh Penerapan Analisis Proksimat

Perbedaan Analisis Kimia Kualitatif dan Kuantitatif

KATEGORI INFORMASI
Analisis KualitatifAnalisis KuantitatifInfo KimiaInfo LombaInfo PendidikanInternasionalKimia AnalisisKimia
DasarKimia IndustriKimia LarutanKimia LingkunganKimia MakananKimia ObatKimia
OrganikMateriNasionalPendidikanTeknologiTips dan Trik

Copyright © 2020 Info Kimia All Right Reserved

Created by Arlina Design

Distributed By Gooyaabi Templates

agungm92
 Beranda ▼
Jumat, 08 Juni 2012

Praktikum 1 Titrasi Potensiometri

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Teknik analisis kimia terus dikembangkan menjadi lebih canggih dan minimalis ukurannya.
Potensiometri merupakan salah satu metode elektroanalisis yang terus dikembangkan. Elektroda
yang digunakan dalam potensiometri harus berbeda agar dapat menimbulkan beda potensial yang
dapat terukur oleh voltmeter. Pengembangan dari teknik analisis potensiometri berawal dari
penggantian elektroda indikator dengan penggunaan dua elektroda reference. Beda potensial yang
muncul pada kedua elektroda disebabkan karena membran yang berada pada salah satu
elektrodanya. Elektroda reference yang digunakan harus bekerja berdasarkan hukum Nernst.
Potensial yang dihasilkan konstan dalam berbagai waktu dan tidak terpengaruh temperatur. Selain
itu elektroda reference yang digunakan harus reversibel dan bersifat inert.
Elektroda indikator yang sering digunakan adalah pH meter. Sensitifitas elektroda ini
terhadap H+ dapat dimanfaatkan untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit. Cara yang
ditempuh dengan titrasi menggunakan titran yang sesuai dan menggunakan elektroda indikator yang
sesuai juga. Praktikum ini akan mencoba suatu metode yang merupakan salah satu metode
potensiometri yang dilakukan secara tidak langsung atau biasa disebut titrasi potensiometri.

1.2  Tujuan

Mempelajari prinsip analisis dengan metode titrasi potensiometri

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet  (MSDS)

2.1.1 HCl

HCl atau asam klorida merupakan golongan asam kuat. Asam ini memiliki massa molar 36,46
g/mol. Asam ini merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam air. Wujudnya cair, tidak
berwarna, dan bau menyengat.  Hal yang perlu diperhatikan adalah sifat korosifnya
terhadap jaringan tubuh dan beracun bila dikonsumsi. Asam klorida akan menimbulkan
permasalahan pada sistem pernapasan, mata, kulit, paru-paru. Jika terjadi kecelakaan pada
penggunaannya cari pertolongan  medis profesional setelah tindakan pertolongan
pertama dilakukan. Jika mengenai mata segera siram mata dengan air berlebih selama 15 menit,
mengangkat kelopak mata bawah dan atas sesekali. Jika kontak dengan kulit maka segera siram
kulit dengan air mengalir selama 15 menit dan sesaat kemudian melepaskan pakaian yang
terkontaminasi. Jika tertelan hubungi pihak medis segera. Jangan memaksakan muntah. Bilas
mulut dengan air dingin. Berikan korban 1-2 cangkir air atau susu untuk diminum. Jika masuk ke
saluran  pernafasan pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan
buatan (Anonim, 2012).

2.1.2 NaOH

Natrium hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api atau soda kaustik
merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali yang kuat ketika
dilarutkan dalam air. Dalam bidang industri senyawa ini digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun, maupun deterjen. NaOH mempunyai massa
molar 39,99 gram/mol dan berwujud kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air
atau uap air dalam keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm 3 pada
wujud padat. Titik leleh dan titik didih dari natrium hidroksida berturut-turut adalah 318 oC dan
1390oC. NaOH sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu 20oC. Tingkat kebasaan
(pKb) dari senyawa ini adalah -2,43. Natrium hidroksida tersedia dalam bentuk pellet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50 %. Senyawa ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap
karbon dioksida dari udara bebas. Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan metanol. Senyawa ini dapat
menyebabkan luka bakar pada mata yang memungkinkan menimbulkan kebutaan atau
menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa menyebabkan luka bakar pada kulit. Ketika
tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan perncernaan. Natrium hidroksida juga
menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas, dan memungkinkan terjadinya koma. Jika
terkena kulit secara terus menerus dan jangka waktu lama dapat menyebabkan dermatitis.
Pertolongan yang seharusnya diberikan adalah segera membilas mata dan kulit dengan air bersih
selama kurang lebih 15 menit. Jika terkena pakaian segera dilepas dan diganti dengan pakaian yang
bersih. Jika tertelan berikan segelas air namun jangan berikan makanan lewat mulut sebelum ada
perintah dari petugas medis. Jika terhirup, korban dibawa ke udara terbuka dan jika tidak bernafas
maka diberikan oksigen untuk membantunya. Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada tempat
yang tertutup agar tidak terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang
sejuk dan kering (Anonim, 2012).

2.1.3 Soda Kue

Soda kue memiliki rumus molekul NaHCO3 atau biasa disebut baking soda  dan sodium
bicarbonate. Massa molar dari soda kue adalah 84,01 g/mol. Padatan dari soda kue ini berwarna
putih sedangkan jila dilarutkan dalam air menjadi tidak berwarna. Potensi efek kesehatan akutnya
sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan), kontak
mata (iritan), menelan, dari inhalasi. Potensi efek kesehatan kronis tidak tersedia. Efek
mutagenik dan efek teratogenik tidak tersedia. Penggunaan berulang atau berkepanjangan tidak
diketahui memperburuk kondisi medis. Tindakan pertolongan pertama jika kontak mata maka
periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Jika kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan
banyak air sekurang kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan untuk
membasuhnya. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi. Jika mengenai kulit maka cuci dengan
sabun dan air. Tutup kulit yang teriritasi dengan yang bersifat lunak. Dapatkan bantuan medis
jika iritasi berkembang. Akibat kontak kulit serius tidak tersedia. Jika terhirup, pindahkan ke udara
segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen. Dapatkan bantuan medis. Jika tertelan jangan mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan
berbuat demikian oleh tenaga medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut
kepada orang di bawah sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat
pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul (Anonim, 2012).

2.2 Titrasi Potensiometri

Metode elektroanalitik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

ü  Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara pengukuran potensial
dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.

ü  Voltametri dan polarografi merupakan metode penelaahan komposisi larutan elektrolit encer dengan
mengalurkan kurva arus-tegangan. Voltametri adalah nama umum, sedangkan polarografi khusus
mengacu pemakaian elektroda tetes merkuri. Pada amperometri kedua elektroda dapat
terpolarisasi.

ü  Coulometri merupakan metode analisis yang meliputi pemakaian hukum elektrolisis Faraday.

ü  Konduktometri merupakan metode yang menggunakan due elektroda inert dan konduktansi elektrolit
antara kedua elektroda ini diukur.

ü  Oscillometri meruapak metode yang menggunakan sumber arus bolak-balik berfrekuensi tinggi,
perubahan konduktansi dan tetapan dialektrikum.

ü  Kronopotensiometri merupakan metode menguunakan arus yang konstan dan diketahui dilewatkan
melalui larutan, potensial terbentuk antara dua elektroda dan larutan yang diamati sebagai fungsi
waktu.

ü  Pemisahan dengan logam terkendali merupakan metode dengan bermacam spesies dapat dipisahkan
secara kuantitatif dengan oksidasi atau reduksi elektrolitik pada suatu elektroda dengan potensial
yang benar-benar terkendali (Khopkar, 1990).

Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu
sensor atau elektroda. Dalam teknik ini suatu membran Sensor atau permukaan sensor berfungsi
sebagai setengah sel elektrokimia, yang menimbulkan potensial yang sebanding dengan logaritma
dari aktivitas atau konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada
keadaan tidak ada arus melalui sel. Sel elektrokimia yang lengkap, potensial sel dapat ditentukan
dengan persamaan :

Esel = Eind - Eref + Ej

dengan:

Esel       = potensial sel

Eind      = potensial elektroda indikator


Eref       = potensial elektroda referensi

Ej         = potensial dari liquid juntion

Sedangkan potensial dari elektroda indikator mengikuti persamaan:

Eind = Konstanta + 2,303RT/zF log a

dengan:

2,303RT/zF= faktor Nernst

z          = muatan dari ion

a          = aktivitas ion

(Tim Kimia Analitik, 2012).

Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda


indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur potensial pada elektroda
indikator harus digunakan elektroda standar yaitu berfungsi sebagai pembanding yang mempunyai
harga potensial tetap selama pengukuran. Elektroda indikator ini sebagai elektroda pengukur dan
elektroda yang dicelupkan merupakan elektroda pembanding. Elektroda indikator merupakan
elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan proses
pemilihannya berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan (Gandjar, 2007).

Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara potensial


elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini berguna untuk
menentukan titik setara suatu titrasi secara instrumental  sebagai pengganti indikator visual. Contoh,
pada titrasi asam-basa, redoks, kompleksometri, dan pengendapan. Alat yang digunakan untuk
melakukan percobaan ini adalah potensiometer atau pH meter dengan elektroda kerja dan referensi
yang tercelup dalam larutan yang diukur (Hendayana, 1994).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan
menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan
yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara
potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok
untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi


pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi
pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion
terhidrasi dari larutan.  Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat
dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda
indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi   harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks
dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat
(KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi
secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).

Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil
volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri
tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam
basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka
akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida
akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat
digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

Salah satu metode potensiometri adalah potensiometri tidak langsung atau lebih dikenal
sebagai titrasi potensiometri. Dimana komponen yang akan ditentukan konsentrasinya dtitrasi
cengan titran yang sesuai dan elektroda indicator digunakan untuk mengikuti perubahan potensial
akibat titrasi. Plot antara potensial elektroda dengan volume titrasi akan berupa kurva sigmold,
dimana titik ekivale dapat ditentukan dari kurva tersebut (Tim Kimia Analitik, 2012).

Titik akhir titrasi dalam titrasi potensiometri dideteksi dengan menetapkan volume pada
saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambah titran. Untuk titrasi yang
menggunakan suatu elektroda kaca dapat digunakan untuk semua reaksi titrimetri, misalnya asam
basa, redoks, pengendapan dan pembentukan kompleks. Titrasi ini dapat dilakukan dengan tangan,
ataupun prosedur itu diotomatiskan. Dalam titrasi tidak otomatis, potensial diukur setelah
penambahan tiap tetes berurutan dari titran dan pembacaan yang diperoleh dari volume titran
dibuat kurva titrasi. Jika digunnkan elektoda kaca, diperlukan piranti ukur dengan impedansi
masukan yang tinggi karena resistan kaca yang tinggi. Namun sebagian besar telah menggunakan pH
meter. Karena pH meter ini digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam hal-hal
tertentu penggunaannya tidak diwajibkan (Underwood,1986).

Titrasi potensiometri biasanya tidak diperlukan potensial–potensial mutlak ataupun


potensial relatif terhadap suatu separuh sel standar, dan pengukuran dilakukan sementara titrasi
berlangsung. Titik ekuivalensi reaksi akan ditunjukkan oleh perubahan potensial e.m.f. suatu
elektroda haruslah konstan potensialnya meskipun tidak perlu diketahui, elektroda lain harus
berperan sebagai indikator perubahan konsentrasi ion dan haruslah merespons dengan cepat
(Basset, 1994).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

-          Elektroda pH

-          mV/pH meter

-          Stirrer magnetik dan anak stirrernya

-          Gelas beaker 150 mL

-          Buret 50 mL

-          Botol Semprot

3.1.2 Bahan

-          Buffer pH 4 dan 7

-          Larutan HCl baku 0,1 M

-          Soda kue

-          Akuades

-          Laarutan baku NaOH 0,1 M

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Kalibrasi pH meter


3.2.2 Standarisasi HCl
3.2.3 Penentuan Soda Kue

 
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Titrasi NaOH dengan HCl

Penambahan pH larutan

1 mL HCl ke- Pengulangan 1 Pengulangan 2

Awal (0) 12,510 12,485

1 12,465 12,429

2 12,427 12,377

3 12,382 12,332

4 12,345 12,297

5 12,305 12,250

6 12,265 12,201

7 12,224 12,155

8 12,181 12,106
9 12,133 12,048

10 12,086 11,996

11 12,030 11,946

12 11,969 11,885

13 11,904 11,817

14 11,831 11,746

15 11,761 11,658

16 11,671 11,566

17 11,573 11,306

18 11,440 11,105

19 11,265 10,790

20 11,013 10,175

21 10,527 9,423

22 9,732 7.100

23 7,757 7,050

24 5,405 5,470

25 2,665 2,510

4.1.2 Tabel Titrasi Na2CO3 dengan HCl

Penambahan pH larutan

1 mL HCl ke- Pengulangan 1 Pengulangan 2

Awal (0) 8,890 8,890

1 8,812 8,737

2 8,657 8,613
3 8,441 8,404

4 8,095 8,073

5 7,611 7,602

6 7,265 7,265

7 7,060 7,055

8 6,911 6,905

9 6,790 6,783

10 6,690 6,685

11 6,605 6,610

12 6,534 6,529

13 6,468 6,462

14 6,407 6,402

15 6,350 6,343

16 6,288 6,286

17 6,233 6,230

18 6,180 6,179

19 6,128 6,133

20 6,078 6,074

21 5,020 6,026

22 5,962 5,974

23 5,908 5,927

24 5,856 5,876

25 5,802 5,820

4.1.3 Kadar Na2CO3 dan NaHCO3


Na2CO3 73,83%

NaHCO3 58,52%

4.2 Pembahasan

Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu
sensor atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan sensor berfungsi sebagai setengah
sel elektrokimia yang menimbulkan potensial sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau
konsentrasi ion yang dianalisis.  Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada
arus melalui sel. Potensiometri ini bekerja berdasarkan hukum Nernst.

Prinsip dasar dari metode potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan dengan
menggunakan elektroda dengan zerro current. Sementara titrasi potensiometri merupakan salah
satu bentuk pengembangan dari metode ini dengan penggunaan titrasi dalam penambahan suatu
larutan.

Praktikum kali ini adalah titrasi potensiometri. Sementara yang dilakukan dalam praktikum
ini mengkalibrasi pH meter, kemudian standarisasi HCl, dan penentuan kadar NaHCO 3 dan
Na2CO3 dalam soda kue.

Titrasi potensiometri merupakan analisis volumetri. Analisis volumetri biasanya diperlukan


larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar dengan larutan lain yang telah
diketahui pasti konsentrasinya disebut standarisasi atau membakukan. Larutan standar adalah
larutan yang diketahui konsentrasinya yang akan digunakan pada analisis volumetri. Ada dua cara
menstandarkan larutan yaitu:

1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian
diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar
primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.

2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian
melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan
standar primer, disebut larutan standar skunder.

Sementara tujuan dari standarisasi adalah mengetahui konsentrasi pasti dari suatu larutan.
Belum tentu konsentrasi suatu larutan akan tetap jika telah dibiarkan dalam waktu lama. Sebagai
contoh NaOH yang beersifat higroskopis atau mudah mengikat uap air dan air sehingga jika dibiarkan
terlalu lama maka konsentrasinya akan berubah. Beberapa zat yang dapat digunakan untuk larutan
standar primer, harus memenuhi persyaratan seperti mudah diperoleh dalam bentuk murninya,
stabil, dan mudah dikeringkan atau tidak higroskopis.
Titrasi potensiometri pada umumnya sama seperti titrasi yang lainnya oleh karena itu
reaksi yang terjadi pada titrasi potensiometri ini harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat
dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selanjutnya, reaksi harus sederhana dan diketahui
dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan. Reaksi harus berlangsung secara
sempurna sehingga akan memudahkan dalam penetapan konsentrasi ataupun perhitungan.

Sebelum digunakan pH meter yang merupakan elektroda kaca bersifat sensitif terhadap ion
+
H  akan dikalibrasi menggunakan larutan KCl. Proses ini bertujuan agar skala yang ditunjukkan pada
pH meter adalah benar. KCl merupakan garam yang bermuatan netral sehingga sering digunakan
untuk mengkalibrasi pH meter.

Set alat titrasi potensiometri otomatis dirangkai sedemikian rupa sehingga penambahan
larutan HCl dapat dilakukan untuk memulai titrasi. 25 mL larutan NaOH 0,1 M ditempatkan pada
wadah yang tersedia dan ditetesi (ditambahkan) 1 mL HCl untuk kemudian diukur pH pada tiap-tiap
penambahan hingga 25 mL HCl yang digunakan. Setiap dilakukan penambahan maka larutan
dihomogenkan dengan cara mengaduk secara otomatis menggunakan alat yang disediakan. Tujuan
dari penghomogenan ini adalah menyamakan pH disetiap bagian larutan. Hal ini karena
penambahan larutan HCl sebanyak 1 mL hanya terjadi pada sebagian bagian saja, untuk
mempercepat reaksi penggaraman dan pengukuran pH secara merata pada tiap bagian maka
dilakuakan pengadukan. pH yang ditunjukkan pada alat dicata dan kemudian diplotkan terhadap
volume HCl yang ditambahkan.

Titik ekivalen titrasi merupakan suatu titik dengan jumlah mol titran dan titrat pada titik
tersebut adalah sama atau ekivalen. Sebagai contoh 1 mol NaOH akan memiliki titik ekivalen jika
sudah tercapat 1 mol HCl yang ditambahkan. Titik ekivalen digunakan sebagai titik akhir titrasi
dengan bantuan indikator untuk mendeteksi titik akhir tersebut.

Jika diplotkan pada skema standarisasi HCl didapatkan grafik

Titik ekivaelen dari grafik tersebut dapat ditemukan dengan cara menentukan garis linearitas sesuai
dengan data yang ada. Titik ekivalen tersebut diketahui pada garis linear yang memotoh grafik
tersebut. Berdasarkan grafik di atas maka titik ekivalennya adalah 22 mL HCl karena pada titik
tersebut terjadi perpotongan. Grafik tersebut menginformasikan bahwa pH dari larutan NaOH yang
dititrasi menggunakan larutan HCl lama kelamaan akan turun. Hal ini dikarenakan terbentuknya
garam NaCl sehingga konsentrasi NaOH menurun akibat sebagian NaOH ternetralkan oleh asam HCl.
Reaksinya adalah

NaOH (aq) +HCl (aq) à NaCl (aq) + H2O (aq)

Penurunan pH mula-mula terjadi sedikit demi sedikit, kemudian saat mendekati titik ekivalen
penurunan menjadi drastis. Oleh karena itu, titrasi harus dilakukan secara hati-hati. Namun karena
penggunaan mesin kesalahan dalam penambahan titran dapat diminimalisir. Ketika titik ekivalen
diketahui, maka konsentrasi HCl dapat diketahui yaitu dengan menggunakan persamaan V 1 M1 =
V2 M2. Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi larutan HCl adalah 0,11 M.

            Setelah HCl sudah diketahui konsentrasinya, larutan tersebut digunakan untuk menitrasi
Na2CO3 untuk diketahui kadarnya. Reaksi yang terjadi adalah

Na2CO3 (aq) +HCl (aq) à NaCl (aq) + NaHCO3 (aq)

Mula-mula pH dari larutan yang terbuat dari soda kue adalah 8,8 kemudian lama kelamaan turun.
Hal ini dikarenakan basa Na2CO3 dalam soda kue ternetralkan oleh HCl. Jika digambarkan grafik maka

Titik ekivalen bergasarkan grafik tersebit berada pada 19 mL. Hal ini dapat diketahui dengan
perpotongan grafik dengan garis linieritas. Kurva yang dihasilkan tidak terlalu curam seperti halnya
titrasi HCl dengan NaOH halll ini dikarenakan soda kue merupakan basa yang lemah jika
dibandingkan NaOH. Dengan menggunakan persamaan V1 M1 = V2 M2. Maka konsentrasi
Na2CO3 dapat diketahui. Namun karena yang akan dicari adalah kadar maka diperlukan persamaan
mol. Mol HCl dan mol Na2CO3 saat titik ekivalen adalah sama. Dengan demikiam dapat digunakan
untuk mengetahui berat. Kadar dihitung dengan membagi dengan massa sampel dikalikan 100%.
Dari percobaan ini didapatkan kadar Na2CO3 dalam sampel adalah 73,83%. Mol NaHCO3 juga dapat
diketahui berdasarkan persamaan reaksi. Mol NaHCO3 terhadap mol Na2CO3 adalah satu banding
satu. Oleh karena ini keduanya sama. Kadar dari NaHCO3 dalam sampel adalah 58,52%.

            Kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum dilakukan adalah ketidakbersihan alat untuk
titrasi seperti gelas tempat sampel pada mesin pencucian yang kurang bersih dapat menyebabkan
adanya zat sisa yang menempel. Selain itu, larutan NaOH bersifat higroskopis. Jika dibiarkan terlalu
lama maka kemungkinan akan engikat uap air di udara sehingga konsentrasinya dimungkinkan turun
dari semula yaitu 0,1 M.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

-          Prinsip dasar titrasi potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan dengan menggunakan
elektroda dengan zerro current secara titrasi.

-          Kadar Na2CO3 dalam sampel adalah 73,83% dan kadar NaHCO3 dalam sampel sebesar 58,52%.

5.2 Saran

-          Sebaiknya pembuatan larutan dari sampel diperhatikan betul jumlah pelarut yang ditambahkan
karena akan mempengaruhi konsentrasi.

-          Sebaiknya pencucian alat-alat yang hendak digunakan dilakukan dengan bersih dan dikeringkan
terlebih dahulu sebeelum digunakan kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Hidrochloride Acid (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9223456) diakses 14 April


2012 pukul 12.57 WIB.

Anonim. 2012. Sodium Hidroxyde (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9924120) diakses 14 April


2012 pukul 12.45 WIB.

Anonim. 2012. Sodium Bicarbonate (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9776623) diakses 14


April 2012 pukul 12.57 WIB.

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis dan Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Gandjar, Gholib Ibnu. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.


Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Rivai, Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Tim Kimia Analtik. 2012. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember: Universitas Jember.

Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

agungm92 di 22.41
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya

agungm92
Seseorang yang gak bisa nulis tapi nyoba-nyoba aja nulis diblog
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Titrasi
Titrasi merupakan suatu metode yang digunakan dalam kimia analitik untuk menentukan konsentrasi
suatu sampel analit dengan menggunakan suatu larutan standar yang telah diketahui terlebih dahulu
konsentrasinya. Dalam metode ini digunakan prinsip perbandingan antara sampel dengan standar
yang digunakan.

Analitik merupakan larutan yang tidak diketahui kadar konsentrasinya. Sedangkan larutan standar
juga disebut sebagai titran telah dibuat dengan konsentrasi tertentu yang presisi. Dalam titrasi,
pengukuran volume menjadi salah satu kunci penentuan konsentrasi larutan. Olah karena itu metode
ini juga dikategorikan sebagai analisis volumetrik dimana volume titran tertentu akan bereaksi dengan
analit selama proses titrasi.

Dalam analisis dengan metode titrasi banyak hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil
yang akurat. Hal itu seperti pengukuran volume dengan teliti, penggunaan reagen yang tidak rusak,
dan penentuan titik akhir dengan jeli. Karena metode ini membutuhkan ketelitian tinggi dari seorang
analis sehingga dibutuhkan keterampilan tangan yang baik untuk melakukan analisis titrasi.

Jenis Titrasi
Dengan prinsip yang telah kita ketahui tersebut melahirkan banyak jenis titrasi yang mampu
diaplikasikan dalam berbagai jenis larutan.

Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa merupakan jenis titrasi yang paling sederhana dan paling umum dimana pada
metode ini memanfaatkan prinsip reaksi penetralan. Titran sebagai larutan yang telah diketahui
konsentrasinya akan bereaksi dengan analit yang belum diketahui konsentrasinya hingga didapatkan
pH larutaun yang netral dengan sempurna. Prinsip ini memungkinkan penentuan jumlah analit yang
bereaksi dengan titran sehingga dapat dihitung kadar konsentrasinya.

Dalam titrasi asam basa, digunakan indikator untuk mengetahui titik akhir titrasi. Indikator ini akan
menunjukkan bahwa larutan telah memiliki pH netral sehingga proses titrasi harus dihentikan. Titik
ekivalen titrasi tercapai ketika jumlah mol ion H+ dari asam sama dengan jumlah mol OH– dari basa.
Jenis titran pada titrasi ini menyesuaikan sampel analit yang akan diuji apakah basa atau asam.

Titrasi Redoks
Reaksi redoks atau reduksi oksidasi merupakan salah satu jenis reaksi kimia yang umum terjadi.
Reaksi ini dapat dimanfaatkan sebagai prinsip titrasi dimana suatu zat dapat direduksi dengan agen
pengoksidasi ataupun dapat dioksidasi dengan agen pereduksi.

Konsentrasi larutan analit dapat diketahui dengan spesi aktif yang bereaksi dalam titrasi redoks ini.
Sampel yang tidak diketahui konsentrasinya akan dititrasi dengan larutan standar sehingga partikel
sampel akan mengalami reduksi ataupun oksidasi.

Dalam titrasi redoks, terjadi transfer atau pertukaran elektron. Dimana ketika suatu zat mengalami
reduksi, maka akan terjadi penambahan elektron. Sedangkan ketika zat mengalami oksidasi, maka
elektron akan berkurang. Sama halnya dengan titrasi asam basa, titrasi redoks juga membutuhkan
indikator untuk menentukan titik akhir titrasi.

Titrasi Kompleksometri
Jenis titrasi yang lain yaitu kompleksometri dimana teknik ini melibatkan proses titrasi ion logam
dengan agen pengompleks ataupun ligan. Dalam titrasi kompleksometri akan terbentuk suatu
kompleks yang menunjukkan titik akhir titrasi.

Metode kompleksometri merepresentasikan penggunaan reaksi kompleksasi dalam kimia analitik.


Dalam metode ini, ion sederhana akan berubah menjadi ion kompleks dan titik ekivalen akan
ditentukan berdasarkan indikator logam ataupun secara elektrometri.

Titrasi Iodometri
Iodometri merupakan jenis lain analisis volumetrik titrasi. Metode ini didasarkan pada kemunculan
ataupun hilangnya iodin yang menunjukkan titik akhir titrasi. Reagen yang digunakan dalam titrasi
iodometri yaitu seperti natrium tiosulfat sebagai titran.

Sedangkan indikator yang digunakan untuk menunjukkan titik akhir biasanya yaitu larutan pati. Titik
akhir diketahui dengan terbentuknya kompleks berwarna biru yang merupakan kompleks antara iodin
dengan pati.

Prinsip reaksi ini didasarkan pada reduksi iodin menjadi iodida dengan adanya tiofulfat. Reaksi yang
terjadi yaitu sebagai berikut:
I2  + 2 S2O32-  → S4O62- + 2 I–

Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan merupakan jenis titrasi yang memungkinkan terjadinya reaksi pengendapan
dalam proses titrasinya. Seperti reaksi pengendapan pada umumnya, produk yang terbentuk dalam
titrasi ini yaitu suatu endapan.

Indikator yang digunakan pada titrasi pengendapan berbeda dengan titrasi asam basa dimana titik
akhir tidak dapat ditentukan dengan indikator seperti metil oranye. Ion CrO 42- ditambahkan dalam
jumlah kecil ke dalam larutan kalium kromat untuk digunakan sebagai indikator.

Titrasi Argentometri
Terdapat beberapa jenis titrasi argentometri seperti titrasi Mohr, Titrasi Fajan, dan titrasi Volhard.
Ketiga jenis titrasi ini menerapkan prinsip penentuan argentometri pada analit yang digunakan.
Seperti contohnya pada titrasi Mohr digunakan natrium kromat sebagai indikator untuk menentukan
jumlah ion klorida, bromida, dan sianida.

Titrasi Zeta Potensial


Titras zeta potensial merupakan salah satu metode titrasi dalam sistem heterogen yakni koloid,
emulsi, dan lain sebagainya sehingga metode ini tidak menggunakan jenis larutan. Dasar metode ini
yaitu berdasarkan luas permukaan yang tinggi material padatan dimana akan dilakukan studi zeta
potensial pada permukaan dibawah kondisi yang berbeda.

Dalam titrasi ini, zeta potensial merupakan indikator yang digunakan. Pengukuran zeta potensial
dapat dilakukan dengan microelectrophoresis, electrophoretic light scattering, atau electroacoustic
phenomena.

Titrasi Miscellaneous
Titrasi miscellaneous menjadi jenis titrasi yang banyak digunakan dalam bidang mikrobiologi. Titrasi
ini mampu menentukan konsentrasi virus ataupun bakteri dalam suatu sampel. Metode titrasi
miscellaneous didasarkan pada pelarutan sampel dengan rasio tertentu sehingga didapatkan larutan
yang menghasilkan tes negatif untuk keberadaan virus ataupun bakteri.

Contoh Titrasi
Karena menjadi metode konvensional yang sangat populer, titrasi memiliki sangat banyak kegunaan.
Saat ini metode titrimeti ini juga masih digunakan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan
instrumen kimia canggih untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan lebih mudah.

Namun pada umumnya, harga untuk instrumen tersebut sangat mahal sehingga lebih dipilih metode
konvensional titrasi yang membutuhkan biaya relatif lebih murah. Berikut ini contoh beberapa jenis
titrasi yang banyak digunakan.

Contoh Titrasi Asam Basa


Penentuan kadar HCl dalam suatu larutan dengan menggunakan titran NaOH merupakan contoh
paling sederhana titrasi asam basa. HCl sebagai asam kuat akan bereaksi dengan NaOH sebagai
basa kuat sehingga menghasilkan garam NaCl dan juga air sebagai produk akhirnya. Reaksi yang
terjadi dalam proses titrasi ini yaitu sebagai berikut :

NaOH + HCl → NaCl + H2O


Pada titrasi ini digunakan indikator fenolftalein (PP) dengan trayek pH 8.3-10 dimana titik akhir titrasi
atau ditunjukkan ketika warna larutan berubah menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa
basa yang digunakan telah berlebih sehingga bereaksi dengan PP menghasilkan warna merah muda.

Contoh Titrasi Redoks


Titrasi redoks banyak digunakan dalam penentuan ion logam seperti Ca, Mg, Zn, dan Fe dalam
larutan seperti pada industri farmasi. Selain itu juga digunakan untuk menentukan oksigen atau H 2O
terlarut dalam larutan. Ataupun untuk menentukan anion seperti Cl –, Br–, S2-, dan lain lain.

Contoh Titrasi Kompleksometri


Titrasi kompleksometri banyak digunakan dalam penentuan logam seperti Ca, Mg, Pb, Zn, Al, Fe, dll.
Pada umumnya digunakan suatu agen pengkhelat ataupun ligan seperti EDTA yang mampu
membentuk kompleks dengan logam tertentu.

Contohnya yaitu untuk penentuan logam Cu dalam suatu larutan dapat digunakan titran EDTA
dengan indikator alizarin. Titik akhir titrasi diketahui dengan perubahan warna merah menjadi kuning.

Contoh Titrasi Iodometri


Iodometri banyak digunakan dalam penentuan ion klorin dalam air. Klorin yang memiliki pH dibawah 8
akan mengoksidasi iodid menjadi iodin. Selain itu, penentuan vitamin C yakni asam askorbat juga
dapat dilakukan dengan metode titrasi iodometri. Kemudian contoh lain yakni analisis larutan
hipoklorit secara iodometri.

Contoh Titrasi Pengendapan


Titrasi pengendapan sejatinya digunakan pada penentuan konstanta kesetimbangan atau penentuan
kelarutan suatu senyawa. Selain itu, titrasi pengendapan juga dimanfaatkan dalam analisis halida dan
pseudo halida secara kuantitatif.

Demikian pembahasan tentang jenis titrasi dan contohnya secara lengkap. Semoga artikel ini dapat
menambah wawasan serta membantu kalian yang sedang memperlukan penjelasan serta
pengulasan terkait dengan materi yang kami tuliskan ini.

Anda mungkin juga menyukai