KELAS : 2A D3 FARMASI
Nama Kelompok :
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, makalah Kewarganegaraan dengan tema Klaim
Budaya ini terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini tentunya penulis
menemui banyak hambatan akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak
hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan demi perbaikan yang selalu perlu
untuk dilakukan agar kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan datang terima
kasih.
Denpasar, Maret 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
2.1 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
3.1 Tujuan Penulisan.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia dan kemungkinan terjadinya kembali di
kemudian hari............................................................................................................................6
2.2 Pengklaiman budaya oleh negara...................................................................................10
2.3 Pengklaiman budaya lain oleh negara............................................................................11
2.4 Pencegahan kasus klaim budaya oleh negara lain..........................................................12
2.5 Lunturnya suatu kebudayaan..........................................................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................................................14
Daftar Pustaka..........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan berbagai kebudayaan yang berbeda dan unik tidak menutup kemungkinan hal tersebut
menjadi terganggu akibat munculnya globalisasi. Globalisasi dan westernisasi yang melanda
kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, menjadikan masyarakatnya tidak peduli dan
kurang melestarikan budayanya sehingga budaya tersebut menjadi terabaikan. Inilah yang
4
menjadi peluang bagi negara tetangga untuk merebutnya. Keanekaragaman budaya yang
dimiliki oleh negara ini tentunya mempunyai banyak sisi positif, salah satunya adalah Indonesia
bisa dikenal dalam pergaulan dunia internasional melalui budayanya yang sangat kaya dan
beragam. Selain itu pula, budaya ini bisa digunakan sebagai daya tarik atau pemikat untuk
mendatangkan wisatawan asing ke Indonesia. Namun, kurangnya perhatian terhadap pelestarian
budaya daerah, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat mengakibatkan budaya-budaya
tersebut terancam hilang dari kedaulatan Indonesia di tengah maraknya arus globalisasi. Sejak
banyaknya klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia, Indonesia menjadi semakin terlihat
hati-hati dalam menjaga kelestarian budayanya. Indonesia menyadari akan pentingnya menjaga
budaya tersebut agar tidak mengalami pengklaiman oleh negara lain.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dari beberapa kasus yang ada dinyatakan bahwa Malaysia telah banyak
mengkalim budaya yang dimiliki oleh Indonesia, adapun penjabarannya sebagai
berikut,
Batik
Keris
Wayang Kulit
Lagu daerah Rasa Sayange
Tari Pendet
Reog Ponorego
Tari Tor-Tor dan Godang Sembilan
Angklung
Kuda Lumping
Rendang Padang
Gamelan Jawa
d. Kesalahpahaman
Jika kita perdalami kasus pengkaliman ini, maka kitapun dapat mengetahui
bahwa dikasus ini memiliki kesalah pahaman. Beginilah kesalahpamanan yang
terjadi,
1. Tari pendet
Pernah muncul dalam program televisi Enigmatic Malaysia Discovery Channel.
Kenyataannya Malaysia tidak pernah mengklaim tarian tersebut. Itu kesalahan dari
pihal Discovery Channel Singapura sebagai pembuat video, dari situ pihak
Singapurapun memohon maaf kepada kedua negara dan menyatakan bahwa jaringan
televesi itu bertanggung jawab atas kesalahpahaman ini.
2. Batik
Yang dilakukan Malaysia saat itu hanyalah mematenkan motif dan corak batik yang
khas dibuat oleh sebuh perusahaan di Malaysia, bukan batiknya yang dipatenkan.
Motif dan corak yang dipatenkan Malaysia sendiri juga berbeda dari corak batik
yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan agar motif yang dibuat ini tidak dibajak
perusahaan lain sehingga si pembuat mendaftarkan hak ciptanya.
3. Reog Ponorego
Pada akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia menyatakan
bahwa Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli
Indonesia. Pasalnya Reog yang disebut Barongan itu memang bisa ditemukan di
Johor dan Selangor karena dibawa rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut
sebelum Indonesia terbentuk sehingga migran tersebut bukan WNI. Selain itu,
Malaysia juga mengakui bahwa asal-usul Reog Ponorogo adalah dari Indonesia.
4. Tari Tor-Tor dan Gordang Sembilan
Kasus ini bukanlah pengakuan atau klaim bahwa tari Tor-tor dan alat musik gordang
sambilan adalah warisan asli Malaysia, tapi merupakan warisan budaya Mandailing
yang asal-usulnya dari Indonesia. Jadi meski berstatus warisan nasional, hak milik
tetap di tangan suku Mandailing.
Dan masih banyak lagi kasus-kasus yang jika ditelaah lebih dalam lagi hanyalah
sebuah kesalahpahaman.
Berikut beberapa syarat untuk mengajukan suatu budaya menjadi identitas nasional;
1. Pantas dan tepat diangkat sebagai budaya nasional
2. Harus memiliki unsur-unsur budaya yang mendapat pengakuan dari semua bangsa
kita, sehingga menjadi milik bangsa
3. Menunjukkan ciri atau identitas bangsa
4. Berkualitas tinggi dan dapat diterima oleh seluruh bangsa indonesia
3.1 Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulan bahwa pengkaliman lebih bisa dilakukan
oleh suku bangsa yang memilikinya, dan negara hanya sebagai wadah untuk
pengakuan akan adanya suatu budaya tersebut, dan kasus-kasus masalah
pengklaiman khususnya oleh negara Malaysia patut untuk kita telaah dan telusuri
lebih dalam lagi, apakah sebuah kesengajaan, ketidaksengajaan ataupun sebuah
kebetulan bahwa memiliki budaya yang nyaris tiada bedanya.
Perlu di tindak lanjuti lagi khususnya untuk kaum muda untuk lebih mencintai
budaya sendiri. Dengan rasa bangga itulah dapat mengantarkan sebuah indentitas ke
atas permukaan sehingga dikenal dan dikenang banyak oleh banyak orang akan
keeksisannya serta keindahan dari budaya tersebut.
Dan perlu dilakukannya juga pelestarian oleh masyrakat, lembaga dan
tentunya pemerintah. Semua harus bergerak demi untuk memajukan sebuah nama
yang kita junjung bersama yaitu “Indonesia”, sebuah nama yang diperjuangkan oleh
para pejuang dengan segala usaha dan upaya yang telah dikorbankan, dan kita
sebagai penerus harus terus meleskarikannya bagaimanapun caranya agar tetap
bertahan di atas muka bumi.
3.2 Saran
Menyadari kekurangan yang masih banyak didalam makalah ini, maka
diharapkan dapat menerima kritik serta saran yang lebih dapat membangun makalah
ini. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Khalid, Khadijah dan Shakila Khalid. Managing Malaysia-Indonesia Relations in the Context
of Democratization: The Emergence of Non-State Actors. International Relations of the Asia-
Pacific (Vol. 12 (3). 2012) page 355–87.
Lazuardi, Genuk. Maumu Apa, Malaysia? Konflik Indo-Malay Dari Kacamata Seorang WNI di
Malaysia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Maksum, Ali dan Reevany Bustami, Ketegangan Hubungan Indonesia-Malaysia Dalam Isu
Tarian Pendet. Kajian Malaysia. Vol.32. No.2, 2014 p.41-72.
Stamm, Keith dan John E. Bowes, The Mass Communication Process: A Behavioral and Social
Perspective, 1990.
Usman, Syarifuddin, dan Isnawita Din. Ancaman Negeri Jiran: Dari ‘GANYANG MALAYSIA’
Sampai Konflik Ambalat. Yogyakarta: MedPress, 2009.
Yong, Joseph. The politics of Indonesia-Malaysia relations: one kin, two nations. Abingdon:
Routledge. 2006.
Chong, Jinn. “Mine, Yours or Ours? The Indonesia-Malaysia Disputes Over Shared Cultural
Heritage”. Journal of Social Issues in Southeast Asia 27, no.1(2012): 1-53.
Sunarti, Linda. “Menelusuri Akar Konflik Warisan Budaya antara Indonesia dengan Malaysia.”
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol. 6 No. 1 (2013).