Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KLAIM BUDAYA : PENYEBAB TERJADINYA KLAIM BUDAYA DAN


PENTINGNYA BUDAYA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL

KELAS : 2A D3 FARMASI
Nama Kelompok :

Dewi Cahayani Ariawa..........................(04)


Gusti Ayu Dian Arya Pratiwi ...............(05)
Kadek Tetri Ida Saraswati.....................(18)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah, makalah Kewarganegaraan dengan tema Klaim
Budaya ini terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini tentunya penulis
menemui banyak hambatan akan tetapi berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak
hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan demi perbaikan yang selalu perlu
untuk dilakukan agar kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan datang terima
kasih.
Denpasar, Maret 2021
Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
2.1 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
3.1 Tujuan Penulisan.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia dan kemungkinan terjadinya kembali di
kemudian hari............................................................................................................................6
2.2 Pengklaiman budaya oleh negara...................................................................................10
2.3 Pengklaiman budaya lain oleh negara............................................................................11
2.4 Pencegahan kasus klaim budaya oleh negara lain..........................................................12
2.5 Lunturnya suatu kebudayaan..........................................................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................................................14
Daftar Pustaka..........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Republik Indonesia merupakan negara multikultural yang terbesar di dunia.
Indonesia memiliki 34 provinsi yang di dalamnya terdapat berbagai suku bangsa dengan
kebudayaan yang merupakan ciri khas daerah masing-masing. Kesenian-kesenian tradisional
merupakan warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya dan perlu dipelihara serta
dilestarikan. Pelestarian kesenian dan kebudayaan Indonesia merupakan hal penting yang harus
dilakukan untuk menjaga keberadaan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia agar tetap terjaga
dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Namun, dapat kita rasakan saat ini, bahwa
keberadaan kesenian tradisional sudah jarang terdengar lagi. Padahal, beragam kebudayaan dari
berbagai daerah di Indonesia ini merupakan salah satu identitas nasional bangsa Indonesia.
Identitas nasional merupakan suatu pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa ,filsafat
pancasila dan juga sebagaiideologi negara sehingga memiliki kedudukan paling tinggi dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Derasnya arus globalisasi saat ini telah menimpa
generasi muda di Indonesia yang menyebabkan terjadinya perguncangan budaya. Perguncangan
budaya ini dapat ditandai dengan minimnya pengetahuan generasi muda terhadap kebudayaan
Indonesia khususnya kebudayaan daerah mereka masing-masing. Sehingga terjadi beberapa
kasus pengklaiman budaya dengan negara lain, contohnya Malaysia. Pada rentang waktu 2007-
2012, Malaysia sudah mengklaim tujuh budaya milik Indonesia dan mengakui itu sebagai
warisan budaya mereka. Klaim budaya pertama yang dilakukan Malaysia terhadap budaya asli
Indonesia adalah pada November 2007 terhadap kesenian Reog Ponorogo. Selanjutnya, klaim
itu berlanjut pada Desember 2008 yaitu klaim atas lagu Rasa Sayange dari Kepulauan Maluku.
Daftar klaim berikutnya adalah pada Januari 2009 pada budaya batik, kemudian Tari Pendet
juga diklaim oleh salah satu iklan pihak swasta yang mmuncul pada promo pariwisata di
televisi pada program Discovery Channel berjudul enigmatic Malaysia pada Agustus 2009.
Selanjutnya instrumen dan ansambel musik angklung pada Maret 2010 dan klaim Malaysia atas
tari tor-tor dan Gondang Sambilan yang merupakan kesenian asli dari Sumatera Utara.

Dengan berbagai kebudayaan yang berbeda dan unik tidak menutup kemungkinan hal tersebut
menjadi terganggu akibat munculnya globalisasi. Globalisasi dan westernisasi yang melanda
kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, menjadikan masyarakatnya tidak peduli dan
kurang melestarikan budayanya sehingga budaya tersebut menjadi terabaikan. Inilah yang
4
menjadi peluang bagi negara tetangga untuk merebutnya. Keanekaragaman budaya yang
dimiliki oleh negara ini tentunya mempunyai banyak sisi positif, salah satunya adalah Indonesia
bisa dikenal dalam pergaulan dunia internasional melalui budayanya yang sangat kaya dan
beragam. Selain itu pula, budaya ini bisa digunakan sebagai daya tarik atau pemikat untuk
mendatangkan wisatawan asing ke Indonesia. Namun, kurangnya perhatian terhadap pelestarian
budaya daerah, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat mengakibatkan budaya-budaya
tersebut terancam hilang dari kedaulatan Indonesia di tengah maraknya arus globalisasi. Sejak
banyaknya klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia, Indonesia menjadi semakin terlihat
hati-hati dalam menjaga kelestarian budayanya. Indonesia menyadari akan pentingnya menjaga
budaya tersebut agar tidak mengalami pengklaiman oleh negara lain.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Berapa banyakkah budaya Indonesia yang di klaim Malaysia serta


kemungkinan pengklaiman dikemudian hari.?
1.2.2 Dapatkah sebuah negara mengklaim kebudayaan bangsa lain karena budaya
tersebut telah dijalankan oleh negearanya ?
1.2.3 Bolehkah bangsa Indonesia mengklaim budaya bangsa lain sebagai bagian
dari kebudayaan nasional ?
1.2.4 Apa saja yang dapat dilakukan agar kebudayaan Indonesia tidak di klaim
oleh negara lain ?
1.2.5 Apakah kebudayaan daerah dapat luntur ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Mengetahui berapa banyakkah budaya Indonesia yang di klaim Malaysia


serta kemungkinan pengklaiman dikemudian hari.
1.3.2 Mengetahui Dapatkah sebuah negara mengklaim kebudayaan bangsa
lain karena budaya tersebut telah dijalankan oleh negearanya
1.3.3 Mengetahui bolehkah bangsa Indonesia mengklaim budaya bangsa lain
sebagai bagian dari kebudayaan nasional.
1.3.4 Mengetahui apa saja yang dapat dilakukan agar kebudayaan Indonesia tidak
di klaim oleh negara lain.
1.3.5 Mengetahui apakah kebudayaan daerah dapat luntur.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia dan kemungkinan


terjadinya kembali di kemudian hari.

Dari beberapa kasus yang ada dinyatakan bahwa Malaysia telah banyak
mengkalim budaya yang dimiliki oleh Indonesia, adapun penjabarannya sebagai
berikut,
 Batik
 Keris
 Wayang Kulit
 Lagu daerah Rasa Sayange
 Tari Pendet
 Reog Ponorego
 Tari Tor-Tor dan Godang Sembilan
 Angklung
 Kuda Lumping
 Rendang Padang
 Gamelan Jawa

Penjabaran di atas menyatakan bahwa terhitung banyak Malaysia yang


dikabarkan telah mengklaim budaya yang dimiliki rakyat Indonesia.Kemungkinan
masih banyak budaya lain yang dapat diklaim oleh Malaysia. Hal ini dapat dijabarkan
menjadi dua penyebab penyebab, yaitu dari dalam dan dari luar.

A. Dari Dalam Negeri :


a. Kurangnya apresiasi dari masyarakat Indonesia sendiri
Berdasarkan dari data kependudukan yang ada, Indonesia memiliki penduduk
remaja yang lebih banyak ketimbang penduduk tuanya. Sebagai sebuah negara yang
memiliki penduduk remaja lebih banyak seharusnya Indonesia lebih bisa berpikir
lebih cepat dan maju. Namun, realita yang ada menunjukan bahwa kaum muda di
Indonesia khususnya para remaja lebih memilih kebudayaan luar yang lebih terlihat
keren ketimbang di Indonesia, merasa budaya Indonesia tidak sehebat budaya di luar
sana, maka kaum mudapun merasa minder jika memakai atau memamerkan budaya
sendiri. Padahal yang membuat sebuah budaya terlihat sangat hebat adalah dari
pembedayaan dari masyarakat itu sendiri dan rasa bangga akan pemakaian sebuah
budaya.
b. Kurangnya pendidikan kebudayaan
Hal yang sangat membatasi suatu individu adalah sebuah ketidak tahuan
yang mengakibatkan individu itu sendiri tidak mengetahui apa ada di sekitarnya,
hilangnya rasa peka terhadap lingkungan membuatnya menjadi individu yang pasif.
Hal ini berlaku juga dalam pengenalan sebuah budaya pada khalayak banyak.
Jika budaya tidak atau sangat jarang di perkenalkan dari masa kecil suatu individu,
hal itu akan menyulitkannya untuk memahami arti penting sebuah budaya itu
sendiri.

c. Lambannya respon masyarakat


Masyarakat yang terbilang lamban dalam merespon sebuah budaya yang
dimiliki Indonesia terbilang sangatlah miris. Mereka baru tersadar akan pentingnya
sebuah kebudayaan jika hal itu telah direbut oleh orang lain, sehingga ketika kasus-
kasus pengkaliman itu terjadi, barulah masyarakat menyinggung lagi tentang perihal
budaya ini. Hal ini mencerminkan kekurangan dalam sebuah tindakan preventif
yang dimiliki masyarakat Indonesia.

B. Dari Luar Negeri:


a. Malaysia yang pernah menjadi bagian dari Nusantara
Berdasarkan sejarah yang ada, Malaysia merupakan sebuah negara yang dulu
pernah menjadi bagian Nusantara. Hal inilah yang menyebabkan kemiripan dari
beberapa segi kebudayaan yang ada. Mengingat masyarakat Nusantara yang berada
di Indonesia pernah melakukan migrasi ke berbagai negara khususnya Malaysia.
sehingga masyarakat yang menetap di malaysia mengembangkannya disana.
Raja-raja yang pernah menguasai nusantarapun pastinya mengenalkan atau
menyuruh rakyatnya maupun orang jajahannya untuk mengikuti budaya yang dianut
oleh sang raja itu sendiri, ini juga yang membuat Malaysia memiliki budaya yang
sama seperti indonesia.

b. Kesamaan yang dimilliki oleh Indonesia dan Malaysia


Pada dasarnya masyarakat Indonesia dan Malaysia tidaklah jauh berbeda. Dari segi
fisik maupun bahasa yang bisa terbilang tidak jauh
berbeda, ditambah lagi dengan kondisi geografis yang saling berdekatan satu sama
lain, membuatnya seperti saudara kembar yang hanya beda nama.
c. Penjajahan dari luar
Sebenarnya Indonesia dan malaysia sama-sama pernah menjadi satu kesatuan
dibawah nama “Nusantara”. Namun yang memisahkan Malaysia dengan Indonesia
adalah para penjajah asing yang membuat garis pemisah antara dua negara yang
sebenarnya sangat berdekatan, dikarenakan pembagian wilayang oleh pihak
penjajah, maka terpisahlah sebuah kesatuan. Yang dimana Indonesia dikenal dengan
penjajah pertamanya ialah Portugis dan penjajah terlama ialah Belanda. Sedang kita
ketahui Malaysia sendiri dijajah oleh Inggris. Hal inilah yang menjadi pemisah abadi
bagi dua negara yang sebenarnya pernah menjadi sebuah kesatuan.

d. Kesalahpahaman
Jika kita perdalami kasus pengkaliman ini, maka kitapun dapat mengetahui
bahwa dikasus ini memiliki kesalah pahaman. Beginilah kesalahpamanan yang
terjadi,
1. Tari pendet
Pernah muncul dalam program televisi Enigmatic Malaysia Discovery Channel.
Kenyataannya Malaysia tidak pernah mengklaim tarian tersebut. Itu kesalahan dari
pihal Discovery Channel Singapura sebagai pembuat video, dari situ pihak
Singapurapun memohon maaf kepada kedua negara dan menyatakan bahwa jaringan
televesi itu bertanggung jawab atas kesalahpahaman ini.

2. Batik
Yang dilakukan Malaysia saat itu hanyalah mematenkan motif dan corak batik yang
khas dibuat oleh sebuh perusahaan di Malaysia, bukan batiknya yang dipatenkan.
Motif dan corak yang dipatenkan Malaysia sendiri juga berbeda dari corak batik
yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan agar motif yang dibuat ini tidak dibajak
perusahaan lain sehingga si pembuat mendaftarkan hak ciptanya.

3. Reog Ponorego
Pada akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia menyatakan
bahwa Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli
Indonesia. Pasalnya Reog yang disebut Barongan itu memang bisa ditemukan di
Johor dan Selangor karena dibawa rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut
sebelum Indonesia terbentuk sehingga migran tersebut bukan WNI. Selain itu,
Malaysia juga mengakui bahwa asal-usul Reog Ponorogo adalah dari Indonesia.
4. Tari Tor-Tor dan Gordang Sembilan
Kasus ini bukanlah pengakuan atau klaim bahwa tari Tor-tor dan alat musik gordang
sambilan adalah warisan asli Malaysia, tapi merupakan warisan budaya Mandailing
yang asal-usulnya dari Indonesia. Jadi meski berstatus warisan nasional, hak milik
tetap di tangan suku Mandailing.

Dan masih banyak lagi kasus-kasus yang jika ditelaah lebih dalam lagi hanyalah
sebuah kesalahpahaman.

2.2 Pengklaiman budaya oleh negara


Berdasarkan dari beberapa kasus dan penyimpulan yang ada, bahwa, sebenarnya
yang berhak untuk mengklaim suatu budaya atau kebudayaan adalah suku bangsa yang
memiliki budaya tersebut dan yang berhak mengklaim suatu budaya hanyalah suku
bangsa yang memilikinya dan berhak mematenkan identitas mereka untuk diketahui
banyak khalayak. Sedangkan Negara hanyalah sebuah saksi nyata dalam pengenalan
suatu budaya tersebut, seperti yang bisa kita ambil dari pernyataan dari sebuah ideologi
kapitalis yang berbunyi
“Negara hanyalah alat (The State is Instrument). Negara itu sebagai suatu
mekanisme yang digunakan untuk tujuan - tujuan yang lebih besar dibandingkan
negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat
pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah
merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara sukarela masyarakat telah
mengalami kegagalan.”
Bisa diambil pengertian jika sebuah negara hanya alat bagi masyakatnya untuk
menjalan suatu sistem bersama, hanya sebuah „alat‟ yang tentunya digerakkan oleh
tenaga masyarakat itu sendiri,bukanlah pengatur kehidupan maupun budaya yang
dimiliki oleh sebuah suku bangsa. Dalam hal ini negara hanya bisa mengakui dan
menghargai suatu budaya yang menetap di negara tersebut.
Negara hanyalah sebuah nama untuk dapat membuat batasan-batasan kekuasaan
sebuah sistem atau ideologi yang dianut bersama oleh masyarakat dalam satu wilayah
yang berdekatan. Mengingat Indonesia dan Malaysia berdiri berdasarkan teori State
Nation atau berbangsa dahulu kemudian menjadi sebuah negara, hal inilah yang dapat
diambil pula kesimpulan bahwa kebudayaan dimiliki oleh tiap-tiap suku bangsa, dan
kita ketahui Indonesia dan Malaysia adalah sama- sama memiliki darah Melayu.
Sejarah mencatat bahwa manusia dibumi ini pernah melalui masa nomanden atau
dikenal dengan sebuah teori „berpindah-pindah tempat‟, dan di zaman yang sudah
modern inipun budaya nomanden itu sendiripun masih melekat di tiap individu, dengan
istilah di jaman ini disebut sebagai migrasi, perpindahan suatu masyarakat secara
perorangan ataupun kelompok. Hal ini yang memungkinkan budaya yang sama bisa
terdapat di dua tempat yang berbeda.
2.3 Pengklaiman budaya lain oleh negara
Pengklaiman budaya oleh negara merupakan suatu tindakan diluar kuasa negara
tersebut, dan yang hanya bisa mengklaimnya hanyalah suku bangsa yang memilikinya.
Namun bila budaya lain telah banyak dianut oleh masyarakat setempat misalnya Standing
party atau pesta tanpa tempat duduk yang dimana para hadirin dipersilahkan untuk
mnikmati hidangan dengan berdiri. Budaya inipun berasal dari barat dan telah banyak
didaptasi oleh banyak negara mengingat masa globalisasi yang tinggi di jaman ini. Dan
budaya itupun dianut oleh masyarakat Indonesia, dan memungkinkan menjadi sebuah
tren. Perlu diketahui, dijaman yang serba maju ini tentunya manusiapun semakin cepat
bergerak begitupun dengan keterbukaan suatu budaya, pengenalan yang lebih mudah,
informasi yang cepat didapat, sangat bisa terjadinya sebuah akulturasi budaya maupun
asimilasi budaya. Dapat dikatakan jika percampuran berbagai budaya dijaman ini
sangatlah mungkin terjadi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa suatu budaya luar yang
telah banyak diaplikasikan oleh suatu masyarakat merupakan proses akulturasi maupun
asimilasi budaya, yang bisa mengakibatkan majunya sebuah negara maupun kemunduran
negara. Tergantung masyarakat dalam menindaki hal tersebut.

2.4 Pencegahan kasus klaim budaya oleh negara lain


Hal-hal yang dapat dilakukan pemerintah, antara lain:
1. Membuat inventarisasi WBT milik bangsa Indonesia
2. Mendaftarkan mata budaya Indonesia sebagai warisan budaya dunia di UNESC
3. Menjadi anggota UNESCO Convention for the Safeguarding of the Intangible
Cultural Heritage
4. Menyusun RUU tentang Perlindungan dan Pemanfaatan PT dan EBT.
5. Mewajibkan setiap siswa dari segala tingkatan mempelajari budaya masing-masing
daerahnya, dengan membuat program penanaman budaya tanah air.
6. Menguatkan kembali hukum tentang hak cipta.

Hal-hal yang dapat dilakukan masyarakat, antara lain:


1. Melestarikan budaya dengan memperkenalkan kembali kepada khalayak banyak,
didalam maupun diluar.dengan mengadakan tur budaya, dan pementasan seni.
2. Penanaman akan rasa cinta budaya sendiri yang bisa di mulai dari keluarga kepada
anak-anaknya, dengan begitu budayapun dapat tertanam dan melekat dalam karena
telah diperkenalkan sejak masa kecilnya.
3. Pemberdayaan bersama dari tiap kalangan, memegang teguh setiap budaya yang ada
di daerahnya masing-masing.

Berikut beberapa syarat untuk mengajukan suatu budaya menjadi identitas nasional;
1. Pantas dan tepat diangkat sebagai budaya nasional
2. Harus memiliki unsur-unsur budaya yang mendapat pengakuan dari semua bangsa
kita, sehingga menjadi milik bangsa
3. Menunjukkan ciri atau identitas bangsa
4. Berkualitas tinggi dan dapat diterima oleh seluruh bangsa indonesia

2.5 Lunturnya suatu kebudayaan


Budaya itu sendiri dapat luntur. Banyak penyebab yang bisa melunturkan suatu
budaya di suatu daerah. Kurangnya pelestarian suatu budaya oleh masyarakat
setempat, menilai budaya daerah adalah sebuah kekunoan yang tidak patut
dipertahankan lagi ataupun harus ditinggalkan karena tidak sesuai dengan
perkembanan jaman. Anggapan bahwa budaya merupakan cerita nenek moyang
sehingga patut ditinggalkan, mengingat jaman modern yang mengutamakan
pembaharuan yang lebih maju.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulan bahwa pengkaliman lebih bisa dilakukan
oleh suku bangsa yang memilikinya, dan negara hanya sebagai wadah untuk
pengakuan akan adanya suatu budaya tersebut, dan kasus-kasus masalah
pengklaiman khususnya oleh negara Malaysia patut untuk kita telaah dan telusuri
lebih dalam lagi, apakah sebuah kesengajaan, ketidaksengajaan ataupun sebuah
kebetulan bahwa memiliki budaya yang nyaris tiada bedanya.
Perlu di tindak lanjuti lagi khususnya untuk kaum muda untuk lebih mencintai
budaya sendiri. Dengan rasa bangga itulah dapat mengantarkan sebuah indentitas ke
atas permukaan sehingga dikenal dan dikenang banyak oleh banyak orang akan
keeksisannya serta keindahan dari budaya tersebut.
Dan perlu dilakukannya juga pelestarian oleh masyrakat, lembaga dan
tentunya pemerintah. Semua harus bergerak demi untuk memajukan sebuah nama
yang kita junjung bersama yaitu “Indonesia”, sebuah nama yang diperjuangkan oleh
para pejuang dengan segala usaha dan upaya yang telah dikorbankan, dan kita
sebagai penerus harus terus meleskarikannya bagaimanapun caranya agar tetap
bertahan di atas muka bumi.

3.2 Saran
Menyadari kekurangan yang masih banyak didalam makalah ini, maka
diharapkan dapat menerima kritik serta saran yang lebih dapat membangun makalah
ini. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Anissa, Khoridatul. Malaysia Macan Asia. Garasi. 2009.

Clark, Marshall. The Politics of Heritage: Indonesia-Malaysia Cultural Contestations.


Indonesia and The Malay World. Vol. 41, No. 121, p. 396-417, 2013.

F, Efantino dan Arifin, S.N. Ganyang Malaysia’: Hubungan Indonesia–Malaysia Sejak


Konfrontasi Sampai Konflik Ambalat. Yogyakarta: Bio Pustaka, 2009.

Khalid, Khadijah dan Shakila Khalid. Managing Malaysia-Indonesia Relations in the Context
of Democratization: The Emergence of Non-State Actors. International Relations of the Asia-
Pacific (Vol. 12 (3). 2012) page 355–87.

Lazuardi, Genuk. Maumu Apa, Malaysia? Konflik Indo-Malay Dari Kacamata Seorang WNI di
Malaysia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Mahmud, Anuar. Konfrontasi Malaysia-Indonesia. Bangi, Selangor: Penerbit Univesiti


Kebangsaan Malaysia, 2000.

Maksum, Ali dan Reevany Bustami, Ketegangan Hubungan Indonesia-Malaysia Dalam Isu
Tarian Pendet. Kajian Malaysia. Vol.32. No.2, 2014 p.41-72.

Neuman, W. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. United


Kingdom: Pearson Education (Seventh Edition) . p.91-201, 2014.

Nurudin, M.Si, Pengantar Komunikasi Massa. PT. Raja Grafindo Persada, 2007.


Peter, Barston. 2006. Modern Diplomacy. Pearson: Third Edition.

Rezasyah, Teuku. 17 Bom Waktu Hubungan Indonesia-Malaysia. Bandung: Penerbit


Humaniora. 2011.

Stamm, Keith dan John E. Bowes, The Mass Communication Process: A Behavioral and Social
Perspective, 1990.

Usman, Syarifuddin, dan Isnawita Din. Ancaman Negeri Jiran: Dari ‘GANYANG MALAYSIA’
Sampai Konflik Ambalat. Yogyakarta: MedPress, 2009.

Yong, Joseph. The politics of Indonesia-Malaysia relations: one kin, two nations. Abingdon:
Routledge. 2006.

Chong, Jinn. “Mine, Yours or Ours? The Indonesia-Malaysia Disputes Over Shared Cultural
Heritage”. Journal of Social Issues in Southeast Asia 27, no.1(2012): 1-53.

Sunarti, Linda. “Menelusuri Akar Konflik Warisan Budaya antara Indonesia dengan Malaysia.”
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol. 6 No. 1 (2013).

Anda mungkin juga menyukai