Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM PENYULUHAN

BUDIDAYA MAGGOT BSF UNTUK PAKAN TERNAK AYAM DI DESA


SENAUNG KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA

OLEH
M.AGUS SAPUTRA
E10019178
D

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

M.Agus Saputra
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Budidaya adalah suatu istilah yang berhubungan dengan suatu


proses memperbanyak sumber daya hayati, yang biasanya terdapat dalam
bidang perkebunan, peternakan, dan pertanian. Yang biasanya kegiatan ini
sudah direncanakan pada suatu daerah untuk di ambil manfaat dan hasil
panennya.
Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
hidup, berproduksi dan berkembang biak (Undang-Undang Peternakan dan
Kesehatan Hewan RI No 18, 2009). Pakan merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan suatu peternkan, termasuk ternak ikan dan lele. Lebih dari 70%
komponen biaya ternak ayam untuk pengadaan pakan (Pakagel et al 2018).
Penyediaan paka ternak yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan indutrsi peternakan dan menjadi komponen terbesar dalam kegiatan
usaha tersebut yaitu 50-70% (Katayane et al. 2014). Sampai saat ini pelet
merupakan pakan utama untuk memenuhi kebutuhan pakan ayam. Namun dalam
beberapa tahun terakhir, harga bahan dasar pelet mengalami peningkatan yang
berdampak pada naiknya harga pelet sehingga makin memberatkan peternak.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi permasalahan pakan, salah satu
diantaranya yaitu dengan mencari sumber pakan alternatif.

Penggunaan insekta sebagai sumber protein telah banyak didiskusikan


oleh para peneliti di dunia (Wang et al. 2005; Oyegoke et al. 2006; Premalatha et
al. 2011). Menurut Van Huis (2013), protein yang bersumber pada insekta lebih
ekonomis, bersifat ramah lingkungan dan mempunyai peran yang penting secara
alamiah. Insekta dilaporkan memiliki efisiensi konversi pakan yang tinggi dan
dapat dipelihara serta diproduksi secara massal. Disamping itu, budidaya insekta
dapat mengurangi limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan (Li et
al. 2011). Faktor lain yang menguntungkan adalah sumber protein berbasis

M.Agus Saputra
insekta tidak berkompetisi dengan manusia sehingga sangat sesuai untuk
digunakan sebagai bahan pakan ternak (Veldkamp et al. 2012).

Maggot BSF (Black Soldier Fly) atau biasanya disebut lalat tentara hitam
yang mempunyai nama ilmiah Hermetia Illucens adalah salah satu jenis lalat yang
sangat sering dijumpai di berbagai tempat-tempat yang mengandung sampah
organik. Maggot BSF hanya menghisap sari tumbuhan dan meminumnya, karena
itu tidak heran lalat ini sangatlah bersih dan tidak mengandung kuman penyakit
seperti lalat lainnya. Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (BSF)
merupakan salah satu alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai
sumber protein. Murtidjo (2001) menyebutkan bahwa bahan makanan yang
mengandung protein kasar lebih dari 19%, digolongkan sebagai bahan makanan
sumber protein. Ada beberapa pembudidaya mencoba untuk mengkultur pakan
alami yakni maggot agar dapat mengurangi biaya produksi pakan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Di Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro
Jambiini mengalami beberapa masalah dalam peternakan atau pemeliharaan ayam
yaitu masalah pakan pelet yang semakin tahun harganya semakin naik sedangkan
para peternak tersebut belum menemukan alternatif lain untuk pemberian pakan
ternak ayam, selain itu masalah kotoran ayam yang menimbulkan bau dan
memancing lalat berdatangan sehingga mengganggu pemukiman warga disekitar
kandang peternakan tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat ditemukan
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan pengetahuan masyarakat Desa Senaung Kecamatan Jambi
Luar Kota tentang alternatif pemberian pakan untuk ternak ayam
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Senaung tentang pemanfaatan
kotoran ayam
3. Keterbatasan pengetahuan masyarakat Desa Senaung untuk
memanfaatkan limbah organik

1.3. TUJUAN

M.Agus Saputra
Tujuan yang ingin dicapai dalam program penyuluhan kepada masyarakat
di Desa Senaung Kecamatan Jambi Luar Kota ini adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Senaung tentang
alternatif pemberian pakan untuk ternak ayam
2. Meniingkatkan pengetahuan masyarakat Desa Senaung tentang cara
untuk pemanfaatan kotoran ayam
3. Meningkatkan pengetahuan msyarakat Desa Senaung tentang
pemanfaatan limbah organik pasar maupun rumah tangga

M.Agus Saputra
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. GAMBARAN UMUM SASARAN

Desa Senaung terletak di Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro


Jambi Provinsi Jambi. Masyarakat di Kabupaten Muaro Jambi sebagian besar
mata pencaharian utamanya adalah bekerja sebagai petani sawit dan pinang.
Namun, beberapa masyarakatnya memilih untuk mencari penghasilan lain dari
beternak. Ternak yang banyak dipelihara ialah kambing, sapi, dan ayam. Peternak
kambing dan sapi di Desa Senaung ini tergolong peternak kecil yang jumlah
ternaknya kisaran 2-7 ekor saja. Sedangkan untuk peternakan ayamnya beberapa
peternakan ayam tergolong sedang atau bahkan sudah hampir besar dengan
jumlah ayam 5000-7000 ekor.

Namun permasalahannya pada peternakan ayam ini adalah kurangnya


pengetahuan dan informasi mengenai pemeliharaan ayam ini, sehingga
menimbulkan beberapa masalah yang tergolong serius yang berdampak juga pada
masyarakat di sekitar peternakan tersebut.

2.2. TAHAP PELAKSANAAN

Penyediaan paka ternak yang berkualitas merupakan salah satu faktor


penentu keberhasilan indutrsi peternakan dan menjadi komponen terbesar dalam
kegiatan usaha tersebut yaitu 50-70% (Katayane et al. 2014). Beski et al. (2015)
menyatakan bahwa komponen protein mempunyai peran yang penting dalam
suatu formula pakan ternak karena terlibat dalam pembentukan jaringan tubuh dan
terlibat aktif dalam metabolisme vital seperti enzim, hormon, antibodi dan lain

M.Agus Saputra
sebagainya. Di negara-negara berkembang, sumber protein untuk formula pakan
umumnya bertumpu pada protein hewani dan nabati. Namun demikian, protein
adalah komponen pakan paling mahal dibandingkan dengan yang lainnya.

Penggunaan insekta sebagai sumber protein telah banyak didiskusikan


oleh para peneliti di dunia (Wang et al. 2005; Oyegoke et al. 2006; Premalatha et
al. 2011). Menurut Van Huis (2013), protein yang bersumber pada insekta lebih
ekonomis, bersifat ramah lingkungan dan mempunyai peran yang penting secara
alamiah. Insekta dilaporkan memiliki efisiensi konversi pakan yang tinggi dan
dapat dipelihara serta diproduksi secara massal. Disamping itu, budidaya insekta
dapat mengurangi limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan (Li et
al. 2011). Faktor lain yang menguntungkan adalah sumber protein berbasis
insekta tidak berkompetisi dengan manusia sehingga sangat sesuai untuk
digunakan sebagai bahan pakan ternak (Veldkamp et al. 2012)

Keberhasilan usaha budidaya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan


yang berkualitas. Pemanfaatan bahan pakan hingga kini belum tertanggulangi,
dalam arti kompetisi antara pangan dan pakan masih terus berlanjut terutama
pakan sumber protein, sehingga menimbulkan dilema bagi pembudidaya (Djissou
et. Al., 2016). Sumber protein tentu menjadi perhatian lebih bagi para
pembudidaya karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam kegiatan
usaha budidaya yaitu 50-70%. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan
produksi budidaya, salah satunya yaitu dengan melakukan riset untuk
menghasilkan pakan yang ekonomis dengan kandungan nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan ternak.

Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (BSF) merupakan salah satu
alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Murtidjo
(2001) menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih
dari 19%, digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein. Ada beberapa
pembudidaya mencoba untuk mengkultur pakan alami yakni maggot agar dapat
mengurangi biaya produksi pakan. Maggot merupakan salah satu jenis organisme
potensial untuk dimanfaatkan antara lain sebagai agen pengurai limbah organik
dan sebagai pakan tambahan bagi ikan. Maggot dapat dijadikan pilihan untuk

M.Agus Saputra
penyediaan pakan karena mudah berkembangbiak, dan memiliki protein tinggi
yaitu 61,42% (Rachmawati dkk.,2010). Pertumbuhan maggot sangat ditentukan
oleh media tumbuh, misalnya jenis lalat H. illlucens menyukai aroma media yang
khas tetapi tidak semua media dapat dijadikan tempat bertelur bagi lalat H.
illucens (Tomberlin et al., 2009).

Ada 2 cara pemberian Maggot black soldier fly/ Maggot BSF ini kepada
hewan ternak, Maggot dapat diberikan dalam bentuk fresh atau diberikan melalui
pengolahan terlebih dahulu. Pemberian dalam bentuk fresh telah terbukti oleh
banyak peternak sangat baik, baik itu diberikan untuk ternak unggas maupun
ternak ikan. Pemberian Maggot BSF dalam bentuk olahan yaitu tepung adalah
langkah yang lebih baik lagi dan memberikan banyak keuntungan daripada
diberikan dalam bentuk fresh kepada ternak kita. Keuntungan pertama adalah
dalam hal penyetokan bahan, penyimpanan tepung Maggot tentu akan lebih
mudah dan dapat bertahan lama jika dibandingkan dengan menyimpan Maggot
hidup, selain itu apabila proses penepungan melalui langkah fermentasi,
kandungan nutrisi dari Maggot BSF ini akan meningkat tajam dan tentu akan
lebih mempercepat pertumbuhan dari hewan ternak. Rambet et al. (2016)
Menyimpulkan bahwa tepung BSF berpotensi sebagai pengganti tepung ikan
hingga 100% untuk campuran pakan ayam pedaging tanpa adanya efek negatif
terhadap kecernaan bahan kering (57,96-60,42%), energi (62,03-64,77%) dan
protein (64,59-75,32%), walaupun hasil yang terbaik diperoleh dari penggantian
tepung ikan hingga 25% atau 11,5% dalam pakan.

M.Agus Saputra
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dalam berternak ayam tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak.
Peternak ayam hanya perlu memiliki pengetahuan lebih tentang berbagai
alternatif yang dilakukan dalam peternakan ayam. Salah satunya yaitu dengan
menggunakan pakan alami yang tentu saja tidak berasal dari pabrik. Selain tidak
mengandung pengawet pakan alami ini juga memiliki kandungan nutrien yang
banyak dan penting bagi tumbuh kembang ternak ayam. Budidaya Maggot BSF
selain tidak membutuhkan biaya yang banyak juga dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi limbah organik maupun kotoran ternak yang ada di sekitar sehingga
terbilang sangat ekonomis.

M.Agus Saputra
DAFTAR PUSTAKA

Beski SSM, Swick RA, Iji PA. 2015. Specialised protein products in broiler
chicken nutrition: A review. Anim Nutr. 1:47-53.

Bosch G, Zhang S, Dennis GABO, Wouter HH, 2014. Protein quality of insects as
potential ingredients for dog and cat foods. J Nutr Sci. 3:1-4.

Fahmi MR, Hem S, Subamia IW. 2007. Potensi maggot sebagai salah satu sumber
protein pakan ikan. Dalam: Dukungan Teknologi untuk Meningkatkan
Produk Pangan Hewan dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat.
Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII. Bogor
(Indonesia): Puslitbangnak. hlm. 125-130.

Katayane AF, Wolayan FR, Imbar MR. 2014. Produksi dan kandungan protein
maggot (Hermetia illucens) dengan menggunakan media tumbuh
berbeda. J Zootek. 34:27-36.

Li Q, Zheng L, Qiu N, Cai H, Tomberlin JK, Yu Z, 2011. Bioconversion of dairy


manure by Black Soldier Fly (Diptera: Stratiomyidae) for biodesel and
sugar production. Waste Manag. 31:1316-1320.

Pakage1 S, Hartono B, Fanani Z, Nugroho BA,Iyai1 DA. 2018. Analisis


Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Pedaging
dengan Menggunakan Closed House System dan Open House
System. Jurnal Peternakan Indonesia 20(3): 193-200.
Rachmawati, Buchori D, Hidayat P, Hem S, Fahmi MR. 2010. Perkembangan dan
kandungan nutrisi larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera:
Startiomyidae) pada bungkil kelapa sawit. J Entomol Indones. 7:28-41.

M.Agus Saputra

Anda mungkin juga menyukai