Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial.Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada
jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal
pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan
dalam kehidupan siswa di masyarakat, bangsa, dan Negara dalam berbagai
karakteristik.Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang
mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam
masyarakat.Tujuan pengajaran IPS tentang kehidupan masyarakat manusia
dilakukan secara sistematik.
Sadirman (2004 : 2) mengemukakan bahwa interaksi belajar mengajar
antara guru dengan siswa sebagai subyek belajar, dalam proses ini guru harus
mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada siswa agar dapat
melakukan kegiatan belajar secara optimal.
Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen
kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di
sekolah dasar dan menengah.tujuan pendidikan IPS adalah untuk membantu siswa
mencapai keberhasilan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, siswa
diharapkan dapat menguasai paling tidak empat tujuan umum yakni :
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai serta kegiatan masyarakat (Somantri
2001 :99). Keempat tujuan ini direflesikan dengan isu-isu dan masalah-masalah
yang berkembang dalam masyarakat sehingga siswa dapat menangkap dan
memahami adanya perbedaan demokrasi secara ideal dengan realitas sosial ( Al-
Muchtar, 2004 : 40)
Ilmu Pengetahuan Sosial (Trianto, 2010:171) adalah integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, dan budaya berdasarkan realita dan fenomena sosial masyarakat yang
diwujudkan dalam satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang

1
ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang
diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial yang
dimaksud yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat,
dan psikologi sosial. Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai
macam tingkah laku dan masalah sosial secara perorangan maupun tingkah laku
kelompok. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar sangat penting hal ini didasari
bahwa dalam proses pembelajarannya memuat materi yang dapat mempersiapkan
dan mendidik siswa untuk hidup dan memahami dunianya. Di samping itu siswa
usia SD merupakan calon dari masyarakat, sehingga mereka memerlukan bekal
untuk bersosialisasi di dalam kehidupan masyarakat. Tujuan dari pembelajaran
IPS adalah untuk mengembangkan dan merangsang potensi yang dimiliki siswa
agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, menumbuhkan
sikap mental positif terhadap perbaikan penyimpangan sosial yang terjadi di
masyarakat, dan terampil mengatasi setiap masalah yang timbul dari diri sendiri
maupun masyarakat.
Pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar tidak hanya membekali peserta
didik dengan pengetahuan sosial, melainkan lebih jauh dalam upaya membina dan
mengembangkan mereka menjadi SDM Indonesia yang berketerampilan sosial
dan intelektual sebagai warga Negara yang memiliki perhatian serta kepedulian
sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional serta peserta didik
dipersiapkan dapat menerima tuntutan dari perubahan sosial dan kemajuan
kehidupan dimasa mendatang.
Menurut Supardi (2011:182) pendidikan IPS sangat menekankan
keterampilan dalam memecahkan masalah, baik masalah sederhana yang ada di
lingkup diri sendiri sampai masalah yang kompleks. Dalam mengolah dan
mengembangkan kemampuan siswa, pendidik harus mampu mengelola proses
pembelajaran dengan baik, hal ini meliputi fungsi dan yujuan dari pembelajaran
IPS. Hal tersebut dilakukan untuk memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran, meningkatkan pemahaman siswa dalam menghadapi,
memecahkan masalah dan memberikan solusi dari masalah yang disajikan serta
mengembangkan potensi peserta didik .

2
Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan
sistematis agar memiliki kecakapan dan keterampilan hidup. Menurut Undang
Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Kecakapan hidup (life skill) ialah salah satu pendidikan yang
memberikan kecakapan personal (personal skill),, kecakapan social (social skill),,
kecakapan intelektual (self awareness),, dan kecakapan vokasional (vocasional
skill). Kegiatan pendidikan pada tahap melatih lebih mengarah kepada konsep
pengembangan kemampuan motorik peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya
pembiasaan dan melatih peserta didik untuk berpikir secara kritis, strategis, taktis
dalam proses pembelajaran. Peserta didik dilatih untuk memahami, merumuskan,
memilih cara pemecahan masalah (problem solving) dan memahami proses
pemecahan masalahnya. Sehingga budaya instan seperti yang saat ini berkembang
harus ditinggalkan menuju proses pemberdayaan seluruh unsur dalam sistem
pembelajaran.
Usaha yang harus dilakukan guru harus memahami, memilih metode,
model, pendekatan, teknik dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan demi tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Hal ini
menjadi unsur terpenting dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pemilihan metode, model, pendekatan, teknik dan strategi pembelajaran
dapat mempengaruhi psikologis siswa. Dan pembelajaran yang monoton agan
membuat peserta didik cenderung mengalami rasa bosan ketika keguatan belajar
mengajar berlangsung. Oleh karena itu guru perlu melakukan kolaborasi dalam
memilih metode, model, pendekatan, teknik dan strategi pembelajaran sehingga
suasana dalam kegiatan belajar mengajar lebih hidup dan dapat membuat peserta
didik lebih aktif dalam belajar. Dengan cara demikian diaharapkan adanya
perubahan dari mengingat (memorizing) atau mengahapal (rote learning) ke arah
berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding) dari model ceramah ke
discovery learening atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif,
serta dari subject centered ke clearer centered.
Karakter siswa pada usia sekolah dasar itu lebih cenderung tertarik kepada
media yang sifatnya visual daripada audio. Melalui media gambar, siswa
diharapkan dapat terbentuk pengetahuannya secara cepat dan permanen karena

3
siswa bukan hanya mendengar saja tetapi dapat melihat sendiri walaupun melalui
gambar sehingga tidak terjadi “hapal tetapi tidak tahu” (verbalisme). Untuk
mengatasi kesulitan siswa dalam memecahkan persoalan, perlu ada upaya guru
dalam proses pembelajaran dengan cara memvariasikan beberapa metode
pembelajaran dilengkapi dengan menggunakan media gambar. Disamping itu
juga, pembelajaran tidak akan berpusat kepada guru lagi tetapi berpusat kepada
siswa, sehingga siswa dapat membangun dan menggali pengetahuan sendiri secara
optimal.
Dalam hal ini, penulis melakukan tindakan kelas pada mata pelajaran IPS di
Siswa kelas V SD Negeri I Muara Rupit pada materi ” Pembagian Wilayah
Waktu di Indonesia”. Pada data awal pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
pada materi “ Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia” dapat ditemukan rata-rata
nilai siswa mencapai 59,09 dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 40 dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Persentase ketuntasannya yaitu dari 38 siswa,
hanya ada 17 siswa (44.74%) yang tuntas dan yang masih belum tuntas sebanyak
21 siswa (55.26%). Maka Berdasarkan hasil yang didapat dari awal pembelajaran
tersebut, peneliti menganggap perlu diadakan perbaikan dalam pembelajaran pada
materi “Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia” dengan Media Gambar yang
menurut peneliti bisa meningkatkan hasil belajar siswa Siswa kelas V SD Negeri I
Muara Rupit .

1. Identifikasi masalah
Dari kegiatan pembelajaran awal yang telah dilaksanakan oleh guru dan
melaui refleksi diri ditemukan beberapa masalah yang merupakan faktor penyebab
rendahnya rata-rata nilai yang diperoleh siswa, yaitu:
a. Siswa kurang termotivasi dalam menerima pelajaran.
b. Guru kurang mampu memberikan contoh-contoh soal realistis (sesuai
dengan pengalaman dengan keseharian siswa).
c. Siswa kurang berani mengemukakan pendapat
d. sarana prasarana yang tidak memadai Padahal sebenarnya penerapan variasi
Media pembelajaran bisa menyenangkan bagi siswa
2. Analisis Masalah

4
Setelah melakukan diskusi dengan Supervisor 1, akhirnya terungkap faktor-
faktor yang menyebakan rendahnya nilai nilai rata-rata yang diperoleh siswa,
yaitu:
a. Penggunaan metode yang digunakan kurang bervariasi
b. Guru tidak menggunakan media pembelajaran
c. Kurang detail dalam memberikan penjelasan
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah diatas, langkah selanjutnya peneliti
merencanakan alternatif dan prioritas pemechan masalah, untuk memperbaiki
proses pembelajaran maka peneliti mengambil beberapa alternatif dan prioritas
pemecahan masalah diantaranya :
1. Penggunaan metode bervariasi diantaranya ceramah, Tanya jawab, dan
Model Picture and Picture
2. Dengan Model Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa
tentang Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia.
3. Penerapan media gambar tentang Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia.
4. Pengelolaan kelas yang berfokus pada cara belajar siswa aktif untuk
meningkatan aktivitas belajar siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakng diatas maka permasalahan yang menjadi fokus
perbaikan adalah:
1. Apakah dengan menggunakan Model Picture and Picture dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia?
2. Bagaimana meningkatkan Model Picture and Picture pada siswa dalam
belajar IPS khususnya tentang Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian Perbaikkan Pembelajaran


Adapun tujuan perbaikan pembelajaran dalam penelitain ini dilakukan
dengan tujuan :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Pembagian Wilayah
Waktu di Indonesia menggunakan Model Picture and Picture

5
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar IPS khususnya
tentang Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia dengan menggunakan
Model Picture and Picture

D. Manfaat Penelitian Perbaikkan Pembelajaran


Hasil perbaiakan pembelajaran diharapkan dapat bermanfaat bagi :
Manfaat bagi siswa
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3. Meningkatkan rasa percaya diri siswa akan kemampuannya.
4. Meningkatkan keaktifan dan lebih kreatif siswa dalam belajar.
Manfaat bagi guru
1. Termotivasi untuk menggunakan Model Picture and Picture dan media
pembelajaran yang benar.
2. Dapat memperbaiki proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dikelolanya.
3. Meningkatkan profesionalisme guru dalam membimbing siswa belajar
secara benar.
4. Keberhasilan dalam mendidik murid merupakan suatu keberhasial dan
kebanggan oleh setiap guru
Manfaat bagi sekolah
1. Dapat meningkatkan kualitas sekolah dalam rangka memberikan pelayanan
pendidikaan terhadap masyarakat.
2. Sebagai arsip dokumentasi yang dapat digunakan sebagai alat bukti
bahwa di sekolah telah ada inovasi dalam dunia pendidikan.
Manfaat bagi peneliti
1. Dapat meningkatkan wawasan, pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan
dalam melakukan mengajar dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
2. Lebih cermat dalam mendiagnosa masalah yang ada pada peserta didik
3. Menunjang dalam karir

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran IPS


IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan ,
adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep keterampilan
keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi. Dan ekonomi (Puskur,
2001 : 9). Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1999 :1) menyatakan bahwa IPS
merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai
ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan
kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.Materi IPS untuk jenjang sekolah
dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi
pedagogic dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang
bersifat holistik Sapriya ( 2009 : 20 )
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada
transper konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh
pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,
nilai,moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS
juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan
masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan dilingkungan sekitarnya.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Pendidikan adalah
upaya sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta
didik untuk memiliki kekuatan dalam kegamaan, pengendalian diri, kecerdasan
emosional dan spiritual demi mewujudkan situasi belajar yang kondusif baik
dilingkungan pribadi ataupun dilingkungan masyarakat. Pembelajaran di kelas
sebagai bagian integral dalam pendidikan juga memiliki visi yang sama terhadap
sistem pendidikan nasional, yaitu membentuk kemampuan individu
mengembangkan dirinya yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang
sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu,
maupun sebagai warga negara dan warga masyarakat

7
Sapriya (2015 : 19) menjelaskan bahwa istilah Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah.jika
dilihat dari segi bahasa, dalam kalimat pendidikan IPS terdapat dua kata yang
memiliki arti dan makna yang berbeda yakni pendidikan dan IPS. Sesuai dengan
pendapat Supriatna, dkk (2010 : 5) pendidikan IPS terdiri dari dua kata
pendidikan dan IPS. Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang
disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.dari tidak
tahu menjadi tahu dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya,
sedangkan pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya
pada aktivitas kehidupan manusia.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD/MI yang
memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Dijelaskan dalam pasal
37 UU Sisdiknas bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus
ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Melalui mata pelajaran IPS
siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesi yang demokratis,
bertanggung jawab, saling menghormati dan menghargai perbedaan, serta menjadi
warga Negara yang cinta kepada kedamaiaan. Menurut Supriyatna, dkk (2010 :
26) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
Hamid Hasan, dkk (2009:1) menyatakan bahwa, pembelajaran IPS yang
diharapkan adalah suatu pembelajaran yang mampu mempersiapkan, membina,
dan membentuk kemampuan siswa yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan
kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di lingkungan masyarakat.
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan
ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Konsep
dasar IPS yang dikembangkan berdasarkan konsep ilmu sosial yang sangat
dibutuhkan sebagai bahan pembelajaran pada tingkat persekolahan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan, maupun sebagai bahan pengembangan
dalam meningkatkan kemampuan daya nalar para siswa di Penguruan Tinggi.
Konsep dan fakta menurut IPS yang terpenting untuk dapat dipahami dan
dipecahkan berkaitan dengan masalah-masalah sosial baik masalah sederhana

8
maupun masalah yang kompleks. Misalnya, didalam geografi tentang perusakan
lingkungan, gejala kerusakan alam yang tidak hanya mencakup kerusakan
geografi belaka, namun secara ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik, hukum
dan hal lainnya pun menjadi tidak seimbang atau berkaitan erat. Pelajaran IPS
juga membahas tentang hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Lingkungan masyarakat merupakan tempat anak didik tumbuh dan berkembang
menjadi manusia utuh dan menjadi bagian dari masyarakat yang nantinya akan
dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Dalam proses pembelajaran IPS yang menjadi pokok bahasan yaitu ragam
pendekatan dan metode yang diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi lingkup
masyarakat serta aspek kehidupan sosial. Keragaman pendekatan dan metode
yang diterapkan pada proses pembelajaran IPS, dapat mempertahankan suasana
yang hangat dan menarik, sehingga para siswa tidak dihinggapi kejenuhan dan
kebosanan.

B. Hasil Belajar
Belajar didefinisikan sebagai suatu prose usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku sebagai hasil dari interaksi
baru secara keseluruhan, hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi baru
secara keseluruhan, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi baru secara
keseluruhan, hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto , 2003 : 2) belajar merupakan kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik (Syaiful Bahri Djamarah, 2002 :13) menurut
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004 :127) belajar berlangsung secara
aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk
mencapai suatu tujuan.
Menurut Mardianto pengertian belajar :
1. Belajar adalah suatu usaha, yang bearti perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi
yang dimiliki, baik fisik maupun mental.

9
2. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain
perubahan tingkah laku diharapkan kearah positifdan kedepan.
3. Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap
negative menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat dan lain
sebagainya.
4. Belajar juga bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan
buruk, menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang dirubah tersebut
untuk menjadi bekal hidup seseorang agar ia dapat membedakan mana
yang dianggap baik di tengah-tengah masyarakat untuk dihindari dan
mana pula yang harus dipelihara.
5. Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan tentang berbagai
bidang ilmu, misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak
dapat menulis jadi dapat menulis. Tidak dapat berhitung menjadi tahu
berhitung dan sebagainya.
6. Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan,
misalnya,keterampilan bidang olah raga, bidang kesenian, bidang tekhnik
dan sebagainya.
Belajar merupakan salah satu aktifitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya,menghasilkan sejumlah
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap
Winkel (2004 : 59). Perubahan itu bersifat konstan berbekas. Belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam
kemampuan (competencies), keterampilan ( skill ), dan sikap ( attitudes ) Bell-
Gredler (Udin S, 2008 : 1.5). disimpulkan bahwa belajar dapat didefinisikan
sebagai usaha sadar yang dilakukan individu atau manusia untuk memperoleh
perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan dalam interaksinya dengan
lingkungan dimana perubahan atingkah laku hasil belajar tersebut bersifat
positif.
Dimyati dan Mujiono (2002 : 157) mendefinisikan pembelajaran adalah
proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam
belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan ,
keterampilan, dan sikap. Menurut Udin S Winataputra (2008 : 1.18)

10
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri siswa.
Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk
menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan
pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil
belajar tersebut Udin S. Winataputra ( 2008 :1.18 ).
C. Materi Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia
Kita tinggal di planet bumi. Di planet bumi terjadi siang dan malam,
perbedaan waktu, dan lain-lain. Wilaya Indonesia memiliki pembagian daerah
waktu yang berbeda-beda. Perbedaan waktu ini akan memengaruhi kegiatan
yang dilakukan sehari-hari. Secara astronomis, Bumi terdiri atas garis bujur
dan garis lintang.Garis bujur adalah garis imajinasi yang menghubungkan
kutub utara dan kutub Selatan Bumu. Garis bujur digunakan sebagai pedoman
untuk pembagian wilayah waktu. Bumi berputar pada porosnya.hal ini disebut
sebagai rotasi. Bumi berotasi satu kali putaran penuh membentuk lingkaran
360 derajat selama 24 jam. Untuk berputar 1 derajat maka Bumi membutuhkan
waktu 4 menit. Bila berputar 15 derajat maka bumi membutuhkan waktu 1 jam.
Jadi setiap tempat di muka bumi yang mempunyai selisih garis bujur 15 derajat
akan mempunyai perbedaan waktu 1 jam.
Perbedaan waktu tidak hanya dialami oleh Indonesia saja tetapi juga
terjadi di seluruh Negara di dunia. Pembagian wilayah waktu, dapat dipelajari
melalui media peta, atlas, atau globe. Garis yang tampak pada globe adalah
garis lintang atau bias juga disebut garis parallel, dan garis bujur yang biasanya
disebut garis meridian. Garis lintang yaitu garis khayal yang melingkari bumi,
seolah membela bumi menjadi belahan bumi bagian utara atau Lintang Utara
(LU) dan belahan bumi bagian selatan atau Lintang Selatan (LS) yaitu 6 0 LU-
11 LS. Garis bujur adalah garis khayal membujur yang membela bumi menjadi
Bujur Barat (BB) dan belahan timur atau garis Bujur Timur (BT).
Garis bujur .yang ada dimuka bumi berjumlah 360 buah, terdiri atas 180
buah di sebelah barat belahan bumi dan 180 buah disebelah timur belahan
bumi. Jarak antara garis yang satu dengan yang lainnya adalah 10. Setiap satu
derajat memiliki selisih waktu 4 menit. Setiap 15 0 memiliki selisih waktu 15 x

11
4 menit = 60 menit atau 1 jam. Jadi, permukaan bumi dibagi 24 daerah waktu
(360 : 15). Tiap-tiap daerah waktu selisihnya 1 jam . Jika berdasarkan pada
ketentuan umum, pembagain wilayah waktu didunia adalah 10 selisih 4 menit.
Jadi, wilayah Indonesia yang terletak pada Garis bujur 95 0 BT – 1410 BT
mempunyai panjang Busur 460 sama dengan 46 x 4 menit = 184 menit atau 3
jam 4 menit dibulatkan 3 jam.
Wilayah Indonesia terletak pada garis bujur 95 derajat BT-141 derajat
BT. Setiap wilayah waktu terdiri dari 15 derajat garis bujur. Setiap wilayah
waktu mmempunyai selisih waktu 1 jam. Pembagian wilayah waktu di
Indonesia terdiri atas waktu Indonesia Barat (WIB). Waktu Indonesia Tengah
(WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Adapun penjelasan mengenai tiga
bagian waktu di Indonesia adalah :
1. Waktu Indonesia Barat ( WIB )
Waktu Indonesia Barat terbentang sepanjang garis 105⁰ Bujur
Timur.Waktu Indonesia Barat sama dengan pembagian waktu internasional
UTC +7 atau GMT +7. Berikut adalah provinsi-provinsi yang tercangkup
dalam WIB :
a. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
b. Provinsi Sumatera Utara
c. Provinsi Sumatera Barat
d. Provinsi Riau
e. Provinsi Kepulauan Riau
f. Provinsi Jambi
g. Provinsi Sumatera Selatan
h. Provinsi Lampung
i. Provinsi Bangka Belitung
j. Provinsi Bengkulu
k. Provinsi DKI Jakarta
l. Provinsi Jawa Barat
m. Provinsi Banten
n. Provinsi Jawa Tengah
p. Provinsi DI Yogyakarta

12
q. Provinsi Jawa Timur
r. Provinsi Kalimantan Barat
s. Provinsi Kalimantan Tengah
2. Waktu Indonesia Tengah (WITA)
Waktu Indonesia Tengah terbentang sepanjang garis 120⁰ Bujur Timur.
Waktu Indonesia Tengah ini sama dengan pembagian waktu Internasional UTC
+8 atau GMT +8. Berikut adalah provinsi-provinsi yang tercangkup dalam
WITA
1. Provinsi Kalimantan Utara
2. Provinsi Kalimantan Timur
3. Provinsi Kalimantan Selatan
4. Provinsi Bali
5. Provinsi Nusa Tenggara Barat
6. Provinsi Nusa Tenggara Timur
7. Provinsi Sulawesi Barat
8. Provinsi Sulawesi Tengah
9. Provinsi Sulawesi Selatan
10.Provinsi Sulawesi Tenggara
11.Provinsi Sulawesi Utara
12.Provinsi Gorontal
3. Waktu Indonesia Timur (WIT)
Waktu Indonesia Timur terbentang sepanjang garis 135⁰ Bujur Timur.
Waktu Indonesia Timur ini sama dengan pembagian waktu Internasional UTC
+9 atau GMT +9. Berikut adalah provinsi-provinsi yang tercangkup dalam
WIT :
a. Provinsi Maluku
b. Provinsi Maluku Utara
c. Provinsi Papua
d. Provinsi Papua Barat
Perhitungan waktu menurut standar internasional yang berlaku adalah GMT
(Greenwich Meridian Times) yang berada pada garis 00. Oleh karena itu, wilayah

13
Indonesia yang terletak disebelah timur Greenwich, waktunya lebih cepat
daripada GMT.
D. Model pembelajaran Picture and Picture
1. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan
menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik
dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Model pembelajaran picture and picture menurut Suprijono (dalam
Huda 2014 :236) mengemukakan picture and picture merupakan strategi
pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.
Strategi ini mirip dengan Example Non Example, dimana gambar ini
menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran.dalam pembelajaran
seorang guru tidak cukup hanya menyampaikan pengetahuan saja. Akan
tetapi juga harus mampu menciptakan suasana kelas yang penuh perhatian,
sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan tercapai tujuan yang
optimal. Oleh karena itu guru harus mampu menentukan model yang terbaik
yang akan digunakan.
Secara umum model mempunyai pengertian suatu garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, model bisa diartikan sebagai pola
pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreaktif, dan
menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktif
peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap
pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu
menarik minat peserta didik.dan kreaktif, setiap pembelajarannya harus
menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau
dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik

14
atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses
pembelajaran.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
Langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut
Jamal Ma’mur Asmani terdapat tujuh langkah yaitu:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.Guru
menyampaikan Kompetensi Dasar dan indikaot mata pelajaran yang
harus dicapai oleh siswa.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar Penyajian materi sebagai
pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini.
c. Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi.Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukan oleh guru atau oleh temannya.
d. Guru memilih siswa secara bergantian untuk
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.Di
langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan
secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum.
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar
tersebut.Siswa dilatih untuk mengemukan alasan, pemikiran atau
pendapat tentang urutan gambar tersebut.
f. Guru mulai menanamkan konsep atau materi.Dalam proses ini
guru harus memberikan penekanan pada hal akan dicapai dengan
meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan.
g. Menyimpulkan materi yang baru saja diterimanya.Kesimpulan dan
rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam
proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.

15
3. Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Picture and Picture
Dalam setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya,
Kelebihan model pembelajaran picture and picture:
a. Pembelajaran lebih terarah
b. Siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan mudah
c. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa
d. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa
e. Pembelajaran lebih berkesan
Kelemahan model pembelajaran picture and picture:
a. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas
b. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar
c. Perlu beradaptasi dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama
dalam membahas suatu materi pelajaran.
d. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan
gambar-gambar yang diinginkan
Prosedur yang dilakukan dalam merancang, menyelesaikan, dan menghasilkan
dari sesuatu yang diinginkan (Atmazaki, 1993:124). Dalam pembelajaran sifat-
sifat bangun ruang ini peneliti menggunakan teknik penggunaan model picture
and picture dengan media gambar. Teknik metode picture and picture adalah
metode yang dilakukan dengan mengamati suatu gambar secara langsung.

16
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek
Penelitian ini dilaksanakan pada pelajaran IPS siswa Siswa kelas V SD
Negeri I Muara Rupit. Mata Pelajaran IPS Semester II Tahun Pelajaran 2021/2022
Jumlah siswa kelas V terdiri dari 38 siswa, 19 siswa laki- laki dan 19 siswa
perempuan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
2. Tempat
Penelitian dilaksanakan di Siswa kelas V SD Negeri I Muara Rupit .
3. Waktu
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam 3 siklus dengan jadwal sebagai
berikut :
NO HARI / TANGGAL SIKLUS POKOK BAHASAN
Pra Pembagian wilayah
1 Senin, 26 April 2021
Siklus waktu di Indonesia
Pembagian wilayah
2 Senin, 03 Mei 2021 I
waktu di Indonesia
Pembagian wilayah
3 Senin, 10 Mei 2021 II
waktu di Indonesia

4. Pihak yang Membantu


Pihak yang membantu pelaksanaan penelitian ini yaitu Ibu Yulianti, M.Pd
selaku supervisor 1 dalam penelitian ini dan teman sejawat dalam merekam video
simulasi pembelajaran.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Kegiatan perbaikan pembelajaran dilaksanakan melalui proses pengkajian
berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengumpulan data dan refleksi. Masing-masing tahap dijelaskan sebagai berikut .

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

17
Perbaikan pembelajaran dilakukan melalui penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus kegiatan yang dilakukan
meliputi : (a). Perencanaan; (b). Pelaksanaan; (c). Observasi/pengamatan; dan
(d). Refleksi. Seperti yang terlihat pada desain siklus berikut ini :

Gambar 3.1 Alur PTK

awal/ Rencana
Refleksi rancangan

Tindakan/

Observasi Rencana yang


direvisi
Refleksi

Tindakan/

Observasi Rencana yang


direvisi
Refleksi

Tindakan/

Observasi

a. Perencanaan
Merencanakan suatu kegiatan merupakan aktifitas yang harus dilakukan
karena tanpa perencaan maka kegiatan akan ricuh dan tidak terarah. Rencana
merupakan satu kebutuhan pokok dalam melaksanakan setiap kegiatan. Tahap
perencanaan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Rencana akan
menjadi acuan dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran.
1. Mengidentifikasi Masalah
Dengan pelaksanaan pembelajaran pra siklus pada tanggal 26 April 2021
peneliti dapat mengidentifikasi dengan mudah masalah seperti apa yang terjadi
pada pembelajaran di Siswa kelas V SD Negeri I Muara Rupit. Peneliti dengan

18
dibantu oleh Supervisor 1 dalam memutuskan penggunaan media pembelajaran
berupa media gambar sebagai pemecahan masalah pembelajaran yang dialami.
2. Menganalisis dan Merumuskan Masalah
Sebelum menggunakan media gambar dalam kegiatan pembelajaran peneliti
berdiskusi dengan supervisor 1, tentang kemungkinan keberhasilan media
tersebut, ataukah ada alternatif media pembelajaran mendukung lain yang
supervisor sarankan pada peneliti.
Persiapan Pelaksanaan yang Meliputi:
a. Membuat skenario, dalam hal ini berupa rencana pembelajaran yang
berisikan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang intinya adalah
tindakan yang akan dilakukan.
b. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang dapat digunakan dan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran
c. Mempersiapkan lembar observasi
Tahap perencanaan siklus I diawali peneliti dengan:
1. Mengidentifikasi masalah
Peneliti di bantu supervisor mengidentifikasi masalah yang terjadi pada
pembelajaran siklus I.
2. Menganalisis dan
merumuskan masalah
Peneliti dan supervisor mencari alternative tambahan untuk meningkatkan
hasil pembelajaran siklus I, agar pada siklus II hasilnya lebih memuaskan
3. Persiapan pelaksanaan yang
meliputi:
a. Membuat skenario, dalam hal ini berupa rencana pembelajaran yang
berisikan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang intinya
adalah tindakan yang akan dilakukan,
b. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang dapat digunakan dan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran,
c. Mempersiapkan lembar observasi.

b. Pelaksanaan

19
Pelaksanaan sebagai langkah yang kedua merupakan realisasi dan rencana
yang kita buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang
tidak pernah menjadi kenyataan. Tahap ini diawali dengan persiapan pelaksanaan
yang sebenarnya dapat merupakan bagian dari perencanaan. Setelah persiapan
mantap barulah kita mulai dengan pelaksanaannya di kelas.
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran di
dalam kelas untuk mengumpulkan data melalui observasi.
Adapun dalam kegiatan pembelajaran peneliti melakukan seperti skenario
yang telah disusun :
Perbaikan Pembelajaran Siklus I
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam dan menyapa
siswa,berdo’a, absen
b. Memberikan apersepsi berupa pertanyaan tentang materi yang akan
dijelaskan
c. Memberi motifasi kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pembagian wilayah waktu di
Indonesia dengan menggunakan model picture and picture
b. Guru menunjukkan gambar pembagian wilayah waktu.
c. Guru meluruskan kesalahan pemahaman tentang pembagian wilayah
waktu, memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
a. Guru melakukan refleksi materi yang telah dibahas
b. Guru memberikan kesimpulan dari hasil pembelajaran

d. Refleksi
Refleksi yaitu melihat atau merenungkan kembali apa yang telah kita
lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa. Melakukan refleksi tidak
ubahnya seperti berdiri di depan cermin untuk melihat kembali bayangan kita atau
memantulkan kembali kejadian yang perlu kita kaji. Melalui simulasi video

20
refleksi peneliti akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai serta apa yang
belum dicapai, dan apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
Pada tahap ini dengan dibantu hasil analisis data, peneliti mencoba merenungkan
mengapa satu kejadian berlangsung dan mengapa seperti itu terjadinya. Peneliti
juga mencoba merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa
yang lain gagal. Melalui refleksi ini peneliti mengenal kekuatan dan kelamahan
dari tindakan yang sudah dilakukan.

Perbaikan Pembelajaran Siklus II


1. Kegiatan Awal
a. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam dan menyapa
siswa,berdo’a, Absen
b. Memberikan apersepsi berupa pertanyaan tentang materi yang akan
dijelaskan
c. Memberi motifasi kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pembagian wilayah waktu di
Indonesia dengan menggunakan model picture and picture.
b. Guru menunjukkan gambar pembagian wilayah waktu.
c. Guru meluruskan kesalahan pemahaman tentang pembagian wilayah
waktu, memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan Akhir (10 menit)
a. Guru melakukan refleksi materi yang telah dibahas
b. Guru memberikan kesimpulan dari hasil pembelajaran
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan tindakan disertai dengan refleksi dan sekaligus
interpretasi terhadap data tentang proses dan hasil tindakan, sehingga dapat
dikatakan pelaksanaan tindakan dan observasi atau interpretasi berlangsung
simultan artinya data yang diamati tersebut langsung diinterpretasikan atau
ditafsirkan, tidak sekedar di video saja. Cara untuk memvideo dan bagaimana
memvideonya harus ditentukan dengan jelas.

21
Refleksi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu, namun refleksi yang
dilakukan pada tahap ini adalah untuk mengetahui kualitas perbaikan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Idealnya refleksi tersebut dilakukan oleh
peneliti sendiri. Namun, jika refleksi atau video tersebut terlalu menyita waktu
peneliti dan mengakibatkan konsentrasi peneliti selaku guru dalam mengajar
terganggu, maka peneliti dapat menggunakan bantuan Supervisor 1 untuk
membantu untuk merefleksi hasil simulasi pembelajaran. Refleksi yaitu melihat
atau merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi
proses belajar siswa. Melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdiri di depan
cermin untuk melihat kembali bayangan kita atau memantulkan kembali kejadian
yang perlu kita kaji. Melalui simulasi video refleksi peneliti akan dapat
menetapkan apa yang telah dicapai serta apa yang belum dicapai, dan apa yang
perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Pada tahap ini dengan
dibantu hasil analisis data, peneliti mencoba merenungkan mengapa satu kejadian
berlangsung dan mengapa seperti itu terjadinya. Peneliti juga mencoba
merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa yang lain
gagal. Melalui refleksi ini peneliti mengenal kekuatan dan kelamahan dari
tindakan yang sudah dilakukan.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berikut menampilkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran. Hasil untuk
siklus penelitian berupa table, grafik atau penjelasan lainnya. Ditampilkan
aktivitas siswa, rata-rata nilai untuk tiap siklus, analisis data tentang ketuntasan
belajar tiap siklus. Menampilkan jumlah siswa yang tuntas atau tidak tuntas pada
masing-masing siklus.
1. Hasil Pengolahan Data
Hasil pengolahan data penelitian perbaikan pembelajaran IPS Siswa kelas V
SD Negeri I Muara Rupit di tampilkan dalam bentuk tabel dan diagram sebagai
berikut :
Tabel 4.1
Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Mata Pelajaran IPS Siswa kelas V SD Negeri I Muara Rupit dalam Prediksi

Keterlibatan Pra Siklus Siklus I Siklus II


N
Siswa dalam Jumlah Jumlah Jumlah
o % % %
Pembelajaran Siswa Siswa Siswa

1 Terlibat Aktif 17 36.67 25 50 33 76.67

2 Terlibat Pasif 14 16.67 7 13.33 3 6.67

3 Tidak Terlibat 7 46.67 6 36.67 2 16.67

Jumlah 38 0 38 0 38 0

Keterangan:
a. Terlibat Aktif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, aktif
bertanya, dan menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi pelajaran
yang diajarkan.

23
b. Terlibat pasif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh, tetapi
tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dengan seadanya.
c. Telibat pasif, artinya siswa duduk diam saja, tidak mau bertanya dan mau
menjawab pertanyaan.

Diagram 1
Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Mata Pelajaran IPS Siswa kelas V SD Negeri I Muara Rupit dalam Prediksi
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0% Terlibat Aktif
40.0% Terlibat Pasif
Tidak Terlibat
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tabel 4.2
Hasil Tes Formatif Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Mata Pelajaran IPS Siswa kelas V SD Negeri I Muara Rupit dalam Prediksi
Nilai
No Nama L/P Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1 Andika Malentino L 50 70 90
2 Ariffur Rahman L 40 60 60
3 Ananda Pratama L 40 70 80
4 Edo Darussalam L 40 70 80
5 Mulyadi L 70 80 100
6 Azzura Nevia Putri P 70 80 100
7 Asyila Salsabilla P 50 70 90
8 Baytul Rahman L 50 70 90
9 Anggun P 70 80 90

24
10 Annisya Fany Zalianti P 60 70 80
11 Ayu Melisa P 80 95 100
12 Asensa Qua’ani P 80 80 100
13 Jihan Ramanda L 70 80 100
14 Keimas Reval Diandra L 70 70 100
15 M.Haikal L 80 80 100
16 Feni Intan Ayu Duri P 80 90 100
Leni SantikaLupiah P 60 60 90
17
Febrianti
18 Fajriyansyah L 80 90 100
19 Rezeki Athorik L 80 90 100
20 M.Fajar Eko Putra L 70 70 70
21 M.Lutfi L 60 70 70
22 Muhammad Rizky Alfasa L 40 70 80
23 Shera Aura P 70 70 80
24 Sindi Aulia P 40 60 80
25 Siti Halima Tusakdiah P 70 70 80
26 Olyvia P 40 60 60
27 Pita Amanda P 60 60 60
28 M Farel Perdana L 65 65 80
29 Riri Agus Novarianto L 50 60 60
30 Amelia Tri Zeti P 50 65 70
31 Herli P 50 60 80
32 Hani Karmila P 50 60 70
33 Septi Anugra Putri P 50 65 70
34 Tri Sulistyo L 50 60 80
35 Tania Dewi Septica P 40 60 100
36 Wisnu Asmara L 50 60 100
37 Payza adesta L 70 60 60
38 Hani Syaputra P 50 60 100
Jumlah 22.45 2640 3200
Rata-rata 59.09 69.50 84.21
Nilai Tertinggi 80 95 100
Nilai Terendah 40 40 60
Tuntas ≥ 65 44.74
% 65.79% 86.84%
Tidak Tuntas < 65 55.26
% 34.21% 13.16%

Tabel 4.3
Range Nilai Hasil Tes Formatif Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Mata Pelajaran IPS Siswa kelas V SD Negeri I Muara Rupit dalam Prediksi
Frekwensi
Nilai
Pra Siklus Siklus I Siklus II
90 - 100 0 4 18
80 - 89 6 6 10

25
70 – 79 9 12 5
60 - 69 15 16 5
50 -59 11 0 0
40 - 49 7 0 0
38 38 38

Diagram 2
Range Nilai Hasil Tes Formatif Pra Siklus, Si klus I, dan Siklus II
Mata Pelajaran IPS Siswa kelas V SD Negeri I Muara Rupit dalam Prediksi
16

14

12

10
PraSiklus
8
Siklus I
6 Siklus II

0
90-100 80-89 70-79 60-69 50-59 40-49

1. Deskripsi Temuan dan Refleksi


a. Refleksi pra siklus, kegiatan prasiklus yang dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 26 April 2021 memperoleh data bahwa rendahnya hasil kegiatan
aktivitas dan hasil evaluasi siswa. Hal itu disebabkan karena guru tidak
menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi sejarah peninggalan
hindu di Indonesia yang seharusnya dapat membantu siswa menguasai
materi pembelajaran yang disampaikan. Berdasarkan tabel di atas, prediksi
dalam menganalisis terhadap hasil aktivitas siswa menunjukan bahwa 17
(44,74%) siswa terlibat aktif, 14 (36,84%) siswa terlibat pasif, dan 7
(18,42%) siswa tidak terlibat. Analisis terhadap hasil tes belajar menunjukan
bahwa dari 38 orang siswa, 17 (33,3%) siswa memperoleh nilai ≥ 65, dan 21
(66.7%) siswa memperoleh nilai <65.
b. Refleksi pada siklus I, kegiatan siklus I ini dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 03 Mei 2021. Kegiatan siklus I ini merupakan hasil dari setelah guru
dalam pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi (ceramah, tanya

26
jawab, dan pemberian tugas) menunjukkan peningkatan hasil aktivitas dan
evaluasi siswa. Prediksi hasil aktivitas belajar siswa meningkat pada pra
siklus siswa yang terlibat aktif 17 (44,74%) dan 25 (65,79%) siswa pada
siklus I. Hasil tes belajar meningkat pada pra siklus siswa yang tuntas hanya
17 (33,3%) dan 25 (65,79%) siswa pada siklus I. Peningkatan ketuntasan
belajar siswa dari pra siklus ke siklus I, yaitu 21,4%.
c. Refleksi pada siklus II, kegiatan pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 10 Mei 2021. Kegiatan ini merupakan kegiatan setelah guru
memberikan latihan dan bimbingan disamping dalam pembelajaran
menggunakan metode yang bervariasi (ceramah, tanya jawab, dan
pemberian tugas). Dalam prediksi kegiatan siklus II ini menunjukkan bahwa
adanya peningkatan hasil aktivitas belajar siswa meningkat pada siklus I
siswa yang terlibat aktif 25 (65,79%) dan 33 (86,84%) siswa pada siklus II.
Hasil tes belajar meningkat pada siklus I siswa yang tuntas 17 (33,3%) dan
33 (90,0%) siswa pada siklus II. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dari
siklus I ke siklus II, yaitu 33,3%.

B. Pembahasan Hasil Perbaikan Pembelajaran


Dari hasil refleksi tahap prasiklus, siklus I dan siklus II ternyata proses
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yaitu media gambar
menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
Hal itu disebabkan adanya perbaikan pembelajaran baik dari alat peraga, metode
bervariasi, pemberian contoh-contoh dan latihan, dan bimbingan yang dilakukan
oleh guru.
Hasil perbaikan yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau
media pembelajaran yang relevan atau sesuai dengan karakteristik pada materi
dan mata pelajaran yang optimal ternyata dapat membantu tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang diterimanya. Hal itu sejalan dengan pendapat I. Gatot
Muhsetyo, dkk. (2007), yaitu bahwa media merupakan alat bantu pembelajaran
yang dengan sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan oleh guru untuk
menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa untuk terlibat langsung dalam
pembelajaran.

27
Dari nilai dan data keaktifan siswa, ternyata ada peningkatan nilai yang
diraih oleh siswa. Peningkatan tersebut merupakan keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal lain yang yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran diantaranya adalah pemberian motivasi siswa.
Motivasi dapat didefinisikan sebagai dorongan untuk berbuat sesuatu. Suciati
(2003). Dorongan tersebut dapat berasal dari dirinya sendiri yang dinamakan
Intrinsik Motivation atau dari luar yang dinamakan Extrinsic Motivation.
Pembelajaran yang evektif sangat bergantung dari guru yang mengelolanya.
Guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswa terutama yang kurang
memiliki motivasi belajar (guru bertindak sebagai motivator) sehingga siswa
terdorong untuk aktivitas terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal-hal yang
dilakukan oleh peneliti dalam upaya meningkatkan motivasi siswa dalam proses
pembelajaran, yaitu :
1. Merespon setiap pertanyaan syang diajukan oleh guru maupun temannya
sendiri.
2. Memberikan pujian (rewood) bagi siswa yang dapat menjawab secara benar.
3. Membantu siswa dalam menumbuhkembangkan kepercayaan dirinya.
4. Memberikan bimbingan kepada siswa dalam menguasai suatu konsep yang
diberikan guru.
5. Mengajukan pertanyaan (kuis) kepada siswa sesuai dengan tingkat
pemahamannya.
6. Pemberian penugasan dalam kegiatan pembelajaran agar aktivitas siswa
terlibat aktif.
Perbedaan pemahaman yang terjadi pada siswa merupakan tantangan
tersendiri bagi seorang guru. Oleh karena itu, guru harus menciptakan proses
pembelajaran yang didesain atau dipola sebaik dan serelevan mungkin agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Namun, apabila masih terdapat beberapa siswa yang
belum mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal, maka tugas guru untuk
memberikan bimbingan secara khusus.
Membimbing siswa yang tingkat pemahamannya kurang atau lamban
merupakan salah satu tugas guru dalam pembelajaran. Gagne dan M Driscooll
(dalam Woolfolk: 1993) mengatakan,” Memberikan bimbingan belajar dengan

28
tujuan untuk membantu siswa agar mudah mencapai tujuan pembelajaran atau
kemampuan yang harus dicapainya pada akhir pelajaran”. Dengan demikian,
bimbingan dalam proses pembelajaran mutlak harus dilakukan.
Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah evaluasi. Evaluasi dapat
dilakuakn ketika atau setelah proses pembelajaran dilakukan. Dari hasil evaluasi
itulah, guru dapat mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi. Sehingga
guru dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran itu perlu dilakukan
perbaikan atau tidak.

29
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan
pada Bab IV maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut :
1. Model picture and picture sangat efektif digunakan dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebab dapat merangsang siswa
dalam belajar dan berfikir secara kritis sehingga dapat mengeluarkan
pendapatnya
2. Penggunaan model picture and picture dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Penggunaan model picture and picture juga
memperjelas konsep yang akan disampaikan, sehingga hasil belajar siswa
meningkat dari siklus 0 ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II.

B. Saran Tindak Lanjut


1. Bagi guru kelas V Sekolah Dasar, dalam memberikan materi pembelajaran
Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia, sebaiknya siswa diberikan alat
bantu agar mereka dengan mudah memahami materi pembelajaran.
2. Dalam pembelajaran mengenai Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia,
sebaiknya guru menggunakan waktu yang efisien dan efektif.
3. Dalam pembelajaran IPS dapat memanfaatkan media gambar yang sesuai
dengan materi belajar, sehingga dapat selalu meningkatkan hasil belajar.
4. Diharapkan kepada kepala sekolah dapat mendukung upaya guru untuk
menciptakan pembelajaran yang bersifat PAKEM dengan menyediakan
berbagai alat dan bahan yang bisa memacu guru dalam menciptakan media
pembelajaran yang di perlukan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anggro, M. Toha, dkk. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anitah, Sri, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Sardjiyo, dkk. (2008). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Satori, Djam’an. (2011). Profesi Keguruan.Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumaatmadja, Nursid, dkk. (2008). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Suryanto, Adi, dkk. (2009). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka

Susilaningsih,Endang, dkk.(2008).Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 5.


Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional

Wardani, I.G.A.K., dkk. (2014). Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Wardani, I.G.A.K., dkk. (2012). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta:


Universitas Terbuka.

31
Wardani, I.G.A.K., dkk. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Winataputra, Udin S, dkk. (2011). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:
Pusat penerbitan Universitas Terbuka.

32

Anda mungkin juga menyukai