Bab Ii Kajian Pustaka
Bab Ii Kajian Pustaka
KAJIAN PUSTAKA
Berat badan lmerupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata
berat bayi normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum,
BBLR dan bayi dengan berat berlebih lebih besar risikonya untuk mengalami
masalah. Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena
semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep BBLR tidak
sinonim dengan prematuritas telah diterima secara luas pada akhir tahun 1960-an.
Tidak semua bayi yang memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram lahir cukup bulan.
hubungan antar usia kehamilan dengan berat lahir. Hubungan antara berat lahir dan
atau umur kehamilan juga sangat membantu dalam meramalkan masalah klinis bayi
baru lahir. Berat lahir merupakan salah satu faktor penentu kelangsungan hidup dan
perkembangan bayi. Berat lahir rendah meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
Penentuan umur kehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal hingga setelah
persalinan. Pada masa antenatal ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan
7
untuk menentukan apakah berat lahir bayi sesuai untuk usia kehamilan atau tidak.
Bagian dari pemeriksaan ini didasarkan pada kriteria perkembangan saraf yang
spesifik serta berbagai sifat fisik luar yang terus-menerus berubah seiring dengan
peneliti, diantaranya Dubowitz, Usher, dan Farr. Penerapan klinis yang praktis dan
dapat dipercaya digambarkan oleh Dubowitz dkk., dan dengan cepat diterima dunia.
hampir sama untuk memperkirakan umur kehamilan secara klinis dilaporkan oleh
Klasifikasi pada bayi baru lahir dapat dilihat berdasarkan berat lahir, umur
kehamilan, atau hubungan antara berat lahir dan umur kehamilan sesuai dengan tabel
Tabel 2.1
Dasar Klasifikasi Bayi Baru Lahir Menurut Berat Badan, Masa Gestasi dan
Menurut berat lahir Bayi Berat Lahir Rendah Bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir <2500 gram
Bayi Berat Lahir Cukup/Normal Bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir 2500-4000 gram
Bayi Berat Lahir Lebih Bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir >4000 gram
Sumber: Damanik, 2014
World Health Organization (WHO) membagi BBLR untuk kepentingan
kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi menjadi bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) bila didapatkan dengan berat <1.500 gram dan bayi berat lahir amat sangat
rendah (BBLASR) bila didapatkan dengan berat <1.000 gram (WHO, 2011).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram atau lebih rendah. Idealnya, definisi dari BBLR seharusnya berdasarkan
dari data populasi masyarakat dan genetik yang sebisa mungkin homogen. Penyebab
berat lahir rendah adalah prematuritas, dan buruknya pertumbuhan janin di dalam
kandungan atau disebut Intra Uterine Growth Restriction (IUGR). Bayi berat lahir
rendah berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas dari bayi baru
Di Amerika Serikat prevalensi bayi lahir hidup dengan BBLR adalah 8,2%,
dengan jumlah Afrika-Amerika dua kali lebih banyak dari pada Kaukasia, sedangkan
di Indonesia prevalensi BBLR adalah 10,2% (Riskesdas, 2013). Lebih dari dua
dekade ini jumlah bayi BBLR meningkat, terutama disebabkan oleh karena
2016).
kecukupan pertumbuhan intrauterin. Tiga puluh persen dari bayi BBLR adalah bayi
cukup bulan (usia kehamilan >37 minggu) yang mengalami IUGR (Carlo, 2016).
Bayi dengan IUGR, menyebabkan lahirnya bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK),
dimana bayi dengan KMK mempunyai morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi
dari pada bayi yang sesuai dengan masa kehamilan (Sharma dkk., 2015).
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir 1.000
gram hingga kurang dari 2.500 gram. Bayi BBLSR, didominasi oleh bayi prematur.
yang akurat mortalitas bayi. Lebih dari 50% dari bayi BBLSR mengalami kematian,
dan 50% mengalami kecacatan seperti masalah dalam penglihatan dan pendengaran.
Kemampuan BBLSR untuk bertahan hidup sangat berhubungan dengan berat badan
lahirnya, dengan perkiraan 20% bayi bertahan hidup pada BBL 500 hingga 600 gram,
dan 90% bayi bertahan hidup pada BBL 1250 hingga 1500 gram. Dibandingkan
dengan bayi berat lahir normal, bayi BBLSR memiliki insiden yang lebih tinggi
untuk dirawat kembali di rumah sakit pada satu tahun kehidupannya oleh karena
(Carlo, 2016).
faktor yang berhubungan dengan prematuritas dengan IUGR sangatlah sulit. Terdapat
korelasi yang kuat antara kelahiran prematur dan IUGR dengan status sosioekonomi
kemungkinan yang lebih tinggi untuk kejadian anemia, kesakitan dan asupan nutrisi
yang kurang pada ibu hamil; asuhan prenatal yang inadekuat; komplikasi obstetrik;
prematur pada kehamilan sebelumnya). Faktor lain yang berhubungan adalah seperti
keluarga yang bercerai, kehamilan remaja, jarak antar kehamilan yang dekat, ibu
yang telah melahirkan lebih dari empat anak. Perbedaan pertumbuhan janin juga
dipengaruhi oleh suku dan ras orang tua, berat dan tinggi badan orang tua, status
sosial, dan faktor lainnya seperti merokok, penggunaan obat-obatan pada ibu, dan
lain-lain (Sharma dkk., 2015). Perbedaan derajat berat lahir dari setiap populasi lebih
banyak dipengaruhi oleh karena faktor lingkungan daripada oleh karena perbedaan
genetik yang lebih sulit untuk dijabarkan. Variasi genetik yang mempengaruhi berat
2.5 Prematuritas
Etiologi dari bayi prematur disebabkan oleh banyak faktor dan termasuk
interaksi yang kompleks dari fetus, plasenta, uterus dan faktro maternal seperti yang
Tabel 2.2
Fetus
- Fetal distres
- Kehamilan multipel
- Eritroblastosis
- Hydrops nonimun
Plasenta
- Disfungsi plasenta
- Plasenta previa
- Abrupsio plasenta
Uterus
- Uterus bicornuate
- Inkompeten cervix
Maternal
- Preeklamsi
- Penyakit kronis (penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal)
- Infeksi
- Penyalahgunaan obat
Lainnya
- Ketuban pecah dini
- Polihidramnion
- Iatrogenik
- Trauma
Sumber: Carlo, 2016
Kelahiran prematur dengan BBLR dimana berat badan bayi sesuai masa
inflamasi lokal sehingga terjadi ruptur amnion. Pemberian terapi antibiotik yang tepat
dapat menurunkan risiko dari infeksi fetus bahkan mungkin dapat memperpanjang
dengan pertambahan berat janin, tetapi walaupun untuk terjadinya bayi besar
dibutuhkan plasenta yang besar, tidak demikian sebaliknya. Namun demikian, berat
lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta. Berat lahir juga
berhubungan secara berarti dengan luas permukaan villus plasenta. Aliran darah
uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai
penyakit vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat
gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus
klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk seperti, kehamilan ganda,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu dengan
berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada
yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis
status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena
kebanyakan wanita memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh
lambat. Meskipun demikian, pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi
seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika
masukan nutrisi ibu rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLRdengan pemberian
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan untuk
kebanyakan wanita tersebut dilahirkan sebagai BBLR KMK. Demikian juga, wanita
yang pernah melahirkan bayi besar memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk
kembali melahirkan bayi besar, dan mereka sendiri cenderung berukuran besar pada
saat lahir. Hubungan yang berarti antar berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua
ras. Pengaruh dari polimorfisme nukleotida tunggal telah dilaporkan baru-baru ini.
Adalah penambahan penambahan alel C dari rs900400 dekat pada gen LEKR1 dan
CCNL1 pada bayi dengan berat badan lebih rendah pada kehamilan prematur tunggal
berhubungan dengan kondisi medis yang dapat mengganggu efisiensi sirkulasi dari
plasenta sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, atau gangguan
dari kesehatan dan nutrisi dari ibu. Banyak faktor penyebab yang sama antara IUGR
penurunan produksi insulin atau retensi insulin. Bayi dengan gangguan pada reseptor
IGF (Insulin Growth Factor)-1, hipoplasi pankreas, atau diabetes neonatus transien
dapat terjadi IUGR. Mutasi genetik berhubungan dengan mekanisme regulasi glukosa
dari sel islet pankreas yang menyebabkan penurunan produksi insulin meningkatkan
Tabel 2.3
Fetus
- Kelainan kromosom
- Infeksi kronis (rubela kongenital, CMV kongenital, sifilis)
- Kelainan kongenital
- Irradiasi
- Kehamilan multipel
- Hipoplasi pankreas
- Defisiensi insulin atau insulin growth factor
Plasenta
- Berat plasenta yang rendah
- Area perlekatan plasenta yang kecil
- Plasentitis
- Tumor plasenta (Chorioangioma, hydatidiform mola)
- Twin transfusion syndrome
Maternal
- Toxemia
- Hipertensi atau penyakit ginjal kronis
- Hipoksemia (oleh karena penyakit jantung sianosis, penyakit paru ataupun ketinggian
- Malnutrisi
- Penyakit kronis
- Anemia
- Penyalahgunaan obat
Sumber: (Carlo, 2016)
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah respon normal dari fetus
terhadap keadaan kurang oksigen dan/atau nutrisi. Oleh karena itu bayi IUGR
berisiko tinggi untuk terjadi malnutrisi dan hipoksia. Intrauterine Growth Restriction
dibagi menjadi tipe IUGR simetris dan IUGR asimetris. Jika gangguan pertumbuhan
terjadi pada akhir kehamilan, pertumbuhan jantung, otak dan tulang rangka tampak
paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati, limpa dan timus sangat berkurang.
Keadaan klinis ini disebut IUGR asimetri yang disebabkan oleh gangguan pada akhir
kehamilan seperti pada preeklampsia. Sedangkan apabila gangguan terjadi pada awal
kehamilan maka pertumbuhan otak dan tulang rangka pun terganggu, ini disebut
IUGR simetris dan seringkali berkaitan dengan hasil akhir perkembangan syaraf yang
Ada berbagai cara penentuan umur kehamilan antenatal mulai dari cara
sederhana yang telah digunakan dan terus digunakan yaitu Hari Pertama Haid
janin, munculnya suara jantung janin, dan tinggi fundus. Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT) biasanya tidak jelas, dan kejadian-kejadian selama kehamilan biasanya tidak
tercatat bila pasien tidak menjalani perawatan antenatal. Metode kebidanan yang
paling umum digunakan untuk mengukur umur kehamilan adalah ukuran Mc Donald.
Ukuran ini menggunakan tinggi fundus uteri dalam sentimeter di atas simfisis pubis.
Penentuan umur kehamilan yang lebih mutakhir menggunakan serangkaian
Perjalanan klinis, masalah, dan hasil perawatan klinis bayi KMK, SMK, dan
BMK berbeda. Demikian juga masalah bayi BKB berbeda dengan BBL cukup bulan
dan lebih bulan. Dengan melakukan klasifikasi, maka antisipasi dapat dipermudah
(Damanik, 2014).
kehamilan, bayi yang mengalami IUGR memiliki ukuran tubuh yang tidak
proposional, kepala relatif lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh. Akan
tetapi kedua bayi baik prematur maupun IUGR memiliki lemak sub kutan yang tipis.
memperkirakan usia kehamilan pada saat kelahiran. Pemeriksaan fisik yang sering
dilakukan adalah sistem penilaian Ballard (New Ballard Score/NBS) (Gambar 2.1),
penilaian ciri fisik luar dan evaluasi neurologis. Bayi dianggap memiliki risiko
morbiditas dan mortalitas yang tinggi apabila terdapat perbedaan antara usia
kehamilan berdasarkan pemeriksaan fisik, hari terakhir haid terakhir ibu, dan
Gambar 2.1 Kriteria Fisik untuk Maturitas Bayi dari New Ballard Score Sumber:
Gambar 2.2 Kriteria Neuromuskular untuk Maturitas Bayi dari New Ballard
dari neonatus mulai dari tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Penggunaan
kurva Lubchenco adalah dengan melihat distribusi dari ukuran neonatus
interstitiel (1,0%). Sisanya (10%) tidak dapat dipertukarkan terdapat dalam jaringan
ikat padat dan kartilago (0,4%), tulang (7,6%) dan sejumlah kecil intrasel (2%).
Konsentrasi kalium intrasel pada anak berkisar 150 mEq/L, namun pada bayi
prematur konsentrasi kalium intrasel hanya 120 mEq/L. Hanya terdapat 2% dari
kadar kalium dari seluruh tubuh yang terdapat pada ekstraseluler, yaitu berkisar
antara 3,8 hingga 5 mEq/L (Soriano, 1995). Kadar kalium serum pada bayi baru lahir
sedikit lebih tinggi dari pada kadar ekstraseluler berkisar antara 6 mEq/L (Rahardjani,
2014), hal ini disebabkan oleh karena kalium yang keluar dari sel darah merah pada
saat terjadi proses pembekuan darah. Bayi baru lahir dikatakan hiperkalemi apabila
kadar kalium serum >6mEq/L (Gomella dkk., 2013). Perbedaan ini dipertahankan
oleh aktifasi Na-K ATPase, hal ini sangat penting untuk mempertahankan perbedaan
Kalium sangat penting untuk eksitabilitas sel-sel saraf dan otot, kontraktilitas
otot polos, rangka dan jantung. Karena kontribusi osmotik intraselnya, kalium
membentuk potensial aksi pada jaringan-jaringan peka rangsang, neuron dan serabut
Kalium yang ikut diekskresikan dalam feses hanya sekitar 5 sampai 10 persen,
terhadap ekskresi kaliumnya dengan cepat dan tepat tergantung dengan asupan
gizinya. Selain itu, pengaturan distribusi kalium dari cairan ekstrasel ke intrasel juga
3,5 mEq/L (Gomella dkk., 2013). Hipokalemia pada neonatus dapat disebabkan oleh
karena peningkatan kehilangan kalium dari renal, peningkatan kehilangan kalium dari
kalium dari renal dapat disebabkan oleh karena kelainan metabolik (Congenital
disebabkan oleh karena diare pada neonatus, atau terjadi malabsorbsi dari
dengan β-2 agonis yang dapat mengakibatkan masuknya kalium ekstraseluler menuju
kehidupan, pertama kali dilaporkan oleh Usher pada tahun 1959. Pada penelitiannya,
Usher menemukan kejadian hiperkalemia pada bayi prematur yang mengalami distres
meningkat, walaupun tidak diberikan asupan kalium baik secara oral maupun
parenteral. Penelitian lain oleh Kwak dkk. (2013) menunjukan bahwa hiperkalemia
pada bayi prematur lebih sering dijumpai pada bayi <1.000 gram.
yang normal. Kadar kalium pada neonatus mencapai puncaknya pada 12 hingga 48
jam kehidupan, setelah itu lalu berangsur turun hingga kadar normal. Kadar kalium
yang tinggi >9mEq/L, berhubungan dengan perubahan irama jantung (aritmia) yang
2.10.1 Etiologi
diantaranya adalah gagal ginjal, distres pernapasan, hemolisis dari sel darah merah,
dan fungsi tubulus yang mendadak dan berat, yang ditandai oleh kadar kreatinin
Penurunan pH dalam darah atau lebih sering disebut dengan asidemia dapat
adalah sebuah proses patologi dimana terjadi peningkatan asam dari tubuh, proses ini
cepat pada 24 jam pertama setelah lahir, yang kemudian akan turun pada 72 jam
berikutnya (Mildenberger dan Versmold, 2002). Pada bayi prematur sel tubulus distal
ginjal memiliki respon yang buruk terhadap aldosteron, kadar aldosteron pada
BBLSR yang terjadi hiperkalemia tidak berbeda dengan bayi yang normokalemia
(Soriano, 1995).
2.10.2 Pathogenesis
Pada bayi prematur sebaiknya diberikan cairan bebas kalium pada hari
(Mildenberger dan Versmold, 2002). Peningkatan kadar kalium serum dapat berasal
dari eksogen ataupun endogen. Secara eksogen, asupan kalium yang berlebihan tidak
hanya berasal dari cairan infus, tetapi juga bisa berasal dari darah yang ditransfusikan
kepada bayi prematur. Kebutuhan elektrolit pada bayi prematur baru lahir di pada
elektrolit parenteral (Sjarif dkk., 2015). Secara endogen, dapat disebabkan oleh
produksi dari kalium (Gruskay dkk., 1988). Semakin lama darah disimpan sebelum
diberikan akan semakin tinggi kalium di ekstrasesluler, untuk tiap penyimpanan per
Pemberian nutrisi pada bayi baru lahir dapat diberikan secara enteral maupun
parenteral. Pemberian nutrisi enteral dilakukan apabila bayi tidak memiliki risiko
terhadap pemberian nutrisi enteral seperti berat badan <1.000 gram, bayi prematur
dengan usia gestasi <34 minggu dan kurang masa kehamilan, bayi yang belum stabil,
malformasi usus kongenital, hipoksia iskemia perinatal dengan disfungsi organ, bayi
dalam 24 jam pertama (hari 0) dan diberikan ASI 10-15 ml/kg/hari, dibagi 8-12 kali
Nutrisi parenteral diberikan terutama pada bayi dengan risiko tinggi terutama
pada bayi dengan status kafrdiovaskular dan respirasi buruk, intrauterine growth
retardation (IUGR) berat, berat lahir <1.500 gram, dan kondisi terkait saluran cerna
dan fungsi saluran cerna yang buruk (Hay, 2013). Syarat utama pemberian nutrisi
parenteral adalam kondisi pasien yang stabil dan tidak ada kelainan dari fungsi ginjal,
fungsi hati dan kelainan elektrolit pada awal pemberian. Monitoring laboratorium
Hemolisis dari sel darah merah biasanya merupakan kejadian sekunder oleh
Hemolisis dari sel darah merah menyebabkan keluarnya ion kalium intraseluler dari
sel darah merah ke dalam intravaskular. Anemia hemolitik ditandai dengan adanya
kadar retikulosit, yang diikuti dengan penurunan kadar Hb tanpa disertai dengan
dan sekresi tubulus distal, yang nantinya akan diperkuat oleh hormon aldosteron
(Mildenberger dan Versmold, 2002). Pada bayi prematur didapatkan laju filtrasi
glomeroulus yang sama dengan bayi aterm, akan tetapi sekresi kalium pada bayi
prematur lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh karena fungsi tubulus distal ginjal
yang belum bekerja sempurna, dan respon yang buruk dari tubulus distal terhadap
hormon aldosteron (Brion dkk., 1989). Sekresi kalium pada ginjal bayi prematur tidak
Dua pertiga dari kalium yang difilitrasi dari glomerolus akan direabsorbsi
pada tubulus proksimal. Pada bagian tubulus distal terjadi sekresi kalium yang
dimediasi oleh pompa natrium kalium. Pompa natrium kalium akan menarik kalium
dalam darah menuju sel tubulus distal pada ginjal, sehingga menyebabkan tingginya
kadar kalium intraseluler pada sel tubulus distal, sehingga akan terjadi perpindahan
secara pasif kalium dari intraseluler menuju lumen pada tubulus ginjal. Perpindahan
secara pasif kalium dari intraseluler menuju lumen pada tubulus ginjal tergantung
pada permeabilitas membran dari sel tubulus ginjal (Guyton dan Hall, 2006). Pada
keadaan normal peningkatan kadar kalium akan mengakibatkan peningkatan kadar
aldosteron. Aldosteron akan menstimulasi pompa natrium kalium pada sel tubulus
distal dan meningkatkan permeabilitas membran dari sel tubulus distal ginjal terhadap
kalium. Stimulasi dari aldosteron terhadap sel tubulus distal akan meningkatkan
sekresi dari kalium (Soriano, 1995). Pada BBLR pompa natrium kalium dan reseptor
aldosteron pada tubulus distal belumlah terbentuk dengan baik, sehingga fungsi
sekresi dari kalium pada ginjal belum bekerja dengan baik (Brion dkk., 1989).
Gambar 2.5 Proses Ekskresi Kalium yang Menurun pada Bayi Prematur.
ekstraseluler yang terjadi pada hari pertama kehidupan. Dari seluruh kadar kalium,
98% terletak intraseluler pada konsentrasi 150 mmol/L, sedangkan kadar kalium
ektraseluler 30 kali lebih rendah. Kalium secara pasif dikelurkan terus menerus dari
sel sesuai gradien konsentrasi kalium, yang kemudian dimasukan kembali ke dalam
sel oleh pompa natrium-kalium (Na+/K+-ATPase), dibantu dengan ATP (Soriano,
1995).
meningkatkan kadar kalium dalam plasma. Pada keadaan asidosis dengan anion gap
normal ion H+ akan masuk ke dalam sel, hal ini mengakibatkan keluarnya ion K +
secara pasif, untuk menjaga potensial membran sel. Pada keadaan asidosis metabolik
berat dengan anion gap normal apabila tidak disertai dengan peningkatan kadar
(Soriano, 1995). Keluarnya kalium intraseluler juga dapat disebabkan oleh karena sel
yang hancur (misal pada trauma). (Mildenberger dan Versmold, 2002). Pada usia 1
jam pertama kelahiran pH darah bayi baru lahir berkisar antara 7,2-7,45 (Brouillette
dan Waxman, 1997). Shaffer dkk. (1992) mengatakan bahwa pH <7,2 merupakan
kekurangan oksigen di dalam darah dikatakan hipoksemia apabila PaO2 kurang dari
anaerob yang akan menghasilkan asam laktat, yang akan mengakibatkan menurunnya
kadar pH dalam darah (Guyton dan Hall, 2006). Selain itu pada keadaan hipoksemia
terjadi penurunan perpindahan ion kalium ke dalam intraseluler yang disebabkan oleh
1995). Pada bayi dengan asfiksia dikatakan akan mengalami hipoksemia apabila
didapatkan dengan distres napas dengan downes score lebih dari 5 (Rusmawati,
2008).
dimana pompa ini akan membawa 3 molekul natrium ke luar sel dan memasukan 2
molekul kalium ke dalam sel (Guyton dan Hall, 2006). Penurunan perpindahan ion
0,1, serum kalium meningkat 0,6 mEq/L), dan hipoglikemia dengan kadar insulin
yang rendah (Sarici dan Sarici, 2012). Insulin menstimulasi kerja dari pompa
didapatkan aktifitas pompa natrium-kalium sel darah merah yang lebih rendah dari
pada bayi aterm (Stefano dkk., 1993). Aktifitas imatur dari pompa natrium-kalium
kadar kalium serum. Peningkatan tekanan osmolaritas membuat keluarnya cairan dari
dalam sel. Pada keadaan sel yang dehidrasi terjadi peningkatan kadar kalium
intraselular, hal ini menyebabkan proses difusi dari ion kalium keluar sel menuju
cairan ekstraseluler. Hal ini dapat terjadi pada bayi dengan kadar gula serum yang
tinggi.