Anda di halaman 1dari 15

MODUL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

RELAKSASI NAPAS DALAM

DISUSUN OLEH :

Nama : Rumi Tri Hastani

Nim : 2111102412043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan modul di mata kuliah Keterampilan Dasar
Profesi (KDP), dengan tepat pada waktunya. Sholawat dan taslim senantiasa tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan
pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang masa.

Modul disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Profesi
(KDP). Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang informasi
mengenai ilmu keperawatan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Taufik Septiawan, M.Kep
selaku Perseptor stase Keterampilan Dasar Profesi (KDP). Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya modul ini.

Penulis menyadari modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB 1 ................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
A. Pengertian Relaksasi Napas Dalam ............................................................. 4
B. Tujuan Relaksasi Napas Dalam .................................................................. 4
C. Mekanisme Relaksasi Napas Dalam ........................................................... 5
D. Kontraindikasi ............................................................................................ 5
E. Langkah-lankah pemberian relaksasi napas dalam ...................................... 6
F. Manfaat Relaksasi Napas Dalam ................................................................ 6
BAB III ................................................................................................................. 7
SOP ...................................................................................................................... 7
BAB IV ................................................................................................................ 11
PENUTUP ............................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi berawal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper ialah tekanan
yang berlebihan dan tension ialah tensi. Hipertensi merupakan kondisi dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam kurun waktu yang lama) yang dapat
menyebabkan kesakitan pada seseorang dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Seseorang dapat disebut menderita hipertensi jika didapatkan tekanan darah sistolik >140
mmHg dan diastolik >90 mmHg. Tekanan darah yang selalu tinggi dan tidak diobati atau
dicegah sejak dini, maka sangat beresiko menyebabkan penyakit degenerative seperti
retinopati, penebalan dinding jantung, kerusakan ginjal, jantung coroner, pecahnya
pembuluh darah, stroke, bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak (Ainurrafiq,
2019)
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di masyarkat.
Hipertensi bukanlah penyakit yang menular, namun penyakit ini merupakan penyakit
kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas (Alfian,
2017).
Hipertensi ialah suatu masalah kesehatan yang cukup tinggi di dunia. Menurut data
World Healty Organization (WHO) menunjukkan prevalensi penderita hipertensi terjadi
pada kelompok umur dewasa yang berumur 25 tahun yaitu sekitar 40%. Hipertensi
diprediksi dapat menyebabkan kematian yaitu sekitar 7,5 juta dan penyebab kematian du
dunia yaitu sekitar 12,8% (Ainurrafiq, 2019). Peringkat tertinggi hipertensi adalah Afrika
46% baik itu pria maupun wanita. Prevalensi terendah menurut World Healty
Organization (WHO) diwilyah Amerika sekitar 35% baik itu pria maupun wanita. Pria
lebih tinggi dibandingkan wanita (39% untuk pria dan 32% untuk wanita)
Tekanan darah tinggi masih menjadi tantangan besar Indonesia. Hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi
di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%), dan Jawa Barat (29,4%) (Hartanti, 2016).
Menurut krisnanda (2017) terdapat factor resiko hipertensi yaitu :
1. Usia
Usia mempengaruhi factor resiko terkena hipertensi dengan kejadian paling
tinggi pada usia 30-40 tahu
n. Kejadian 2 kali lebih besar pada irang kulit hitam, dengan 3 kali lebih besar
pada laki-laki kulit hitam, dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam.
2. Jenis kelamin
Komplikasi hipertensi meningkat pada seseorang dengan jenis kelamin laki-laki.
3. Riwayat keluarga

1
Riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan resiko terkena hipertnesi
sebanyak 75%
4. Obesitas
Meninhkatnya berat badan pada masa anak-anak atau usia pertengahan resiko
hipertensi meningkat.
5. Diet
Meningkatnya resiko dengan diet sodium tinggi, resiko meninggi pada
masyarakat industry dengan tinggi lemak, diet kalori.
6. Merokok
Resiko terkena hipertensi dihubungkan dengan jumlah rokok dan lamanya
merokok. Terdapat penambahan kriteria, sebagai berikut :
a. Keturunan atau gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya kepada
anaknya.
b. Stress pekerjaan
Hamper semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Stress dapat meningkatkan tekanan
darah dalam waktu yan pendek, tetapi kemungkinan bukan penyebab
meningkatnya tekanan darah dalam waktu yang panjang.
c. Asupan garam
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Terdapat
bukti bahwa mereka memiliki kecenderungan menderita hipertensi secara
keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mengeluarkan
garam dari tubuhnya.
d. Aktivitas fisik (olahraga)
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olahraga isotonic dan teratur datap meurunkan tekanan darah.

Manifestasi klinis pada penderita hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah
intracranial. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. Ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf. Nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi
pada penderita hipertensi yaitu pusing, wajah memerah, sakit kepala, mimisan secara
tiba-tiba,tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Krisnanda, 2017).
Menurut Yuliani (2021) tatalaksana hipertensi meliputi farmakologis. Tatalaksana
farmaklogis umunya dilakukan dengan memberikan obat anti hipertensi. Selain itu,
juga terdapat beberapa jenis pengobatan non farmakologis yang dapat digunakan
untuk menurunkan tekanan darah dapat mengurangi ketergantungan penderita

2
hipertensi terhadap pengunaan obat-obatan. Salah satu terapi non farmakologis adalah
meditasi, dan relaksasi napas dalam.

B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik relaksasi napas dalam terhadap skala nyeri
pada pasien hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Relaksasi Napas


Relaksasi adalah satu bentuk aktivitas yang dapat membantu mengatasi stress.
Teknik relaksasi ini melibatkan pergerakan anggota badan secara mudah dan boleh
dilakukan dimana saja. Dalam relaksasi dapat ditambahkan dengan melakukan
visualisasi, visualisasi adalah satu cara untuk melepaskan gangguan dalam pikiran
dengan cara membayangkan gangguan itu sebagai sesuatu benda, dan kemudian kita
melepaskannya.
Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana cara menghembuskan
napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltxer &
Bare, 2007 dalam Waluyo 2018)

B. Tujuan relaksasi napas dalam


Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri
dan menurunkan kecemasan ( Smeltzer & Bare, 2007 dalam Waluyo, 2018)
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui
mekanisme yaitu ( Smeltzer & Bare, 2007 dalam Waluyo, 2018) :
a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic.
b. Teknik relaksasi napas dalam diperaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan
opoid endogen yaitu endorphine dan enkefalin .
c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem otot dan
respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapam saja atau
sewaktu-waktu.

C. Mekanisme relaksasi napas dalam


Menurut Mardhani dalam Yuliani (2021) mechanisme relaksasi napas dalam pada
sistem pernapasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernapasan dengan
frekuensi 6-10 kali per menit sehingga terjadi peningkatan peregangan di arkus aorta dan
sinus karotis diterima dteruskan oleh saraf vagus ke medulla oblongata, selanjutnya
merespon terjadinya peningkatan reflex baroreseptor. Implus aferen dari baroreseptor
mencapai pusat jantung yang akan merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan

4
menghambat pusat simpatis, sehingga menyebabkan vasodilatasi sistemik penurunan
denyut dan daya kontraksi jantung. Perangsang sistem saraf simpatis ke bagian-bagian
miokardium lainnya mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume sekuncup, dan
curah jantung yang menghasilkan suatu efek introptik negative keadaan tersebut
mengakibatkan penurunan volume sekuncup dan curah jantung, pada otot rangka
beberapa serabut vasomotor mengeluarkan asetikolin yang menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Akibat penurunan curah jantung, kontraksi otot serat-serat jantung dan
volume darah membuat tekanan darah menajdi menurun.

D. Kontraindikasi
a. Hemoptysis
Hemoptysis adalah batuk darah atau batuk dahak berdarah yang dibatukkan berasal
dari saluran pernapasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk
darah akan berhenti sendiri jika asal robekkan pembuluh darah tidak luas, sehingga
penutupan luka dengan cepat terjadi.
b. Penyakit jantung
Penyakit jantung adalah penyakit yang terjadi pada jantung dikarenakan gangguan
kinerja jantung untuk memompa dara yang disebabakan oleh rokok, makan makanan
yang mengandung banyak kolestrol tinggi, kurangnya berolahraga, kurang istirahat,
stress yang tinggim kegemukan, darah tinggi, diabetes mellitus.
c. Serangan asma akut
Serangat asma akut adalah suatu keadaan terjadinya spasme bronkus yang reversible
yang ditandai dengan batuk mengi dan sesak napas.
e. Nyeri meningkat.
f. Sakit kepala (pusing)
g. Kelelahan.

E. Langkah-langkah melakukan relaksasi napas dalam


Menurut Muttaqin (2009) dalam Waluyo (2018) langkah-langkah melakukan relksasi
napas dalam sebagai berikut :
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks
c. Menarik napas dalam dari hidung dan mengisi pari-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstimitas atas
dan bawah rileks
e. Amjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f. Menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulu secara
perlahan-lahan
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

5
h. Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam
i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
k. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
l. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernapas secara dangkal dan cepat

F. Manfaat relaksasi napas dalam


Efek atau manfaat relaksasi napas dalam antara lain terjadinya penurunan nadi,
penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metabolism, peningkatan kesadaran
global, perasaan damai da sejahtera dan periode kewaspadaan yang santai.
Keuntungan relaksasi napas dalam antara lain dapat dilakukan setiap saat, kapan saja
dan dimana saja, caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien
atau klien tanpa media serta merileksasiskan otot-otot tegang (Ulinnuha, 2017)

6
BAB III

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

7
8
9
10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di masyarkat.
Seseorang dapat disebut menderita hipertensi jika didapatkan tekanan darah sistolik >140
mmHg dan diastolik >90 mmHg. Adapun manifestasi klinis pada penderita hipertensi
meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah
akibat peningkatan tekanan darah intracranial. tatalaksana hipertensi meliputi
farmakologis.
Tatalaksana farmaklogis umunya dilakukan dengan memberikan obat anti hipertensi.
Selain itu, juga terdapat beberapa jenis pengobatan non farmakologis yang dapat
digunakan untuk menurunkan tekanan darah dapat mengurangi ketergantungan penderita
hipertensi terhadap pengunaan obat-obatan. Salah satu terapi non farmakologis adalah
meditasi, dan relaksasi napas dalam.
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui
mekanisme dengan merelaksasikan otot-otot skelet, mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoid endogen yaitu endorphine dan enkefalin dan Mudah dilakukan dan
tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak
membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapam saja atau sewaktu-waktu.

B. Saran
Bagi bidang keilmuan dan bagi praktisi keperawatan serta rumah sakit diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan dengan memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif, pendidikan kesehatan yang lebih di tekankan khususnya pada penderita
dengan kasus hipertensi untuk meningkatkan proses penyembuhan, dan dapat
dimanfaatkan oleh mahasiswa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ainurrafiq1. (2019). Terapi Non Farmakologi dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi:
. MPPKI (September, 2019) Vol. 2. No. 3, 8.

Harahap1, D. A. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI .


Jurnal Ners Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman 97 – 102, 6.

Made Yogi Krisnanda. (2018). Hipertensi. UNIVERSITAS UDAYANA: -.

Nina Yuliani1Mujito1, T. S. (2012). PENGEMBANGAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM KOMBINASI


GERAK TANGAN UNTUK MENSTABILKAN TEKANAN . JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME
10, NO.1, APRIL 2021: 55 - 65, 11.

Rita Dwi Hartanti, D. P. (2016). Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1, Maret 2016 ISSN 1978-3167, 7.

Riza Alfian, Y. S. (2017). Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta Di Poli Jantung.
Jurnal Pharmascience, Vol. 04 , No.02, Oktober 2017, hal: 210 - 218, 9.

ULINNUHA, T. N. (2017). PENGARUH TEKBIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT NYERI PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS . JOMBANG.

WALUYO, S. A. (2018). PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN . samarinda : -.

12

Anda mungkin juga menyukai