Anda di halaman 1dari 7

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Metodologi Penelitian


Kata metode berasal dari bahasa Yunani yakni methodos yang berarti cara atau
jalan. Dalam pengetian ilmiah, metode berkaitan dengan cara kerja atau prosedur untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Hamid, 2011: 40)., Metode
ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang memiliki langkah-langkah
sistematis (Usman, 2001: 42). Dalam hakikatnya metode dan metodelogi adalah dua kata
yang berbeda. Dalam pengertiannya, metodelogi penelitian adalah pembahasan mengenai
teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, yang dalam karya ilmiah dilanjutkan
dengan pemilihan metode yang digunakan. Pengertian metodelogi adalah pengkajian
terhadap langkah-langkah dalam menggunakan metode. Sedangkan yang dimaksud dengan
metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang
digunakan dalam penelitiannya (Sedarmayanti, 2002: 25).
Ketika melakukan penelitian mengenai suatu peristiwa sejarah maka metode yang
baku yang digunakan dalam penelitian sejarah adalah metode sejarah. Yang dinamakan
dengan metode sejarah di sini adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman
dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1969: 39). Metode dalam studi sejarah adalah
seperangkat aturan dan prinsip sistematis dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah
secara sistematis, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis secara tertulis.
(Garraghan (1957: 33) dalam Madjid (2011: 42)).
Jika demikian, sejak penelitian dan penulisan sejarah dilakukan secara ilmiah,
maka penelitian dan penulisan sejarah menggunakan metode sejarah. Metode itu sendiri
berarti cara, prosedur, atau teknik untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien.
Metode, oleh karenanya, merupakan salah satu kerja ilmiah. Metode harus dibedakan dari
metodelogi. Apalagi metodelogi sebagai “Sciences of Methods” lebih banyak berkaitan
dengan kerangka referensi, maka metode bersifat lebih praktis; ialah memberikan petunjuk
mengenai cara, prosedur, atau teknik pelaksanaannya secara sistematik. Metode sejarah dapat
diartikan sebagai metode penelitian dan penulisan sejarah dengan menggunakan cara,
prosedur, teknik yang sistematik sesuai dengan asas-asas dan aturan ilmu sejarah (Daliman,
2015: 27). Dalam Penelitian, peneliti menggunakan metode penelitan sejarah sebagai acuan
dalam melakukan penulisan sesuai dengan langkah-langkah yang ada di dalam Penelitian
sejarah.
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian sejarah. Secara lebih ringkas, setiap langkah ini berturut-turut biasa juga
diistilahkan dengan; heuristik, kritik atau verifikasi, oufassung atau interpretasi, dan
darstellung atau historiografi (Abdurrahman, 2011: 104)
3.2. Langkah-Langkah Penelitian
3.2.1. Heuristik
Tahap pertama dalam metode sejarah adalah heuristik. Kata Heusritik berasal dari
Bahasa Yunani yakni “heuriskein” yang berarti menemukan atau mencari. Dalam Bahasa
Latin, Heuristik sama dengan “ars Inveniendi” yang berarti seni dalam mencari ( Daliman,
2012”52).
Heuristik berkenaan dengan pencarian sumber-sumber sejarah yang akan kita tulis.
Sumber sejarah berhubungan erat dengan apa yang disebut dokumen. Ada tiga pengertian
“dokumen” dalam metode sejarah. Petama, semua jejak-jejak sejarah berwujud benda seperti
candi. Kedua, semua sumber-sumber tertulis. Ketiga, semua dokumen resmi-resmi saja.
Menariknya ada cara mudah dalam melacak sumber sejarah bagi, terutama bagi sejarawan
pemula, yaitu dimulai dengan membaca buku-buku sekunder dan mecatat bibliografi atau
daftar pustaka yang ada diakhir tulisan buku tersebut, kemudian buku-buku telah ada kita
catat dicari lagi dan dari buku yang diketemukan dengan cara yang sama kita catat lagi daftar
pustakanya dan kembali kita cari lagi, dan sehingga kita dapati banyak buku bacaan yang
mungkin diantaranya berhubungan dengan tema yang kita bahas. Berdasarkan bacaan
sekunder, kita tidak akan kesulitan untuk melacak sumber sekunder di arsip atau pepustakaan
lainnya (Sair, 2014:55).
Data-data atau sumber-sumber sejarah bisa didapat dari berbagai macam cara
seperti pengamatan secara langsung, wawancara atau studi pustaka. Yang terpenting adalah
seorang peneliti harus mengetahui bagaimana cara menangani bukti-bukti sejarah dan
bagaimana cara menghubungkannya. Sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi dua
bagian yakni sumber primer (langsung atau direct) dan sumber sekunder (tidak langsung atau
indirect), serta sumber asli dan sumber palsu. Sumber primer adalah kesaksian langsung dari
seseorang atau golongan yang betul-betul menyaksikan suatu peristiwa. Sedangkan yang
dimaksud dengan sumber sekunder adalah dokumen yang menguraikan atau membicarakan
sumber primer. Katagori sumber sekunder adalah monografi, buku-buku pelajaran, hasil
kongres, makalah, prasaran, dan lain-lain. Sedangkan sumber asli atau palsu, sumber asli
adalah sumber yang mengandung gagasan yang segar, belum diumpam atau diterjemahkan,
masih dalam bentuk asli, sedangkan sumber palsu adalah kebalikannya (Marzuki, 2014: 36).
Dalam tahap heuristik, peneliti mengumpulkan sumber-sumber informasi, baik itu
berupa data-data maupun sumber tertulis lainnya diberbagai tempat. Berdasarkan sumber
yang didapat, ada beberapa buku yang layak untuk dijadikan dalam penulisan. Penulis juga
menemukan Rumah Adat Limas Palembang yang disusun oleh R.H Moehammad Akib tahun
1975. Selain dari berberapa referensi buku, peneliti juga melakukan wawancara dengan
beberapa orang atau pemilik rumah dan juga beberapa tokoh budaya dan beberapa dinas
terkait sebagai subjek penelitian. Observasi langsung ke lapangan juga di lakukan untuk
mendapatkan gambaran langsung mengenai objek yang diteliti. Disini peneliti mendatangi
Rumah Limas Koleksi dari Museum Negeri Balaputradewa dan yang masih berdiri
dipinggiran kota Palembang, seperti di jalan Temon, dan Lorong Roda di daerah 27 ilir
Palembang dan rumah limas bapak Abdul Aziz di Jalan Demang Lebar Daun.
3.2.2. Kritik Sumber
Kritik sumber merupakan langkah selanjutnya setalah melakukan pengumpulan data.
Kritik sumber adalah proses menguji sumber, apakah sumber yang ditemukan merupakan
sumber asli atau palsu, dan apakah isinya dapat dipercaya atau dapat dipertanggung jawabkan
atau tidak (Sair, 2012:10).
Kritik Sumber perlu dilakukan dalam mengolah data yang diperoleh karena sifat-
sifat data sumber data sejarah yang berbeda dengan sumber data-data ilmu sosial lainnya.
Seperti yang diketahui bahwasannya sumber sejarah tidak mungkin dapat diperoleh dengan
menggunakan metode observasi langsung seperti halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang hanya berlangsung sekali seumur hidup dan
tidak mungkin terulang lagi. Oleh karena itu data-data yang ada tidak mungkin bisa langsung
diterima begitu saja karena hanya sedikit data data yang lengkap dan jarang pula
terdokumnetasi dengan baik ( Daliman, 2012:65). Kritik sumber terdiri dari dua jenis, yakni
kritik sumber Ekstern dan kritik sumber Intern.
1. Kritik Ekstern
Kritik Ekstern adalah salah satu jenis kritik sumber yang dimaksud untuk menguji
keautentikan (keaslian sumber tersebut). Kritik Ekstern digunakan untuk mengetahui apa
sumber yang asli waktu dan tempat diketahui serta makin luas dan makin dapat dipercaya
pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin aslli sumber tersebut. Sasaran kritik
Ekstern ini adalah untuk determinasi pengarang/Informan dan tanggal, menghindari
pemalsuan data, serta untuk Restorasi teks dalam suatu sumber dokumen yang biasanya
mengalami kerusakan oleh berbagai sebab (Daliman, 2012: 66-70).
Dalam Penulisan ini Penulis menggunakan Kritik Ekstern untuk membuktikan
bahwa sumber yang digunakan oleh Penulis merupakan beberapa sumber yang asli seperti
buku RHM, AKib tentang Rumah Limas Asli Palembang merupakan salah satu dari beberapa
buku yang merupakan tulisan asli penulis tersebut, yang kedua merupakan makalah Karangan
dari Husin NatoDirajo tentang Sejarah & Latar belakang Rumah Limas Palembang yang
dikarang pada dibaut pada tahun 1987.
2. Kritik Intern
Berbeda dengan kritik eksternal yang lebih menitikberatkan pada uji fisik suatu
dokumen, kritik internal ingin menguji lebih jauh lagi mengenai isi dokumen. Ialah ingin
mempertanyakan, apakah isi informasi yang terkandung dalam suatu dokumen benar dan
dapat dipercaya, kredibel, dan reliabel. Sebagai suatu kritik, kritik internal lebih “higher’,
sebagai higher criticism (Daliman, 2012: 71-72).
Kritik intern dilakukan dengan memperhatikan dua hal (1) penilaian intrinsik
terhadap sumber-sumber, (2) membanding-bandingkan kesaksian dari berbagai sumber agar
sumber dapat dipercaya (diterima kredibilitasnya). Penilaian intrinsik terhadap suatu sumber
dapat dilakukan dengan dua pertanyaaan (1) adakah ia mampu untuk memberikan kesaksian
(2) adakah ia mau memberikan kesaksian yang benar (Notosusanto, 1978: 39-40 dalam
Priyadi, 2012: 67).
Selanjutnya, kritik intern yang peneliti lakukan dalam penelitian ini berkaitan
dengan beberapa referensi yang peneliti temukan. Pertama, peneliti melakukan kritik intern
terhadap buku Aksara BalaputraDewa : 10 tahun Museum Balaputra dewa disunting oleh
Drs. Syamsir Alam dan kawan-kawan. Buku tersebut memang telah memberikan gambaran
mengenai kondisi yang berkaitan dengan tema yang diangkat oleh peneliti. Akan tetapi, di
dalam beberapa poin tulisan tersebut belum memberikan penjelasan yang lengkap mengenai
keadaan sosial dan budaya Masyarakat Palembang. Selain buku diatas peneliti juga
melakukan kritik intern terhadap buku Rumah adat limas Palembang yang disusun oleh R.H.
Moehammad Akib. Buku tersebut memberi gambaran mengenai penejelasan tema yang akan
diangkat oleh peneliti. Peneliti juga melakukan kritik intern beberapa skripsi dan tesis yang
penulis dapatkan. Setelah peneliti membaca dan menganalisis sumber-sumber tersebut,
selanjutnya peneliti melakukan perbandingan dan mengambil sebuah kesimpulan.
3.2.3. Interpretasi
Interpretasi adalah menetapkan makna dan saling hubungan antara fakta-fakta yang
diperoleh. Interpretasi diperlukan agar data yang mati bisa bicara atau mempunyai arti. Suatu
peristiwa sejarah bisa ditafsirkan ulang oleh orang lain. Penafsiran yang berlainan tentang
fakta-fakta sejarah mungkin saja terjadi, tergantung dari sudut pandang mana seseorang
melihat suatu peristiwa (Sair, 2012: 11).
Dalam tahap ini, peneliti berusaha menghubungkan data yang satu dengan data
yang lain, atau menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga dapat
memberikan tafsiran terhadap data-data yang ada dan memberikan tafsiran terhadap
hubungan antara fakta-fakta yang ada, sehingga dihasilkan sebuah kesimpulan yang
merupakan hasil interpretasi dari sumber-sumber yang telah ditemukan.
Peristiwa sejarah yang diinterpretasikan pada tahap ini adalah interpretasi dalam
ilmu sosial, dan ilmu budaya. Dalam interpretasi budaya, menggambarkan Nilai-nilai
filosofis dari setiap bangunan dan ukiran yang terdapat dalam Rumah Adat Limas
Palembang. Dalam ilmu sosial mengumpulkan berbagi persepsi pengetahuan masyarakat
tentang rumah limas dan nilai filosofisnya.
3.2.4. Historiografi
Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil
penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi) dan diinterpretasi. Kalau penelitian sejarah
bertugas merekonstruksi sejarah masa lampau, maka rekonstruksi itu hanya akan menjadi
eksis apabila hasil-hasil pendirian tersebut ditulis (Daliman, 2015: 99).
Secara umum, dalam metode sejarah, penulisan sejarah (historiografi) merupakan
fase atau langkah akhir dari beberapa fase yang biasanya dilakukan oleh peneliti sejarah.
Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil
penelitian sejarah yang telah dilakukan berdasarakan data yang diperoleh dan diolah (Dudung
Abdurrahman, 1999: 67 dalam Madjid, 2014: 231).
Sehubungan dengan itu, dalam penelitian mengenai Tinjauan Filosofis bangunan
Rumah Limas Palembang tahun 2000-2015, peneliti berusaha menyusun dan menyajikannya
dalam bentuk sejarah sebagai kisah. Selain itu, peneliti juga senantiasa berusaha untuk
mengikuti aturan penulisan sejarah yang sesuai dengan metodelogi sejarah dan peneliti juga
senantiasa berusaha mengikuti sistematika penulisan karya ilmiah yang baik dan benar agar
dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi di dalam penulisan ini.

3.3. Pendekatan
Sebagai permasalahan inti dari metodelogi dalam ilmu sejarah dapat disebut
masalah pendekatan. Penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sengat tergantung pada
pendekatan, ialah dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan,
unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan lain sebagainya. Hasil pelukisannya akan sangat
ditentukan oleh pendekatan yang dipakai (Kartodirdjo, 1993: 4). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu sebagai berikut:
3.3.1. Pendekatan Sosiologi
Studi sosiologi penting, karena dengan sosiologi kita bisa memperoleh suatu
pandangan segar mengenai lingkungan sosial dan sekaligus bisa meneliti kembali golongan
atau masyarakat di sekitar kita yang jarang atau bahkan tidak pernah kita kenal. Juga dengan
sarana yang ada kita bisa memperoleh pandangan tentang dunia luar dan kebudayaan lain
yang sebelumnya hanya sedikit kita ketahui bahkan tidak kita kenal sama sekali.
Sesungguhnya, sosiologi memungkinkan kita untuk lebih mengenal kemurnian pandangan
dan perilaku yang jauh berbeda dengan apa yang kita miliki dan akhirnya kita bisa
mengetahui kekuatan-kekuatan apa yang mempengaruhi tindak-tanduk kita dan lingkungan
kita (Cohen, 1992: 2).
Sejalan dengan keterangan tersebut, Kartodirdjo (1993: 4) menyatakan bahwa
pendekatan sosiologi sudah barang tentu akan meneropong segi-segi sosial peristiwa yang
dikaji, umpamanya golongan sosial mana yang berperan, serta nilai-nilainya, hubungan
dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi, dan lain sebagainya.
Pendekatan sosiologi yang penulis gunakan pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana persepsi pengetahuan masyarakat tentang rumah limas Palembang
serta nilai-nilai filosofisnya bagi kehidupan Masyarakat Palembang sehari-hari.
3.3.2 Pendekatan Antropologi
Pendekatan Antropologi sangat dibutuhkan ketika akan membahas sebuah studi
tentang kebudayaan. Hal ini tidak terlepas keterkaitan antara manusia dengan kebudyaan itu
sendiri. Kata Antropologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dua kata yakni, “Antropos”
yang berarti Manusia dan “Logos” yang berarti Ilmu. Jadi, Antropologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang manusia (Rudi, 1982:1). Antropologi memandang manusia sebagai
sesuatu yang sangat kompleks dari berbagai segi kehidupan yakni segi fisik, segi emosi, segi
sosial, dan segi kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang
manusia dan kebudayaannya (Wawan, 2010,4).
Antorpolog merupakan ilmu yang mempelajari tentang umat manusia pada
umumnya dengan aneka warna, bentuk fisik serta masyarakat kebudayaan yang dihasilkan
(koentjoroningrat, 1996:1-2). Secara praktis Antropolog merupakan ilmu yang mempelajari
manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa untuk membangun suku bangsa masyarakat
itu sendiri. Dalam perkembangannya, Antropologi dibagi menjadi dua cabang yakni,
1. Antropologi Fisik, yaitu menyelidiki manusia sebagai makhluk biologis.
Mempelajari manusia dari segi sudut jasmaninya dalam arti yang seluas-
luasnya. Yang diselidiki ialah asal usul manusia, perkembangan evolusi
organic, struktur tubuh, dan kelompok-kelompok manusia yang disebut
dengan Ras.
2. Antorpologi budaya, yaitu cabang antropologi yang menyelidiki kebudayaan
manusia yang pada umumnya dan kebudayaan-kebudayaan dari berbagi
bangsa di dunia (menyelidiki seluruh cara hidup dan aktivitas manusia)
(Rudi,1982:1)
Dalam Hal ini penulis menggunakan pendendekatan Antroplogi untuk karena
berkaitan dengan tema yang diangkat penulis dengan yakni Tinjaun Filosofis Bangunan
Rumah Limas Asli Palembang. Pendekatan Antropologi budaya dianggap sangat cocok
karena menyangkut dengan manusia. Dalam Pendekatan Budaya digunakan dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana masyarakat Palembang memelihara dan mengubah rumah
Limas berdasarkan proses belajar dan pengalamn hidup mereka serta makna filosofis rumah
limas yang sangat kental dengan budaya cara hidup masyarakat kota Palembang.

Anda mungkin juga menyukai