DM PADA LANSIA
FADHLIAH
PO714201171013
1
A. KONSEP PENYAKIT DIABETES MELITUS
1. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. (
Mary,2009)
2. Etiologi
1. Diabetes Tipe I
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, Yaitu oto antibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c) Faktor lingkungan
2
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
3. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia
pada lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria
tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul
keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia
urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu
tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses
menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala
sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
3
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut
yang sering ditemukan adalah :
1) Katarak
2) Glaukoma
3) Retinopati
4) Gatal seluruh badan
5) Pruritus Vulvae
6) Infeksi bakteri kulit
7) Infeksi jamur di kulit
8) Dermatopati
9) Neuropati perifer
10) Neuropati viseral
11) Amiotropi
12) Ulkus Neurotropik
13) Penyakit ginjal
14) Penyakit pembuluh darah perifer
15) Penyakit koroner
16) Penyakit pembuluh darah otak
17) Hipertensi
4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting
yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai
bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh
sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat
masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah
yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik
yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta
pankreas.
4
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
5
5. Pathway
Proses menua / kemunduran Life Style yang buruk (junk food, minim
olahraga, konsumsi alkohol, dll)
Hiperglikemi (DM)
6
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal.
2. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah
diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk
memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien
yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang,
dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang
sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM,
olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina
dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta
membantu menurunkan berat badan.
7
3. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus
selalu diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan
lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas
yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
4. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM.
Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan
kadar glukosa darah dalam parameter yang   telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
5. Pendidikan
a) Diet yang harus dikomsumsi
b) Latihan
c) Penggunaan insulin
d) Pemeriksaan Diagnostik
e) Glukosa darah sewaktu
f) Kadar glukosa darah puasa
g) Tes toleransi glukosa
7. Komplikasi
1. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
2. Komplikasi kronis:
Retinopati diabetic
Nefropati diabetic
Neuropati
Displidemia
8
Hipertensi
Kaki diabetic
Hipoglikemia
8. Pengkajian Fokus
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah
melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci
adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999)
1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat
melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau
terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi
oral).
2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular,
kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan
terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
b) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
9
e) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan
peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah
komplikasi.
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.
9. Diagnosa Keperawatan
10
10. PERENCANAAN KEPERAWATAN
11
pada keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi klien.
Observasi tanda Pada metabolism
hipoglikemia kaborhidrat (gula
(perubahan tingkat darah akan berkurang
kesadaran, kulit lembap dan sementara tetap
atau dingin, denyut nadi diberikan tetap
cepat, lapar, peka diberikan insulin,
rangsang, cemas, sakit maka terjadi
kepala, pusing). hipoglikemia terjadi
tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat
kesadaran.
Kolaborasi
12
dan dengan cepat pula
membantu
memindahkan glukosa
ke dalam sel.
Pemberian melalui IV
karena absorpsi dari
jaringan subkutan
sangat lambat.
Berikan larutan glukosa Larutan glukosa
( destroksa, setengah ditambahkan setelah
salin normal). insulin dan cairan
membawa gula darah
sekitar 250 mg /dl.
Dengan metabolism
karbohidrat mendekati
normal, perawatan
diberikan untuk
menghindari
hipoglikemia.
Konsultasi dengan ahli Bermanfaat dalam
gizi penghitungan dan
penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi.
2 Kekurangan Setelah Pasien Kaji riwayat klien Membantu
volume cairan diberikan menunjukkan sehubungan dengan memperkirakan
berhubungan asuhan hidrasi yang lamanya atau intensitas kekurangan volume
dengan osmot keperawatan adekuat dari gejala seperti total. Adanya proses
ik diuresis diharapkan dibuktikan oleh muntah dan pengeluaran infeksi mengakibatkan
ditandai kebutuhan tanda vital urine yang berlebihan. demam dan keadaan
dengan tugor cairan atau stabil, nadi hipermetabolik yang
kulit menurun hidrasi pasien perifer dapat meningkatkan
dan membran terpenuhi diraba, turgor kehilangan air.
13
mukosa kulit dan Pantau tanda – tanda Hipovolemi
kering. pengisian vital, catat adanya dimanifestasikan oleh
kapiler baik, perubahan tekanan hipotensi dan
takikardia. Perkiraan
haluaran urin darah ortostatik.
berat ringannya
tepat secara
hipovolemi saat
individu dan tekanan darah sistolik
kadar elektrolit turun ≥ 10 mmHg dari
dalam batas posisi berbaring ke
duduk atau berdiri.
normal.
Hipovolemi Perlu mengeluarkan
dimanifestasikan oleh asam karbonat melalui
hipotensi dan takikardia. pernapasan yang
Perkiraan berat
menghasilkan
ringannya hipovolemi
kompensasi alkalosis
saat tekanan darah
sistolik turun ≥ 10 respiratoris terhadap
mmHg dari posisi keadaan ketoasidosis.
berbaring ke duduk atau Napas bau aseton
berdiri.
disebabkan pemecahan
asam asetoasetat dan
harus berkurang bila
ketosis terkoreksi.
14
Pantau suhu, warna Demam, menggigil,
kulit, atau dan diaphoresis adalah
kelembapannya. hal umum terjadi pada
proses infeksi, demam
dengan kulit
kemerahan, kering
merupakan tanda
dehidrasi.
Kaji nadi perifer, Merupakan indicator
pengisian kapiler, turgor tingkat dehidrasi atau
kulit, dan membrane volume sirkulasi yang
adekuat.
mukosa.
Pantau masukan dan Memperkirakan
pengeluaran kebutuhan cairan
pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan
terapi yang diberikan.
Ukur berat badan setiap Memberikan hasil
hari. pengkajian terbaik dari
status cairan yang
sedang berlangsung
dan selanjutnya dalam
memberikan cairan
pengganti
Pertahankan pemberian Mempertahankan
cairan minimal 2500 hidrasi atau volume
ml/hari sirkulasi.
15
Kaji adanya perubahan Perubahan mental
mental atau sensori. berhubungan dengan
hiperglikemi atau
hipoglikemi, elektrolit
abnormal, asidosis,
penurunan perfusi
serebral, dan hipoksia.
Penyebab yang tidak
tertangani, gangguan
kesadaran menjadi
predisposisi aspirasi
pada klien.
Kolaborasi
Berikan terapi cairan
sesuai indikasi :
Normal salin atau Tipe dan jumlah cairan
setengah normal salin tergantung pada
dengan atau tanpa derajat kekurangan
16
dekstrosa. cairan dan respon klien
secara individual.
17
4 Kelelahan setelah klien dapat Diskusikan kebutuhan Pendidikan dapat
berhubungan diberikan mengidentifik akan aktivitas. Buat memberikan motivasi
dengan kondisi asuhan asikan pola jadwal perencanaan dan untuk meningkatkan
keperawatan keletihan
fisik yang identifikasi aktivitas tingkat aktivitas
diharapkan setiap hari.
kurang. yang menimbulkan meskipun klien sangat
kelelahan Klien dapat
dapat teratasi. mengidentifik kelelahan. lemah.
asi tanda dan Diskusikan penyebab Dengan mengetahui
gejala keletihan seperti nyeri penyebab keletihan,
peningkatan
sendi, penurunan dapat menyusun
aktivitas
penyakit yang efisiensi tidur, jadwal aktivitas.
mempengaruh peningkatan upaya yang
i toleransi diperlukan untuk ADL.
aktivitas. Bantu mengidentivikasi Mengidentifikasi
Klien dapat
pola energi dan buat waktu puncak energi
mengungkapk
an rentang keletihan. Skala dan kelelahan
peningkatan 0-10 (0 =tidak lelah, membantu dalam
tingkat energi. 10 = sangat kelelahan) merencanakan akivitas
Klien dapat untuk memaksimalkan
menunjukkan
konserfasi energi dan
perbaikan
kemampuan produktivitas.
untuk Berikan aktivitas Mencegah kelelahan
berpartisipasi alternatif dengan yang berlebih.
dalam
periode istirahat yang
aktivitas yang
cukup/ tanpa diganggu.
diinginkan.
Pantau nadi , frekuensi Mengindikasikan
nafas, serta tekanan tingkat aktivitas yang
darah sebelum dan dapat ditoleransi
secara fisiologis.
seudah melakukan
aktivitas.
Tingkatkan partisipasi Memungkinkan
klien dalam melakukan kepercayaan diri/
aktivitas sehari-hari harga diri yang positif
sesuai kebutuhan. sesuai tingkat aktivitas
18
yang dapat ditoleransi.
5 Risiko tinggi setelah Tidak ada Observasi tanda-tanda Pasien mungkin masuk
infeksi diberikan rubor, kalor, infeksi dan peradangan dengan infeksi yang
berhubungan asuhan dolor, tumor, sperti demam, biasanya telah
dengan fungsiolesia.
keperawatan kemerahan, adanya pus mencetuskan keadaan
glukosa darah Terjadi
diharapkan tid pada luka, sputum ketoasidosis atau dapat
yang tinggi. perubahan gaya
ak terjadi hidup untuk purulen, urine warna mengalami infeksi
tanda-tanda mencegah keruh atau berkabut. nosokomial.
infeksi terjadinya Tingkatkan upaya Mencegah timbulnya
infeksi.
pencegahan dengan infeksi nosokomial.
melakukan cuci tangan
yang baik pada semua
orang yang berhubungan
dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
19
yang tertekan, jaga kulit risiko terjadinya
tetap kering, linen kerusakan pada kulit.
kering dan tetap
kencang.
Berikan tisue dan Mengurangi
tempat sputum pada penyebaran infeksi.
tempat yang mudah
dijangkau untuk
penampungan sputum
atau secret yang lainnya.
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan Untuk
kultur dan sensitifitas mengidentifikasi
sesuai dengan indikasi. adanya organisme
sehingga dapat
memilih atau
memberikan terapi
antibiotik yang terbaik.
Berikan obat antibiotik Penanganan awal
yang sesuai dapat mambantu
mencegah timbulnya
sepsis.
6 Resiko terjadi Setelah Dapat Hindarkan lantai yang Lantai licin dapat
injury diberikan menunjukkan licin. menyebabkan risiko
berhubungan asuhan terjadinya jatuh pada pasien
dengan keperawatan perubahan
Gunakan bed yang Mempermudah pasien
penurunan diharapkan tid perilaku untuk
rendah untuk naik dan turun
penglihatan. ak terjadi menurunkan
injuri factor risiko dari tempat tidur.
dan untuk Orientasikan klien Lansia daya ingatnya
melindungi diri dengan ruangan. sudah menurun,
dari cidera.
sehingga diperlukan
Mengubah
lingkungan orientasi ruangan agar
20
sesuai indikasi lansia bisa
untuk menyesuaikan diri
meningkatkan terhadap ruangan.
keamanan.
Bantu klien dalam Lansia sudah
melakukan aktivitas mengalami penurunan
sehari-hari dalam fisik, sehingga
dalam melakukan
aktivitas sehari
diperlukan bantuan
dari orang lainsesuai
dengan yang dapat
ditoleransi
21