Pengaruh Latihan Diaphragmatic Breathing Dan Chest Mobilization Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyanyi Ukm Paduan Suara

KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH LATIHAN DIAPHRAGMATIC BREATHING

DAN CHEST MOBILIZATION TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU
PADA PENYANYI UKM PADUAN SUARA
Oleh :
Windu Airlangga Ekacaraka
NIM. 151710283006
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
Program Studi D4 Fisioterapi

9
Pengaruh Latihan Diaphragmatic Breathing dan Chest Mobilization
Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyanyi UKM Paduan Suara
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH LATIHAN DIAPHRAGMATIC BREATHING
DAN CHEST MOBILIZATION TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU
PADA PENYANYI UKM PADUAN SUARA
Disusun dan diajukan oleh:

Windu Airlangga Ekacaraka
NIM. 151710283006
Surabaya, 24 September 2020
Menyetujui,
Pembimbing
Ina Mardiana, SST.FT

NIP. 19650621 199003 2 002
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul
“Pengaruh Latihan Diaphragmatic Breathing dan Chest Mobilization
Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyanyi UKM Paduan Suara”.
Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka melengkapi dan
memenuhi tugas-tugas untuk menyelesaikan program pendidikan
Diploma-IV Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, tentunya tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas
berbagai macam bantuan, bimbingan, motivasi, do`a dan segala
partisipasi yang telah diberikan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Terimakasih sekali lagi kepada semua pihak yang sudah membantu
dengan ikhlas, Tuhan yang akan membalasnya di masa depan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari sempurna disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik, dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan bagi penulis guna tercapainya karya tulis ilmiah yang
lebih baik. Semoga penulisan karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Surabaya, 24 September 2020
Penulis
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Windu Airlangga Ekacaraka
NIM : 151710283006
menyatakan dengan sebenarnya dan sungguh-sungguh bahwa Karya

Tulis Ilmiah ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan
merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan atau ada pihak yang mengajukan
gugatan, maka saya bersedia menerima seluruh sanksi/hukuman atas
perbuatan tersebut, termasuk pembatalan ijazah yang saya peroleh dari
Universitas Airlangga.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.
Surabaya, 15 Juli 2020

Yang membuat Pernyataan,
Materai
Rp 6000
(Windu Airlangga Ekacaraka)
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ........................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 9
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 9
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 10
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................11
1.3.1. Tujuan Umum................................................................................... 11
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................................................. 11
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................... 11
1.4.1. Manfaat Bagi Penulis........................................................................ 11
1.4.2. Manfaat Bagi Pembaca..................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................13
2.1. Penyanyi Paduan Suara............................................................................ 13
2.2. Pernapasan dalam Bernyanyi...................................................................13
2.2.1. Otot-Otot Pernapasan...................................................................... 16
2.2.2. Mekanisme Kerja Otot-Otot Pernapasan......................................... 19
2.3. Volume dan Kapasitas Fungsi Paru.......................................................... 20
2.3.1. Volume Paru..................................................................................... 20
2.3.2. Kapasitas Vital Paru.......................................................................... 22
2.4. Uji Fungsi Paru.......................................................................................... 25
v
2.4.1. Spirometri....................................................................................... 25
2.4.2. Pengukuran Kecepatan Aliran Puncak........................................... 26
2.4.3. Pengukuran Transfer Gas............................................................... 26
2.5. Diaphragmatic Breathing Exercise........................................................... 26
2.5.1. Pengertian Diaphragmatic Breathing Exercise............................... 26
2.5.2. Manfaat Diaphragmatic Breathing Exercise.................................. 29
2.6. Latihan Chest Mobilization.......................................................................30
BAB III PENATALAKSANAAN LATIHAN DIAPHRAGMATIC BREATHING DAN
CHEST MOBILIZATION.............................................................................................. 32
3.1. Diaphragmatic Breathing............................................................ ............ 32
3.2. Chest Mobilization.................................................................................... 35
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 39
4.1. Kesimpulan............................................................................................... 39
4.2. Saran......................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 41
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Otot-Otot Pernapasan ................................................................................... 19
Gambar 2.2 Latihan Chest Mobilization ............................................................................ 31
Gambar 3.1 Prosedur Diaphragmatic Dreathing Exercise ................................................. 33
Gambar 3.2 Prosedur Diaphragmatic Dreathing Exercise ................................................. 34
Gambar 3.3 Mobilisasi Sangkar Toraks pada Satu Sisi ..................................................... 36
Gambar 3.4 Mobilisasi Sangkar Toraks Bagian Dada Atas dan Otot Pectoralis ................. 37
Gambar 3.5 Mobilisasi Sangkar Toraks Bagian Dada Atas dan Otot Pectoralis ................. 38
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nilai Standar Kapasitas Paru ................................................................ 24
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu unit kegiatan mahasiswa yang sangat penting dan
berperan pada kegiatan resmi disuatu perguruan tinggi adalah Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM). Anggota PSM dipilih
melalui suatu seleksi. Salah satu tes utama yang harus dilakukan oleh calon
anggota PSM adalah tes kemampuan olah vokal.
Kemampuan olah vokal yang prima dapat diupayakan dengan
bebarapa latihan diantaranya latihan nafas diafragma, respiratory resistance
dan mobilisasi sangkar torak. Ketiga latihan tersebut juga dapat
meningkatkan kapasitas vital paru – paru seseorang. Dalam kegiatan
bernyanyi, mengisi paru-paru dengan udara secara maksimal akan
memberikan manfaat yang besar, yaitu kemampuan untuk menyanyikan
nada-nada panjang, kontrol terhadap nada tinggi, nada rendah, tekstur suara
lembut/keras, warna suara, fleksibilitas, vibrato, non-vibrato, nada yang lebih
jernih dan bernyanyi lebih lancar dalam wilayah register tangga nada. Sikap
badan waktu bernyanyi, pernafasan yang baik, cara memproduksi nada, pita
suara, bentuk mulut, pengaturan lidah merupakan hal yang penting yang
harus diperhatikan dalam bernyanyi. (T. Sinaga, 2008)

9
Menurut Carolin Kisner & Lyyn Allen Colby (2007), diaphragmatic
breathing exercise merupakan latihan pernafasan terkontrol, yang
menekankan pernapasan diafragma, dirancang untuk meningkatkan efisiensi
ventilasi paru-paru, mengurangi kerja otot-otot bantu pernapasan,
meningkatkan ekskursi (turun atau naik) dari diafragma, serta meningkatkan
pertukaran gas dan oksigenasi. Chest mobilization exercise adalah setiap
latihan yang menggabungkan gerakan aktif trunk dan anggota gerak dengan
deep breathing. Latihan ini dirancang untuk mempertahankan atau
meningkatkan mobilitas chest wall, trunk, dan shoulder girdle karena
memengaruhi ventilasi atau koreksi postural.
Belum banyak penelitian yang mempelajari efek latihan napas dan
mobilisasi thorax terhadap respirasi penyanyi. Penilitian ini ditujukan untuk
mengetahui efek latihan napas dan mobilisasi thorax terhadap peningkatan
kapasitas fungsi paru.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah diaphragmatic breathing exercise dan chest mobilization dapat
meningkatkan kapasitas vital paru pada subyek penyanyi paduan suara?
10
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui efek diaphragmatic breathing exercise dan chest
mobilization terhadap peningkatan kapasitas vital paru pada
subyek penyanyi paduan suara
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan prosedur latihan diapraghmatic breathing dan chest
mobilization pada subyek penyanyi paduan suara.
b. Menganalisis kapasitas vital paru pada subyek penyanyi paduan
suara.
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1. Manfaat bagi Penulis
a. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman di bidang
respiratori dan chest Fisioterapi
b. Menambah pengetahuan dalam menggembangkan diri pada dunia
kesehatan, khususnya di bidang fisioterapi di masa yang akan
datang.
1.4.2. Manfaat bagi Pembaca
a. Untuk memberikan informasi dan edukasi tentang latihan
pernapasan dan mobilisasi thorax
11
b. Mendapat satu tambahan tentang kajian mengenai pengaruh
latihan diapraghmatic breathing dan chest mobilization terhadap
kapasitas vital parunya sehingga dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyanyi Paduan Suara
Paduan Suara atau koor (dari Bahasa Belanda, koor) merupakan
istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-
penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya
suatu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri
atas beberapa bagian suara. Paduan suara merupakan himpunan dari
sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis suaranya (Sitompul,
1988).
Paduan suara ialah nyanyian bersama dalam beberapa suara.
Nyanyian bersama terdiri dari empat suara, tiga suara, atau paling sedikit dua
suara, jika dinyanyikan dalam satu suara saja, maka disebut unisono
(Jamalus, 1981). Dalam penampilannya, paduan suara terbagi menjadi
beberapa jalur suara, masing-masing suara sopran, alto, tenor, dan bass
(Banoe, 2003: 320).
2.2. Pernafasan dalam Bernyanyi
Pernafasan dalam berolah vokal merupakan hal yang sangat
mendasar dan fundamental. Bagi penyanyi yang melakukan teknik bernafas
dengan baik maka dia dapat menjadi seorang penyanyi yang baik. Oleh
13
sebab itu, untuk menjadi penyanyi yang baik, penyanyi harus benar-benar
menguasai teknik pernafasan dengan baik dan benar (Tonowidjaya, 1997).
Ada tiga faktor yang memengaruhi timbulnya suara, yaitu: Sesuatu
yang bergetar; sesuatu yang mengetarkan; sesuatu yang membesarkan
suara supaya dapat didengar. Dalam hal suara manusia, alat vibrator atau
benda yang bergetar dalam laring yaitu pita suara (vocal cord). Sedangkan
alat untuk menggetarkan pita suara adalah napas. Napas adalah udara yang
dihirup dan dikeluarkan setelah melalui rongga paru-paru. Jadi napas
merupakan motor pencipta suara manusia. Benda yang membesarkan suara
manusia (alat resonansinya) adalah semua rongga yang berhubungan
dengan sumber suara itu, yakni rongga perut, rongga dada, rongga
kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung, dan rongga kepala. (N.
Simanungkalit, 2008)
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut
(diafragma).
1. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar
tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
14
A. Fase inspirasi: Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang
rusuk (otot interkostalis eksternal) dan relaksasinya otot
interkostalis internal, sehingga rongga dada membesar, akibatnya
tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan
di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
B. Fase ekspirasi: Fase ini merupakan fase relaksasi atau
kembalinya otot antara tulang rusuk (otot interkostalis eksternal) ke
posisi semula dan kontraksinya otot interkostalis internal, yang
diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi
lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga
dada yang kaya karbon dioksida keluar.
2. Pernapasan perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya
melibatkan aktifitas diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga
dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap
yakni sebagai berikut.
A. Fase Inspirasi: Pada fase ini diafragma berkontraksi sehingga
diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan
tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
15
B. Fase Ekspirasi: Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya
diafragma kembali ke posisi semula (mengembang) sehingga
rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya
udara keluar dari paru-paru. (Praweda, 2007)
Menurut Oktara (2011), Teknik pernapasan diafragma dinilai paling
baik digunakan untuk menyanyi karena akan menghasilkan napas panjang,
ringan, dan santai, serta produksi suara akan lebih berkualitas. Dengan
pernapasan diafragma, penyanyi dapat lebih leluasa dalam berekspresi
karena tidak ada tekanan dan desakan dalam pernapasan. Ruangan akan
leluasa dengan menegangnya sekat rongga badan diafragma yang bergerak
ke bawah.
2.2.1. Otot-otot Pernapasan
Menurut Djojodibroto (2009), yang digolongkan ke dalam struktur
pelengkap sistem pernafasan adalah struktur penunjang yang diperlukan
untuk bekerjanya sistem pernafasan tersebut. Struktur pelengkap itu
sendiri terdiri dari costae dan otot, difragma serta pleura. Dinding dada
atau dinding thoraks dibentuk oleh tulang, otot, serta kulit. Tulang
pembentuk dinding thoraks antara lain costae (12 buah), vertebra
thoracalis (12 buah), sternum , clavicula dan scapula. Sementara itu, otot
pembatas rongga dada terdiri dari:
1. Otot ekstremitas superior
16
A. Musculus pectoralis major
B. Musculus pectoralis minor
C. Musculus serratus anterior
D. Musculus subclavius
2. Otot anterolateral abdominal
A. Musculus abdominal oblicus externus
B. Musculus rectus abdominis
3. Otot thorax Intrinsik
A. Musculus intercostalis externa
B. Musculus intercostalis interna
C. Musculus sternalis
D. Musculus thoracis transversus
Selain sebagai pembentuk dinding dada, otot skelet juga berfungsi
sebagai otot pernafasan. Menurut kegunaannya, otot-otot pernafasan
dibedakan menjadi otot untuk inspirasi, dimana otot inspirasi terbagi
menjadi otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi
tambahan.
1. Otot inspirasi utama (principal) yaitu:
A. Musculus intercostalis externa.
B. Musculus intercartilaginus parasternal.
C. Otot diafragma.
17
2. Otot inspirasi tambahan (accessory respiratory muscle) sering juga
disebut sebagai otot bantu nafas terdiri dari:
A. Musculus sternocleidomastoideus.
B. Musculus scalenus anterior.
C. Musculus scalenus medius.
D. Musculus scalenus posterior.
Saat pernafasan biasa (quiet breathing), untuk ekspirasi tidak
diperlukan kegiatan otot, cukup dengan daya elastis paru saja udara di
dalam paru akan keluar saat ekspirasi berlangsung. Namun, ketika
seseorang mengalami serangan asma, seringkali diperlukan active
breathing, dimana dalam keadaan ini untuk ekspirasi diperlukan
kontribusi kerja otot-otot seperti:
A. Musculus intercostalis interna
B. Musculus intercartilagius parasternal
C. Musculus rectus abdominis
D. Musculus oblique abdominus externus
Otot-otot untuk ekspirasi juga berperan untuk mengatur pernafasan
saat berbicara, menyanyi, batuk, bersin, dan untuk mengedan saat buang
air besar serta saat persalinan
18
Gambar 2.1. Otot-otot pernapasan (google.images)
2.2.2. Mekanisme Kerja Otot-Otot Pernapasan
Pada inspirasi normal, otot diafragma berkontraksi dan bergerak
ke bawah, sedangkan otot-otot intercostal eksternal dan otot scalenus
menggerakkan costa dan sternum elevasi ke atas sehingga
meningkatkan ukuran dari sangkar thorax. Pada saat inspirasi dalam, otot
diafragma dan otot intercosta eksternal dibantu otot
sternocleidomastoideus dan otot pectoralis minor sehingga sangkar
thorax lebih lebar. Tekanan udara di dalam alveolar makin menurun
sehingga udara yang masuk lebih banyak (Shier, 1996). Pada saat
inspirasi maksimal, sangkar thorax menekan otot erector spinae ke
bawah. Otot inspirasi berkontraksi maksimal dibantu oleh otot trapezius,

19
levatpr scapulae dan rhomboid sehingga udara yang masuk meningkat
(Amrohit, 2010).
Ekspirasi normal merupakan ekspirasi pasif yaitu proses
pengeluaran udara yang terjadi pada saat otot diafragma dan otot
intercostae eksternal rileks. Udara terdorong ke luar dari rongga dada
karena elastisitas paru-paru dan gerakan otot abdominal. Pada saat
ekspirasi maksimal atau aktif otot intercostae internal, otot obliqus
eksternus dan internus, otot transversus abdominis dan otot rectus
abdominis berkontraksi menekan organ perut ke dalam. Gerakan dinding
perut ini dapat meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan
memaksa otot diafragma untuk rileks sehingga udara dari paru-paru
keluar (Shier, 1996)
2.3. Volume dan Kapasitas Fungsi Paru
Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi
ventilasi system pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan
kapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun
ada tidaknya kelainan fungsi ventilisator paru.
2.3.1. Volume Paru
Jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap inspirasi (atau
jumlah udara yang keluar dari paru setiap ekspirasi) dinamakan volume
alun napas (tidal volume/TV). Jumlah udara yang masih dapat masuk ke
20
dalam paru pada inspirasi maksimal, setelah inspirasi biasa disebut
volume cadangan inspirasi (inspiratory eserve vilume/IRV). Jumlah udara
yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot
ekspirasi, setelah ekspirasi biasa disebut volume cadangan ekspirasi
(expiratory reserve volume/ERV), dan udara yang masih tertinggal di
dalam paru setelah ekspirasi maksimal disebut volume residu (residual
volume/RV) (Ganong, 2002)
Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah:
A. Volume Tidal (Tidal Volume=TV)
Volume Tidal adalah volume udara masuk dan keluar pada
pernafasan. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml.
B. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve
Volume=IRV)
Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara yang
masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa,
besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml.
C. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve
Volume=ERV)
Volume Cadangan Ekspirasi adalah volume udara yang
masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi
biasa, besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml.
21
D. Volume Residu (Residual Volume=RV)
Volume Residu adalah udara yang masih tersisa didalam
paru sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat
diukur dengan spirometer, sedangkan RV=TLC-VC.
2.3.2. Kapasitas Vital Paru
Menurut Guyton & Hall (1997:604), kapasitas paru dapat diuraikan
sebagai berikut:
A. Kapasitas inspirasi
Adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang,
dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan
paru sampai jumlah maksimum (kira-kira 3500 mL)
B. Kapasitas residu fungsional
Adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir
ekspirasi normal (kira-kira 2300 mL)
C. Kapasitas paru total
Adalah volume maksimum di mana paru dapat
dikembangkan sebesar
mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL).
D. Kapasitas vital paru
Kapasitas vital paru sama dengan volume cadangan
inspirasi ditambah
22
volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini
adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru
secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya
(kira-kira 4600 mL) (Guyton & Hall, 1997).
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada
seseorang yang berpindah pada satu tarikan napas.
Kapasitas ini mencakup volume cadangan inspirasi, volume
tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan
menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum,
kemudian menghembuskan sebanyak mungkin udara di
dalam parunya ke alat pengukur (Elizabeth J. Corwin,
2000).
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang
dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi secara
maksimal (Jan Tambayong, 2001).
23
Tabel 2.1. Nilai Standar Kapasitas Paru
Umur Laki-laki Perempuan

4 700 600
5 850 800
6 1070 980
7 1300 1150
8 1500 1350
9 1700 1550
10 1950 1740
11 2200 1950
12 2540 2150
13 2900 2350
14 3250 2480
15 3600 2700
16 3900 2700
17 4100 2750
18 4200 2800
19 4300 2800
20 4320 2800
21 4320 2800
22 4300 2800
23 4280 2790
24 4250 2780
25 4220 2770
26 4200 2760
27 4180 2740
24
28 4150 2720
29 4120 2710
30 4100 2700
31-35 3990 2640
36-40 3800 2520
41-45 3600 2390
46-50 3410 2250
51-55 3240 2160
56-60 3100 2060
61-65 2970 1960
(Sumber: Herry Koesyanto & Eram TP, 2005)
2.4. Uji Fungsi Paru
Uji fungsi paru merupakan uji yang paling sederhana dan murah,
terbukti dapat diandalkan untuk tujuan epidemiologis dan program skrining.
Alat penguji fungsi paru antara lain :
2.4.1. Spirometri
Spirometer ada dua jenis yaitu spirometer resister dan spirometer
hutchinson. Alat ini dapat digunakan untuk melakukan berbagai uji tetapi
yang paling bermanfaat dan dapat diulang adalah ekspirasi paksa dalam
satu detik dan FCV1 dan kapasitas vital paksa (FVC) dimana volume
udara yang dapat dihembuskan secara kuat dari paru setelah pernafasan
maksimal. Meskipun demikian, umur, tinggi badan, dan terutama
kebiasaan merokok sangat mempengaruhi.
25
2.4.2. Pengukuran kecepatan aliran puncak
Kecepatan aliran puncak (PFR=peak flow-rate) adalah kecepatan
maksimum aliran ekspirasi selama ekshalasi paksa. Pemeriksaan ini
adalah pengganti uji FEV1 yang bermanfaat bila diperlukan pembacaan
serial yang sering. Korelasi antara hasil pengukuran aliran puncak dan
nilai FEV1 sangat tinggi, tetapi perlu dikoreksi terhadap tinggi badan,
umur dan kebiasaan merokok.
2.4.3. Pengukuran transfer gas
Pengukuran transfer gas memerlukan peralatan yang lebih mahal
dan kerja sama pekerja yang lebih daripada pengukuran spirometer
sederhana dan PFR. Uji untuk pengukuran transfer gas biasanya
dilakukan dengan tarikan nafas tunggal menggunakan 0,25-0,30%
karbon monoksida dan 2-12% helium, serta mengukur olume paru-paru.
Hasil pengukuran ini harus dikoreksi terhadap usia, tinggi badan dan
kebiasaan merokok (Joko Suyono, 1995).
2.5. Diaphragmatic Breathing Exercise
2.5.1. Pengertian diaphragmatic breathing exercise.
Diaphragmatic Breathing Exercise merupakan salah satu latihan
pernapasan pada pasien asma yang bertujuan untuk menggunakan dan
menguatkan otot diafragma selama inspirasi, sehingga mencapai
ventilasi yang terkontrol dan efisien, meningkatkan inflasi alveolar secara
26
maksimal, dan menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang
tidak berguna (Smeltzer & Bare, 2002). Diaphragmatic Breathing
Exercise dapat dilakukan untuk meningkatkan efisensi pernapasan
dengan mengurangi udara yang terperangkap dan mengurangi kerja
pernapasan (Potter & Perry, 2012).
Diafragma adalah otot inspirasi utama, suatu lembaran otot rangka
yang membentuk dasar rongga thorax dan terdapat saraf frenikus.
Sewaktu berkontraksi karena ada stimulus dari saraf frenikus diafragma
yang melemas akan bergerak kebawah dan memperbesar volume
rongga thorax dengan menambah panjang vertikalnya. Jika dinding
abdomen melemas, dapat terlihat menojol ke depan sewaktu inspirasi
dikarenakan diafragma turun mendorong abdomen kebawah dan
kedepan (Sherwood, 2012). Otot-otot inspirasi akan melemas saat akhir
inspirasi dimana diafragma kembali ke bentuk seperti kubah. Sewaktu
paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan intra alveolus
meningkat. Pada ekspirasi biasa atau istirahat, tekanan intra alveolus
meningkat sebanyak 1 mmHg diatas tekanan atmosfer menjadi 761
mmHg. (Price & Wilson, 2006).
Ganong (2013) menyatakan pernapasan diafragma
memungkinkan ekspirasi secara aktif untuk mengosongkan paru secara
lebih sempurna. Untuk melakukan ekspirasi aktif atau paksa, otot
27
abdomen harus berkontraksi untuk semakin mengurangi volume rongga
thorax dan paru. Sewaktu otot- otot ekspirasi berkontraksi, volume intra
thorax akan berkurang dan terjadi ekspirasi paksa. Efek ini dimiliki oleh
muskulus intercostalis internus. Kontraksi otot dinding abdomen anterior
juga ikut membantu proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga
kebawah dan kedalam serta dengan meningkatkan tekanan intra
abdomen yang akan mendorong diafragma ke atas, sehingga
memperkecil ukuran vertikal rongga throrax dan mengurangi volume
paru.
Prosedur diaphragmatic breathing exercise:
1. Persiapkan pasien dalam posisi rileks dan nyaman di mana
gravitasi membantu kerja diafragma, seperti side-lying.
2. Jika pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien memulai pola
pernapasan dengan otot aksesori inspirasi (otot bahu dan
leher), mulai beri instruksi awal dengan mengajari pasien cara
mengendurkan otot (melemaskan bahu atau mengangkat bahu
ditambah dengan relaksasi atau pelemasan otot-otot bahu dan
leher).
3. Letakkan tangan Anda di rektus abdominis. Minta pasien untuk
tarik napas perlahan dan dalam melalui hidung. Minta pasien
menjaga bahu tetap rileks dan dada bagian atas tenang dan
28
tidak mengembang, biarkan perut sedikit naik. Kemudian beri
tahu pasien untuk rileks dan menghembuskan napas perlahan
melalui mulut.
4. Minta pasien mempraktikkan ini tiga atau empat kali dan lalu
istirahat. Jangan biarkan pasien mengalami hiperventilasi.
5. Jika pasien mengalami kesulitan menggunakan diafragma
selama inspirasi, minta pasien menarik napas beberapa kali
berturut-turut melalui hidung dengan cara mengendus.
Tindakan ini biasanya memfasilitasi diafragma.
6. Agar pasien mempelajari cara merasakan sendiri, minta pasien
menempatkan tangannya sendiri di atas otot abdomen-nya
dan merasakan pergerakannya. Teknik benar apabila tangan
pasien sedikit terangkat saat inspirasi dan jatuh saat ekspirasi.
7. Setelah pasien mengerti dan mampu mengontrol teknik bernapas
menggunakan pola diafragma, dengan mempertahankan bahu
rileks, lanjutkan latih pernapasan diafragma dalam variasi posisi
(duduk, berdiri) dan selama beraktivitas.
2.5.2. Manfaat Diaaphragmatic Breathing Exercise
Menurut Carolin Kisner & Lyyn Allen Colby (2007), diaphragmatic
breathing exercise merupakan latihan pernafasan terkontrol, yang
menekankan pernapasan diafragma, dirancang untuk meningkatkan
29
efisiensi ventilasi paru-paru, mengurangi kerja otot-otot bantu
pernapasan, meningkatkan ekskursi (turun atau naik) dari diafragma,
serta meningkatkan pertukaran gas dan oksigenasi.
Secara teori, pernafasan diafragma yang dilakukan berulang kali
dengan rutin dapat membantu seseorang menggunakan diafragmanya
dengan benar ketika dia bernafas. Teknik ini berguna untuk menguatkan
diafragma, menurunkan kerja pernafasan, menggunakan sedikit usaha
dan energi untuk bernafas, dengan pernafasan diafragma akan terjadi
peningkatan volume tidal, penurunan kapasitas residu fungsional dan
peningkatan pengambil oksigen yang optimal (Smith, 2004)
2.6. Latihan Chest Mobilization
Latihan chest mobilization (mobilisasi sangkar toraks) adalah terapi
latihan kombinasi gerakan aktif pada punggung, bahu, skapula dan dilakukan
deep breathing exercise, yang bertujuan untuk mempertahankan dan
memperbaiki mobilitas sangkar toraks, bahu, dan punggung agar
mempermudah dalam pengembangan paru pada pernafasan, sehingga akan
meningkatkan kapasitas vital paru (Amrohit, 2010)
Mobilisasi dada tidak boleh dilakukan pada kondisi fraktur thorax yang
berat atau tidak stabil, kanker tulang belakang yang metastasis, tuberculosis
spondylitis, osteoporosis, nyeri hebat, tanda-tanda vital yang tidak stabil
(Leelarungrayub, 2012).
30
Latihan mobilisasi dada dapat dilakukan dengan Gerakan aktif dan
Gerakan pasif. Latihan mobilisasi dada dapat meningkatkan fungsi otot-otot
sangkar thorax dan mobilitas dada bagian atas, tengah dan bawah
(Leelarungrayub, 2012).
Gambar 2.2. Latihan chest mobilization (mobilisasi sangkar toraks) (Kisner &
Colby, 2007)
31
BAB III
PENATALAKSANAAN LATIHAN
DIAPHRAGMATIC BREATHING DAN CHEST MOBILIZATION
3.1. Diaphragmatic Breathing
Apabila diafragma berfungsi secara efektif dalam perannya sebagai
otot utama inspirasi, maka ventilasinya efisien dan konsumsi oksigen oleh
otot-otot ventilasi juga rendah, saat pernapasan rileks (tidal). Saat
pernapasan bergantung pada otot-otot aksesori inspirasi, mekanisme kerja
pernapasan (konsumsi oksigen) meningkat, dan efisiensi ventilasi menurun.
Meskipun otot diafragma mengontrol pernapasan pada level involunter,
seseorang tetap dapat diajarkan bagaimana mengontrol pernapasan dengan
penggunaan diafragma yang optimal, serta menurunkan penggunaan
aksesori otot.
Prosedur diaphragmatic breathing exercise:
1. Persiapkan pasien dalam posisi rileks dan nyaman di mana
gravitasi membantu kerja diafragma, seperti side-lying.
2. Jika pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien memulai pola
pernapasan dengan otot aksesori inspirasi (otot bahu dan
leher), mulai beri instruksi awal dengan mengajari pasien cara
mengendurkan otot (melemaskan bahu atau mengangkat bahu
32
ditambah dengan relaksasi atau pelemasan otot-otot bahu dan
leher).
3. Letakkan tangan Anda di rektus abdominis. Minta pasien untuk
tarik napas perlahan dan dalam melalui hidung. Minta pasien
menjaga bahu tetap rileks dan dada bagian atas tenang dan
tidak mengembang, biarkan perut sedikit naik. Kemudian beri
tahu pasien untuk rileks dan menghembuskan napas perlahan
melalui mulut.
Gambar 3.1. Prosedur diaphragmatic breathing exercise (Kisner
& Colby, 2007)
33
4. Minta pasien mempraktikkan ini tiga atau empat kali dan lalu
istirahat. Jangan biarkan pasien mengalami hiperventilasi.
5. Jika pasien mengalami kesulitan menggunakan diafragma
selama inspirasi, minta pasien menarik napas beberapa kali
berturut-turut melalui hidung dengan cara mengendus. Tindakan
ini biasanya memfasilitasi diafragma.
6. Agar pasien mempelajari cara merasakan sendiri, minta pasien
menempatkan tangannya sendiri di atas otot abdomen-nya dan
merasakan pergerakannya. Teknik benar apabila tangan pasien
sedikit terangkat saat inspirasi dan jatuh saat ekspirasi.
Gambar 3.2. Prosedur diaphragmatic breathing exercise (Kisner
& Colby, 2007)

34
7. Setelah pasien mengerti dan mampu mengontrol teknik
bernapas menggunakan pola diafragma, dengan
mempertahankan bahu rileks, lanjutkan latih pernapasan
diafragma dalam variasi posisi (duduk, berdiri) dan selama
beraktivitas.
3.2. Chest Mobilization
Latihan chest mobilization (mobilisasi sangkar toraks) adalah terapi
latihan kombinasi gerakan aktif pada punggung, bahu, skapula dan dilakukan
deep breathing exercise, yang bertujuan untuk mempertahankan dan
memperbaiki mobilitas sangkar toraks, bahu, dan punggung agar
mempermudah dalam pengembangan paru pada pernafasan, sehingga akan
meningkatkan kapasitas vital paru (Amrohit, 2010).
Kontraindikasi menurut Amrohit tahun 2010:
1. Fraktur tulang rusuk
2. Osteoporosis
3. Angina yang tidak stabil
4. Akut MI (Myocardial Infarction)
5. Keadaan Pneumotoraks
Menurut Amrohit teknik mobilisasi sangkar toraks terbagi menjadi 3
bagian, antaa lain:
A. Mobilisasi satu sisi dada,
35
Prosedur:
- Posisi pasien duduk tegak, dengan tangan di pinggang
- Instruksikan pasien untuk inspirasi dengan menggerakkan
tubuh pada satu sisi (kiri atau kanan)
- Kemudian instruksikan pasien untuk ekspirasi dari mulut
dengan menggerakkan tubuh pada satu sisi yang berlawanan
dengan sisi sebelumnya
Gambar 3.3. Mobilisasi sangkar toraks pada satu sisi (Amrohit,
2010)
B. Mobilisasi sangkar toraks bagian dada atas dan otot pectoralis
Prosedur:
- Posisi pasien duduk tegak
36
- Pasien diminta untuk menggenggam kedua tanganya lalu
meletakkannya di belakang kepala dengan posisi abduksi
horizontal pada lengan
- Lalu pasien diminta untuk inspirasi dan ekspirasi dengan
menggerakkan kepala secara bersamaan.
Gambar 3.4. Mobilisasi sangkar toraks bagian dada atas dan
otot pectoralis (Amrohit, 2010)
C. Mobilisasi sangkar toraks bagian dada atas dan otot pectoralis
Prosedur:
- Posisi pasien duduk tegak
- Instruksikan pasien untuk flexi shoulder bilateral dan sedikit
abduksi saat inspirasi
- Lalu arahkan dada dan shoulder menuju lantai pada saat
ekspirasi.
37
Gambar 3.5. Mobilisasi sangkar toraks bagian dada atas dan
otot pectoralis (Amrohit, 2010)
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pernafasan dalam berolah vokal merupakan hal yang sangat
mendasar dan fundamental. Bagi penyanyi yang melakukan teknik bernafas
dengan baik maka dia dapat menjadi seorang penyanyi yang baik. Oleh
sebab itu, untuk menjadi penyanyi yang baik, penyanyi harus benar-benar
menguasai teknik pernafasan dengan baik dan benar.
Teknik pernapasan diafragma dinilai paling baik digunakan untuk
menyanyi karena akan menghasilkan napas panjang, ringan, dan santai,
serta produksi suara akan lebih berkualitas. Dengan pernapasan diafragma,
penyanyi dapat lebih leluasa dalam berekspresi karena tidak ada tekanan
dan desakan dalam pernapasan. Ruangan akan leluasa dengan
menegangnya sekat rongga badan diafragma yang bergerak ke bawah.
Pernafasan diafragma yang dilakukan berulang kali dengan rutin dapat
membantu seseorang menggunakan diafragmanya dengan benar ketika dia
bernafas. Teknik ini berguna untuk menguatkan diafragma, menurunkan kerja
pernafasan, menggunakan sedikit usaha dan energi untuk bernafas, dengan
pernafasan diafragma akan terjadi peningkatan volume tidal, penurunan
kapasitas residu fungsional dan peningkatan pengambil oksigen yang
optimal.
39
Latihan chest mobilization adalah terapi latihan kombinasi gerakan
aktif pada punggung, bahu, skapula dan dilakukan deep breathing exercise,
yang bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki mobilitas sangkar
toraks, bahu, dan punggung agar mempermudah dalam pengembangan paru
pada pernafasan, sehingga akan meningkatkan kapasitas vital paru.
4.2 Saran
Pada penyanyi UKM Paduan suara disarankan untuk memasukkan
latihan diaphragmatic breathing dan chest mobilization dalam program latihan
rutinnya, baik saat pemanasan sebelum latihan bersama maupun saat latihan
mandiri di tumah guna meningkatkan kapasitas vital paru serta meningkatkan
performa dan teknik pernapasan selama bernyanyi.
Bagi fisioterapis disarankan dapat membuat program yang
bekerjasama dengan pelatih paduan suara untuk bersama-sama
meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional para penyanyi di
UKM Paduan Suara sehingga olah vokal yang dihasilkan menjadi lebih
maksimal dan dapat menunjang prestasi UKM Paduan suara maupun para
penyanyi itu sendiri.
40
DAFTAR PUSTAKA
Amrohit, G. 2010. The Pocketbook of Chest Physiotherapy. USA: Jiltendar
Anna Uyainah, dkk. 2014. Spirometri. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI RSCM. Vol 1 no. 1.
Drake, Richard L, et al. 2014. Gray Dasar-Dasar Anatomi. Singapura:
Elsevier Churcill Livingstone Netter, Frank H. 2014. Atlas of Human
Anatomy 6th edition. Philadelphia: Elsevier.
Fachrial H, and Endah Aryastuti. 2012. Uji Fungsi Paru. Jakarta: Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Vol. 39 no. 4
Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: ECG.
Haskas, Yusran. 2016. Sistem Respirasi Edisi Pertama. Yogyakarta:
Indonesia Pustaka
Huriyah, Titih dkk. 2017. Pengaruh Active Cycle of Breathing Technique
Terhadap Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum, dan Mobilisasi
Sangkar Thoraks Pasien PPOK. Yogyakarta: Universitas
Muhammadyah Yogyakarta. Vol 1 no. 2.
41
Kholifah Nur. 2016. Perbandingan Tingkat Kapasitas Vital Paru Siswa yang
Mengikuti Ekstrakurikuler Bulutangkis dan Ekstrakurikuler Bola Voli di
SMA Negeri 1 Sedayu. Yogyakarta: Universitas Negeri Yoyakarta
Kisner, C and Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise Fondations and
Techniques,Philadelpia: E.A Davis Company
Kuniawan, Cessna. 2018. Peran Pelatih Dalam Pelatihan Paduan Suara
Dengan Menggunakan Pendekatan Secara Psikologi di Paduan
Suara Voice of Conservation (VOC) Universitas Negeri Semarang.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Malik, Rajni. 2014. Fisioterapi Kardiopulmo. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
My Rudy. 2008. “Panduan Olah Vokal”. Yogyakarta: MedPress.
Nuzulita, Nania. 2014. Implementasi Metode Fuzzy-AHP Untuk Rekomendasi
Seleksi Penerimaan Anggota Baru Paduan Suara (Studi Kasus:
Paduan Suara Mahasiswa Universitas Brawijaya).Malang: Universitas
Brawijaya
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: CV
Prima Grafika
42
Sari, Rennita. 2017. Metode Latihan Paduan Suara pada Spensix Choir SMP
Negeri 6 Surabaya. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Sitompul, Binsar. 1985. Paduan Suara dan Pemimpinnya. Jakarta : PT. BPK
Gunung Mulia.
Tortora, G.J., Derrickson, B. (2012). Principles of anatomy & physiology (13th
Ed.). United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
43

Pengaruh Latihan Diaphragmatic Breathing Dan Chest Mobilization Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyanyi Ukm Paduan Suara

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Pengaruh Latihan Diaphragmatic Breathing Dan Chest Mobilization Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyanyi Ukm Paduan Suara

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH LATIHAN DIAPHRAGMATIC BREATHING

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

Program Studi D4 Fisioterapi

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun dan diajukan oleh:

Surabaya, 24 September 2020

Ina Mardiana, SST.FT

Program Studi D4 Fisioterapi

sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul

“Pengaruh Latihan Diaphragmatic Breathing dan Chest Mobilization

Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyanyi UKM Paduan Suara”.

Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka melengkapi dan

memenuhi tugas-tugas untuk menyelesaikan program pendidikan

Diploma-IV Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, tentunya tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas

berbagai macam bantuan, bimbingan, motivasi, do`a dan segala

Terimakasih sekali lagi kepada semua pihak yang sudah membantu

dengan ikhlas, Tuhan yang akan membalasnya di masa depan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih

jauh dari sempurna disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan

Surabaya, 24 September 2020

Program Studi D4 Fisioterapi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Windu Airlangga Ekacaraka

menyatakan dengan sebenarnya dan sungguh-sungguh bahwa Karya

Surabaya, 15 Juli 2020

(Windu Airlangga Ekacaraka)

Program Studi D4 Fisioterapi

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ........................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 9

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 9

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 10

1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................11

1.3.1. Tujuan Umum................................................................................... 11

1.3.2. Tujuan Khusus.................................................................................. 11

1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................... 11

1.4.1. Manfaat Bagi Penulis........................................................................ 11

1.4.2. Manfaat Bagi Pembaca..................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................13

2.1. Penyanyi Paduan Suara............................................................................ 13

2.2. Pernapasan dalam Bernyanyi...................................................................13

2.2.1. Otot-Otot Pernapasan...................................................................... 16

2.2.2. Mekanisme Kerja Otot-Otot Pernapasan......................................... 19

2.3. Volume dan Kapasitas Fungsi Paru.......................................................... 20

2.3.1. Volume Paru..................................................................................... 20

2.3.2. Kapasitas Vital Paru.......................................................................... 22

2.4. Uji Fungsi Paru.......................................................................................... 25

Program Studi D4 Fisioterapi

2.4.2. Pengukuran Kecepatan Aliran Puncak........................................... 26

2.4.3. Pengukuran Transfer Gas............................................................... 26

2.5. Diaphragmatic Breathing Exercise........................................................... 26

2.5.1. Pengertian Diaphragmatic Breathing Exercise............................... 26

2.5.2. Manfaat Diaphragmatic Breathing Exercise.................................. 29

2.6. Latihan Chest Mobilization.......................................................................30