ISLAM
DISUSUN OLEH
NIRM : 1801102
2020-2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur,
memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari
keburukan diri dan syaitonyang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul “ETOS
KERJA DALAM PANDANGAN ISLAM” ini dapat di selesaikan dengan baik. Kami
menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam
pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan cambuk bagi kami agar
lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ 2
DAFTAR ISI...................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 4
A. Latar Belakang.................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 5
A. Pengertian Etos Kerja...................................................... 5
B. Etos Kerja Dalam Perspektif Islam.................................. 6
C. Karateristik Etos Kerja Dalam Islam............................... 7
D. Prinsip Etos Kerja Dalam Islam...................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................ 10
A. Kesimpulan...................................................................... 10
B. Saran................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai manusia, kita diwajibkan untuk berusaha dalam menggapai sebuah cita-cita. Kita
tidak boleh hanya berpangku tangan dan pasrah. Ajaran agama kita melarang orang yang
hanya pasrah tanpa berusaha. Kewajiban kita hanya berusaha dan berdoa, serta mengharap
rahmat Allah swt. Namun harus diingat, Allah swt akan memberikan karunia-Nya sesuai
dengan usaha seseorang dan doa yang tulus. Oleh karena itu, berusahalah sekuat tenaga dan
berdoalah dengan khusyuk dan tulus.
Agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi
kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan
juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan
kerja.
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya,
dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain
dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih
mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim yang lemah. Allah
swt. menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan
bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.
Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang
tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai
Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur’an dan as-
Sunnah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerja berarti
usaha,amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos berasal dari bahasa Yunani (etos)
yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini
tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat . Dalam kamus
besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha
yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang
berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. (Dr.Abdul Aziz.Al Khayyath,1994 : 13)
berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahamkan bahwa semua usaha manusia baik yang
dilakukan oleh akal, perasaan, maupun perbuatan adalah termasuk ke dalam kerja. Contohnya,
beribadah, berdoa, belajar, berolah raga, bekerja, bertani, dan berdagang.
Adapun pengertian kerja secara khusus, yakni yang biasa dipakai dalam dunia ketenagakerjaan
dewasa ini, adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya,
berupa makanan, pakaian tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup. (Dr. Abdul Azis, Al
Khayyath,1994 : 22) Dari pengertian kerja khusus tersebut, yang dimaksud dengan kerja
hanyalah usaha-usaha untuk kepentingan duniawi semata. Contohnya, bertani, berdagang, dan
mengolah kekayaan alam.
Dalam bahasa Arab, kerja disebut amila. Menurut Dr. Abdul Aziz, di dalam kitab suci Alquran
terdapat 620 kata’amila (kerja) dengan segala bentuknya (menurut Ilmu Bahasa Arab). Hal itu
menunjukkan bahwa masalah “kerja” harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari
setiap umat manusia, khususnya umat Islam.
Selain itu, di dalam Alquran kata amila(kerja) sering didahului dengan kata’amanuu atau
‘amanuu (beriman). Ini menunjukkan bahwa seseorang yang beriman (mukmin) harus
membuktikan imannya dengan amal (kerja), yakni perbuatan-perbuatan yang baik yang diridai
Allah. Allah swr berfirman yang berarti, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
5
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi.”(Q.S.An Nur,24 : 55)
Suruhan Allah untuk bekerja sesuai dengan fitrah manusia karena menurut fitrahnya manusia
adalah makhluk kerja. Manusia bekerja karena adanya dorongan berbagai macam kebutuhan,
misalnya kebutuhan terhadap makanan, pakaian, tempat tinggal.
Apakah hewan juga merupakan makhluk kerja ? Hewan juga termasuk makhluk kerja. Bedanya
dengan manusia, hewan bekerja berdasarkan naluriah semata, tanpa etos, kode etik, dan
pertimbangan akal. Sementara itu, manusia bekerja berdasrkan etos, kode etik, moral, dan
pertimbangan akal.
Dalam bekerja, setiap pekerja muslim (muslimah), hendaknya sesuai dengan etika Islam, yaitu :
Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh
rida-Nya. Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan
mendapatkan pahala ibadah.
Rasulullah saw bersabda , yang artinya : Allah swt tidak akan menerima amalan, melainkan
amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridaan-Nya(H.R.Ibnu Majah )
Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam
bekerja akan tenang, senang, bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta kepada seseorang di
antara kamu yang apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan maka ia rapihkan pekerjaan itu.
Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi saw bersabda yang artinya : Setiap urusan yang baik (bermanfaat, yang tidfak dimulai
dengan ucapan basmalah (bismillahirrahmanirrahim,maka terputus berkahnya.(H.R.Abdul
Qahir dari Abu Hurairah)
6
Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi saw bersabda, yang artinya : Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang baik,mencintai
yang baik (halal), dan tidak menerima (sesuatu) kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah
memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang diperintahkan kepada para
utusan-Nya (H.R.Muslim dan Tirmidzi)
Tidak (Haram) melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya
bekerja sebagai germo, pencatat riba (renten), dan pelayan bar. Artinya : “Tidak ada
ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai sang pencipta”.(H.R.Ahmad bin Hambai
dalam musnadnya, dan hakim dalan Al-Mustadrokanya, kategori hadis shahih)
Tidak membebani diri, alat-alat produksi, dan hewan pekerja dengan pekerjaan-pekerjaan di
luar batas kemampuan.
Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam
kebaikan, dan professional dalam kerjanya
Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya, bersyukur
apabila memperoleh keberhasilan.
Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang
manfaatnya untuk kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga
meninggalkan shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam.
Rasulullah saw bersabda yang artinya,”Kerjakanlah untuk kepentingan duniamu seolah-olah
kamu akan hidup selama-lamanya, tetapi kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-
olah kamu akan mati besok.”(H.R.Ibnu Asakin)
Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol
dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di
akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-
sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai
hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya
pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus.” (HR Hambali)
7
2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.” (al-Baqarah: 172)
Ayat Al-Quran Surah Al-Mujadilah ayat 11 isinya antara lain berkaitan dengan adab atau tata
krama yang harus diterapkan dalam majelis-majelis yang baik dan diridai Allah swt. Adab atau
tata karma yang dimaksud yaitu memberikan kelapangan dada kepada orang-orang yang akan
mengunjungi dan berada dalam majelis-majelis tersebut dengan cara, seperti : mempersilahkan
orang lain yang datang belakangan untuk duduk di samping kita, sekiranya masih kosong,
menciptakan suasana nyaman, mewujudkan rasa persaudaraan, saling menghormati dan saling
menyayangi, serta tidak boleh menyuruh orang lain yang lebih dulu menempati tempat duduknya
untuk pindah ke tempat lain tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara’
Mukmin/Mukminah apabila diperintahkan Allah dan rasul-Nya untuk bangun melaksanakan hal-
hal yang baik yang diridai-Nya, seperti shalat, menuntut ilmu, berjuang di jalan Allah, dan
8
membiasakan diri dengan akhlak terpuji, maka perintah tersebut hendaknya segera dilaksanakan
dengan niat ikhlas dan sesuai dengan ketentuan syara’
Ilmu pengetahuan mempunyai banyak keutamaan. Perbuatan ibadah yang tidak dikerjakan sesuai
dengan ilmu tentang ibadah tersebut, tentu tidak akan diterima Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda Artinya : “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut
ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(H.R.Muslim)
9
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila shalat telah
dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak agar kamu beruntung.”(Q.S.Al-Jumu’ah 62:9-10)
Surah Al-Jumu’ah :9-10 berisi, seruan Allah SWT terhadap orang-orang beriman atau umat
Islam yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai mukalaf untuk melaksanakan shalat Jumat.
Agar dapat melaksanakan shalat Jumat umat Islam diwajibkan untuk meninggalkan segala
pekerjaannya, seperti menuntut ilmu dan berjual-beli. Umat Islam yang memenuhi seruan Allah
SWT tersebut tentu akan memperoleh banyak hikmah.
Umat Islam yang telah selesai menunaikan shalat diperintah Allah SWT untuk berusaha atau
bekerja agar memperoleh karunia-Nya. Karunia Allah SWT itu antara lain : ilmu pengetahuan,
harta benda, jabatan, kesehatan, kekuatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Di mana pun dan
kapan pun kaum Muslimin berada serta apapun yang mereka kerjakan, mereka dituntut oleh
agamanya agar selalu mengingat Allah SWT. Insya Allah dengan cara-cara seperti itu umat Islam
akan meraih keberuntungan.
Mengacu kepada Q.S. Al-Jumu’ah: 9-10, umat Islam diperintah oleh agamanya agar senantiasa
berdisiplin dalam menunaikan ibadah wajib, seperti shalat, dan selalu giat berusaha atau bekerja
sesuai dengan nilai-nilai Islam (etos kerja yang Islami). Termasuk ke dalam kerja yang Islami
antara lain: belajar secara sungguh-sungguh, bekerja keras, dan berkarya secara produktif
sehingga dapat mendorong keadaan kearah yang lebih maju.
Pada saat Rasulullah SAW berkhutbah pada hari Jum’at maka datanglah kafilah membawa
barang dagangan dari Syam. Kemudian orang-orang yang sedang mendengarkan khutbah dari
Rasulullah SAW pada saat itu mereka keluar untuk menjemput rombongan kafilah itu sehingga
hanya tinggal 12 orang saja yang duduk mendengarkan khutbah dari Rasulullah. Dengan
terjadinya peristiwa tersebut maka turunlah ayat yang selanjutnya ( ayat 11) yang menegaskan
bahwa apa yang ada pada sisi Allah SWT jauh lebih baik dari pada apa yang ada pada
perniagaan. (Munajb Mahali,2002: 816)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat . Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat
kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
3. Surah Al-Mujadalah ayat 11 menganjurkan kepada kita semua untuk memerhatikan kesopanan
atau tata karma, baik dalam majelis zikir, pengajian kitab, maupun dalam pertemuan-pertemuan
yang sifatnya menjalankan perintah Allah dan mengharap Ridha-Nya.
4. Surah Al-Jumu’ah ayat 9, Allah menjelaskan bahwa ketika ada atau terdengar seruan untuk
ibadah Jum’at, maka seharusnya untuk bersegera memenuhi seruan tersebut.
5. Etos kerja sangat berpengaruh pada keberhasilan seseorang. Demikian juga kesuksesan dalam
pendidikan. Dengan etos kerja yang tinggi diharapkan seseorang menjadi cakap, kreatif, mandiri
dan bertanggung jawab, terutama pada dirinya sendiri.
11
6. Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya agar bekerja dan berkarya dengan kemampuan
sendiri untuk mencukupi kebutuhan hidup, mencari ilmu/belajar untuk meningkatkan kualitas
diri, dan mengajarkan ketrampilan pada anak-anak.
3.2 Saran
Agama Islam memerintahkan para pemeluknya untuk menjaga etos kerja dengan baik.
Khususnya para pembaca yang masih duduk di bangku sekolah, penulis menyarankan agar tetap
menjaga etos kerja.
12
DAFTAR PUSTAKA
Lutfi Ubaidillah Muhammad, Rozak Fathur. 2011.Pendidikan Agama Islam untuk SMA/SMK
kelas XII.Jakarta: CV Arya Duta.
Syamsuri, Yunus Mohamad. 2003. Agama Islam SMU untuk kelas 3.Jakarta:Erlangga.
From.http://teghitsugaya.blogspot.com/2011/06/bab-i-pendahuluan.html.diakses pada 28
Agustus 2012
From.http://pedomanku.wordpress.com/?s=2.%09Al-Quran+Surah+Al-Jumu%E2%80%99ah
%3A+9-10 diakses pada 1 September 2012
13