ABSTRACT
Structured summary 2
Latar belakang : Batu saluran kemih adalah salah satu dari tiga
penyakit paling umum di bidang urologi setelah infeksi saluran kemih
Ringkasan terstruktur dan pembesaran prostat jinak. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 60
– 69 tahun. Batu saluran kemih pada pria 3 – 4 kali lebih banyak
dibandingkan wanita. Itu letak batu saluran kemih di ginjal paling sering
ditemukan. Tindakan yang sering dilakukan adalah tindakan non-invasif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik
penderita batu saluran kemih di Martha Friska Pulo Brayan Medan
Rumah Sakit tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Itu populasi dalam
penelitian ini adalah pasien yang menderita batu saluran kemih di
Martha Friska Rumah Sakit tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
sebanyak 1579 orang dan sampel penelitian ini sebanyak 316 orang
rakyat. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random
sampling. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar batu saluran
kemih terjadi pada usia 30 – 50 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan
wirausaha, lokasi batu di ureter, manajemen medis URS
(Ureteronoskopi). Direkomendasikan untuk Rumah Sakit Medan Martha
Friska khususnya petugas kesehatan untuk memberikan informasi atau
penjelasan pencegahan penyakit saluran kemih batu dan diharapkan
kelengkapan dan keseragaman status pasien dipertimbangkan untuk
kepentingan pencatatan dan pelaporan kondisi pasien.
INTRODUCTION / PENGANTAR
Rationale / Alasan 3
Objectives / Tujuan 4 Object
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik pasien batu
saluran kemih di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan tahun 2015
s/d 2017.
- Kesimpulan : 13 P (Problem)
PICO Penyakit Batu Saluran Kemih (BSK) merupakan tiga penyakit
terbanyak di bidang urologi setelah Infeksi Saluran kemih dan
pembesaran benigna prostat (Sja’bani,2010). Batu saluran kemih terdiri
atas batu kalsium, oksalat fosfat, batu kalsium dan kalsium fosfat
(80%), sedangkan yang lain batu asam urat, batu magnesium
ammonium fosfat (struvite), sistein atau kombinasi keduanya (David,
2008). Laki- laki mempunyai resiko 4 kali lebih tinggi dibandingkan
perempuan kecuali batu ammonium magnesium fosfat (struvite). Angka
kejadian pada laki – laki biasanya umur 45 tahun, sedangkan pada
perempuan terjadu pada usia 41 tahun menguraikan Prevalensi batu
ginjal umur ≥ 15 tahun di Indonesia tertinggi di D.I Yogyakarta dengan
prevalensi 1,2%, kemudian Aceh 0,9 %, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Sulawesi Tengah 0,8 %. Prevalensi di Sumatera Utara 0,3 % (Riskerdas
,2013)
I (Intervention)
medis disesuaikan dengan hasil pemeriksaan data penunjang medis
seperti BNO-IVP atau CT SCAN abdomen, dari penunjang medis itu di
tetapkan penatalaksanaan medis berdasarkan letak dan ukuran batu.
Pada pasien yang lokasi batunya di ureter distal atau di ginjal dengan
ukuran batu < 2 mm, maka tindakan medis yang dilakukan ESWL,
sedangkan pada penderita yang lokasi batu di ureter dengan ukuran > 2
mm tindakan medis yang dilakukan adalah URS (Ureteronoscopy).
Sedangkan ukuran batu > 5 cm dan lokasi di ureter dan ginjal dilakukan
tindakan terbuka atau tindakan PNL (Percutaneous Nephron
Litholapaxy). Untuk di Rumah Sakit Martha Friska belum dapat
melakukan tindakan PCN (Percutaneous Nephron Litholapaxy) karena
keterbatasan alat dan sumber daya manusia yang belum memadai.
C (Comparation)
Peneliti melihat bahwa ada sekitar 30 orang yang menderita batu saluran
kemih diusia < 30 tahun. Hal ini di karenakan faktor intrinsik dan
ekstrinsik yang mempengaruhinya. Misalnya peneliti menemukan usia
balita 2 tahun yang mengalami batu saluran kemih di kandung kemih
yang melakukan tindakan invasif (bedah terbuka) yaitu sectio alta
dengan ukuran batu 2 cm yang letak batunya ada di kandung kemih.
Dimana peneliti mengkaji bahwa Ayah pasien mempunyai riwayat
penyakit asam urat dan kakak pasien juga sudah pernah melakukan
tindakan non invasif juga umur 4 tahun di Rumah sakit Murni Teguh.
Hal ini sesuai dengan penelitian Bardasyam (2001) menjelaskan bahwa
anggota keluarga penderita batu saluran kemih lebih banyak
kemungkinan menderita penyakit yang sama dibanding dengan keluarga
bukan penderita batu saluran kemih. Selain usia itu adanya faktor
ekstrinsik yang mempengaruhi timbulnya batu saluran kemih pada usia <
30 tahun yaitu letak geografis, jumlah air yang diminum, diet, kebiasaan
menahan buang air kemih, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang
dimana negara maju lebih banyak makan protein yang tinggi juga
mempengaruhi usia penderita batu saluran kemih < 30 tahun
O (Outcome)
Sebanyak 1579 pasien dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian
dari Siahaan (2013) menyatakan bahwa laki-laki 68,38 % menderita
batu saluran kemih. Hasil penelitian ini sesuai dengan Bahdarsyam
(2003) menyatakan bahwa jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih
banyak dibandingkan pasien perempuan karena letak anatomis saluran
kemih laki-laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, dan di
dalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi daripada
perempuan. David, dkk (2008) dan Lina et al (2008) menjelaskan
bahwa laki-laki mempunyai resiko 4 kali lebih tinggi daripada
perempuan karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan pembentuk
batu pada wanita lebih rendah daripada lakilak
T (Time)
Penelitian Ini Di Lakukan Bulan Desember 2018 dan Di Publikasikan
Pada Bulan April 2019
W (Weakness)
O (Opportunity)
T (Threats)
ANALISA JURNAL REPRODUKSI (KANKER SERVIKS)
Section/Topik No Checklist Item
TITLE
Title 1 KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER SERVIK
Judul
ABSTRACT
Structured summary 2 Latar belakang : Kanker servik menyebabkan perubahan pada organ
reproduksi wanita sehingga menimbulkan masalah pada penderitanya
Ringkasan terstruktur karena organ reproduksi merupakan bagian yang terpenting dan bisa
mempengaruhi kualitas hidup, dengan meningkatkan kualitas hidup akan
memperpanjang harapan hidup pasien kanker. Tujuan Penelitian
mengetahui Kualitas Hidup Penderita Kanker Servik. Penelitian
deskriptif, menggunakan desain “Cross sectional” dengan jumlah sampel
sebanyak 32 wanita yang terdiagnosa kanker serviks di RSUD Provinsi
NTB. Teknik sampling purposif sampling dengan menggunakan
instrumen WHOQoL-BREF, instrumen baku yang dikeluarkan WHO.
Analisa data univariat. Hasil penelitian kualitas hidup responden
berdasarkan dimensi kesehatan fisik buruk (84,4%), psikologis buruk
(59,4%), hubungan sosial buruk (62,5%), lingkungan baik (81,2%).
Kesimpulan hampir keseluruhan responden memiliki kualitas hidup
buruk, Dari 4 dimensi dapat disimpulkan bahwa dimensi kesehatan fisik
yang paling buruk, hal itu terjadi kanker itu sendiri memang memiliki
tanda dan gejala yang sangat kompleks, dan yang paling bagus adalah
dimensi lingkungan karena responden mendapatkan dukungan dari
keluarganya.
INTRODUCTION / PENGANTAR
Rationale / Alasan 3
Objectives / Tujuan 4 Object
- Kesimpulan : 13 P (Problem)
PICO
I (Intervention)
C (Comparation)
O (Outcome)
T (Time)
W (Weakness)
O (Opportunity)
T (Threats)