Anda di halaman 1dari 10

Poltekkes Kemenkes Semarang

PENGELOLAAN KEPERAWATAN NYERI PADA TN. W DAN TN. S DENGAN


PASCA PROSTATECTOMY DI RSUD BATANG

Supriyo1), M.Projo Angkasa2), Darohjatun Min Aeni3)


1,2)
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
3)
Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

Korespondensi: supriyo.pekalongan@gmail.com

Latar Belakang - Benigna Prostatic Hyperplasi adalah pembesaran progresif dari


kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (uretra).
Di Indonesia, Benigna Prostatic Hyperplasia menjadi urutan kedua setelah penyakit batu
saluran kemih, dan secara umum, diperkirakan hampir 50% pria di Indonesia yang berusia
di atas 50 tahun ditemukan menderita BPH. Oleh karena itu, jika dilihat, dari 200 juta
lebih rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan jika 100 juta pria yang berusia 60 tahun
ke atas berjumlah 5 juta orang, maka dapat dinyatakan kira-kira 2,5 juta pria Indonesia
menderita penyakit ini.
Tujuan – penelitian ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan nyeri pada pasien
pascaprostatectomy di RSUD Batang.
Metode penelitian – penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan studi kasus. Subjek penelitian ini adalah dua orang pasien dengan
masalah keperawatan nyeri karena pasca prostatectomy yang dirawat di RSUD Batang,
yang dipilih penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil – hasil penelitian yang diperoleh pada klien I skala nyeri yang dirasakan skala 4
dan masalah teratasi sebagian, untuk klien II skala nyeri yang dirasakan skala 3 dan
masalah teratasi.

Kata Kunci : Benigna Prostatic Hyperplasia, Prostatectomy, Nyeri


PAIN CARE MANAGEMENT IN TN. W AND TN. S WITH POST
PROSTATECTOMY IN BATANG HOSPITAL
Supriyo1), M.Projo Angkasa2), Darohjatun Min Aeni3)
1,2)
Lecturer of Nursing at the polytechnic of the Ministry of Health Semarang
3)
Lecturer majoring in nursing Study Program DIII Pekalongan Nursing

Email : supriyo.pekalongan@gmail.com

Background – Prostatic hyperplasi benign is a progresive enlargement of the prostate


gland that can cause obstruction and disturbances in uretrhra. In Indonesia, Benigna
Prostatic Hyperplasia ranks second after urinary tract stone disease, and in general, it is
estimated that almost 50% of men in Indonesia aged over 50 years are found to suffer
from BPH. Therefore, if seen, from more than 200 million people of Indonesia, it can be
estimated that if 100 million men aged 60 years and over numbered 5 million people, it
can be stated that approximately 2.5 million Indonesian men suffer from this disease.
Objectives – this study aims to describe pain care nursing in post prostatectomy patients
in Batang District Hospital.
Research methods – research conducted using descriptive research methods with case
studies. The subjects of this study were two were treated at Batang District Hospital,
which were selected using a purposive sampling technique.
Results – research results obtained on client I scale pain perceived scale 4 and the
problem partially resolved, for client II scale paint felt client scale 3 and the problem is
resolved.

Keywords : Benign Prostatic Hyperplasia, Prostatectomy, Pain


PENDAHULUAN
Benigna Prostatic Hyperplasi penyumbatan uretra pars prostatika. (
(BPH) adalah pembesaran jinak kelenjar Padila,2018).
prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi Benigna Prostatic Hyperplasi
beberapa atau semua komponen prostat (BPH) adalah pembesaran progresif dari
meliputi jaringan kelenjar / jaringan kelenjar prostat yang dapat menyebabkan
fibromuskuler yang menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine
(uretra). ( Rendi & Margareth, 2015).
Menurut kejadiannya atas berjumlah 5 juta orang, maka dapat
pembesaran prostat disebabkan oleh dua dinyatakan kira-kira 2,5 juta pria
faktor penting yaitu ketidakseimbangan Indonesia menderita penyakit ini.
hormon estrogen dan androgen, serta Apabila dilihat berdasarkan peringkat 10
faktor umur atau proses penuaan besar penyakit tidak menular penyebab
sehingga obstruksi saluran kemih dapat rawat inap di seluruh rumah sakit di
terjadi.Adanya obstruksi ini akan Indonesia pada tahun 2009 dan tahun
menyebabkan, respon nyeri pada saat 2010,maka BPH merupakan bagian dari
buang air kecil dan dapat menyebabkan gangguan perkemihan yang
komplikasi yang lebih parah seperti menyumbang sebesar
gagal ginjal akibat terjadi aliran balik ke 2,49%.(Kemenkes. 2012).
ginjal selain itu dapat juga menyebabkan Kasus (BPH) Benigna Prostatic
peritonitis atau radang perut akibat Hyperplasi yang terjadi di Jawa Tengah,
terjadinya infeksi pada kandung kemih.( kasus tertinggi gangguan prostat
Andre, Terrence & Eugene, 2011). berdasarkan laporan rumah sakit terjadi
Berdasarkan (Global Burden of di Kabupaten Grobogan yaitu sebesar
Disease 2013) Asia merupakan benua 4.794 kasus (66,33 %) dibandingkan
terbanyak yang penduduknya menderita dengan jumlah keseluruhan kasus
BPH.Jepang termasuk negara yang gangguan prostat di kabupaten atau kota
menyumbang angka kejadian BPH lain di Jawa Tengah. Bila dibandingkan
tertinggi se-Asia bahkan dunia sebesar kasus keseluruhan penyakit tidak
110,029 dari 100.000 penduduk.Setelah menular lain di Kota Grobogan sebesar
Jepang negara dengan populasi BPH di 46,81 %. Sedangkan kasus tertinggi
urutan ke dua dan ke tiga menempati kedua adalah kota Surakarta 488 kasus
wilayah negara di Asia Tenggara yaitu (6,75 %) dan dibandingkan dengan
Brunei Darussalam sebanyak 101,28 jumlah keseluruhan penyakit tidak
orang tiap 100.000 penduduk dan menular lain di kota Surakarta maka
Singapura 96,73 orang dari 100.000 proporsi kasus ini adalah 3,52%. Rata-
penduduk (Global Burden of rata kasus gangguan prostat di Jawa
Disease,2013 dalam Samsuri,2018). Tengah adalah 206,48 (Profil Kesehatan
Di Indonesia, BPH (Benigna Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Prostatic Hyperplasia) menjadi urutan Berdasarkan rekam medis RSUD
kedua setelah penyakit batu saluran Batang didapatkan bahwa penderita
kemih, dan secara umum, diperkirakan BPH pada tahun 2017 tercatat sebanyak
hampir 50% pria di Indonesia yang 60 pasien,lalu pada tahun 2018 tercatat
berusia di atas 50 tahun ditemukan sebanyak 66 pasien,dan pada tahun 2019
menderita BPH. Oleh karena itu, jika sampai bulan juni tercatat sebanyak 30
dilihat, dari 200 juta lebih rakyat pasien.
indonesia, maka dapat diperkirakan jika Prostatectomy adalah suatu
100 juta pria yang berusia 60 tahun ke tindakan pembedahan yang dilakukan
jika prostat terlalu besar diikuti oleh adalah suatu tindakan untuk mengurangi
penyakit penyerta lainnya, dan adanya nyeri. Penatalaksanaannya sendiri dibagi
adenoma yang besar. Pembedahan menjadi dua yaitu penatalaksanaan nyeri
direkomendasikan pada pasien BPH farmakologi dan non farmakologi.
yang tidak menunjukkan perbaikan Manajemen nyeri dapat dilakukan oleh
setelah terapi medikamentosa (Prabowo berbagai disiplin ilmu diantaranya
& Pranata, 2014). Berdasarkan data adalah dokter, perawat, bidan,
rekam medis RSUD Batang didapatkan fisioterapis, pekerja sosial, dan masih
bahwa penderita pembesaran prostat banyak lagi disiplin ilmu yang dapat
atau BPH yang dilakukan tindakan melakukan manajemen nyeri. Teknik
Prostatectomy pada tahun 2017 tercatat penanganan nyeri non farmakologi yang
sebanyak 41 pasien (36,28%), lalu pada digunakan adalah teknik relaksasi nafas
tahun 2018 tercatat sebanyak 49 pasien dalam dan distraksi. (Andarmoyo, 2013).
(43,36%), dan pada tahun 2019 sampai Berdasarkan studi pendahuluan
bulan juni tercatat sebanyak 23 pasien yang penulis alami ketika praktek klinik
(20,35%). keperawatan di RSUD Bendan terdapat
Penatalaksanaan pada pasien pasien dengan pasca Prostatectomy,
BPH yang paling baik saat ini adalah skala nyeri yang dialami pasien 4-6 nyeri
dilakukannya pembedahan atau sedang pasien tampak merintih
prostatectomy.Pada pembedahan kesakitan. Dalam penanganan nyeri pada
mempunyai efek samping yang tidak pasien biasanya lebih cenderung ke
bisa dihindari oleh setiap pasien yang tindakan farmakologis yaitu dengan
menjalani operasi,salah satunya adalah pemberian analgetik. Diharapkan setelah
nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dilakukan tindakan dalam pengelolaan
dan emosional yang tidak keperawatan nyeri, diharapkan nyeri
menyenangkan yang berhubungan berkurang ( skala 0-3).
dengan kerusakan jaringan aktual atau Berdasarkan latar belakang
potensial,atau digambarkan dalam diatas penulis tertarik untuk menyusun
ragam yang menyangkut kerusakan, atau karya tulis ilmiah yang berjudul “
sesuatu yang digambarkan dengan Pengelolaan Keperawatan Nyeri Pada
terjadinya kerusakan.Nyeri Pasien Pasca Prostatectomy di RSUD
bagaimanapun keadaannya harus diatasi, Batang”
karena kenyamanan merupakan
kebutuhan dasar manusia. Seseorang METODE PENELITIAN
yang mengalami nyeri akan berdampak Metode penulisan dalam
pada aktivitas sehari-hari dan penelitian pengelolaan keperawatan ini
istirahatnya. (Zakiyah, 2015). adalah menggunakan metode deskriptif.
Nyeri merupakan suatu hal yang Penelitian deskriptif adalah penelitian
bersifat subjektif, perasaan nyeri yang yang mempunyai tujuan untuk
dirasakan oleh setiap orang berbeda – mendapatkan suatu gambaran yang
beda dalam hal tingkatan atau skala, dan realistis dan obyektif dari suatu kondisi
hanya orang yang merasakan nyeri yang tertentu yang sedang terjadi dalam satu
mampu menjelaskan atau mengevaluasi kelompok masyarakat, terutama pada
nyeri yang dialaminya. Azis, 2009 pelayanan kesehatan (Moch. Imron,
(dikutip dari solehati dan Kosesih, 2014).
2015). Teknik pengambilan subjek yang
Strategi penanganan nyeri atau digunakan adalah dengan menggunakan
lebih dikenal dengan manajemen nyeri teknik purposive sampling atau
judgment sampling. Purposive sampling tertusuk – tusuk, namun kedua klien
merupakan suatu teknik penetapan memiliki sifat nyeri yang berbeda. Data
sampel dengan cara memilih sampel di tersebut sesuai dengan teori yang
antara populasi sesuai dengan yang dikemukakan oleh Azis, 2009 (dikutip
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dari solehati dan Kosesih, 2015) nyeri
dalam penelitian), sehingga sampel merupakan suatu hal yang bersifat
tersebut dapat mewakili karakteristik subjektif, perasaan nyeri yang dirasakan
populasi yang telah dikenal oleh setiap orang berbeda – beda dalam
sebelumnya.(Nursalam,2017,p.174). hal tingkatan atau skala, dan hanya orang
yang merasakan nyeri yang mampu
HASIL DAN PEMBAHASAN menjelaskan atau mengevaluasi nyeri
Pada sub ini penulis membahas yang dialaminya.
dan menganalisa hasil laporan karya tulis Berdasarkan data focus dalam
ilmiah pengelolaan keperawatan nyeri pengkajian maka permasalahan /
pada pasien pasca diagnosa keperawatan nyeri akut
prostatectomy.Pengkajian yang berhubungan dengan terputusnya
dilakukan pada pasien yang pertama jaringan, insisi bedah yang di dukung
pada hari Rabu, 18 Desember 2019 pada oleh data, pada klien pertama klien
pukul 15.00 WIB didapatkan data, nama tampak meringis menahan nyeri, klien
klien Tn.W umur 60 tahun, dengan tampak cemas untuk menggerakan
alamat Sidorejo, Bandar, jenis kelamin badan terutama abdomen, terdapat luka
laki – laki, pekerjaan supir. Sedangkan pada daerah abdomen bawah. Sedangkan
penulis melakukan pengkajian pada pada klien kedua klien tampak meringis
klien kedua pada hari Rabu 8 Januari menahan nyeri, terdapat luka bekas
2020 pukul 14.30 WIB didapatkan data, operasi pada abdomen bagian
nama klien Tn. S berusia 67 tahun, bawah.Data tersebut sesuai dengan
alamat Wonosari, Bawang, jenis kelamin batasan karakteristik nyeri pada teori
laki – laki, pekerjaan petani. yang dikemukakan oleh Zakiyah (2015),
Berdasarkan hasil pengkajian yaitu gerakan melindungi bagian yang
pada klien pertama dan kedua, sakit, fokus menyempit ( penurunan
didapatkan data klien menjalani persepsi wajah), tingkah laku berhati –
perawatan pasca prostatectomy , dengan hati, perubahan tekanan darah, tingkah
jenis tindakan Transvesical laku gelisah (merintih).
Prostatectomy (TVP). Kedua klien Rencana tindakan keperawatan
dilakukan pembedahan yang sama dan yang penulis rencanakan tetapkan pada
mengalami masalah utama yang sama kasus Tn. W dan Tn. S adalah setelah
yaitu nyeri akut pasca prostatectomy. dilakukan tindakan keperawatan selama
Pada klien 1 Tn. W mengatakan nyeri 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang
pada luka bekas operasi, pada daerah atau hilang dengan kriteria hasil mampu
perut bagian bawah, seperti tertusuk – mengontrol nyeri, mampu mengenal
tusuk, skala nyeri 6 dan bersifat terus – nyeri, melaporkan bahwa nyeri
menerus. Sedangkan pada klien 2 Tn. S berkurang dengan menggunakan
mengatakan nyeri pada luka bekas managemen nyeri, klien nampak rileks,
operasi, pada daerah perut bagian bawah, skala nyeri berkurang 3. Tujuan tersebut
seperti tertusuk – tusuk, skala nyeri 6 dan sesuai yang dikemukakan oleh Zakiyah
bersifat hilang timbul. (2015) yaitu nyeri berkurang, mampu
Kedua klien mengalami nyeri mengontrol nyeri dengan kriteria hasil
pada luka bekas operasi dan seperti mampu mengontrol nyeri ( tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan nyeri, yaitu skala nyeri 6 menjadi skala
teknik non farmakologis untuk nyeri 4 sedangkan hari ketiga Tn. S
mengurangi nyeri, mencari bantuan), mengatakan nyeri sudah berukurang
melaporkan bahwa nyeri berkurang menjadi 3.
dengan menggunakan managemen nyeri, Terdapat perbedaan pada hasil
mampu mengenal nyeri ( skala, penelitian tentang perubahan penurunan
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri), skala nyeri setelah dilakukan teknik
serta menyatakan rasa nyaman setelah relaksasi napas dalam dan distraksi
nyeri berkurang. seperti mengalihkan perhatian dengan
Penulis menyusun perencanaan murottal. Tetapi juga memiliki kesamaan
yang sama antara klien pertama dengan pada efek dari teknik itu sendiri yaitu
klien kedua yaitu observasi nyeri secara menjadi lebih nyaman, rileks, dan
komprehensif, lokasi, dan karakteristik memiliki rasa kontrol terhadap nyeri.
tentang nyeri, observasi tanda – tanda Evaluasi dari pelaksanaan
vital, anjurkan tingkatkan istirahat tindakan keperawatan yaitu Berdasarkan
dengan tirah baring untuk mengurangi data diatas perbedaan yang penulis
nyeri, ajarkan teknik non farmakologis dapatkan dari kedua klien adalah dari
yaitu teknik relaksasi napas dalam dan klien pertama yaitu Tn. W berkurang
distraksi, serta berikan obat analgesik rasa nyeri dari skala 6 menjadi skala 4
sesuai advise dokter. dalam 3 hari perawatan, sedangkan klien
Sesuai dengan rencana tindakan kedua yaitu Tn. S berkurang rasa nyeri
dan tujuan yang telah disusun, dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 3.
pelaksanaan tindakan keperawatan Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
dilaksanakan selama tiga hari pada klien faktor emosi seperti kecemasan atau
Tn. W dimulai tanggal 18 Desember cemas pada Tn. W, karena status emosi
2019 sampai 20 Desember 2019 dan Tn. merupakan salah satu faktor penting
S dimulai tanggal 8 Januari 2020 sampai dalam persepsi nyeri karena akan
10 Januari 2020.Dalam pelaksanaannya, meningkatkan intensitas nyeri dan
seluruh rencana keperawatan nyeri pada impuls untuk rasa nyeri akan lebih cepat
klien Tn. W dan Tn. S dengan post disampaikan. Status emosional tersebut
operasi Prostatectomy telah dilakukan seperti ketakutan, kecemasan, dan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat. kekhawatiran. Kemudian pada klien
Pelaksanaan tindakan yang kedua yaitu Tn. S dipengaruhi oleh
dilakukan pada klien Tn. W hari pertama faktor usia yaitu 67 tahun, karena
Tn. W mengatakan kurang semangat semakin bertambahnya usia maka
dalam melakukan teknik relaksasi napas semakin berpengaruh pada rasa nyeri
dalam dan distraksi, hari kedua Klien yang ditimbulkan, kemampuan dalam
mengatakan mengalami penurunan memahami tingkatan nyeri yang
nyeri, yaitu skala nyeri 6 menjadi skala dirasakan akan berkembang dengan
nyeri 5 dan hari ketiga Tn. W bertambahnya usia klien. Data tersebut
mengatakan nyeri berkurang menjadi sesuai dengan teori Zakiyah (2015)
skala 4 tetapi masih merasakan nyeri. tentang faktor yang mempengaruhi nyeri
Sedangkan pelaksanaan tindakan yang meliputi faktor usia, kecemasan,
keperawatan yang dilakukan pada Tn. S mekanisme koping dan faktor lainnya.
hari pertama Tn. S mengatakan mau
melakukan teknik relaksasi napas dalam SIMPULAN DAN SARAN
dan distraksi, hari kedua Klien 1. Simpulan
mengatakan mengalami penurunan a. Pengkajian
Pengkajian yang 3x24 jam agar nyeri berkurang
dilakukan pada kedua klien, dengan kriteria hasil mampu
didapatkan data yang sama mengontrol nyeri, mampu
sesuai dengan teori yang ada, mengenal nyeri, melaporkan
serta tidak ditemukan data – data bahwa nyeri berkurang dengan
yang berbeda debgan teori yang menggunakan managemen nyeri,
ada. Pengkajian yang dilakukan klien tampak rileks, skala nyeri
pada kedua klien tersebut berkurang menjadi skala 3.
terdapat suatu hambatan, yaitu Rencana tersebut sesuai dengan
pada salah satu klien komunikasi teori Zakiyah (2015).
tidak didapatkan banyak secara d. Implementasi
langsung dari klien tersebut, Tindakan keperawatan
karena salah satu klien sedikit telah dilakukan pada klien
pendiam dan kurang kooperatif pertama dan kedua selama 3x24
dalam menjawab pertanyaan jam. Implementasi yang penulis
penulis karena fungsi laksanakan sesuai dengan
pendengaran yang berkurang. perencanaana yang telah penulis
b. Diagnosa Keperawatan rencanakan, untuk mengelola
Diagnosa keperawatan masalah keperawatan nyeri akut
dapat ditegakan berdasarkan berhubungan dengan terputusnya
analisa data yang diperoleh dari jaringan, insisi bedah. Hal ini
pengkajian berupa data subjektif tidak lepas dari kerjasama antara
dan data objektif yang sesuai perawat, penulis, klien, dan
dengan nyeri akut akibat keluarga klien. Tindakan
terputusnya jaringan, insisi keperawatan disesuaikan dengan
bedah. Masalah yang ditemukan perencanaan yang telah
penulis pada kedua klien data ditetapkan serta sesuai keadaan
subjektif dan data objektif antara umum klien. ( Zakiyah, 2015)
lain klien mengatakan luka post e. Evaluasi
operasi, nyeri seperti tertusuk – Evaluasi dilakukan oleh
tusuk, pada perut bagian bawah, penulis untuk mengetahui hasil
dengan skala nyeri 6, bersifat dari tindakan keperawatan yang
terus – menerus dan hilang telah dilakukan sesuai dengan
timbul, klien tampak meringis kriteria hasil yang penulis
dan menahan nyeri. Berdasarkan tentukan pada masalah
data yang ada maka kedua klien keperawatan nyeri akut
mengalami masalah keperawatan berhubungan dengan terputusnya
nyeri akut berhubungan dengan jaringan, insisi bedah, didapatkan
terputusnya jaringan, insisi evaluasi dari masalah
bedah, sesuai dengan teori yang keperawatan yaitu pada klien
dikemukakan oleh Nurarif dan pertama masalah belum teratasi,
Kusuma ( 2016). dan pada klien kedua masalah
c. Perencanaan keperawatan sudah teratasi, sesuai dengan
Perencanaan tindakan tujuan yaitu adanya penurunan
keperawatan disusun untuk skala nyeri, walaupun nyeri
memudahkan penulis dalam masih dirasakan klien namun
melakukan tindakan sudah berkurang dari nyeri
keperawatan selanjutnya selama sedang menjadi ringan sesuai
dengan kriteria hasil yang sudah Diharapkan bagi
ditetapkan penulis pada perpustakaan Prodi Keperawatan
perencanaan, sesuai dengan teori Pekalongan untuk lebih
menurut Zakiyah (2015) memfasilitasi buku – buku
2. Saran sebagai sumber bacaan yang
a. Bagi Klien mendukung dalam pembuatan
Berdasarkan pengelolaan karya tulis ilmiah, terutama buku
keperawatan nyeri pada Tn. W yang berhubungan dengan teori
dan Tn. S dengan pasca pembedahan dalam
prostatectomy di ruang Dahlia prostatectomy agar penulis tidak
RSUD Batang yang telah penulis kesulitan dalam mendapatkan
lakukan, maka penulis buku yang penulis butuhkan.
memberikan saran kepada klien d. Bagi Penulis
apabila nyeri muncul kembali Untuk penulis
klien dapat melakukan teknik berdasarkan dari pengetahuan
non farmakologi untuk dan pengalaman yang didapat
mengurangi intensitas nyeri yang dari akademik maupun praktik
dirasakan dengan menggunakan lapangan selama mengelola
teknik relaksasi nafas dalam dan kasus di rumah sakit, penulis
teknik distraksi dengan dapat meningkatkan
mendengarkan murottal serta pengetahuan serta kompetensi
keluarga mampu memberikan penulis khususnya pada klien
dukungan kepada klien agar pasca prostatectomy dengan
klien bersedia melakukan teknik managemen nyeri non
non farmakologi yang telah farmakologi.
diajarkan baik di ruang e. Bagi Masyarakat
perawatan maupun di rumah. Disarankan untuk melaksanakan
b. Bagi Rumah Sakit pola hidup sehat, lebih waspada
Disarankan bagi Rumah terhadap adanya faktor risiko
Sakit Khususnya perawat, dalam terhadap kejadian Benigna
melakukan tindakan Prostatic Hiperplasia terutama
keperawatan pada klien pasca bagi laki – laki yang berumur
prostatectomy untuk lebih lebih dari 50 tahun, adanya
mengutamakan tindakan dasar keluhan yang mengarah ke
keperawatan dalam pengelolaan penyakit Benigna Postatic
nyeri seperti menggunakan Hiperplasia perlu diwaspadai
teknik relaksasi nafas dalam dan
teknik distraksi yang sesuai DAFTAR PUSTAKA
dengan kemampuan klien masing Andarmoyo,Sulistyo. (2013). Konsep
– masing. Agar klien dapat & Proses Keperawatan Nyeri.
mengetahui dalam Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
penatalaksanaan untuk Christensen. J. P. & Kenney. W. J.
mengurangi intensitas nyeri tidak (2009). Proses Keperawatan
selalu dengan menggunakan Aplikasi Model Konseptual.
tindakan farmakologi. Jakarta : EGC.
Darmarianto.Ardea. (2014). Asuhan
c. Bagi Prodi Keperawatan Keperawatan Pada Tn.S
Pekalongan Dengan Gangguan
Perkemihan: Benign Prostatic Putri,Tryas Novelina. (2019).
Hyperplasia Diruang Mawar 2 Pengelolaan Keperawatan
RSUD dr. Moewardi. (Online), Pada Pasien Dengan Pasca
(eprints.ums.ac.id/30765/9/NA Prostatectomy Di RSUD
SKAH_PUBLIKASI.pdf) Batang. KTI tidak
diakses tanggal 19 Oktober dipublikasikan. Pekalongan :
2019. Program Studi DIII
Dewi,Sintya & Astriani,Yunika. Keperawatan Pekalongan,
(2018). Pengaruh Terapi POLTEKKES Semarang.
Relaksasi Benson Terhadap Purnamasari. (2017). Analisis Asuhan
Intensitas Nyeri Pasien Post Keperawatan Pada Pasien Post
Operasi Benign Prostat BPH Dengan Gangguan Rasa
Hyperplasia. (Online), Vol. 3 Nyaman : Nyeri Di Ruang
No. 1 Edelwes Rumah Sakit Prof. Dr.
(http://ejournal.stikesbuleleng.a Margono Soekarjo Purwokerto.
c.id/index.php/Midwinerslion/a (Online),
rticle/view/4/6) diakses pada http://elib.stikesmuhgombong.a
tanggal 4 September 2019. c.id/760/
Ghonimah. (2017). Asuhan Padila. (2018). Buku Ajar Keperawatan
Keperawatan Dengan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Gangguan Mobilitas Fisik Nuha Medika.
Pasca Operasi Benigna Prostat Rekam Medik RSUD Batang. 2019
Hiperplasia (BPH) di RSUD Rendi & Margareth. (2015). Asuhan
Bendan Kota Pekalongan. KTI Keperawatan Medikal Bedah
tidak dipublikasikan. dan Penyakit Dalam.
Pekalongan : Program Studi Yogyakarta : Nuha Medika.
DIII Keperawatan Pekalongan, Rini, Virliana. (2017). Hubungan
POLTEKKES Semarang. antara Volume Prostat dengan
Hutahaean, S. (2010). Konsep Dan Lower Urinato Tract Symptoms
Dokumentasi Proses ( LUTS ) pada Penderita
Keperawatan. Jakarta : Trans Pembesaran Prostat Jinak di
Info Media. RS Pendidikan Unhas
Imron, Moch. (2014). Metodologi Makassar pada Bulan Oktober
Penelitian Bidang Kesehatan. Tahun 2017. (Online),
Jakarta : Sagung Seto http://digilib.unhas.ac.id
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Sujarweni,Wiratna. (2019). Metodologi
Hardhi. (2016). Asuhan Penelitian. Yogyakarta :
Keperawatan Praktis Pustaka baru press.
Berdasarkan Penerapan Wijaya,Andra Saferi & Putri, Yessie
Diagnosa Nanda,NIC,NOC Mariza. (2013). KMB 1
dalam Berbagai Keperawatan Medikal Bedah
Kasus.Yogyakarta : Mediaction (Keperawatan Dewasa).
Publishing Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. (2017). Metodologi Zakiyah, Ana. (2015). Nyeri Konsep
Penelitian Ilmu dan Penatalaksanaan dalam
Keperawatan.Jakarta : Salemba Praktik Keperawatan Berbasis
Medika. Bukti. Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai