Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Pengaruh Kepemimpinan Demokratis Kepala Ruang Rawat


Inap terhadap Kepuasan Kerja Perawat
di Rumah Sakit Umum Aro Pekalonga

Dosen Pengampuh:

Ns. Norman Alfiat Talibo S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Anastasya Qurtiva Z.A Eky NIRM : 1801007


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Segala puji saya haturkan kepada Allah SWT dan semoga hidayah dan inayah selalu
tercurahkan kepada saya sehinggah bisa menyelesaikan makalah ini.
Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari alam yang tidak tahuan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Saya
berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Adapun dalam penyususnan makalah ini terdapat berbagai kesalahan baik dalam
penulisan atau penempatan kata serta dalam mendefinisikan isi makalah. Oleh karana itu
kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatu

Manado,2 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Variabel Independen
1. Pengertian pimpinan ..........................................................................................................
2. Wewenang pimpinan .........................................................................................................
3. Pendekatan kepemimpinan ................................................................................................
4. Gaya kepemimpinan ..........................................................................................................
B. Variabel Dependen
1. Pengertian manajemen bangsal .........................................................................................
2. Tugas kepala bangsal .........................................................................................................
3. Manfaat perencanaan manajemen bangsal ........................................................................
BAB III Analisa Jurnal
A. Analisa Jurnal Menggunakan Metode PICOT ..................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Thiha (2013:p,49),Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain seperti yang ia lihat. Sedangkan Rivai dan Sagala (2013:p,42) menyatakan Gaya
kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi
bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh
seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan, secara langsung maupun tidak
langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya
gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah,
keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba
memengaruhi kinerja bawahannya. Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka
disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah salah satu cara yang dipergunakan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang
lain untuk mencapai suatu tujuan.
Sutikno (2014:p,35) menyatakan bahwa Kepemimpinan demokratis memiliki
orientasi kepada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
Terdapat koordinasi pekerjaan terhadap seluruh bawahan, dengan menekankan terhdap
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik (Kartono 2013:p,86).
Kekuatan kepemimpinan ini terletak pada dimana kesatuannya yang menjadi kekuatan dalam
menjalankan organisasi tersebut. Kepemimpinan demokratis sangat menghargai potensi
setiap individu yang terlibat didalamnya mau mendengarkan nasihat dan sugesti terhadap
bawahan. Dan bersedia mengakui keahlian para special dengan bidangnya di masingmasing
aspek mampu memberikan manfaat kapasitas setiap anggota yang sangat efektif mungkin
pada saat- saat dan kondisi yang tepat. Dengan kata lain menurut (Kartono, 2013:p,86) bahwa
kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan group developer.
Sedangkan Kepemimpinan dalam keperawatan adalah proses mempengaruhi staff
untuk dapat meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan sehingga timbul kesadaran dan
kemauan staff untuk dapat bekerja sesuai dengan tujuan bersama secara efektif dan efisien.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan karyawan
dan berdampak pada kinerja karyawan pada suatu institusi. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa kepemimpinan merupakan aspek terbesar yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan.
Dari seluruh jenjang perawat pengelola menurut Barret (1962) kepala ruang rawat
merupakan posisi kunci untuk menegakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis di
ruang rawat. Dengan demikian di harapkan,kepala ruang rawat inap sebagai pengelola
pelayanan keperawatan mampu melaksanakan pengelola pelayanan keperawatan di ruang
rawat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepala ruang rawat inap belum dapat
melakukan fungsinya secara optimal sesuai dengan yang di harapkan sebagai pengelola
pelayanan keperawatan di ruang rawat,antara lain :
a). waktu terbanyak yang digunakan kepela ruang rawat adalah untuk keperluan pribadi
(Rahanto,1991)
b). Pemahaman konsep menejerial sebagian kepala ruang rawat inap di dua rumah sakit kelas
C di jawa timur berada pada kategori kurang. menurut (Sopacua,1991).
Kepuasan kerja perawat sebagai harapan dalam pekerjaan seseorang dan tempat yang
mempekerjakan perawat seperti rumah sakit sebagai kontribusi sesuai dengan pencapaian
tujuan pribadi seseorang yang membuat pekerjaan seorang perawat merasa dapat bertangung
jawab dan merasa puas dengan pekerjaan mereka, tidak hanya tergantung pada sifat
pekerjaan tetapi juga pada harapan dari pekerjaan mereka yang Tingkat kehadiran ini dapat
menyebabkan beban kerja perawat yang lain meningkat. Ketika beban kerja perawat
meningkat maka hasil kerja perawat tersebut menjadi tidak maksimal, sehingga dapat
mempengaruhi kinerja organisasi, dalam hal ini kinerja rumah sakit. Oleh karena itu,
pandangan dan juga perasaan perawat terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga pada sisi
positif.
Kim young sin et al (2008) Dalam sytematis review menyebutkan bahwa untuk ada di
rumah sakit. Karena itu kepuasan kerja menjadi fungsi dari perbedaan yang dirasakan oleh
kinerja aktual. Dalam kepuasan kerja perawat juga sebagai keyakinan yang abadi, memandu
sikap, penilaian individu, dan perilaku (Ravari A et al, 2009).
Kepuasan kerja dapat mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjannya dari
segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya dalam pengukuran kepuasan kerja
tenaga perawat tidak hanya penting untuk mengetahui kinerja rumah sakit terutama dari
bidang ketenagaannya, tetapi juga untuk menentukan strategi manajemen dimasa mendatang.
Hal ini menunjukan betapa pentingnya kepuasan kerja perawat untuk kemajuan rumah sakit
kedepannya.Kesimpulannya disini juga seorang menejerial kepala ruangan rawat inap harus
berpikir demokratis untuk memimpin anak-anaknya agar bekerja lebih baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah
iniialah apakah ada Pengaruh Kepemimpinan Demokratis Kepala Ruang Rawat Inap
Terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Aro Pekalongan?

C. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Kepemimpinan Demokratis Kepala Ruang
Rawat Inap Terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Aro Pekalongan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Variabel Independen Kepemimpinan Demokratis (Kepala Ruang Rawat Inap)


1. Pengertian Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan
kelompok, tujuan-tujuan yang bermutu tercapai. Gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan
dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan.
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan demokratis,yaitu gaya seorang pemimpin yang menghargai
karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi (Prima,A,2013).
Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadiuntuk
menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
bersama.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang
pelaksanaanya disebut pemimpin partisipasi (partisipative leadership). Kepemimpinan
partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak pada partisipasi aktif dari
setiap warga kelompok.

2. Tujuan kepemimpinan demokratis


Yaitu untuk mengaspirasi kepentingan bersama,oleh sebab itu setiap individu tanpa
kecuali memiliki hak suara yang sama untuk didengar dan diperhatikan.

3. Karakteristik kepemimpinan demokratis

Menurut Sondang P. Siagian (1989, h.18) pemimpin dengan gaya kepemimpinan


demokratis memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Kemampuan pemimpin mengintegrasikan organisasi pada peranan dan porsi yang


tepat.
 Mempunyai persepsi yang holistik.
 Menggunakan pendekatan yang integralistik.
 Organisasi secara keseluruhan.
 Menjunjung tinggi harkat dan martabat bawahan.
 Bawahan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
 Terbuka terhadap ide, pandangan dan saran bawahannya.
 Bersifat rasional dan obyektif.
 Memelihara kondisi kerja yang kondusif, inovatif, dan kreatif.

4. Kelebihan kepemimpinan demokratis

 Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku.


 Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan merasa
dihargai dan dibutuhkan peranannya.
 Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan
saran.
 Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan
kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya.
 Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan.
 Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan

5. Kekurangan kepemimpinan demokratis


 Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara
musyawarah.
 Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karena pendapat setiap orang jelas berbeda.
 Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego
masing-masing anggota tinggi.

6. Pengertian kepala ruangan rawat inap


Kepala ruang rawat inap adalah seseorang tenaga perawatan professional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan disatu
ruang rawat.

7. Tanggung Jawab Kepala Ruangan Di Ruang Rawat Inap :


1. Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan.
2. Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan keperawatan.
3. Keobyektifan dan ketepatan penilaian kinerja tenaga keperawatan.
4. Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru.
5. Kebenaran dan ketepatan Protap/SOP pelayanan keperawatan.
6. Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksana pelayanan keperawatan.
7. Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat.

B. Variabel Dependen Kepuasan Kerja Perawat


1. Pengertian kepuasan kerja perawat
Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perasaan
puas, rasa senang dan kelegaan serta kenyamanan dalam melakukan tindakan. Kepuasan
kerja berhubungan dengan perasaan orang terhadap berbagai aspek dari tugasnya, kondisi
atau perancangan lingkungan kerjanya, juga hubungannya dengan rekan kerjanya. Keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan bagaimana para pekerja
memandang pekerjaan mereka (Handoko, 1996). Kepuasan kerja merupakan sebuah cara
untuk mengaktualisasikan diri, sehingga akan tercapai sebuah kematangan psikologis pada
diri karyawan. Jika kepuasan tidak tercapai, maka dapat terjadi kemungkinan karyawan akan
frustasi (Strauss dan Sayles dalam Handoko, 1996).

Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai


pekerjaannya (Hasibuan, 2007). Jadi perawat yang emosi positif dalam suatu pekerjaan
menjadi lebih baik. Perawat yang tidak puas dalam berkerja memiliki perasaan negatif
menimbulkan banyak permasalahan di rumah sakit.

Kepuasan kerja perawat sangat di butuhkan bagi perawat agar meningkat kan
pelayanan kesehatan. kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau
positif, yang dihasilkan penilaian pekerjaan dari seseorang atau pengalaman kerja (Persefoni
et al, 2010).

Kepuasan kerja perawat sebagai harapan dalam pekerjaan seseorang dan tempat yang
mempekerjakan perawat seperti rumah sakit sebagai kontribusi sesuai dengan pencapaian
tujuan pribadi seseorang yang membuat pekerjaan seorang perawat merasa dapat bertangung
jawab dan merasa puas dengan pekerjaan mereka, tidak hanya tergantung pada sifat
pekerjaan tetapi juga pada harapan dari pekerjaan mereka yang Tingkat kehadiran ini dapat
menyebabkan beban kerja perawat yang lain meningkat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja perawat adalah seorang perawat yang
puas akan kerjanya dalam melakukan pekerjaanya di rumah sakit memberikan pelayanan
asuhan keperawatan di ruangan mengikuti arahan dari kepala ruangan rawat inap.

2. Faktor-faktor kepuasan kerja Perawat

 Beban kerja
Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga
kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan
(Keputusan Menteri Kesehatan no 81 tahun 2004).
 Imbalan

Merupakan imbalan jasa yang diterima oleh karyawan sesuai dengan jenis,dan beban
pekerjaan yang dilaksanakan,menurut Luthans (dalam Husein, 1998).

Hasil penelitian Latief D. (2010) tentang kepuasan kerja perawat,dari hasil uji statistik
menunjukkan variabel insentif berhubungan dengan kepuasan kerja. Johan R
(2002),penelitian tentang kepuasan kerja di institusi pendidikan membuktikan,
kekuatan antara pemenuhan harapan penggajian dengan kepuasan kerja karyawan,
kekuatan hubungan antara tipe prilaku dengan kepuasan kerja karyawan. Andini. R,
(2006), berdasarkan hasil analisis disimpulkan kepuasan kerja berpengaruh positif
terhadap komitmen organisasi, kepuasan gaji berpengaruh negative terhadap turnover.

Martoyo, Susilo (2007) menyebutkan bahwa Kepuasan kerja harus dimiliki agar
muncul rasa bahagia dan nyaman ketika melaksanakan tugasnya dalam melayani pasien
gangguan kejiwaan yang membutuhkan kesabaran tinggi, sehingga perasaan suka cita dalam
merawat pasien-pasien tersebut dapat muncul dari dalam hati. kepuasan kerja adalah perasaan
positif tentang pekerjaan. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki
perasaan positif tentang pekerjaannya, sementara orang yang tidak puas memiliki perasaan
negative secara konsep kepuasan kerja memiliki hubungan dengan tingkat kinerja pekerja,
kepuasan kerja terjadi pada tingkatan di mana hasil pekerjaan diterima individu seperti yang
diharapkan.
BAB III
ANALISA JURNAL

A. Analisa Jurnal Berdasarkan Picot


PICOT Analisa Jurnal
P (Populasi) Dalam jurnal ini membahas tentang kepemimpinan demokratis
seorang kepala ruangan rawat inap terhadap kepuasan kerja
perawat di RSU Aro Pekalongan.pada penelitian ini sebanyak 32
orang perawat yang melaksanakan tugas dan fungsi keperawatan
di RSU Aro Pekalongan.
I (Intervesi ) perankepala ruang rawat inap RSU Aro Pekalongan yang
selalu mengadakan pertemuan dan diskusi bersama dengan
perawat di ruang rawat inap RSU Aro Pekalongan dalam
menentukan kebutuhan pelayanan ruang rawat inap seperti:
penentuan kebutuhan
SDM, sarana prasarana, alkes serta pembuatan spo rawat
inap. Pengambilan keputusan yang dilakukan kepala ruang rawat
inap RSU Aro Pekalongan dengan melibatkan perawat
merupakan cara efektif untuk mendapat dukungan
dan komitmen perawat. Strategi kolaboratif dan parsipatif
yang diambil kepala ruang dengan melibatkan perawat dalam
proses pengambilan keputusan merupakan metode
pemberdayaan yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan
perawat di ruang rawat inap RSU Aro Pekalongan. agar dapat
meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan sehingga timbul
kesadaran dan kemauan untuk dapat bekerja sesuai dengan
tujuan bersama secara efektif dan efisien. Dimana dilakukan
pengarahan, pengawasan, dan bimbingan kepala ruang
berdampak penting bagi perawat dikarenakan dengan adanya
arahan dan bimbingan kepala ruang maka perawat akan merasa
mendapatkan reward dari adanya perhatian yang diberikan oleh
kepala ruang terhadap perawat sehingga perhatian tersebut akan
dirasakan menjadi sebuah kepuasan tersendiri dalam proses
pencapaian tujuan kerja.
C(Comperative) Sesuai dengan pendapat Sitorus yang menyatakan bahwa
keberhasilan kepala ruang bergantung pada kemampuan kepala
ruang untuk dapat mempengaruhi perawat yang dipimpinnya.
Salah satu kemampuan kepala ruang yang dapat mempengaruhi
kepuasan bawahnnya adalah baiknya hubungan interpersonal
yang ditumbuhkan oleh kepala ruang termasuk juga dalam hal
ini adalah empati.
O (Outime) Pendelegasian tanggung jawab kepala ruang sebagian besar
responden mempersepsikan baik (53%). Keaktifan kepala ruang
sebagian responden mempersepsikan
Baik dan sebagian lainnya mempersepsikan kurang (50%).
Pengambilan keputusan kepala ruang sebagian besar responden
mempersepsikan baik (53%). Empati kepala ruang sebagian
besar responden sudah mempersepsikan baik (56%)
T (Time) Pada jurnal ini tidak dijelaskan berapa lama waktu penelitian di
laksanakan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
gaya kepemimpinan demokratis dengan kepuasan kerja adalah seorang pemimpin
yang berkaitan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut dalam proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kepuasan kerja perawat sebagai harapan
dalam pekerjaan seseorang dan tempat yang mempekerjakan perawat seperti rumah sakit
sebagai kontribusi sesuai dengan pencapaian tujuan pribadi seseorang yang membuat
pekerjaan seorang perawat merasa dapat bertangung jawab dan merasa puas dengan
pekerjaannya.

B. Saran

Diharapkan agar kepemimpinan yang demokratis kepala ruang rawat inap terhadap
kepuasan kerja perawat lebih professional disetiap ruangan dan rumah sakit terlebih
khususknya di rumah sakit RSU Aro Pekalongan.

DAFTAR PUSTAKA

Kleinman, Carol. The Relationship between Managerial Leadership Behaviors and


Staff Nurse Retension.Journal Proquest Nursing and Allied Health Source,82:4; 2004.

Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada.


Robbins, S. P., & Coulter, M.(2002).Manajemen. Jakarta: Gramedia
Lauritta, J. (2017). Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Demokratis dengan
Loyalitas Karyawan PT APAC Inti Corpora Bawen. Fakultas Psikologi Katolik
Soegijapranata, Semarang

Anda mungkin juga menyukai