Disusun oleh:
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
Kepemimpinan dan berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam proses penulisan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas dari Ibu Renny Listiawaty, SKM, M.K.M. selaku dosen pengampu
pada mata kuliah terkait. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai kepemimpinan
transformasional bidang kesehatan, serta untuk lebih meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan penulis mengenai materi terkait.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Kesimpulan ............................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................... 11
iii
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
kepemimpinan klinis di rumah sakit sudah diterapkan namun belum optimal
dalam pengaplikasiannya.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
2
PENDEKATAN TRANSFORMASIONAL
Salah satu pendekatan kepemimpinan saat ini yang sering menjadi fokus
penelitian sejak awal tahun 1980-an adalah pendekatan transformasional.
Pendekatan ini merupakan bagian dari paradigma “Kepemimpinan Baru”
(Bryman, 1992:1). Seperti namanya, pendekatan transformasional adalah sebuah
proses yang mengubah dan mentransformasikan individu. Pendekatan ini
berhubungan dengan nilai-nilai, etika, standar, dan tujuan-tujuan jangka panjang.
Kepemimpinan transformasional meliputi: menilai motif para pengikutnya,
memuaskan kebutuhan mereka dan memperlakukan mereka sebagai manusia
seutuhnya. Pendekatan ini merupakan sebuah proses yang menggolongkan
kepemimpinan berkarisma dan bervisi. Kepemimpinan transformasional
merupakan pendekatan rumit yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan
banyak hal tentang kepemimpinan, mulai dari usaha yang sangat spesifik untuk
mempengaruhi para pengikutnya pada tingkat satu-satu, sampai pada usaha yang
sangat luas untuk mempengaruhi seluruh organisasi dan bahkan seluruh budaya.
Meskipun pemimpin transformational mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mempercepat perubahan, para pengikut dan para pemimpin sangat terikat
sehingga tidak mungkin dapat lepas dalam proses transformasi.
(Northouse,1997:130).
3
mereka memenuhi persyaratannya. Para pemimpin transformasional berhubungan
lebih banyak dengan para kolega dan pengikut mereka ketimbang menata
pertukaran atau kesepakatan sederhana. Mereka bersikap dengan caracara yang
memungkinkan untuk mencapai hasil superior dengan memakai satu atau lebih
dari pendekatan “Four I’s” (Bass & Avolio, 1994:3).
4
transaksional, melainkan “kelanjutan”nya, Bass bersama rekan-rekannya
Waldman dan Einstein (Waldman dkk, 1987) melakukan analisis regresi hierarkis.
Hasilnya menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki efek
yang melebihi dan di atas (over and above) kepemimpinan transaksional.
5
lazim. Stimulasi intelektual ini merangsang kesadaran akan permasalahan,
kesadaran akan cara berpikirnya selama ini dan merangsang imajinasi. Oleh
karena itu stimulasi intelektual ini meningkatkan penghargaan anak buah terhadap
keyakinan dan nilai-nilai sang pemimpin. Adanya pengaruh stimulasi intelektual
ini dapat dilihat dari kemampuan anak buah dalam hal konseptualisasi,
pemahaman komprehensif, dan analisis permasalahan, serta pemecahan masalah
yang mereka lakukan.
Dimensi serba boleh adalah dimensi yang paling pasif, sehingga sering
juga disebut sebagai kondisi yang sama dengan tidak ada kepemimpinan sama
sekali. Segalanya serba boleh, karena pemimpin tidak berani mengambil
keputusan.
Pembagian menjadi 8 faktor (dimensi) ini dikritik oleh Den Hartog dkk,
(1997) terutama pembedaan manajemen seperlunya yang pasif dengan serba
boleh. Hasil uji ulang mereka menunjukkan bahwa pembagian dua faktor itu tidak
begitu berarti dan sebaiknya digabungkan saja menjadi satu faktor, yaitu
kepemimpinan pasif. Namun demikian studi mereka semakin memperkuat
signifikansi faktor-faktor yang lain sebagai alat ukur yang handal untuk
kepemimpinan transformasional.
6
PERILAKU KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
a. Motivasi Inspirasional
Inspirasi dan motivasi adalah dua komponen utama kepemimpinan
transformasional. Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan
transformasional harus memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi sambil mengilhami mereka untuk mencapai tujuan
mereka sendiri. Menyelaraskan kebutuhan individu dengan kebutuhan
organisasi adalah strategi penting dari motivasi inspirasional.
b. Stimulasi Intelektual
Pemimpin mendorong & menghargai berbagai ide inovatif & kreatif
dari anggotanya. Anggota tidak boleh disalahkan atau dikritik secara
terbuka atas kesalahan yang dilakukannya. Melalui stimulasi intelektual,
seorang pemimpin transformasional merangsang pemikiran kritis,
meningkatkan pemecahan masalah dan memberdayakan para pengikut
(Thompson, 2011). Seorang pemimpin transformasional mendorong
karyawan untuk berpikir out of the box dan mendorong imajinasi
karyawan. Dalam konsep klinik, seorang manajer keperawatan secara
intelektual merangsang para pengikut untuk berpikir rasional dan
bertindak secara ilmiah untuk meningkatkan praktik berbasis bukti.
Mereka digerakkan untuk mencari cara yang lebih baik untuk melakukan
sesuatu.
c. Pertimbangan Individual
7
Pertimbangan individual mengacu pada atribut seorang pemimpin
yang welas asih. Pemimpin bertindak sebagai mentor bagi pengikut
mereka, menghargai kreativitas dan inovasi mereka. Seorang pemimpin
transformasional adalah master yang terampil berkomunikasi dan
menunjukkan keterampilan interpersonal yang sangat baik. Pemimpin
transformasional menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang tulus
terhadap pengikutnya.
d. Pengaruh idealis/kharismatik
Pengaruh idealis, mempunyai makna bahwa seorang pemimpin
transformasional harus memiliki kharisma yang mampu “menyihir”
bawahan untuk bereaksi mengikuti pimpinan. Dalam bentuk konkrit,
kharisma ini ditunjukan melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan
misi organisasi, mempunyai pendirian yang kokoh, komitmen dan
konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan menghargai
bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi role
model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya. Pemimpin
transformasional bertindak sebagai mentor dan panutan bagi bawahan.
8
Martinis Yamin dan Maisah (2010) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola
anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh
orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin.
9
Kinerja perawat mempunyai arti seperti prestasi kerja di suatu perusahaan.
Pengukuran kinerja perawat dilakukan berdasarkan fakta, terbuka dan dapat
dikomunikasikan. Kepemimpinan transformasional kepala ruangan berpengaruh
terhadap kinerja perawat pelaksana. Dimensi kepemimpinan transformasional
seperti pertimbangan individu, stimulasi intelektual dan inspirasi mempunyai
pengaruh positif terhadap perawat pelaksana. Gaya kepemimpinan
transformasional yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perawat
di Rumah Sakit itu artinya gaya kepemimpinan transformasional dalam
mengarahkan, membina berpartisipasi, dan mendukung bawahan dalam bekerja
mampu meningkatkan kinerja perawat yang lebih baik dalam mencapai tujuan
yaitu memberikan pelayanan keperawatan, gaya kepemimpinan transformasional
berperan penting dalam memberikan petunjuk kepada karyawan secara langsung
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Gani, 2020).
10
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Solehudin, S., Hadi, M., Sulaeman, S., Kurniati, T., & Nursalam, N. (2022). Efek
Kepemimpinan Transformasional Pada Kinerja Perawat. Jurnal Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan, 5(1), 1-7.
12