Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN : POST OPERASI NEFREKTOMI ATAS INDIKASI
NEFROLITIASIS DI GEDUNG B LANTAI 3
RSUD CIBABAT CIMAHI
1
Fitria Febianti, 2Ratna Wulan HN, 3Tintin Sumarni
1
Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi
2
Dosen Prodi DIII Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi
3
Kepala Ruangan Rawat Inap Bedah Gedung B Lantai 3

ABSTRAK
Latar Belakang : Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Pada manusia, sistem ini terdiri dari
dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra (Evelyn, C.Peart, 2010).
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal. Batu
ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Kelainan atau obstruksi pada sistem
pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah
timbulnya batu saluran kemih. (Arif Muttaqin & Kumala, 2011). Tujuan Penulisan : Asuhan
keperawatan ini bertujuan mendapatkan pengalaman secara nyata dalam dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan
pada klien dengan Post Operasi Nefrektomi secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-
sosial dan spiritual berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah didapatkan
selama pendidikan.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriftif berupa studi kasus. Untuk
memperoleh data menggunakan tehnik observasi, wawancara, partisipasi aktif, studi
kepustakaan dan dokumentas tentang nefrolitiasis dan Post Operasi Nefrektomi.
Hasil Penelitian : Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien selama 5 hari terhitung dari
tanggal 09 – 13 april 2019 diperoleh diagnosa keperawatan : Perubahan pola miksi,
immobilisasi, resiko infeksi, gangguan rasa nyaman : nyeri dan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan luka. Tahap perencanaan penulis menyusun sesuai dengan permasalahan yang
ada, kemampuan, situasi dan kondisi. Pada tahap evaluasi setelah dilakukan tindakan selama 5
hari, ada satu diagnose yang beum teratasi. Untuk penatalaksanaanya memerlukan kerjasama
dengan pihak keluarga agar masalah klien dapat teratasi semua. Simpulan : Berdasarkan hasil
penelitian studi kasus perlu adanya kerjasama antar perawat dan keluarga klien untuk
melakukan asuhan keperawatan yang baik dan komprehensif.

Kata Kunci : Sistem Perkemihan, Deskriftif, Nefrolitiasis, Diagnosa Keperawatan.


Kepustakaan : 15, 9 buku, 4 Media internet dan 2 jurnal dari tahun 2016.

1
NURSING CARE ON Mr. M WITH THE DISORDERS OF THE DRILLING SISTEM:
POST OPERATIONS NEFREKTOMS ON INDICATIONS
NEFROLITIASIS IN 3rd FLOOR
RSUD CIBABAT CIMAHI

ABSTRACT

Background: The urinary sistem is a sistem in which the process of screening blood so that the
blood is free from substances that are not used by the body and absorbs substances that are
still used by the body. In humans, this sistem consists of two kidneys, two ureters, bladder, two
sphincter muscles, and urethra (Evelyn, C.Peart, 2010).
Kidney stones or nephrolithiasis is a condition of the presence of stones (calculi) in the kidneys.
Kidney stones are formed in the tubules of the kidneys and then are in the calix, infundibulum,
renal pelvis, and can even fill the pelvis and the entire kidney calix. Abnormalities or
obstructions in the pelvic pelvic sistem (narrowing of the infundibulum and ureteropelvic
stenosis) facilitate the emergence of urinary tract stones. (Arif Muttaqin & Kumala, 2011).
Purpose of Writing: This nursing care aims to get real experience in providing nursing care
with a nursing care process approach which includes assessment, nursing diagnosis, planning,
implementation, and nursing evaluation on clients with Post Surgery for Nephrectomy
comprehensively covering the bio-psycho-social aspects and spiritual based on the knowledge
and skills that have been obtained during education.
Research Method: This study uses descriptive method in the form of case studies. To obtain
data using techniques of observation, interviews, active participation, literature studies and
documentation about nephrolithiasis and Post Surgery for Nephrectomy.
Research Results: Nursing care carried out for clients for 5 days from 09 th – 13th April 2019
obtained nursing diagnoses: Changes in micturition patterns, immobilization, risk of infection,
disturbance of comfort: pain and lack of knowledge about wound care. The planning stage of
the author composes according to existing problems, abilities, situations and conditions. At the
evaluation stage after 5 days of action, there is one diagnosis that is not resolved. For
management, it requires cooperation with the family so that all client problems can be resolved.
Conclusion: Based on the results of the case study research, it is necessary to collaborate
between nurses and the client's family to conduct good and comprehensive nursing care.

Keywords : Urinary Sistem, Descriptive, Nephrolithiasis, Nursing Diagnosis.


Reverence: 9 books, 4 website and 2 journal from 2016.

PENDAHULUAN

2
Data dari Rumah Sakit Umum Daerah
Sistem perkemihan Cimbabat Cimahi, Bahwa Penyakit Batu
merupakan organ vital dalam Ginjal tidak termasuk penyakit yang banyak
melakukan ekskresi dan melakukan di Cibabat. Menurut data dari Ruang Rawat
eliminasi sisa sisa hasil metabolism Inap Gedung B Lantai 3 RSUD Cibabat
tubuh, aktivitas sistem perkemihan Cimahi, Penyakit Nefrolitiasis/ Batu Ginjal
dilakukan secara hati-hati untuk sebanyak 4 orang dan 3 orang dengan
menjaga komposisi darah dalam penyakit Batu Ureter.
batas yang bisa diterima.setiap
adanya gangguan dari fisiologis di HASIL DAN PEMBAHASAN
atas akan memberikan dampak
yang fatal. (muttaqin, 2011) 1. Pengkajian
Sedangkan menurut (Setiadi, 2007)
Sisitem perkemihan ini merupakan Pengkajian adalah tahap awal dari
suatu rangkaian organ yang terdiri proses keperawatan dan merupakan proses
dari ginjal, ureter, vesika urinaria, yang sistematis dalam pengumpulan data
dan uretra. dari berbagai sumber data untuk
Penyakit yang terjadi pada mengevaluasi dan mengidentifikasi status
sistem perkemihan sangat kesehatan klien.
bervariasi, salah satunya adalah Pada pemeriksaan fisik berdasarkan
nefrolitiasis. Nefrolitiasis adalah teori pada pasien dengan Nefrolitiasis/ Batu
suatu keadaan terdapatnya batu Ginjal Seperti : Nyeri pada bagian pinggang
dalam saluran kemih baik dalam saat perubahan posisi dari duduk ke berdiri
ginjal, ureter maupun buli-buli. atau sebaliknya, Nyeri menyebar ke paha
kondisi ini membuat gangguan pada dan daerah genetalia, Nyeri biasanya
sistem perkemihan dan menjadikan berlangsung hilang timbul dengan kurun
masalah keperawatan pada pasien. waktu yang lama. Sedangkan pada pasien
Batu Ginjal atau nefrolitiasis Post Operasi Batu Ginjal memiliki gejala
merupakam suatu keadaan seperti : Nyeri pada luka bekas operasi,
terdapatnya batu kalkuli di ginjal Klien merasa nafsu makannya berkurang,
(Muttaqin, 2011) Klien mengatakan nyeri pada luka operasi
Prevalensi penyakit nefrostomi.
nefrolitiasis diperkirakan sebesar 7% Pada tahap pengkajian ini penulis
pada perempuan dewasa dan 13% menemukan beberapa kesesuaian dan
pada laki laki dewasa, sedangkan kesenjangan diantaranya adalah :
usia puncak adalah decade ketiga 1. Riwayat Kesehatan
sampai ke empat. menurut Depkes Menurut teori Kartika S.W. (2013),
RI (2013) prevalensi tertinggi penyebab terbentuknya batu
penyakit nefrolitiasis yaitu di daerah digolongkan dalam 2 faktor :
DI Yogyakarta (1,2%), diikuti aceh a. Faktor Endogen
(0,9%), jawa barat, jawa tengah, dan 1) Hiperkalsemia
Sulawesi tengah masing-masing 2) Hiperkalsiuria
(0,8%). 3) pH Urin
4) Kelebihan pemasukan cairan
Factor resiko nefrolitiasis (batu dalam tubuh yang bertolak
ginjal) umumnya biasanya karena adanya belakang dengan
riwayat batu di usia muda, riwayat batu keseimbangan cairan yang
pada keluarga ada penyakit asam urat, masuk dalam tubuh.
kondisi medis local dan sistemik, b. Faktor Eksogen
predisposisi genetic, dan komposisi urin 1) Air minum : Kurang minum atau
tersebut. kurang

3
mengkonsumsi air menyebabkan cara kerja fungsi ginjal rusak
mengakibatkan karena tidak dapat memfiltrasi dan
terjadinya mengekresi zat penghasil batu.
pengendapan kalsium.
2) Suhu : Tempat yang 2. Diagnosa Keperawatan
bersuhu panas menyebabkan a) Diagnosa Keperawatan pre Operasi
banyaknya 1) Nyeri kolik berhubungan dengan
pengeluaran keringat, yang akan respon edema : Peningkatan
mempermudah tekanan hidrostatik dan distensi
pengurangan produksi urin piala ginjal.
dan mempermudah 2) Perubahan pola miksi
terbentuknya batu berhubungan dengan respon
3) Makanan :Kurangnya obstruksi : sering miksi
mengkonsumsi protein dapat 3) Pemenuhan nutrisi kurang dari
menjadi kebutuhan berhubungan dengan
factor terbentuknya batu respon obstruksi : Nyeri kolik (mual
4) Dehidrasi : Kurangnya muntah)
pemasukan cairan dalam tubuh 4) Kecemasan berhubungan dengan
juga ikut membantu prognosis pembedahan, tindaakan
proses pembentukan urin. invasive diagnostic
5) Pemenuhan informasi
Sedangkan pada Tn. M berhubungan dengan rencana
ditemukan riwayat semasa mudanya pembedahan, tindakan diagnosis
mengkonsumsi minuman beralkohol dan invasive (ESWL), perencanaan
minuman isotonic karena kurangnya pasien pulang.
pengetahuan yaitu terlalu lama b) Diagnosa Keperawatan Post Operasi
mengkonsumsi minuman beralkohol dapat 1) Gangguan rasa nyaman nyeri
merusak cara kerja fungsi ginjal yang berhubungan dengan terputusnya
menyebabkan peningkatan filtrasi dan kontinuitas jaringan
ekskresi zat penghasil batu sehingga 2) Gangguan pemenuhan nutrisi
konsentrasi zat pembentuk batu meningkat kurang dari kebutuhan
yang mengakibatkan proses kristalisasi, berhubungan dengan mual, efek
terjadilah pengendapan batu yang anestesi
menyebabkan terbentuknya batu ginjal. 3) Resiko infeksi berhubungan
dengan luka post operasi
Riwayat kesehatan keluarga nefrostomi dan pemasangan
yang berhubungan dengan Nefrolithiasis selang drainase
adalah adanya penyakit keturunan seperti 4) Kurang pengetahuan berhubungan
hipertensi, diabetes mellitus serta adanya dengan kurangnya informasi
riwayat penyakit ginjal lainnya. Tetapi pada tentang proses pembedahan,
kasus Tn.M tidak ditemukan adanya riwayat pengobatan dan perawatan.
penyakit keturunan tersebut dan hanya 5) Intoleransi aktivitas berhubungan
Tn.M yang mengalami penyakit dengan takut bergerak akibat nyeri.
nefrolithiasis tersebut. Hal ini menunjukan
bahwa manusia itu bersifat unik serta
Pada saat penentuan atau
penyakit yang klien alami bukan diakibatkan
perumusan masalah keperawatan,
oleh adanya angka kejadian dalam satu
ada beberapa teori yang tidak
rumpun keluarga melainkan oleh factor lain
sesuai, diagnose yang muncul pada
dan bukan hereditair diantaranya adalah
Tn.M adalah sebagai berikut :
terlalu lama mengkonsumsi minuman yang
beralkohol serta minuman berisotonik yang

4
1) Gangguan Pola miksi berhubungan penulis juga mencatat intake dan
dengan respon obstruksi : output yang dialami klien selama
Hematuria, piuria dan sering miksi satu hari BAK sebanyak 4500cc/
2) Imobilisasi berhubungan dengan hari dan drainase sebanyak
keterbatasan gerak 250cc/ hari. Sehingga penulis
3) Resiko infeksi berhubungan menyimpulkan untuk mengangkat
dengan adanya luka post operasi perubahan pola eliminasi urin
nefrektomi dan pemasangan berhubungan dengan
selang drainage pemasangan kateter.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri 2. Diagnosa imobilisasi
berhubungan dengan spasme otot berhubungan dengan
akibat prosedur operasi keterbatasan gerak. masalah ini
5) kurangnya pengetahuan muncul karena dari hasil
berhubungan dengan kurangnya pengkajian telah ditemukan data
informasi yang mendukung seperti
Melihat adanya kekuatan otot 4, aktivitas klien
kesenjangan yang muncul antara masih dibantu keluarga, gerak
teori dengan kenyataan yang ada klien masih terbatas sehingga
di lapangan mengenai diagnose belum bisa melakukan personal
post operasi yang muncul pada hygiene secara mandiri karena
klien maka penulis akan pada POD-1 pasien hanya boleh
memaparkan mengapa terjadi miring kanan, miring kiri, POD-2
kesenjangan tersebut : duduk, POD 3 turun dari tempat
Penulis tidak mengangkat tidur untuk berjalan.
diagnose Gangguan pemenuhan 3. Diagnosa resiko infeksi
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan luka post
berhubungan dengan mual efek operasi nefrektomi dan
anastesi karena pada saat dikaji pemasangan drainase, invasi
pasien mengatakan tidak mikroorganisme pada daerah
merasakan muat ataupun muntah luka, terlihat rembesan pada luka
dan makanan habis 1 porsi, operasi dan drainase, luka masih
pemberian terapi medis Ranitidine basah sehingga penulis
2dd 50mg untuk menekan mengangkat diagnose resiko
terjadinya peningkatan Hcl atau infeksi berhubungan dengan luka
asam lambung yang diakibatkan post operasi nefrektomi dan
obat antibiotic. pemasangan drainase.
4. Diagnosa Gangguan rasa
Maka pembahasan dari diagnose post nyaman : nyeri beruhubungan
operasi nefrektomi adalah sebagai dengan terputusnya kontinuitas
berikut : jaringan diganti dengan
Gangguan rasa nyaman : nyeri
1. Gangguan Pola miksi berhubungan dengan spasme
berhubungan dengan respon otot akibat prosedur operasi.
obstruksi : Hematuria, piuria dan Masalah ini muncul karena dari
sering miksi . Penulis angkat hasil pengkajian telah ditemukan
diagnose sendiri dan tidak tanda-tanda yang mendukung
berdasarkan teori karna ada data seperti pasien terlihat meringgis,
yang didapatkan bahwa klien tekanan darah 120/80 mmHg.
menggunakan kateter no 16 Nadi 85x/menit, Respirasi
untuk pengeluaran urin dan 20x/menit, ekspresi wajah
nampak hematuria pada kateter meringgis dan sedikit tegang.

5
Klien nampak tidak nyaman 5. Fasilitasi klien dalam pemenuhan
dengan rasa nyeri yang kebutuhan dasar
dirasakan, klien mengatakan 6. Motivasi klien untuk melakukan
nyeri dengan skala nyeri 6 (0-10), ambulasi dini :
terdapat luka post operasi POD 1: miring kiri miring kanan dan
nefrektomi pada pinggang duduk
sebelah kanan dengan panjang POD 2 : berjalan atau pindah dari
±10cm POD-1. tempat duduk
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka
post operasi nefrektomi dan
Dalam tahap pengkajian ini penulis pemasangan selang drainage.
memperoleh dukungan sehingga dapat 1. Identifikasi jenis luka, letak dan
memperlancar proses pengkajian, yaitu : keadaan luka.
2. Pertahankan tekhnik aseptic
1. Adanya respon yang positif pada klien 3. Batasi pengunjung
dan keluarga tahap penulis sehingga 4. Gunakan baju, sarung tangan
dapat terbina rasa percaya yang sebagai alat pelindung
dapat memudahkan untuk proses 5. Ajarkan klien langkah-langkah hand
pengumpulan data. hyegiene
2. Adanya dukungan dan bimbingan dari 6. Tingkatkan intake nutrisi
pembimbing, baik pihak ruangan 7. Kaji adanya tanda dan gejala infeksi
maupun dari institusi pendidikan. 8. Inpeksi kulit dan mukosa terhadap
kemerahan, panas dan drainage
9. Cek hasil pemeriksaan laboratorium
3. Intervensi Keperawatan hematologi
10. Ajarkan klien dan keluarga
Perencanaan keperawatan adalah mengetahui tanda dan gejala
bagian dari fase pengorganisasian dalam terjadinya infeksi
proses keperawatan sebagai pedoman 11. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan
untuk mengarahkan tindakan keperawatan kenaikan suhu pada klien.
dalam usaha membantu, meringankan, Kolaborasi :
memecahkan masalah atau untuk Berikan terapi medis antibiotic.
memenuhi kebutuhan klien. d. Gangguan rasa Nyaman nyeri
a. Perubahan pola miksi berhubungan berhubungan dengan spasme otot akibat
dengan respon obstruksi : Hematuria, prosedur operasi.
piuria dan sering miksi 1. Kaji skala nyeri dengan meminta
1. Kaji pola berkemih, dan catat pasien menilai rasa nyerinya dari (0-
produksi urin tiap 6 jam 10)
2. Anjurkan pasien untuk minum 2. Lakukan pengkajian nyeri meliputi
2000 cc/24jam lokasi, durasi, frekuensi, kualitas dan
3. Hindari minum kopi, teh, alcohol factor pencetus.
b. Imobilisasi berhubungan dengan 3. Atur posisi yang nyaman.
keterbatasan gerak 4. Ajarkan klien tehnik relaksasi latihan
1. Observasi Tanda-tanda vital tarik napas dalam
sebelum dan setelah melakukan 5. Anjurkan tekhnik distraksi
aktivitas
2. Kaji kekuatan otot e. Kurang pengetahuan tentang perawatan
3. Instruksikan klien untuk luka berhubungan dengan kurang
penghematan energy terpaparnya informasi .
4. Berikan bantuan sesuai 1. Monitor respons fisik seperti :
kebutuhan kelemahan, tanda-tanda vital,

6
gerakan yang berulang ulang, catat N: 85x/mnt
kesesuaian verbal dan non verbal R : 20x/mnt
sela berkomunikasi S : 36,5⁰C
2. Berikan informasi pada klien tentang
nutrisi dan aktivitas pada pasien 2. ) Klien dapat mengangkat tangan dan
post nefrektomy kakinya tanpa di bantu oleh petugas
3. ajarkan klien dengan melibatka
keluarga tentang cara mengganti 3. ) Menganjurkan klien utuk beristirahat
balutan luka yang benar dan tidak beraktivitas terlalu maksimal
supaya tidak menguras tenaga dan
Pada tahap perencanaan energy.
penulis tidak mengalami hambatan
4.) Memberikan bantuan sesuai
dalam merencanakan tindakan
kebutuhan (memposisikan klien
keperawatan menurut diagnose
semi powler)
yang muncul pada Tn.M.
5.) Memfasilitasi klien dengan
Perencanaan disesuaikan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar
kondisi, situasi dan kemampuan
- Memandikan pasien
klien ataupun keluarga, serta
- Membantu pasien untuk
disesuaikan dengan sarana dan
melakukan oral hygiene
prasarana yang telah disediakan.
6.) Memotivasi klien untuk melakukan
ambulasi dini
4. Implementasi Keperawatan
POD-1
Klien dapat melakukan miring kanan
Proses implementasi adalah
miring kiri, sedikit duduk tanpa
pengelolaan dan perwujudan dari rencana
bantuan.
yang telah disusun pada tahap
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka
perencanaan.
post operasi nefrektomi dan
a. Perubahan pola miksi berhubungan
pemasangan selang drainage.
dengan respon obstruksi : Hematuria,
1.) Mengidentifikasi luka
Piuria dan sering miksi.
- Terdapat luka operasi di bagian
1) Mengukur pengeluaran urin :
pinggang sebelah kanan
POD-2
- Keadaan luka masih basah (POD-
- Urine 4500cc/24jam
1)
- Drainase 250cc/24jam
2.) Mempertahankan tekhnik aseptic
2) Melakukan perkusi/palpasi daerah
(gunakan alat ganti verban yang
suprapubik
steril)
- tidak terdapat penumpukan urine.
3.) Membatasi penunjung yang masuk
3) Mengobservasi TTV dan intake,
ke ruangan 305
output.
4.) Menggunakan baju, sarung tangan,
TTV :
dan masker sebagai alat pelindung
TD: 120/80mmHg
5.) Meningkatkan intake nutrisi
N : 84x/menit
6.) Mengkaji adanya tanda infeksi pada
R : 21x/menit
luka
S : 37⁰C
- PUS (-)
4) Menjaga agar selang kateter dan
- Suhu : 37.5⁰C
drainase tidak terlipat dan urin bag
7.) Melakukan inspeksi kulit dan mukosa
tidak terlalu penuh
terhadap kemerahan, drainage
b. Imobilisasi berhubungan dengan
8.) Melakukan ganti verban
keterbatasan gerak
9.) Mengajarkan klien dan kluarga untuk
1.) Mengobservasi tanda – tanda vital
mengetahui tanda dan gejala infeksi
TD : 120/80mmHg

7
10.) Observasi tanda-tanda 1) Memberikan penkes kepada
vital,perhatikan tanda peningkatan pasien/keluarga tentang penyebab,
suhu klien tanda dan gejala terjadinya infeksi
TD : 120/80mmHg 2) Memberikan penkes mengenai
N: 85x/mnit nutrisi dan aktivitas pada pasien post
R : 20x/mnit operasi nefrektomi
S : 36,5⁰C 3) Memberikan penkes tentang cara
11.) Memberikan therapy medis : mengganti verban dengan benar
Obat anti pendarahan kalnex/asam secara mandiri di rumah
Tranex samid 3x500mg
d. Gangguan rasa nyaman nyeri Pada tahap ini
berhubungan dengan spasme penulis melaksanakan asuhan
otot akibat prosedur operasi keperawatan sesuai dengan
1.) Observasi tanda-tanda vital rencana yang telah di tetapkan
TD :120/80 sebelumnya. Dalam melaksanakan
N : 85x/mnit tahapan, penulis menemukan
R : 20x/mnit beberapa hambatan karena ada
S : 36,5⁰C kesulitan perencanaan tindakan
keperawatan yang tidak bisa
2.) Monitor skala nyeri dengan dilaksanakan pada klien.
meminta pasien menghitung skala Kesulitan yang dialami penulis yaitu
(0-10) dalam memonitor intake dan output
pada sore dan malam hari,. Secara
Skala nyeri 6 (0-10) konsep intake dan output klien harus
3.) Melakukan pengkajian nyeri meliputi dinilai dalam 24jam. Untuk
lokasi di bagian pinggang kanan , mengatasi masalah tersebut penulis
frekuensi setiap kali bergerak, mencari alternative lain yaitu dengan
kualittas nyeri sedang, factor mengintruksikan kepada keluarga
pencetus karena adanya luka insisi. untuk mencatat pengeluaran urine
4.) Mengatur posisi yang nyaman posisi selama 24 jam agar tidak lupa output
semi powler yang keluar, serta menginstruksikan
5.) Mengajarkan klien tehnik relaksasi untuk mencatat berapa gelas klien
tarik napas dalam (“bapak bisa tarik minum selama 24jam.
nafas dalam dari hidung dan lalu
keluarkan melalui mulut secara 5. Evaluasi
perlahan, lakukan selama bapak
merasakan nyeri”) a. Perubahan pola miksi berhubungan
- Klien mampu dan paham untuk dengan respon obstruksi: Hematuria,
melakukan tehnik relaksasi tarik piuria dan sering miksi. Penulis telah
napas dalam melakukan reassessment, di
6.) Ajarkan klien dengan melibatkan dapatkan hasil akhir dari implementasi
keluarga untuk melakukan tehnik perubahan pola miksi pada tanggal 10
distraksi. april 2019 klien mengatakan
- Klien dapat melakukannya dengan pengeluaran urin sudah tidak
cara berdzikir atau mengobrol berwarna merah, kliern masih
dengan anggota keluarganya terpasang kateter, klien terlihat
maupun pasien yang lainnya. tenang, pengeluaran urine
e. Kurang pengetahuan tentang perawatan 2500cc/24jam. Pada rencana asuhan
luka berhubungan dengan kurang keperawatan 1x24jam perubahan
terpaparnya informasi. pola miksi klien dapat teratasi
sebagian.

8
b. Imobilisasi berhubungan dengan pola miksi klien dapat teratasi
keterbatasan gerak. Penulis telah sebagian.
melakukan reassessment dan
didapatkan hasil dari implementasi SIMPULAN
pada tanggal 10 april 2019 yaitu
klien sudah mampu duduk tanpa 1. Pengkajian
menyender pada kasur namun klien
mengatakan belum dapat berjalan Dari pengkajian dan kenyataan yang
karena masih takut untuk berjalan. ditemukan pada Tn.M Penulis
Pada rencana asuhan keperawatan mendapatkan kesesuaian data klien
1x24jam imobilisasi klien dapat dengan konsep teori yaitu pada
teratasi sesuai dengan rencana riwayat penyakit dahulu dan data fisik
asuhan keperawatan. seperti pemeriksaan head to toe.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan 2. Diagnosa Keperawatan
luka post operasi nefrektomi dan
pemasangan selang drainase. Penulis Diagnosakeperawatan yang muncul
telah melakukan reassessment dan pada saat melakukan Asuhan
didapatkan hasil dari implementasi Keperawatan pada Tn.M dengan Post
yaitu suhu badan 37,5⁰C , TD : Operasi Nefrolitiasis yaitu :
120/90, N: 80x/mnit, keadaan luka a. Perubahan pola miksi berhubungan
luar bersih dan tidak ada rembesan. dengan respon obstruksi :
Pada rencana asuhan keperawatan Hematuria, Piuria dan sering miksi.
1x24jam resiko infeksi dapat teratasi b. Imobilisasi berhubungan dengan
sesuai dengan rencana asuhan keterbatasan gerak.
keperawatan. c. Resiko infeksi berhubungan dengan
d. Gangguan rasa nyaman nyeri luka post operasi nefrektomi dan
berhubungan dengan spasme otot pemasangan selang drainage.
akibat prosedur operasi. Penulis d. Gangguan rasa nyaman nyeri
telah melakukan reassessment dan berhubungan dengan spasme otot
didapatkan hasil dari implementasi akibat prosedur operasi.
klien mengatakan nyeri berkurang, e. Kurang pengetahuan tentang
skala nyeri 4 ( 1 – 10 ), klien tampak perawatan luka berhubungan
rileks. Pada rencana asuhan dengan kurang terpaparnya
keperawatan 1x24jam resiko infeksi informasi.
dapat teratasi sesuai dengan 3. Intervensi Keperawatan
rencana asuhan keperawatan.
e. Kurang pengetahuan tentang
Dalam merencanakan tindakan
perawatan luka operasi di rumah
keperawatan penulis melibatkan klien
beruhubungan dengan kurang
dan keluarga serta bekerjasama
terpaparnya informasi. Penulis
dengan perawat lainnya diruangan
telah melakukan reassessment dan
dan dalam menetapkan tujuan dan
didapatkan hasil dari implementasi
memutuskan intervensi yang pernah
yaitu klien mengatakan mengerti
dilakukan sesuai dengan kondisi klien
tentang cara perawatan luka
untuk mengatasi diagnosa
dirumah dengan keadaan steril,
keperawatan yang ada pada klien,
keluarga klien dapat menyebutkan
sehingga berjalan dengan lancar.
langkah-langkah perawatan luka
sesuai yang sudah dijelaskan oleh 4. Implementasi Keperawatan
penulis. Pada rencana asuhan
keperawatan 1x24jam perubahan Tindakan keperawatan yang
dilakukan kepada klien mengacu pada

9
kebutuhan klien dan diagnosa segera disusun rencana dan
keperawatan yang muncul serta tindakan keperawatan.
melakukan tindakan keperawatan c. Bagi penulis selanjutnya
sesuai dengan perencanaan yang Dengan adanya hasil penelitian
telah dibuat. laporan studi kasus ini, diharapkan
dapat dijadikan bahan referensi bagi
5. Evaluasi penulis selanjutnya untuk
mengembangkan wawasan ilmu
Evaluasi harus dinilai untuk melihat pengetahuan. Penulis berharap,
sejauh mana keberhasilan tindakan penulis selanjutnya lebih
dapat mencapai tujuan, dimana memperhatikan nutrisi pada klien
masalah yang terdapat pada Tn.M dengan Post Operasi Nefrolitiasis.
telah teratasi.

6. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi penting dilakukan untuk
memantau perkembangan klien Dr. Andry Hartono, Sp.GK. (2006).
setelah diberikan asuhan Patofisilogi : Aplikasi Pada Praktik
keperawatan, serta berguna sebagai Keperawatan.
sarana komunikasi, juga sebagai Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
tanggung jawab dan tanggung gugat.
Ginjal Si Penyaring Ajaib (2007) : Indonesia
Publishing House. Bandung
SARAN https://www.slideshare.net/mobile/septianra
ha/3-asuhan-keperawatan-pada-batu-ginjal
a. Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi
Dapat dijadikan acuan dan https://ferizanurse.blogspot.com/2010/12/pa
perbandingan pada proses belajar thway-nefrolitiasis.html?m=1
dalam upaya preventif yang dapat
diterapkan dalam intervensi http://www.academia.edu/11647455/Konsep
keperawatan. Selain itu juga dapat _Sehat_Sakit
menambah informasi dan sumber
bahan bacaan bagi mahasiswa dan https://www.google.com/url?
sebagai referensi dalam upaya sa=t&source=web&rct=j&url=http:juke.kedo
pencegahan serta penanggulangan kteran.unla.c.id/index.php/majority/
Nefrolithiasis.
b. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Muttaqin, Arif dan kumala sari. (2011).
Cibabat Cimahi Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Pendokumentasian asuhan Perkemihan. Jakarta : Salemba ,
keperawatan yang meliputi seluruh Medika.
Proses Asuhan Keperawatan seperti
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Nanda-I (2017). NANDA-I Diagnosa
Intervensi, Implementasi, dan Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.
Evaluasi. Diharapkan dapat Jakarta :
dilakukan secara berkesinambungan
karena hal ini sangat penting Penerbit Buku Kedokteran EGC
dilaksanakan untuk mengetahui
perkembangan dan memantau Nursalam, B. Battacica, Fransisca. (2011).
masalah klien sehingga jika ada Asuhan Keperawatan Pada Pasien
masalah yang baru muncul dapat

10
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Praktik. Yogyakarta : Grahaa Ilmu.
Jakarta : Salemba Medika.
Suharyanto, Toto, Madjid, Abdul. (2009).
Prof.Dra.Nurachmah, Elly dan Ns. Rida Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Angriani, S.Kep. (2011). Dasar-dasar
Gangguan Sistem Perkemihan.
anatomi dan fisiologi. Jakarta : Jakarta : TIM.
Salemba, Medika.
Syaifuddin, (2006). Anatomi Fisiologi
Setiadi, (2012). Konsep & Penulisan Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori Jakarta : EGC
dan

11

Anda mungkin juga menyukai