Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya

batu (kalkuli) di ginjal. Batu ginjal terbentuk di ginjal kemudian berada di

kaliks, infundibukum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta

seluruh kaliks ginjal (Muttaqin & Sari, 2014).

Prevalensi batu ginjal di negara Amerika Serikat banyak terjadi

kepada laki-laki sekitar 16% dan wanita sekitar 8% pada usia 70 tahun (Pfau

& Knauf, 2016). Di Indonesia prevalensi nefrolitiasis merupakan peringkat

ke-2 di bagian urologi. Jumlah kejadian penyakit ini berdasarkan data yang

dikumpulkan dari rumah sakit seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636

kasus baru. Jumlah kasus baru yang dirawat adalah 19.018 orang, dengan

jumlah kematian sebesar 378 orang. Prevalensi tertinggi yaitu di daerah DI

Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Sulawesi Tengah masing-masing (0,8%) (Riskesdas,2013).

Laki-laki rentan mengalami kejadian batu ginjal. Hal ini dipengaruhi

oleh serum testosteron akan menghasilkan peningkatan produksi oksalat

endogen oleh hati, rendahnya serum testosteron pada perempuan dan anak-

anak menyebabkan rendahnya kejadan pada perempuan dan anak-anak,

serta gaya hidup yang kurang baik pada laki-laki. Asupan cairan < 1500 ml

berpeluang untuk menderita batu ginjal. Hal ini di dukung oleh teori bahwa

1
2

pembentukan batu dipengaruhi oleh faktor hidrasi (air yang masuk dalam

tubuh). Pada orang dengan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) kronik dan

asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu ginjal. Pasien yang

terlalu lama duduk akan mengalami pelepasan kalsium tulang ke darah,

yang akan mengakibatkan memacu timbulnya hiperkalsemia batu

dikarenakan adanya proses supersaturasi bahan pembentukan batu di dalam

tubulus renalis yang akan merubah zona stabil saturasi rendah menjadi zona

saturasi tinggi (Silalahi, 2020).

Proses pembentukan batu ginjal atau nefrolitiasis adalah ketika

konsentrasi garam tidak larut dalam urine sangat tinggi, yaitu saat urine

yang supersaturasi (kental/pekat) akan mulai membentuk kristal kristal

padat, dan menjadi suatu nucleus. Ketika nukleus sudah terbentuk, maka

kristal akan terus bertambah besar dan berkembang sehingga menyebabkan

pembentukan batu ginjal (LeMone, M.Burke, & Bauldoff, 2016)

Penatalaksanaan pada nefrolitiasis yaitu yang pertama, ESWL

(Extracopareal Shockwave Lithotripsy) Bekerja dengan menggunakan

gelombang kejut yang dihasilkan diluar untuk menghancurkan batu di

dalam tubuh. Yang kedua, PNCL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)

tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu yang berada di saluran

ginjal dengan cara memasukan endoskopi ke dalam kalises melaui insisi

pada kulit. Yang ketiga, Bedah terbuka adalah tindakan pembedahan yang

disebut pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada ginjal.


3

Dan yang keempat, terapi ekspulsif medikamentosa (TEM) ditujukan pada

kasus yang ukuran batu nya kurang dari 5 mm (Fauzi & Putra, 2016).

Terdapat dampak bio-psikososial dan sipiritual. Dampak biologis

dari batu ginjal jika dibiarkan atau tidak segera ditangani akan berlanjut

pada kondisi yang lebih parah, yaitu hidronefrosis dan gagal ginjal akut

bahkan bisa menjadi gagal ginjal kronik (Fitriana, 2014). Hidronefrosis

merupakan suatu keadaan terjadinya penumpukan cairan di dalam ginjal

sehingga menyebabkan peningkatan tekanan atau distensi. Hidronefrosis

disebut juga sebagai distensi pelvis dan kaliks ginjal (LeMone, M.Burke, &

Bauldoff, 2016). Acute Renal Failure atau Gagal Ginjal Akut adalah fungsi

ginjal yang menurun secara tiba tiba (penurunan GFR) dan terjadi hanya

dalam hitungan jam atau hari (Diyono & Sri Mulyanti, 2019). Dampak

spiritual, pasien mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal yang dirasakan oleh

sebagian besar partisipan dalam kehidupan spiritualnya adalah

mendekatkan diri kepada Tuhan dengan rajin beribadah, memperdalam

ilmu agama, dan memperbaiki kualitas ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagian besar mengatakan dulu mereka tidak melakukan ibadah dengan

baik dan sekarang mereka belajar untuk memperbaiki ibadahnya. Dampak

psikososial, membantu pasien untuk melakukan koping adaptif dengan

dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan sumber daya eksternal utama

dalam menghadapi masalah dan merupakan salah satu faktor yang

menentukan kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap masalah

yang sedang dihadapinya. (Mailani, 2015)


4

Hubungan batu ginjal dengan hidronefrosis yaitu semakin lama

aliran urin terhambat akibat batu ginjal dapat menimbulkan penumpukan

urine serta penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (LeMone,

M.Burke, & Bauldoff, 2016). Peningkatan tekanan ureter menyebabkan

perubahan yang ditandai dalam filtrasi glomerulus (GFR), fungsi tubular,

dan aliran darah ginjal. Tingkat GFR menurun secara signifikan dalam

beberapa jam setelah obstruksi akut. Penurunan GFR yang signifikan ini

dapat bertahan selama berminggu-minggu setelah pemulihan obstruksi.

Selain itu, kemampuan tubulus ginjal untuk mengangkut natrium, kalium,

dan proton, berkonsentrasi dan untuk mengencerkan urin sangat terganggu

dan terjadilah acute renal ailure (ARF) (Panagiotis et al.,2014; Sja’bani,

2014).

Penatalaksanaan pada hidronefrosis adalah dengan nefrostomi.

Nefrostomy yaitu sebuah tindakan medis dengan memasukan sebuah

kateter/selang lewat kulit di bagian belakang (punggung) ke dalam ginjal

(Fitriana, 2014). Sedangkan, penatalaksanaan untuk mencegah gagal ginjal

akut menjadi gagal ginjal kronik perawat harus memantau kesimbangan

cairan pasien.

Peran perawat yaitu sebagai pelaksana dan pendidik. Peran sebagai

pelaksana yaitu perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara

profesional seperti memberikan dukungan positif kepada pasien agar

memiliki perasaan yang baik pada diri sendiri. Dapat mengendalikan

ketegangan dan rasa cemas dalam proses sebelum maupun sesudah operasi
5

yang bertujuan untuk pengeluaran batu serta menjaga pasien terjadi risiko

hipotermia dan kekurangan cairan saat operasi. Peran perawat post operatif

hidronefrostomy adalah pemantauan kondisi pasien dan selang yang

terpasang, kaji adanya tanda tanda perdarahan, adanya infeksi di sekitar

selang, pantau output urine dan membuang jika kantung penampung sudah

penuh, melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital selama 30 menit selama 4

jam pertama post operatif dan kemudian dilakukan setiap shift. Peran

perawat sebagai pendidik adalah perawat memberikan pendidikan

kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang definisi batu ginjal, faktor-

faktor penyebab batu ginjal, gejala batu ginjal, akibat batu ginjal dan

pencegahan batu ginjal dalam rangka meningkatkan pengetahuan pasien

dan meningkatkan kualitas kehidupan menjadi lebih optimal. Membantu

dalam spiritual klien dalam beribadah ketika sakit.

Pencegahan terjadinya batu ginjal berulang dilakukan untuk

menurunkan angka kekambuhan pada masalah yang serupa. Pencegahan ini

dapat diberikan sebagai discharge planning (perencanaan pulang) pada

pasien. Discharge planning (perencanaan pulang) adalah suatu proses

pelayanan kesehatan yang akan diberikan mulai sejak pasien masuk rumah

sakit sampai pasien pulang dalam meningkatkan atau mempertahankan

derajat kesehatannya (Darliana, 2012). Melalui discharge planning, angka

kejadian batu ginjal berulang dapat berkurang. Selain pencegahan terjadinya

batu ginjal berulang, keluarga mampu merawat selang nefrostomy yang

dipasang pada pasien dengan selalu memantau urin pada penampung dan
6

membuang jika sudah penuh, memantau adanya tanda tanda perdarahan dan

infeksi seperti kemerahan, bengkak pada kulit sekitar selang.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

menerapkan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J DENGAN

POST NEFROSTOMI KANAN HARI KE - 5 ATAS INDIKASI

NEFROLITIASIS + GAGAL GINJAL AKUT DIRUANG KANA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG”

yang penulisannya tertuang dalam karya tulis ini.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan komferehensif pada pasien

dengan post nefrostomi kanan hari ke-5 atas indikasi nefroliitiasis+gagal

ginjal akut dengan cara pendekatan proses keperawatan secara langsung.

2. Tujuan Khusus

Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komferehensif pada Tn.J

dengan post nefrostomi kanan hari ke-5 atas indikasi nefrolitiasis+gagal

ginjal akut diruang kana rumah sakit umum pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung meliputi:

a. Dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan post nefrostomi

kanan hari ke-5 atas indikasi nefrolitiasis+gagal ginjal akut diruang

kana rumah sakit umum pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada dengan pasien post

nefrostomi kanan hari ke-5 atas indikasi nefrolitiasis+gagal ginjal


7

akut diruang kana rumah sakit umum pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung.

c. Dapat membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan pada

dengan pasien post nefrostomi kanan hari ke-5 atas indikasi

nefrolitiasis+gagal ginjal akut diruang kana rumah sakit umum pusat

dr. Hasan Sadikin Bandung.

d. Dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada dengan

pasien post nefrostomi kanan hari ke-5 atas indikasi

nefrolitiasis+gagal ginjal akut diruang kana rumah sakit umum pusat

dr. Hasan Sadikin Bandung.

e. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada dengan pasien

post nefrostomi kanan hari ke-5 atas indikasi nefrolitiasis+gagal

ginjal akut diruang kana rumah sakit umum pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung.

C. Metode Telaah dan Teknik Pengambilan Data

Metode telaah menggunakan metode deskriptif yang membentuk

studi kasus. Adapun Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu:

1. Studi Dokumentasi

Membaca catatan perkembangan dan catatan medis yang

berhubungan dengan pasien selama pasien berada di Rumah sakit.

2. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan informasi dari bahan bacaan sebagai literatur

yang relevan dengan kasus yang diambil yaitu post nefrostomi kanan
8

hari ke-5 atas indikasi nefrolitiasis+gagal ginjal akut sebagai bahan

dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi

4 (empat) bab, yaitu:

1. BAB I Pendahuluan

Terdapat latar belakang masalah, tujuan yang terdiri dari tujuan

umum dan tujuan khusus, metode telaah dan pengambilan data serta

sistematika penulisan.

2. BAB II Tinjauan Pustaka

Menjelaskan mengenai nefrolitiasis, gagal ginjal akut dan post

neprostomy berdasarkan masalah yang ditemukan pada pasien dan

konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian, Analisa

data, perencanaan atau intervensi, pelaksanaan atau implementasi dan

evaluasi pada pasien post nefrostomi kanan hari ke-5 atas indikasi

nefrolitiasis+gagal ginjal akut diruang kana rumah sakit umum pusat dr.

Hasan Sadikin Bandung.

3. BAB III Tinjauan Kasus dan Pembahasan

Pembahasan yang pertama mengenai laporan kasus pasien,

sistematika dokumentasi proses keperawatan yang dimulai dari

pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi,

evaluasi dan catatan perkembangan.


9

Pembahasan yang kedua mengenai analisis terhadap kesenjangan

antara konsep dasar dengan pelaksanaan keperawatan yang dilakukan.

4. BAB IV Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan penulis dalam melakukan asuhan

keperawatan serta mengemukakan saran dari seluruh proses kegiatan

asuhan keperawatan.

5. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi sumber/bahan pustaka yang benar-benar

dijadikan referensi yang relevan dengan masalah dan dipakai pada

laporan.

6. Lampiran

Berisi format/lembaran yang mendukung isi laporan.

Anda mungkin juga menyukai