Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN SARANA PRASARANA


TERHADAP KESELAMATAN PASIEN DI RSUD
KOTA MAKASSAR

Dosen Pengampuh:

Ns. Norman Alfiat Talibo S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Febio Anastavia Isini NIRM : 1801019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Segala puji saya haturkan kepada Allah SWT dan semoga hidayah dan inayah selalu
tercurahkan kepada saya sehinggah bisa menyelesaikan makalah ini.
Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari alam yang tidak tahuan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Saya
berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Adapun dalam penyususnan makalah ini terdapat berbagai kesalahan baik dalam
penulisan atau penempatan kata serta dalam mendefinisikan isi makalah. Oleh karana itu
kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatu

Manado,2 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………...
B. Rumushan Masalah…………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………
BAB II PEMBAHSAN
A. Variabel Dependent
1. Pengertian kinerja perawat…………………………………………
2. standar praktik kinerja keperawatan nindonesia……………………
3. factor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat………………....
B. Variabel dependent………………………………………………….
1. Pengertian Keselamatan Pasien…………………………………….
2. Sasaran keselamatan pasien………………………………………...
3. Macam-macam kejadian keselamatan pasien………………………
BAB III Analisa Jurnal
A. Analisa jurnal menggunakan metode PICOT………………………
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………….
B. SARAN…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien merupakan sebuah sistem yang memberikan pasien
aman selama di rumah sakit dan dapat mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan
akibat melaksanakan tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Keselamatan pasien adalah sistem menguranfi resiko bahaya yang tidak
perlu berkaitan dengan pelayanan keselamatan minimum sesuai standar pasien (WHO
2018)
Pada saat ini upaya meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit sudah
merupakan sebuah gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser
paradigma “quality” kearah “quality-safety “ ini berasal bukan hanya mutu pelayanan
yang harus ditingkatkan tetapi yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan
pasien secara konsisten dan terus menerus.
Kemudian angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di amerika serikat
berjumlah 33,6 juta pertahun berdasarkan 44.000 jiwa sampai 98.000 jiwa. WHO
pada tahun 2004 mengumpulkan angka kematian di rumahsakit berbagai negara ;
amerika, inggris, denmark, dan australia ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %
dengan data tersebut akhirnya berbagai negara mengembangkan sistem keselamatan
pasien, (WHO 2004)
Laporan di atas telah menggerakan sistem kesehatan dunia untuk mengubah
paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien (patient safety). Gekan
ini juga berdampak pada palayanan kesehatan di indonesia melalui pembentukan
KKPRS (komite keselamatan pasien rumah sakit) pada tahun 2004.
Pada tahun 2010 komite keselamatan pasien rumah sakit (KKPRS) melaporkan
insiden keselamatan pasien sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD 46% KNC
46% dan lain-lain 6% insiden teritinggi di temukan di DKI jakarta yaitu 37,9%,
diikuti jawa tengah 15,9%, D,I yogyakarta 13,8% jawa timur 11,7% sumatra selatan
6,9% , jawa barat 2,8% Bali 1,4% sulawesi selatan 0,69% dan aceh 0,68%
dalam hal ini sulawesi selatan masuk dalam 10 daftar 10 besar dengan kasus insiden
keselamatan pasien berdasarkan laporan peta nasional keselamatan pasien (kogres
PERSI, 2010). Walaupun data ini telah ada secara umum di indonesia, catatan
pelaporan insiden keselamatan pasien masih sangat terbatas.
Pada wilayah sulawesi selatan juga tidak di dapatkan angka insiden keselamatan
pasien secara menyeluruh dari rumah sakit yang ada. Namun di rumah sakit umum
daerah kota makasar diketahui bahwa di unit perawatan inap terdapat kasus insiden
keselamatan pasien selama April-Desember 2019 menunjukkan 1 kasus kejadian tidak
diharapkan (KTD), 22 kasus kejadian tidak cedera (KTC), 1 kasus kejadian poetensial
cedera (KPC), 11 kasus kejadian nyaris cedera (KNC), (Laporan Keselamatan pasien
2019).

B. Rumushan masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, rumushan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini adalah apakah ada pengaruh kinerja perawat dan sarana prasarana
terhadap keselamatan pasien di RSUD kota Makasar.

C. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kinerja perawat dan sarana prasarana
terhadap keselamatan pasien di RSUD kota Makasar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Variabel independent kinerja perawat


1. Definisi Kinerja Perawat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta (2007) kinerja adalah
cara, perilaku dan kemampuan kerja seseorang. Kinerja berasal dari pengertian
performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil
kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang
lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
berlangsung (Wibowo, 2007). Kinerja perawat adalah serangkaian kegiatan
perawat yang memiliki kompetensi yang dapat digunakan dan ditunjukkan dari
hasil penerapan pengetahuan, keterampilan dan pertimbangan yang efektif dalam
memberikan asuhan keperawatan (Wahyudi, 2010). Kinerja perawat merupakan
penampilan hasil kerja perawat baik secara kuantitas maupun kualitas (Ilyas,
2002). Kinerja perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai
kemampuan baik intelektual,teknikal, nterpersonal dan moral, bertanggung jawab
serta berwenang melaksanakan asuhan keperawatan pelayanan kesehatan dalam
mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang dalam rangka pencapaian
tugas profesi dan terwujudnya tujuan dari sasaran unit organisasi kesehatan tanpa
melihat keadaan dan situasi waktu (Suriana, 2014). Kinerja keperawatan adalah
prestasi kerja yang ditunjukkan oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan
tugas-tugas asuhan keperawatan sehingga menghasilkan output yang baik kepada
customer (organisasi, pasien dan perawat sendiri) dalam kurun waktu tertentu.
Tanda-tanda kinerja perawat yang baik adalah tingkat kepuasaan klien dan
perawat tinggi, zero complain dari pelanggan (Suriana, 2014).
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja
perawat merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
tenaga profesional yang mempunyai kemampuan baik intelektual, moral dalam
melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan sehingga
dapat mencapai hasil yang diharapkan.
2. Standar Praktik Kinerja Keperawatan Indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2005) telah menyusun standar praktik
kinerja keperawatan yang terdiri dari:
a. Standar I: Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan mencakup kegiatan perawat dalam pengumpulan data
terkait masalah kesehatan pasien dengan lengkap, mengikuti
sistematika, valid dan kontinyu. Data-data yang dikumpulkan mencakup data dari
aspek fisik pasien, psikis pasien, sosial serta kepercayaan pasien.
b. Standar II: Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ditetapkan berdasarkan hasil data pengkajian yang terdiri dari
problem (masalah), etiologi (penyebab) dan simpton/sign (tanda/gejala),
setelah dianalisis meliputi data subjektif dan data objektif. Pernyataan diagnosa
dapat aktual, potensial ataupun resiko.
c. Standar III: Perencanaan Keperawatan
Rencana perawatan pasien dibuat untuk merencanakan tindakan yang akan
dilakukan ke pasien dalam usaha untuk mengatasi penyakit pasien dan
mengembalikan kesehatan seoptimal mungkin dari pasien. Rencana keperawatan
pasien meliputi tujuan, kriteria evaluasi dan intervensi tindakan ke pasien. Bentuk
intervensi dapat berupa tindakan mandiri, kolaborasi dan tindakan delegatif dari
petugas kesehatan lainnya.
d. Standar IV: Pelaksanaan Keperawatan
Perawat melaksanakan tindakan mengacu pada rencana perawatan pasien yang
disusun. Tindakan ini untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dan
mengembalikan kesehatan pasien seoptimal mungkin. Pelaksanaan tindakan
keperawatan mencakup waktu pelaksanaan, jenis tindakan keperawatan dan
evaluasi tindakan, dapat berupa tindakan mandiri perawat, delegatif dan
kolaborasi tindakan dengan petugas kesehatan lainnya.
e. Standar V: Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tindakan perawatan pasien dengan mengacu pada kriteria evaluasi yang
telah ditetapkan direncana tindakan perawatan. Evaluasi dilakukan dengan
mengumpulkan data subyektif dari pasien dan data obyektif. Data-data tersebut
dianalisis untuk menentukan teratasi atau tidaknya masalah kesehatan pasien
sesuai dengan standar. Kemudian dari hasil analisis data evaluasi tersebut
ditentukan kesimpulan masalah pasien untuk ditetapkan tindak lanjutnya dalam
bentuk rencana tindak lanjut atau teratasinya masalah pasien.Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa ada 5 standar praktik kinerja
keperawatan itu antara lain: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Ilyas (2002) faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja yaitu
sebagai berikut:
a. Faktor Individu
Faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan, ini merupakan faktor
utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Lalu faktor tekanan
mental dan fisik, latar belakang yaitu keluarga, tingkat sosial, budaya,
pengetahuan, demografis: umur, etnis dan jenis kelamin.Suasana dan tuntutan
pekerjaan dalam pelayanan medis menuntut kecepatan, ketepatan dan kehati-
hatian. Kondisi pasien dari waktu ke waktu dapat berubah secara tidak terduga.
Semua ini membutuhkan konsentrasi, perhatian dan kewaspadaan yang tidak
boleh terlena. Keadaan demikian dapat menimbulkan kelelahan petugas
kesehatan. Dengan jadwal yang tidak menentu membuat berkurangnya
kesempatan tidur karena beban kerja yang berlebihan sehingga kualitas tidur
seseorang menjadi menurun.
b. Faktor Organisasi
Faktor organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan
desain pekerjaan, supervisi dan kontrol. Dalam hal imbalan akan berpengaruh
untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya secara langsung akan
meningkatkan kinerja individu.
c. Faktor Psikologis
Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi.

B. Variabel dependent sarana prasarana keselamatan pasien


1. Definisi keselamatan pasien
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien, keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

2. Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran keselamatan pasien menurut WHO (Permenkes RI, 2011) ada enam yang
meliputi:
1. Melakukan identifikasi pasien secara tepat,
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif,
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian atau yang
perlu diwaspadai
4. Mengurangi risiko salah lokasi, salah pasien, dan prosedur tindakan operasi,
5. Mengurangi risiko infeksi nosokomial
6. Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh.

3. Macam-Macam Kejadian Keselamatan Pasien


Macam-macam kejadian yang terkait dalam keselamatan pasien meliputi
beberapa istilah menurut Cahyono (2008) dan Permenkes RI (2011) yaitu:
a. Kejadian potensial cedera (KPC) KPC atau reportable circumstances adalah suatu
kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, akan tetapi belum
terjadi insiden.
b. Kejadian nyaris cidera (KNC) KNC atau near miss didefinisikan sebagai
kesalahan yang mungkin terjadi namun tidak sampai mencederai pasien
c. Kejadian tidak cedera (KTC) KTC atau no harm incident adalah suatu insiden
yang sudah terpapar ke pasien akan tetapi tidak timbul cedera.
d. Kejadian tidak diharapkan (KTD) Kejadian tidak diharapkan atau adverse event
dapat diartikan sebagai cedera atau komplikasi yang tidak diinginkan, yang dapat
mengakibatkan timbulnya kecacatan, kematian, atau perawatan yang lebih lama
yang disebabkan oleh manajemen medis dan bukan karena penyakit yang diderita.
e. Kejadian sentinel Kejadian sentinel didefinisikan sebagai suatu KTD yang
mengakibatkan cedera serius bahkan kematian terhadap pasien.

4. Sarana prasarana keselamatan pasien


Menurut Bawelle dalam mencapai keselamatan pasien yang optimal tidak hanya
dengan kerja keras dari perawat saja, namun didukung dengan sarana prasarana,
manajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya , dengan ini ketersediaan
sarana prasarana yang menunjang keselamatan pasien di RSUD kota Makassar,
sebagai alat pendukung dalam pelaksanaan kegiatan program keselamatan pasien
di rumah sakit sebagian besar sudah terpenuhi, seperti pispot, alat pemadam api
(APAR), kursi roda tersedia tiap unit ruang perawatan,telepon umum, lampu tanda
bahaya dan handrail pada toilet.
BAB III
ANALISA JURNAL

A. Analisa jurnal Berdasarkan PICOT

PICOT Analisa Jurnal


P (Populasi) Upaya meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit sudah
merupakan sebuah gerakan universal, bukan hanya mutu
pelayanan yang harus di tingkatkan tetapi yang lebih penting
lagi adalah menjaga keselamatan paien secara konsisten dan
terus menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kinerja perawat dan saran praarana terhadap
keselamatan pasien di Ruangan Rawat inap RSUD kota makasar
I (Intervesi ) Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional, yaitu jenis penelitian yang mempelajari pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependent dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada satu saat. Dengan membagikan kuesioner penelitian di
ruangan rawat inap sesuai dengan prosedur pencegahan virus
covid-19. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 perawat
dari tutorial populasi perawat ruang rawat inap 145 perawat,
teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling. Menurut peraturan mentri kesehatan RI N0 11 tshun
2017 keselamatan pasien merupakan sesuatu system yang
membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi assessment resiko,
identifikasi dan pengelolaan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tidak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegh terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
C(Comperative) Ketersediaan sarana prasarana merupakan hal yang sangat
penting dalam mendukung pelaksanaan sasaran keselamatan
pasien. Hasil penelitian ketersediaan sarana prasarana sebagai
penunjang pelaksanaan keselamatan pasien di ruangan rawat
inap RSUD kota Makassar, dimana hasil crosscheck
kelengkapan sarana prasarana penunjang keselamatan pasien
yang tersedia di angk 90% dan tidak tersedia 10% yaitu tidak
tersediannya Bell Nurse Call
O (Outime) Hasil uji statistic menunjukkan tidak temukan dan pengaruh
antara sikap perawat terhadap keselamatan pasien di ruang rawat
inap di RSUD kota Makassar. Hal ini terjadi karena perawat
telah menjadikan pengalaman mereka sebagai proses
pembelajaran setiap kesalahan terjadi sebelumnya, yang juga
merupakan tanggung jawab seorang perawat dalam memberikan
jaminan keselamatan bagi pasien yang didukung dengan
manajemen rumah sakit yang baik, hal ini sesuai dengan
peneltian yang dilakukan koesoemo tahun 2018 yang
menyatakan tidak ada pengaruh sikap terhadap penerapan
keselamatan pasien dimana nilai sikap p : 0,765 > 0,05
T (Time) Pengumpulan data ini dilakukan di RSUD Kota Makassar pada
tanggal 29 juni – 29 juli 2020. Pengambilan sampel penelitian
dilakukan di tengan wabah covid-19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu perlu diperlihatkan oleh perawat
yang terlibat dalam memberikan pelayanan keehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan
peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan
serta kesembuhan dari pasien tersebut oleh karena itu, perawat harus memiliki pengetahuan
mengenai hak pasien serta mengetahui secar luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat
menjaga keselamatan diri pasien serta menjadikan komunikasi sebagai kunci utama untuk
dapat memberikan kenyamanan dan keselamtn bagi pasien.

B. SARAN

Diharapkan agar perawat dan staf rumah sakit lainnya dapat memperhatikan kelengkapan
sarana dan prsarana di dalam rs. Karena kelengkapan sarana dan prasarana menjadi hal yang
penting untuk mendukung berjalannya proses program keselamatan pasien. Salah satu hal
yang dapat mendukung berjalannya proses program keseamatan pasien adalah ketersediaan
bell nurse call, agar dapat mengurangi resiko terjadinya insiden keelamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization, patient safety: Nine Patient safety solutions.


Communicaton. 2020

Permenkes. Peraturan mentri kesehatan Ekp.2017

Kemenkes RI. Permenkes No 24 tahun 2016 tentang pesyaratan Teknis Bangunan Dan
Prasarana Rumah Sakit. Mentri kesehatan Indonesia Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia. 2016; Nomor 65 (879):2004

Anda mungkin juga menyukai