Anda di halaman 1dari 4

Nama Mahasiswa : I Kadek Arinata

NIM : 02.22.05.028

Prodi : Sarjana Terapan Semester III

Peminatan : Radioterapi

Mata Kuliah : Teknik Radiografi 3 (G1)

Nama Dosen : I Putu Pande Wahyu Gitawiarsa,S.Tr.Kes

Review Jurnal I

Judul Ct-Scan Non Kontras Pada Pasien Batu Saluran Kemih

Nama Penulis Haryadi,Tantri Dwi Kaniya,Anggunan,Diana Uyun

Tahun Terbit 01-Juni-2020

Pendahuluan Batu saluran kemih adalah sebuah kondisi di mana terbentuk


massa keras di dalam saluran kemih, yang dapat terjadi baik di
bagian atas maupun bawah sistem saluran kemih. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri, penyumbatan, dan perdarahan. Terdapat
dua faktor yang memengaruhi terjadinya batu saluran kemih,
yaitu faktor internal yang terkait dengan individu, dan faktor
eksternal yang berasal dari lingkungan seperti faktor geografi,
gaya hidup, pekerjaan, cuaca, dan kebiasaan. Setiap tahun,
banyak orang menderita batu saluran kemih, seperti di Amerika
Serikat dengan jumlah penderitanya mencapai 250.000 hingga
750.000 penduduk per tahun, dan prevalensi globalnya berkisar
antara 1-12%. Lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Di
Indonesia, jumlah penderita batu saluran kemih juga cukup
tinggi, dengan data dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo
mencatat sekitar 0,5%, dan Rumah Sakit PGI Cikini mencatat
530 orang yang menderita penyakit ini. Terdapat berbagai
pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam diagnosis
batu saluran kemih, di antaranya CT-Scan yang merupakan alat
pencitraan yang efektif, dan seringkali tidak memerlukan
kontras karena dapat dengan jelas melihat batu tersebut. CT-
Scan merupakan modalitas imaging yang umum digunakan di
rumah sakit di Indonesia, sehingga penggunaannya semakin
meningkat untuk mendukung diagnosis dan perawatan.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif


dengan desain cross-sectional dan mengambil data sekunder
dari RSUD Dr. H Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun
2018-2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Total Sampling, yang artinya seluruh populasi diambil sebagai
sampel. Variabel dalam penelitian mencakup berbagai aspek
seperti karakteristik individu pasien, batu saluran kemih,
kelompok, program, dan sebagainya, yang memiliki berbagai
nilai. Variabel dibagi menjadi variabel bebas, seperti usia, jenis
kelamin, dan letak pada pasien dengan batu saluran kemih, dan
variabel terikat, yaitu gambaran CT-Scan Non kontras. Analisis
univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik setiap
variabel penelitian. Jenis analisis yang digunakan disesuaikan
dengan jenis data, yang umumnya melibatkan pembuatan
distribusi frekuensi dan persentase untuk masing-masing
variabel yang diamati.

Hasil Penelitian Penelitian ini menemukan bahwa dari 40 pasien dengan batu
saluran kemih, batu tersebut dapat ditemukan di berbagai
lokasi seperti ginjal, ureter, dan kandung kemih. Paling sering,
batu tersebut terdapat di ginjal. Kejadian batu saluran kemih
dipengaruhi oleh faktor seperti jenis kelamin, usia, dan anatomi
tubuh. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tua usia
seseorang, semakin tinggi risiko terkena batu saluran kemih.
Lokasi batu yang paling umum adalah ginjal, dan batu tersebut
cenderung terbentuk di ginjal sebelum menuruni ke lokasi lain
dalam saluran kemih. Penelitian ini memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang distribusi dan faktor-faktor yang
memengaruhi kejadian batu saluran kemih pada pasien.

Tanggapan -Informasi tentang tempat dan frekuensi batu saluran kemih


dalam penelitian ini berguna untuk diagnosis dan perawatan
yang lebih efisien.

-Faktor seperti jenis kelamin dan usia memengaruhi risiko batu


saluran kemih."
-Penelitian ini menggambarkan kompleksitas batu saluran
kemih untuk perawatan yang lebih baik.

-Faktor geografis dan gaya hidup mempengaruhi prevalensi


batu saluran kemih.

-Pemahaman lebih baik tentang batu saluran kemih penting


untuk diagnosis dan perawatan

Review Jurnal II

Judul Prosedur Pemeriksaan Uretrografi Dengan Indikasi Struktur


Uretra Di Rumah Sakit Islam Klaten

Nama Penulis Bidyadhar Sa, Sujit Kumar Nayak, Prakash Kumar Sahoo,
Debasis Jena, and Prasanta Kumar Parida

Tahun Terbit Juni 2019

Tujuan Penelitian Bertujuan untuk memperlihatkan keseluruhan bagian uretra


Membandingkan akurasi antara retrograde urethrogram
(RUG) dan sonourethrogram (SUG) dalam mendiagnosis dan
mengkarakterisasi striktur uretra anterior

Metode Penelitian Penelitian ini melibatkan 50 pasien laki-laki dengan gejala


striktur uretra anterior yang menjalani RUG dan SUG secara
berurutan. Hasil RUG dan SUG dibandingkan dengan hasil
operasi sebagai standar emas. Parameter yang dibandingkan
adalah panjang, lokasi, dan keparahan striktur, serta
keberadaan fibrosis periuretra.

Hasil Penelitian Dari 50 pasien, 48 pasien memiliki striktur uretra anterior. RUG
mendeteksi 46 striktur (sensitivitas 95,83%), sedangkan SUG
mendeteksi 48 striktur (sensitivitas 100%). RUG menunjukkan
panjang rata-rata striktur sebesar 2,67 cm, sedangkan SUG
menunjukkan panjang rata-rata striktur sebesar 3,02 cm.
Perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,05). SUG juga
lebih akurat dalam menentukan lokasi dan keparahan striktur.
SUG dapat mengidentifikasi fibrosis periuretra pada 41 pasien
(85,42%), sedangkan RUG hanya dapat mengidentifikasi
fibrosis periuretra pada 12 pasien (25%).

- Kesimpulan: SUG merupakan alternatif yang efektif untuk


RUG dalam evaluasi striktur uretra. SUG lebih sensitif dalam
mendiagnosis striktur uretra anterior daripada striktur uretra
posterior. SUG juga unggul dari RUG dalam mengidentifikasi
fibrosis periuretra, diameter, dan panjang striktur.

Tanggapan -Jurnal ini ditulis dengan baik dan memiliki susunan yang jelas,
termasuk bagian pengantar, metode, hasil, pembahasan, dan
kesimpulan. Jurnal ini memberikan penjelasan yang cukup
tentang latar belakang topik striktur uretra dan cara
mengevaluasinya.
-Mereka menggunakan cara yang sesuai untuk menganalisis
data dan membandingkan hasil dari dua jenis pemeriksaan,
RUG dan SUG. Mereka juga menggunakan tabel, grafik, dan
gambar untuk menunjukkan temuan-temuan mereka dengan
cara yang sederhana.
-Mereka juga mengulas kelebihan dan kekurangan dari kedua
pemeriksaan tersebut, serta apa yang bisa dipelajari dari
hasil penelitian ini

Anda mungkin juga menyukai