Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GADAR & KRITIS

“DIABETES MELITUS”

Disusun oleh :

Dina Ekadasi Oktaryana

21220014

Pembimbing Klinik:

Desy Rukiyati, S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG

TAHUN 2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS

A. DEFINISI
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai oleh
kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, S.C& Bare,
B. G, 2015).
Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin
(Perkeni, 2011).
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (ADA, 2010).

B. ETIOLOGI
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe II.
Faktor-faktor lain adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas65 tahun).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
4. Ras (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).
C. KLASIFIKASI

Klasifikasi DM menurut Perkeni, 2011 adalah:

1. DM tipe I = destruksi sel beta pancreas umumnya terjadi defisiensi insulin


absolut sehingga mutlak membutuhkan terapi insulin. Biasanya disebabkan
karena penyakit autoimun atau idiopatik.

2. DM tipe II = bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai


defisiensi insulin relative sampai dominan efek sekresi insulin disertai
resistensi insulin.

3. DM tipe lain
a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat / zat kimia / iatrogenic
f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang jarang
h. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM
4. Diabetes mellitus gestasional

D. PATOFISIOLOGIS
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel yang
mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin
berlebihan, dan kadar glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian bila sel-sel beta tidak mampu megimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II, yaitu:
1. Kadar glukosa puasa diatas normal.
2. Polyuria (akibat dari diuresis osmotik bila diambang ginjal terhadap
reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui ginjal).
3. Polydipsia (disebabkan oleh dehidrasi sel akibat lanjut dari poliuria).
4. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang.
5. Keletihan dan mengantuk
6. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
luka pada kulit yang sembuhnya lama.
(Chris Tanto,2014).

F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis Diabetik, adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat
defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih
300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk
mengurangi kadar glukosa darah dan memperbaiki asidosis berat,
elektrolit, ketidakseimbangan cairan. Adapun faktor `pencetus
Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik, alkohol, gagal diet,
kurang cairan, kegagalan pemasukan insulin, stress, emosional, dan
riwayat penyakit ginjal.
b. Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima jumlah
insulin yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya untuk
mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala-gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala
dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah
laku yang aneh, sensorium yang tumpul dan koma).
(Ernawati, 2013).
2. Komplikasi jangka panjang
a. Komplikasi mikrovasker
Komplikasi mikrovaskuler yang terjadi yaitu retinopati diabetic,
komplikasi optalmologi yang lain, nefropati, dan neuropati
diabetes.Neuropati sensorik perifer berperanan dalam timbulnya cedera
pada kaki.Komplikasi ini menyebabkan gangguan pada mekanisme
proteksi kaki yang normal, sehingga pasien dapat mengalami cedera
pada kaki tanpa disadari.Neuropati otonom menyebabkan terjadinya
anhidrosis dan gangguan perfusi kaki, akhirnya kulit menjadi kering
dan dapat terbentuk fisura.(Chris Tanto, 2014).
b. Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang terjadi yaitu penyakit arteri koroner,
penyakit serebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer.Gabungan dari
gangguan biokimia yang disebabkan karena insufisiensi insulin yang
menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.Gangguan–gangguan ini
berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperproteinemia
dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya makrovaskuler diabetik
ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika yang terkena
adalah arteri koronariadan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan
infark miokardium.
(Ernawati, 2013)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu edukasi, perencanaan
makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.

1. Edukasi
Edukasi mengenai pengertian DM, promosi perilaku hidup sehat,
pemantauan darah mandiri, serta tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya perlu dipahami oleh pasien.
2. Perencanaan makan (meal planning)
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi seimbang berupa karbohidrat (45-65%), protein (10-20%).
Lemak (20-25%).Apabila diperlukan santapan dengan komposisi
karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama
untuk golongan ekonomi rendah.
3. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ±0,5 jam
yang sifatnya sesuai CRIEPE (continous, rhytmical, interval, progressive,
endurance training).Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki,
jogging, renang, bersepeda, dan mendayung.
4. Obat berkhasiat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi
insulin sebagai aklibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.Obat
ini dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30)
sebagai obat tunggal
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial (Perkeni, 2011).
H. PATHWAY

-Factor genetic Kerusakan sel Ketidakseimbangan


-infeksi virus beta pankreas produksi insulin
-Pengrusakan
imunologik
Defisiensi
Insulin

Glucagon DIABETES penurunan


meningkat MELITUS pemakaianglukosa
dalam sel
Risiko glukosa oleh sel Batas melebihi
Glukoneoge- ketidakstabilan hiperglikemia ambang ginjal
nesis kadar glukosa darah

Sel kekurangan bahan Polyuria Diuresis osmotik


untuk metabolisme

Kehilangan
Merangsang elektrolit dalam
hipotalamus Neuropati sensori Anabolisme protein sel
perifer menurun

Pusat lapar dan haus


Dehidrasi
Klien tidak Kerusakan pada
merasakan sakit antibodi
Polydipsia dan
polypagia Kekurangan
Nekrosis luka Kekebalan tubuh volume cairan
menurun
Ketidakseimbanga
Gangrene
n nutrisiAmin
(Nurarif, kurang
Huda, 2015) Risiko infeksi Keterbatasan kognitif
dari kebutuhan / interpretasi tidak
tepat
Kerusakan
integritas
jaringan Kurang
pengetahuan
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien diabetes mellitus dengan Konsep & Tipologi
Pola Kesehatan Fungsional menurut Gordon, yaitu :
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d factor resiko :
manajemen diabetes tidak tepat, kurang kepatuhan pada rencana
manajemen diabetes
2. Kerusakan integritas jaringan b.d jaringan rusak d.d adanya luka
pada daerah kaki, kemerahan.
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d
kelemahan, penurunan turgor kulit, mukosa kulit kering.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1 Risiko Ketidakstabilan Label : Kadar Glukosa Darah Label : Manajemen Hipeglikemi
Kadar Glukosa Darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Aktivitas – aktivitas :
3x24 jam diharapakan kadar glukosa darah 1. Monitor kadar glukosa darah, sesuai
kembali normal, dengan kriteria hasil : indikasi
Indikator A T 2. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan
Glukosa darah 2 5 3. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah
Hemoglobin glikosilat 2 4 lebih dari 250 mg/dl, khususnya jika
Urin glukosa 2 5 ketonurin terjadi
Urin keton 2 4 4. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
Keterangan : pencegahan, pengenalan tanda-tanda
1. Berat hiperglikemi dan manajemen hiperglikemi
2. Cukup 5. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa
3. Sedang darah
4. Ringan 6. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
5. Tidak ada manajemen diabetes selama periode sakit,
termasuk penggunaan insulin dan/atau obat
oral, monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan kapan mencari bantuan
petugas kesehatan, sesuai kebutuhan
2 Kerusakan Integritas Label : Integritas Jaringan : Kulit & Membran Label : Perlindungan Infeksi
Jaringan Mukosa Aktivitas – aktivitas :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
3x24 jam diharapkan integritas jaringan kembali sistemik dan lokal
normal, dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan peningkatan mobilitas dan
Indikator A T latihan dengan tepat
Suhu kulit 2 4 3. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
Tekstur 2 4 yang diresepkan
Ketebalan 2 5 4. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau
Perfusi jaringan 2 5 luka
Keterangan : 5. Lapor kultur positif pada personil
1. Sangat terganggu pengendali infeksi
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3 Kekurangan Volume Label : Hidrasi Label : Manajemen cairan
Cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Aktivitas – aktivitas:
3x24 jam, cairan tubuh neonatus adekuat dengan 1.. monitor tanda-tanda vital
kriteria hasil : 2. berikan cairan, dengan tepat
Indikator A T 3. jaga intake/asupan yang akurat dan jaga output
Turgor kulit 2 5 (pasien)
Membran mukosa lembab 3 5 4. monitor status hidrasi (mis, membran mukosa
Intake cairan 2 4 lembab, denyut nadi adekuat, dll)

Output cairan 2 4
Keterangan :
1.. Sangat terganggu
2. banyak terganggu
3. Cukup tergangu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ;


2001
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2001
Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 2000
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:
Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2001
Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ;
2000

Anda mungkin juga menyukai