Dosen Pengampu
apt. Ferdy Firmansyah, S.Farm., M.Sc
Asisten Dosen :
1. Berliani Aprilia Rahmadewi
2. Dyan Putri
3. Nida Larasati
TINJAUAN PUSTAKA
Injeksi adalah sediaan berupa larutan, emulsi atau suspense dalam iar atau
pembawa yang cocok, steril dan digunakan secara parentral. Digunakan dengan cara
merobek lapisan kulit atau lapisan mukosa.
1. Parentral volume kecil yaitu volume larutan obat lebih kecil dari 100 ml
2. Parentral volume besar yaitu volume larutan obat lebih besar dari 100 ml
Secara umum sediaan injeksi dibuat untuk rute pemberian melalui vena
(intravena), melalui otot (intramuscular), melalui kulit (intradermal) atau di bawah kulit
(subcutan). Tetapi banyak juga sediaan yang diinjeksikan pada area organ tertentu
seperti pada sendi, jantung, arteri dan sebaginya.
Pada pembuatan sediaan injeksi, bahan tambahn yang sesuai dapat ditambahkan
untuk meningkatkan stabilitas atau efektifitas kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi. Bahan tambahan yang dimasukan harus tidak berbahaya dalam
jumlah yang digunakan tidak mempengaruhi efek terapetik atau respon pada uji dan
penetapan kadar. Bahan tambahan ini meliputi pembawa, pelarut, pendapar, pengawet,
antioksidan, gas inert, surfaktan, zat pelengkap dan zat pengkelat.
Untuk bahan obat yang mudah teroksidasi penambahan zat antioksidan sangat
dianjurkan untuk menjaga stabilitas sari bahan obat. Beberapa zat antioksidan yang
dapat digunakan sebagi bahan tambahan pada sediaan injeksi antara lain :
Sinonim Vitamin C
Pemerian Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh
cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap.
Kelarutan Larut dalam air, etanol, gliserol, dan propilen glikol
Titik Leleh 190°C
Hidrolisis/Oksidasi Penurunan 50% akibat reaksi oksidasi pada vitamin c
Inkompatibilitas inkompatibel dengan alkali, ion logam berat terutama
tembaga dan besi, oksidator,
Penyimpanan Wadah tertutup dan di jauhkan dari sinar matahari dan
terhadap cahaya udara
2. Aqua
Rumus Molekul H2O
Struktur Molekul H-O-H
Sinonim Air Steril untuk injeksi
Fungsi Bahan pembawa
Pemerian Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan -
pH 5-7
Titik didih 100C
Inkompatibiitas Bereaksi dengan obat dan bahan tambahan yang mudah
terhidrolisis atau kelembapan pada suhu tinggi, bereaksi
kuat
dengan logam alkali
Penyimpanan Dalam wadah tertutup kedap, disimpan dalam wadah
tertutup kapas berlemak, harus digunakan dalam waktu 30
hari setelah pembuatan
PERENCANAAN
a. Komposisi
Asam askorbat 25 mg/mL
b. Pembawa
Aqua Pro Injeksi
c. Kemasan primer
Wadah Ampul
d. Peralatan yang digunakan
No Nama alat Jumlah Metode sterilisasi Paraf
asisten
1 Erlenmeyer 50 ml 1 Oven, 170°C. 30 menit
2 Bekerglass 50 ml 1 Oven, 170°C. 30 menit
3 Batang pengaduk 1 Oven, 170°C. 30 menit
4 Kaca arloji 1 Oven, 170°C. 30 menit
5 Spatula logam 1 Oven, 170°C. 30 menit
6 Gelas ukur 1 Oven, 170°C. 30 menit
7 Corong 1 Autoklaf, 121°C, 15 menit
8 Kertas saring 1 Autoklaf, 121°C, 15 menit
9 Indikator universal 1 Sinar UV
10 Ampul 1 Oven, 170°C. 30 menit
11 Spuit 1 Autoklaf, 121°C, 15 menit
12 Oven 1 -
13 Autoklaf 1 -
f. Perhitungan
NaCl 0,9%
W = 0,9/100 ml x 10 ml = 0,09 g ~ 90 mg
3. Perhitungan tonisitas :
Asam askorbat
E = 0,18
W = 25 mg/1 ml x 20 ml = 500 mg ~ 0,5 g
V = W x E x 111,1
= 0,5 g x 0,18 x 111,1
= 9,999 ml ~ 10 ml
PENGOLAHAN
1. Alat dan bahan dicuci dan disteril kan dengan cara sterilisasi masing-masing alat
dan bahan.
2. Beker glass dikalibrasi 20 ml dan wadah ampul dikalibrasi 1 ml
3. Dibuat aqua pro injeksi dengan cara mendidihkan aquades dan dibiarkan selama 30
menit kemudian didinginkan
4. Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang. Timbang asam askorbat sebanyak
500 mg, NaCl sebanyak 90 mg.
5. Larutkan asam askorbat dengan sedikit Aqua pro injeksi sebanyak 5 ml dan diaduk
sampai larut masukkan dalam beker glas (M1) dan homogen didalam beker glass,
kemudian nacl 90 mg dilarutkan dalam 5 ml aqua pro injeksi ke dalam beker 10 ml,
lalu masukkan ke dalam M1 (M2)
6. Dilakukan pengecekan pH
7. Ditambah aqua pro injeksi sampai tanda batas lalu homogenkan
8. Dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring sebanyak 2 kali
9. Dimasukkan kedalam wadah ampul sampai tanda batas dengan menggunakan spuit
steril
10. Masing-masing ampul yang telah diisi larutan ditutup dengan aluminium foil.
Ampul yang telah ditutup dimasukkan kedalam beker glass yang dilapisi kertas
saring, kemudian dibawa ke grey area (ruang penutupan) melalui transfer box.
11. Masing-masing ampul ditutup menggunakan mesin penutup ampul atau dengan
membakar ujung ampul dengan api bunsen. Sediaan dibawa keruang sterilisasi
dengan transfer box
12. Dilakukan sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama
15 menit. Kemudian dilakukan pemeriksaan kebocoran dengan cara membalikkan
posisi sediaan ampul. Kemudian beri label etiket dan brosur dan dikemas
PENGEMASAN
a. Dikerjakan diruangan mana, sertai alasan Anda
ASTOR®
Asam askorbat ASTOR®
Asam askorbat
Komposisi:
Asam askorbat..……………………………………….….500 mg Komposisi :
Tiap 1 ml mengandung
Indikasi: Asam askorbat…………..…..25 mg/mL
Daya tahan tubuh, nutrisi pembentuk kolagen
Indikasi
Keterangan selengkapnya lihat brosur Daya tahan tubuh, nutrisi pembentuk kolagen
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Penyimpanan dalam Wadah Dosis Tunggal atau Kontra indikasi
wadah dosis ganda, pada suhu 25-30ºC dan Hindari penggunaan Ascorbic Acid pada pasien yang memiliki indikasi
terlindung dari cahaya. hipersensitif terhadap vitamin C.
Kemasan :
Ampul @ 1 ml
Reg. No : DKL 2101509543A1
Simpan pada suhu kamar (25-30ºC) dan hindarkan dari cahaya matahari
langsung
1. Dalam pembuatan injeksi dosis tunggal volume kecil dalam ampul selain
sterilisasi akhir menggunakan autoklaf, sebut cara sterilisasi lain yang dapat
dilakukan
2. Bagaimana cara membuat aquaproinjeksi bebas udara
1. Cara sterilisasi lain yang bisa dilakukan yaitu dengan metode panas kering (oven),
filtrasi, dan radiasi.
2. Dibuat dengan mendidihkan air p.i selama 20-30 menit dan pada saat
pendinginannya dialiri gas nitrogen
1. Komposisi :
Asam askorbat = 25 mg/ mL
NaCl 0,9% = 90 mg
2. Spesifikasi
A. Pemerian sediaan
Larutan jernih, steril dan bebas pirogen
B. Bahan-bahan
Asam askorbat 500 mg
Nacl 0,9% 90 mg
Aqua PI ad 20 ml
C. Kemasan primer
Wadah ampul
3. Penimbangan
4. Peralatan
No Nama alat Jumlah Metode sterilisasi Paraf
asisten
1 Erlenmeyer 50 ml 1 Oven, 170°C. 30 menit
2 Bekerglass 50 ml 1 Oven, 170°C. 30 menit
3 Batang pengaduk 1 Oven, 170°C. 30 menit
4 Kaca arloji 1 Oven, 170°C. 30 menit
5 Spatula logam 1 Oven, 170°C. 30 menit
6 Gelas ukur 1 Oven, 170°C. 30 menit
7 Corong 1 Autoklaf, 121°C, 15 menit
8 Kertas saring 1 Autoklaf, 121°C, 15 menit
9 Indikator universal 1 Sinar UV
10 Ampul 1 Oven, 170°C. 30 menit
11 Spuit 1 Autoklaf, 121°C, 15 menit
5. Pengolahan
7. Sterilisasi
Sterilisasi sediaan : Dengan metode panas lembab dengan autoklaf suhu 121°C
selama 15 menit
8. Rekonsiliasi
Prosedur/catatan No :
Kode Nama Nomor bets Besar Bentuk Kemasan Tanggal :
produksi produk 110042101 bets Larutan Ampul 21/04/21
ASTOR® 20 ml Mulai jam : 13:00
Selesai jam :
14:40 wib
Etiket
ASTOR®
2. Asam askorbat
3.Komposisi:
4.Asam askorbat……………………………………….….25 mg/mL
5.Indikasi:
Daya tahan tubuh, nutrisi pembentuk kolagen
6.
Keterangan selengkapnya lihat brosur
7. HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Penyimpanan dalam Wadah Dosis Tunggal atau
8. wadah dosis ganda, pada suhu 25-30ºC da
terlindung dari cahaya.
9.
No.Reg
10. : DKL 2101509543A1
No.Batch : 110042101
11.
Mfg : April 2021
ED : April 2025
12.
Netto : 1 ml
PT.Hazlutt Farma
Pekanbaru-Indonesia
ASTRO®
Asam askorbat
Komposisi :
Tiap 1 ml mengandung
Asam askorbat……………………………….25 mg/mL
Indikasi
Daya tahan tubuh, nutrisi pembentuk kolagen
Kontra indikasi
Hindari penggunaan Ascorbic Acid pada pasien yang memiliki indikasi
hipersensitif terhadap vitamin C.
Efek samping
Pusing, mual, rasa terbakar di dada, gangguan pencernaan
Aturan pakai
Dewasa: 0.5-1 gram perhari
Anak-anak
Terapi pengobatan: 100-300 mg perhari
Terapi pencegahan: 30 mg perhari.
Kemasan :
Ampul @ 1 ml
Reg. No : DKL 2101509543A1
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan injeksi volume kecil dalam
wadah ampul. Perhitungan tonisitas dilakukan pada praktikum untuk mengetahui
apakah larutan bersifat istonis,hipotonis atau hipertonis. Dari hasil perhitungan
didapatakan bahwa larutan belum isonis sehingga perlu penambahan NaCl 0,9%. Pada
praktikum kali ini digunakan zat aktif yaitu Asam askorbat atau vitamin C.
Vitamin C merupakan vitamin larut dalam air. Konsumsi vitamin C yang
kurang akan menimbulkan dampak seperti lemah, nafas pendek, kejang otot, tulang
dan persendian sakit serta berkurangnya nafsu makan, kulit menjadi kering, kasar, dan
gatal, perdarahan gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut dan mata kering dan
rambut rontok. Vitamin C berfungsi sebagai zat antioksidan. Fungsi dari antioksidan
yaitu substansi yang memberikan elektron kepada radikal bebas dan membantu
menstabilkan radikal bebas sehingga melindungi sel dari kerusakan. Selain itu adalah
nutrisi yang digunakan untuk pembentukan kolagen dan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh, selain itu vitamin C atau asam askorbat bisa digunakan sebagat zat
antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi,
dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Salah satu bentuk
senyawa oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di dalam tubuh
dan dipicu oleh bermacam-macam elektron
Pada pembuatan sediaan steril ini pertama dilakukan preformulasi data sifat
fisika kimia bahan yang akan dibuat. Lalu sterilisasi alat dan bahan yang akan
digunakan. Setelah itu barulah dilakukan perencaan seperti yang telah di tetapkan, dan
dilakukan pengemasan, serta sterilisasi akhir. Pada praktikum ini sterilisasi akhir
dilakukan dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Dalam pembuatan injeksi asam askorbat, serbuk asam askorbat dilarutkan
kedalam aqua pro injeksi kemudian ditambahkan dengan larutan Nacl (Pada CK).
Pemeriksaan pH bertujuan untuk meningkatkan stabilitas injeksi asam askorbat supaya
tidak terjadi kristalisasi. Karena jika pH terlalu asam/basa sangat mudah untuk
ditumbuhi bakteri.
Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan stterilisasi autoclave uap
airdengan tekanan tinggi, mekanisme penghancuran bakteri oleh uapai panas adalah
terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organism tersebut.
Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba, menimbulkan kerusakan temperature
yang relative rendah.
Pada percobaan ini, digunakan cara sterilisasi dengan pemanasan basah yaitu
dengan autoklaf (uap jenuh). Depkes RI (1979 : 18) menyatakan bahwa sediaan injeksi
dapat disterilkan dengan cara pemanasan dalam autoklaf pada suhu 1150 C atau 1160C
selama 20 menit jika volume wadah tidak lebih dari 100 ml atau pada suhu 1150 C atau
1160C selama 30 menit jika volume wadah lebih dari 100 ml. Sterilisasi yaitu cara yang
digunakan untuk membunuh semua mikroorganisme hidup. Pada proses sterilisasi,
spora bakteri merupakan organisme hidup yang paling resisten (Pelczar dan Chan,
1988). Mekanisme dari pembunuhan mikroorganisme dengan autoklaf adalah dengan
cara denaturasi protein yang digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi
mikroorganisme selain itu dengan cara membran sel dillelehkan. Aktivitas pembunuhan
dari uap jenuh tinggi dan mampu menghilangkan (membunuh) semua mikroorganisme
juga spora yang tahan terhadap panas. Metode ini memiliki keunggulan yaitu mudah
digunakan dan cepat digunakan. Selain itu metode dengan uap jenuh memiliki kerugian
yaitu kebanyakan bahan tidak tahan panas atau panas lembab dan adanya keterbatasan
dari panas lembab untuk menembus wadah. Pada sterilisasi dengan uap jenuh,
sebaiknya dihindarkan adanya udara yang masuk karena udara dapat memblok difusi
uap air. Adapun siklus sterilisasi ini adalah conditioning, exposure, exhaust dan
pemanasan. Wadah yang digunakan untuk sediaan ini adalah wadah kaca yang
merupakan wadah yang tidak memiliki pori yang tidak memberikan kesempatan bagi
kontaminan untuk masuk dalam wadah. Depkes RI (1979 : 18) menyatakan bahwa
wadah dan tutup wadah injeksi terbuat dari kaca atau plastik yang tidak boleh
berinteraksi dengan zat aktif atau zat tambahan atau yang dapat berpengaruh terhadap
khasiatnya dan wadah tidak memberikan zarah kecil serta harus memungkinkan
melakukan pemeriksaan isinya dengan mudah.
KESIMPULAN
Depkes, RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depertemen Kesehatan Repulbik
Indonesia: Jakarta
Martindale. The Extra Pharmacopeia 28th edition: The Complete Drug Reference.
London: The Pharmaceutical Press.
Wade A, Welle Pj. 1982. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition. London:
The Pharmaceutical Press.