A. Latar Belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat
kedua-duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang
melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat
terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok
dan herediter Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65
tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh dunia
ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta
orang menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di
negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia tenggara. Di Indonesia,
jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per
tahun, 16% diantaranya diderita usia produktif. Angka kejadian katarak 0,78%
dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia
merupakan penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut katarak senilis.
Dengan meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup maka katarak
senilis pun meningkat. Hampir 100% orang akan mengalami katarak terutama
katarak yang terkait usia. Secara statistik, usia timbulnya katarak mulai diatas
usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60 tahun. Katarak memang tidak
dapat dicegah, akan tetapi juga dapat diobati bahkan tindakan operasi juga
dapat dilakukan untuk memperbaiki prognosis pasien katarak Peran perawat
dapat di aplikasikan secara komplek pada pasien katarak. Perawat sangat
diperlukan untuk mencegah komplikasi dan penyulit sedini mungkin. Pada
pasien katarak dengan pre operasi, peran perawat diperlukan untuk
mempersiapkan pasien dalam pembedahan mata yang akan dilakukan. Mulai
dari pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada
kelainan yang menjadi penghalang, pemenuhan kebutuhan psikologis dan
keamanan pasien serta pengetahuan tentang tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasi yang mungkin terjadi. Pada post operasi katarak, peran perawat
dibutuhkan berhubungan dengan adanya luka operasi yang ada pada pasien
dimana menimbulkan permasalahan yang kompleks mulai dari nyeri, resiko
infeksi, resiko cedera serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan
dasar lainnya. Perawat mengajarkan teknik untuk mengurangi nyeri,
membersihkan luka dengan teknik aseptik untuk menghindari terjadinya
infeksi, dan perawat juga membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar
lainnya. Pendidikan kesehatan kepada keluarga sangat penting pada perawatan
pasien pre maupun post operasi.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit katarak dan
perawatannya di Poli mata RSUP Prof Kandou Manado diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit katarak dan perawatannya.
E. Metode Pembelajaran
1. Jenis model pembelajaran: Pertemuan (tatap muka)
2. Landasan teori: Konstruktivisme dengan metode ceramah dan diskusi
Langkah pokok:
a) Menciptakan suasana pertemuan yang baik;
b) Mengajukan masalah;
c) Membuat keputusan nilai personal;
d) Mengidentifikasi pilihan tindakan;
e) Memberi komentar;
f) Menetapkan tindak lanjut
F. Media
1. Lefleat
G. Proses Kegiatan
Tindaka
Proses n Media/alat
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Memberi salam, Memperhatikan -
(5 menit) memperkenalkan dan menjawab
diri, dan membuka salam
penyuluhan Memperhatikan
2. Menjelaskan tentang
materi secara umum Memperhatikan
3. Menjelaskan tentang
TIU dan TIK Menjawab pertanyaan
4. Memberikan pertanyaan
terkait materi yang akan
di sampaikan (pretest)
Penyajian 1. Menjelaskan tentang Memperhatikan Power
pengertian katarak point
(20 menit) 2. Menjelaskan penyebab Memperhatikan
katarak
3. Menjelaskan perawatan Memberi pertanyaan
katarak Memperhatikan
4. Memberikan kesempatan
pada peserta untuk
bertanya
5. Menjawab pertanyaan
dari peserta.
Penutup 1. Memberikan pertanyaan Menjawab pertanyaan Leaflet
tentang materi yang
(3 menit)
telah dijelaskan
Memperhatikan
2. Memberikan Memperhatikan
komentar atas jawaban
peserta
3. Menyimpulkan materi Menjawab salam
yang telah dibahas
bersama dengan peserta
4. Menutup pertemuan
dan memberi salam
H. Evaluasi
Gambar 1. Katarak
B. Penyebab
Penyebab terjadinya katarak, antara lain yaiutu :
1. Degeneratif (Penuaan), biasanya dijumpai pada katarak senilis dikarenakan
proses degenerasi atau kemunduran serat lensa karena proses penuaan dan
kemungkinan besar menjadi menurun penglihatannya.
2. Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma tembus
pada mata yang disebabkan oleh benda tajam/ tumpul, radisi (terpapar oleh
sinar-X atau benda-benda radioaktif)
3. Penyakit mata, seperti uveitis
4. Penyakit sistemik (diabetes militus), contohnya terjadi pada katark diabetik
dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan retina sehingga
mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh darahnya. Diabetes
akan mengakibatkan kelainan dan keruskakan pada retina
5. Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai akibat infeksi virus
prental dan katarak developmental terjadinya pada tahun-tahun awal
kehidupan sebagai akibat dari defek kogenital. Kedua bentuk ini mungkin
disebabkan oleh faktor herediter, toksis, nutrisional, atau proses peradangan
C. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita, yaitu:
1. Katarak Kongenital
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus
yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009).
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital sering ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela,
galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris,
keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo
kornea. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan
pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan
trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang
terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu
hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin
katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan
pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria.
2. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
3. Katarak Senil
Terjadi setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras
akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a. Stadium awal (insipien)
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal,
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali
penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya,
sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di
dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi
jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama (Ilyas,
2004)
b. Stadium Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan
lensa menjadi bertambah embung. Pencembungan lensa akan mmberikan
perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini
akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan
lebih sempit (Ilyas, 2004).
c. Stadium Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-
sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran
normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai
kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna
sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila
dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negative (Ilyas, 2004).
d. Stadium Hipermatur
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat
keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam"
kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa
lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, 2004).
4. Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah,
yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa (Ilyas, 2004).
5. Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga
dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam
penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang
berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal
posterior (Ilyas, 2004).
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
a. Katarak Inti (Nuclear)
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau
bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
b. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan
putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu
penglihatan. Banyak pada penderita DM.
c. Katarak Subkapsular
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar
masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada
kedua mata
E. Komplikasi
Komplikasi Katarak, antara lain:
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5
hingga bisa terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi penyakit berupa
glukoma dan uveitis. Sedangkan untuk komplikasi pasca pembedahan yaitu dapat
berupa luka yang tidak sempurna menutup, edema kornea, inflamasi dan uveitis,
atonik pupil, kekeruhan kapsul posterior, TASS (toxic anterior segment
syndrome), ablasio retina, endoftalmus dan sisa massa lensa.
F. Penanganan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan
tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki
lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi.
Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan
tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi
berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah
peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
2. Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
3. Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot
silier ke saraf optikus di bagian belakang mata
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan
retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh
lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin
terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu
kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu
Penyakit Mata, ed. 3). Indikasi dilakukannya operasi katarak :
Ilyas, dkk. 2008. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dignosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.
Smeltzer, SC., Bare B.G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Alih
Bahasa : Monica Ester. Jakarta : EGC.