Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

IBU HAMIL DENGAN DIABETES

DISUSUN OLEH :

RUSDI GUNAWAN

NPM : 2014201210116

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS

TAHUN AJARAN 2020/2021


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ibu Hamil dengan
Diabetes Mellitus”ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Hj.
Ruslinawati, Ns., M.Kep pada mata kuliah Maternitas. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep , selaku dosen mata
kuliah Maternitas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Banjarmasin, 08 maret 2021

Rusdi Gunawan
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
ISI……………………………..……………………………..……………………..
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG ……………………………..………………………
2. RUMUSAN MASALAH ……………………………..……………………
3. TUJUAN ………………..……………………..……..…………………….
BAB II ISI
1. KONSEP ANATOMI SISTEM REPRODUKSI………..……..……………
2. KONSEP PENYAKIT…………………………………..….……..………...
3. ETIOLOGI……………..…….…..…………………..……………………...
4. TANDA DAN GEJALA……………………………………..……………...
5. PATOFISIOLOGI……………………………………………..…………….
6. PENATALAKSAAN MEDIS……...………………………………………..
7. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………….
a KONSEP PENGKAJIAN……………………………………………
b KONSEP DIAGNOSA KEPERAWATAN…………………………
c KONSEP INTERVENSI KEPERAWATAN……………………….
d KONSEP EVALUASI……………….………………………………
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA ………………..……………………..……………………....
LAMPIRAN…………………………………………………………………………
a JURNAL…………………………………………………………………….
b PPT………………………………………………………………………….
BAB I

Pendahuluan

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang
dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan
berat badan,kesemutan.(Bhatt et al., 2016)

Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yang
terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung. Keadaan ini
biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali
normal pada setelah melahirkan. United Nations International Children’s Emergency
Found (UNICEF) (2012) menyatakan bahwa setiap tahun hampir 10.000 wanita
meninggal karena masalah kehamilan dan persalinan. Kehamilan sebagai keadaan yang
fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin . Menurut
WHO terdapat sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun saat hamil atau bersalin dan
28,1% diantaranya dikarenakan oleh Diabetes Mellitus.

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2000, diabetes melitus gestasional
terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga
diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1%. Diabetes mellitus
gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat sebab penyakit ini berdampak
langsung pada kesehatan ibu dan janin.(Rahayu & Rodiani, 2016)

Ibu hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional dapat menyebabkan berbagai penyulit
pada masa perinatal. Pada kehamilan dapat menyebabkan pre-eklamsi, abortus,
hidromnion, bayi letak sungsang, plasenta previa, post-date. Pada persalinan dapat
menyebabkan makrosomia, kontraksi uterus, retensio plasenta, CPD (Cepalo Pelvik
Dispropotion), infeksi saluran kemih, sectio cesaria. Pada post partum menyebabkan HPP
(Hemoragi Post Partum), plasenta manual, infeksi post partum.(Hidayati et al., 2018)

pada ibu hamil dengan diabetes mellitus gestasional, menurut WHO skrining dan
diagnosis yang direkomendasikan adalah satu tahap (One Step Approach) yakni dengan
TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) dengan memberikan beban 75 gram anhidrus setelah
berpuasa selama 8-14 jam (WHO,2011). Menurut Parkeni (2012), penapisan DMG
dianjurkan pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama dengan petugas kesehatan. Bila
hasilnya negative, pemeriksaan diulang pada masa kehamilan 24- 28 minggu. Menurut
O’Sullivan-mhan (2011). Pemeriksaan kadar gula darah melalui tahapan tes tantangan
glukosa (TTG) dan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Jadi masih tingginya penyulit pada
masa perinatal yang ditimbulkan oleh ibu dengan riwayat diabetes mellitus gestasional
dan obesitas di Indonesia, sebagai tenaga kesehatan kita bisa memprediksi sehingga dapat
mengurangi dari komplikasi yang dapat menyebabkan penyulit pada masa perinatal.
BAB II

Pembahasan

A. ANATOMI SISTEM REPRODUKSI


Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita Anatomi fisiologi sistem
reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat reproduksi wanita bagian
dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar
yang terletak di perineum.

1. Alat genitalia wanita bagian luar


a) Mons veneris / Mons pubis Disebut juga gunung venus merupakan bagian
yang menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan
sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak)
berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b) Bibir besar (Labia mayora) Merupakan kelanjutan dari mons veneris
berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak
meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu
membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
 Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
 Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak)
c) Bibir kecil (labia minora) Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit,
terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang
memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette,
semantara bagian lateral dan 7 anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu
merah muda dan basah.
d) Klitoris Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive
analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi
dan meningkatkan ketegangan seksual
e) Vestibulum Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti
perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
f) Perinium Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
g) Kelenjar Bartholin Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang
bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran
lendir meningkat
h) Himen (Selaput dara) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina
bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi
saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
i) Fourchette Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di
garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan
fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.

2. Alat genitalia wanita bagian dalam


a) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina.
Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang
dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang
kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena
itu dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan
melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak
(ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang
menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak
vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik
dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen
yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai
saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat
hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b) Uterus Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang
terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus
normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri
yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan
bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan
seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan
bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan
dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga
beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
a. Peritoneum : a) Meliputi dinding rahim bagian luar b) Menutupi
bagian luar uterus c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat
dan d) pembuluh darah limfe dan urat saraf e) Meliputi tuba dan
mencapai dinding abdomen
b. Lapisan otot : a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari
fundus uteri menuju ligamentum. b) Lapisan dalam: berasal dari
osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum. c) Lapisan tengah:
terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh
pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh
darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
c) Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai
rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah
lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim. Panjang tuba
fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu
serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
d) Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
e) Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum.

B. KONSEP PENYAKIT
Saat kehamilan, terjadi perubahan hormonal dan metabolik. Perubahan metabolik
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat pemenuhan
kebutuhan energi untuk ibu dan janin. Perubahan hormonal ditandai dengan
meningkatnya hormon estrogen dan progestin. Peningkatan hormon estrogen dan
progestin mengakibatkan keadaan jumlah/fungsi insulin ibu tidak optimal dan
terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap insulin. Efek dari
resistensi insulin ini mengakibatkan kadar darah ibu hamil tinggi sehingga
terjadilah diabetes gestasional. Keadaan ini dapat berdampak pada janin, sebab
kadar gula darah ibu akan mempengaruhi gula darah janin sehingga gula darah
janin juga meningkat.
C. ETIOLOGI
Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang dengan diabetes untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurunatau pankreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin.
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-
sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pancreas.

2) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara pasti
penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes
Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari
sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya
kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk
Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi
terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Diabetes melitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestational/DMG)


adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes
dialami sementara selama masa kehamilan, artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua atau ketiga. Kriteria diabetes gestasional bila gangguan toleransi
glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah
persalinan. Dianggap diabetes melitus (bukan gestasi) bila gangguan toleransi
glukosa menetap setelah persalinan.
Diabetes gestasional terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 masa kehamilan.
Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu faktor risiko terkena
diabetes tipe II. Kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah
akan kembali normal setelah melahirkan.Ibu hamil yang menderita diabetes
gestasional mempunyai risiko tinggi mengalami diabetes melitus gestasional lagi
pada kehamilan berikutnya.
Diabetes melitus gestasional dapat terjadi pada ibu yang hamil di atas usia
30 tahun, perempuan dengan obesitas (IMT >30), perempuan dengan riwayat
diabetes melitus pada orang tua atau riwayat diabetes melitus gestasional pada
kehamilan sebelumnya dan melahirkan bayi dengan berat lahir >4000 gram dan
adanya glukosuria.Diabetes melitus gestasional dapat merupakan kelainan genetik
dengan cara insufisiensi atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah,
berkurangnya glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam
kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan
perubahanperubahan metabolik dan hormonal pada penderita. Beberapa hormon
tertentu mengalami peningkatan jumlah, misalnya hormon kortisol, estrogen, dan
human placental lactogen (HPL). Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat
hamil ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur
kadar gula darah. Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap
insulin yang disebut sebagai resisten insulin. Sehingga menimbulkan dampak
peningkatan kadar glukosa pada ibu hamil.
Pada diabetes melitus gestasional, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut,
akan terjadi suatu keadaan di mana fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi
perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin,
akibatnyakandungan glukosa dalam plasma ibu bertambah, kadar gula darah
tinggi, tetapi kadar insulin tetap tinggi. Melalui difusi terfasilitasi dalam membran
plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi kandungan glukosa abnormal.
Peningkatan tingkat serum metabolit pada ibu yang mengalami diabetes
(misalnyaglukosa, asam lemak bebas, senyawa keton dalam tubuh, trigliserida, dan
asamasam amino) akan memicu peningkatan transfer nutrien pada janin yang pada
gilirannya akan menimbulkan hiperglikemik dalam lingkungan uterus sehingga
dapat Anita Rahayu dan Rodiani | Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap
Kelahiran Bayi Makrosomia MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I
19 merubah pertumbuhan dan komposisi tubuh janin.Kemudian pada trimester
kedua kehamilan, pankreas janin dengan ibu diabetes mellitus gestasional akan
beradaptasi dengan hiperglikemik dalam lingkungan uterus dengan meningkatkan
produksi insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia pada janin. Titik kulminasi
dari peristiwa metabolik yang terjadi di dalam uterus ini akan mengakibatkan
hipoglikemia, polisitemia, hiperbilirubinemia, komplikasi gawat nafas (respiratory
distress syndrome), dan pertumbuhan fetus yang beratnya berlebihan atau
makrosomia.
Adapun faktor risiko terjadinya diabetes melitus gestasional yaitu usia ibu,
IMT, riwayat diabetes dalam keluarga, riwayat diabetes melitus gestasional ,
riwayat bayi lahir cacat atau kelainan, makrosomia, riwayat preeklamsia, riwayat
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) , riwayat abortus dan bayi meninggal,
aktivitas fisik, dan durasi tidur.
D. TANDA DAN GEJALA
Umum nya DMG tidak di sadari oleh wanita hamil. namun, beberapa
wanita hamil dapat memperhatikan tanda-tanda halus dari diabetes gestasional.
Gejalanya mirip dengan bentuk diabetes lainnya. Tapi sayangnya, gejala tersebut
juga cenderung menjadi kondisi yang sering dialami oleh kebanyakan wanita
hamil, sehingga mudah terlewatkan sebagai tanda bahwa ada sesuatu yang salah.
Berikut ini adalah beberapa tanda atau gejala diabetes gestasional yang bisa
diwaspadai:
1) Merasa terus haus
Ibu hamil yang mengalami diabetes getasional mungkin ingin
minum lebih banyak dari biasanya. Mereka akan merasa haus bahkan saat
belum makan sesuatu yang asin, belum melakukan aktivitas harian, atau
melakukan hal lain yang biasanya akan membuat seseorang menginginkan
segelas air tambahan.
2) Lelah
Jika ibu hamil merasa lelah, bahkan di awal hari, itu mungkin lebih
dari sekadar ketegangan karena hamil yang menyebabkan mereka begitu
lelah. Apabila megalami kondisi ini, jangan ragu untuk segera tanyakan
kepada dokter apakah ibu hamil berisiko terkena diabetes gestasional atau
tidak.
3) Mulut kering
Mulut kering bisa terjadi seiring dengan meningkatnya rasa haus
yang dialami ibu hamil. Ibu hamil mungkin ingin minum lebih banyak air
untuk menghilangkan perasaan kering. Keduanya bisa jadi merupakan
tanda diabetes gestasional.
4) Gejala lainnya
Ibu hamil yang mengalami diabetes gestaisonal mungkin juga akan
menunjukan tanda atau gejala lain, seperti:  Penglihatan kabur Mual Infeksi
kandung kemih, vagina, atau kulit yang sering Sering buang air kecil Gula
dalam urine Wanita mana pun yang mengalami gejala baru atau tidak biasa
selama kehamilan harus berbicara dengan dokter. Dokter mungkin dapat
menentukan apakah mereka menderita diabetes gestasional atau kondisi
lainnya. Jika wanita hamil didiagnosis mengalami diabetes gestasiona,
dokter mungkin akan meminta mereka memeriksakan diri lebih sering
selama sisa kehamilan, sehingga dokter dapat mengawasi kesehatan lebih
dekat. Ibu hamil mungkin juga perlu mengikuti diet ketat dan rencana
olahraga, serta memantau kadar gula darah atau minum obat untuk
mengontrol diabetes gestasional.

E. PATOFISIOLOGI
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu
terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton
yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes
tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada
kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika
kadra glukosanya sangat tinggi).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
 Diet
 Syarat diet DM :
 Memperbaiki kesehatan umum penderita
 Mengarahkan pada berat badan normal
 Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
 Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
 Menarik dan mudah diberikan

 Prinsip diet DM, adalah :


 Jumlah sesuai kebutuhan
 Jadwal diet ketat
 Jenis : boleh dimakan / tidak Dalam melaksanakan diit diabetes
sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu: 1) Jumlah kalori
yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah 2)
Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya 3)Jenis makanan yang
manis harus dihindari.
 Latihan/ Olah raga
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya
kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan
glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah
>250mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh
melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil
negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar
glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan
katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak
glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk pasien yang
menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk
mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan
memuncak pada saat latihan.

 Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

 Obat-Obatan
 Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
i. Mekanisme kerja sulfanilurea Obat ini bekerja dengan cara
menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat
golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan
berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien
yang berat badannya sedikit lebih.
ii. Mekanisme kerja Biguanida Biguanida tidak mempunyai
efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
o Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik 1) Menghambat absorpsi karbohidrat 2)
Menghambat glukoneogenesis di hati 3)
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
o Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
o Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai
efek intraselluler
o
 Insulin
o Indikasi penggunaan insulin
 DM tipe I
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan gangguan faal hati yang berat
 DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
 DM dan TBC paru akut
 DM dan koma lain pada DM
 DM operasi
 DM patah tulang
 DM dan underweight
 DM dan penyakit Graves

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Konsep Pengkajian

Menurut (Santosa, Budi. 2008)

1. Identitas klien, meliputi :

Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.

2. Keluhan utama

a. Kondisi hiperglikemi:

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi,

suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

b. Kondisi hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit

kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya

ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional,

penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada

kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa

berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga

mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB

menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,

gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan

orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

4. Riwayat kesehatan dahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan

penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan

seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi


yang mengandung estrogen.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM

6. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas dan Istirahat

Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus

otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.

Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas, letargi, disorientasi, koma

b. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,

klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada

kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan

TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,

kering dan kemerahan, bola mata cekung.

c. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang

berhubungan dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri

terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,

hiperaktif pada diare.

e. Makanan dan cairan


Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,

peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat

badan, haus, penggunaan diuretik.

Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi

abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton

f. Neurosensori

Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,

gangguan penglihatan.

Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan

memori, refleks tendon menurun, kejang.

g. Kardiovaskuler

Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,

hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)

h. Pernapasan

Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa

sputum.

Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

i. Seksualitas

Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita

j. Gastro intestinal

Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,

wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.


k. Muskulo skeletal

Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,

reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.

l. Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,

pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit

rusak, lesi/ulserasi/ulku

2. Konsep Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Ibu Hamil dengan DM :

1) Kekurangan vol. cairan b.d. kehilangan cairan aktif (NANDA hal. 264).
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
untuk mencerna makanan (NANDA hal. 251).
3) Keletihan b.d. status penyakit, kehamilan (NANDA hal. 312).
4) Ansietas b.d. perubahan status kesehatan, ancaman pada status kesehatan
(NANDA hal. 445).
5) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (NANDA hal. 257).
6) Risiko Trauma (NANDA hal.562).
7) Risiko Infeksi (NANDA hal.531).
8) Risk.Cedera(Janin) (Buku Saku Diagnosis Kep. Hal 428, 975).

3. Konsep Intervensi Keperawatan Sesuai Diangnosa

1) Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan aktif


NIC : Fluid management
 Pertahankan intake dan output yang adekuat.
 Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat).
 Monitor vital sign.
 Kolaborasikan pemberian cairan IV.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
NIC : Nutrition Management
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan protein dan vitamin C.
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
 Ajarkan pasien untuk membuat catatan makanan harian.
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Nutrition Monitoring

 Monitor lingkungan selama makan.


 Monitor mual dan muntah.
 Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht.
3) Keletihan b.d. status penyakit, kehamilan
NIC : Energy Management
 Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
 Bantu aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas (tingkatkan
oeriode istirahat)
 Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan
yang berenergi tinggi (selain karbohidrat) sesuai dengan kebutuhan
pasien.
4) Ansietas b.d. perubahan status kesehatan, ancaman pada status kesehatan
NIC : Anxiety Reduction
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
 Identifikasi tingkat kecemasan.
 Dorong pasien mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
 Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
5) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
NIC : Hyperglikemia Management
 Pantau tanda-tanda dan gejala hiperglikemia : poliuria, polidipsia,
polifagia, lemah, lesu, malaise atau sakit kepala.
 Mengelola insulin seperti yang ditentukan.
 Mendorong asupan cairan oral.
 Mengantisipasi situasi dimana kebutuhan insulin akan meningkat
 Mendorong pemantauan diri, pengukuran kadar glukosa darah
 Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala hiperglikemi
menetap/memburuk.
6) Risiko Trauma
NIC : Environmental Management Safety
 Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
 Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi
fisik, fungsi kognitif dan riwayat penyakit terdahulu pasien.
 Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung
tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
7) Risiko Infeksi
NIC : Infection Control
 Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh dan penampilan urine).
 Instruksikan untuk menjaga personal hygiene.
 Manajemen nutrisi.
8) Risiko Cedera (Janin)
NIC : Pemantauan Janin Elektronik : Intraparteum
 Pasang transeduser USG ke area uterus tempat denyut jantung janin
dapat dilacak dan di dengar dengan jelas.
 Interpretasikan hasil perekaman DJJ.
 Informasikan kepada dokter tentang perubahan yang terjadi pada irama
DJJ, intervensi pola yang mengkhawatirkan respon janin selanjutnya.

4. Konsep Evaluasi dari masing masing Diagnosa

1) Kekurangan vol. cairan b.d. kehilangan cairan aktif dapat teratasi Sebagian
atau sepenuhnya jika mual dan muntah sudah mulai berkurang
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
untuk mencerna makanan dapat teratasi Sebagian atau sepenuhnya jika mual
dan muntah sudah mulai berkurang
3) Keletihan b.d. status penyakit, kehamilan dapat di atasi jika pasien mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi nya
4) Ansietas b.d. perubahan status kesehatan, ancaman pada status Kesehatan
dapat teratasi jika cemas pasien berkurang setelah di jelaskan tentang prosedur
yang akan di lakukan
5) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
6) Risiko Trauma
7) Risiko Infeksi
8) Risiko Cedera (Janin)

DAFTAR PUSTAKA

Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic activities of
ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian Journal of Pharmacy,
27(2), 74–79. https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Hidayati, D., Setyorini, D., & Afrian Nuari, N. (2018). Differences Complications During
Perinatal in History of Women With Diabetes Mellitus and Obesity Gestational. 9(2),
148–160.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-2014,
Editor; Barrarah Barid, dkk. Jakarta: EGC. Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma.
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
Jilid 1 & 2. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Rahayu, A., & Rodiani. (2016). Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi
Makrosomia. Majority, 5(4), 17–22.

Anda mungkin juga menyukai