DISUSUN OLEH :
RUSDI GUNAWAN
NPM : 2014201210116
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ibu Hamil dengan
Diabetes Mellitus”ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Hj.
Ruslinawati, Ns., M.Kep pada mata kuliah Maternitas. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep , selaku dosen mata
kuliah Maternitas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Rusdi Gunawan
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
ISI……………………………..……………………………..……………………..
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG ……………………………..………………………
2. RUMUSAN MASALAH ……………………………..……………………
3. TUJUAN ………………..……………………..……..…………………….
BAB II ISI
1. KONSEP ANATOMI SISTEM REPRODUKSI………..……..……………
2. KONSEP PENYAKIT…………………………………..….……..………...
3. ETIOLOGI……………..…….…..…………………..……………………...
4. TANDA DAN GEJALA……………………………………..……………...
5. PATOFISIOLOGI……………………………………………..…………….
6. PENATALAKSAAN MEDIS……...………………………………………..
7. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………….
a KONSEP PENGKAJIAN……………………………………………
b KONSEP DIAGNOSA KEPERAWATAN…………………………
c KONSEP INTERVENSI KEPERAWATAN……………………….
d KONSEP EVALUASI……………….………………………………
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA ………………..……………………..……………………....
LAMPIRAN…………………………………………………………………………
a JURNAL…………………………………………………………………….
b PPT………………………………………………………………………….
BAB I
Pendahuluan
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang
dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan
berat badan,kesemutan.(Bhatt et al., 2016)
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yang
terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung. Keadaan ini
biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali
normal pada setelah melahirkan. United Nations International Children’s Emergency
Found (UNICEF) (2012) menyatakan bahwa setiap tahun hampir 10.000 wanita
meninggal karena masalah kehamilan dan persalinan. Kehamilan sebagai keadaan yang
fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin . Menurut
WHO terdapat sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun saat hamil atau bersalin dan
28,1% diantaranya dikarenakan oleh Diabetes Mellitus.
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2000, diabetes melitus gestasional
terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga
diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1%. Diabetes mellitus
gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat sebab penyakit ini berdampak
langsung pada kesehatan ibu dan janin.(Rahayu & Rodiani, 2016)
Ibu hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional dapat menyebabkan berbagai penyulit
pada masa perinatal. Pada kehamilan dapat menyebabkan pre-eklamsi, abortus,
hidromnion, bayi letak sungsang, plasenta previa, post-date. Pada persalinan dapat
menyebabkan makrosomia, kontraksi uterus, retensio plasenta, CPD (Cepalo Pelvik
Dispropotion), infeksi saluran kemih, sectio cesaria. Pada post partum menyebabkan HPP
(Hemoragi Post Partum), plasenta manual, infeksi post partum.(Hidayati et al., 2018)
pada ibu hamil dengan diabetes mellitus gestasional, menurut WHO skrining dan
diagnosis yang direkomendasikan adalah satu tahap (One Step Approach) yakni dengan
TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) dengan memberikan beban 75 gram anhidrus setelah
berpuasa selama 8-14 jam (WHO,2011). Menurut Parkeni (2012), penapisan DMG
dianjurkan pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama dengan petugas kesehatan. Bila
hasilnya negative, pemeriksaan diulang pada masa kehamilan 24- 28 minggu. Menurut
O’Sullivan-mhan (2011). Pemeriksaan kadar gula darah melalui tahapan tes tantangan
glukosa (TTG) dan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Jadi masih tingginya penyulit pada
masa perinatal yang ditimbulkan oleh ibu dengan riwayat diabetes mellitus gestasional
dan obesitas di Indonesia, sebagai tenaga kesehatan kita bisa memprediksi sehingga dapat
mengurangi dari komplikasi yang dapat menyebabkan penyulit pada masa perinatal.
BAB II
Pembahasan
B. KONSEP PENYAKIT
Saat kehamilan, terjadi perubahan hormonal dan metabolik. Perubahan metabolik
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat pemenuhan
kebutuhan energi untuk ibu dan janin. Perubahan hormonal ditandai dengan
meningkatnya hormon estrogen dan progestin. Peningkatan hormon estrogen dan
progestin mengakibatkan keadaan jumlah/fungsi insulin ibu tidak optimal dan
terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap insulin. Efek dari
resistensi insulin ini mengakibatkan kadar darah ibu hamil tinggi sehingga
terjadilah diabetes gestasional. Keadaan ini dapat berdampak pada janin, sebab
kadar gula darah ibu akan mempengaruhi gula darah janin sehingga gula darah
janin juga meningkat.
C. ETIOLOGI
Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang dengan diabetes untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurunatau pankreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin.
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-
sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pancreas.
E. PATOFISIOLOGI
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu
terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton
yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes
tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada
kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika
kadra glukosanya sangat tinggi).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
Diet
Syarat diet DM :
Memperbaiki kesehatan umum penderita
Mengarahkan pada berat badan normal
Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Menarik dan mudah diberikan
Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
Obat-Obatan
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
i. Mekanisme kerja sulfanilurea Obat ini bekerja dengan cara
menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat
golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan
berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien
yang berat badannya sedikit lebih.
ii. Mekanisme kerja Biguanida Biguanida tidak mempunyai
efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
o Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra
pankreatik 1) Menghambat absorpsi karbohidrat 2)
Menghambat glukoneogenesis di hati 3)
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
o Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin
o Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai
efek intraselluler
o
Insulin
o Indikasi penggunaan insulin
DM tipe I
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
DM kehamilan
DM dan gangguan faal hati yang berat
DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
DM dan TBC paru akut
DM dan koma lain pada DM
DM operasi
DM patah tulang
DM dan underweight
DM dan penyakit Graves
2. Keluhan utama
a. Kondisi hiperglikemi:
b. Kondisi hipoglikemi
penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang
6. Pemeriksaan Fisik
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
f. Neurosensori
gangguan penglihatan.
g. Kardiovaskuler
h. Pernapasan
sputum.
i. Seksualitas
wanita
j. Gastro intestinal
l. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
rusak, lesi/ulserasi/ulku
2. Konsep Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Ibu Hamil dengan DM :
1) Kekurangan vol. cairan b.d. kehilangan cairan aktif (NANDA hal. 264).
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
untuk mencerna makanan (NANDA hal. 251).
3) Keletihan b.d. status penyakit, kehamilan (NANDA hal. 312).
4) Ansietas b.d. perubahan status kesehatan, ancaman pada status kesehatan
(NANDA hal. 445).
5) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (NANDA hal. 257).
6) Risiko Trauma (NANDA hal.562).
7) Risiko Infeksi (NANDA hal.531).
8) Risk.Cedera(Janin) (Buku Saku Diagnosis Kep. Hal 428, 975).
1) Kekurangan vol. cairan b.d. kehilangan cairan aktif dapat teratasi Sebagian
atau sepenuhnya jika mual dan muntah sudah mulai berkurang
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
untuk mencerna makanan dapat teratasi Sebagian atau sepenuhnya jika mual
dan muntah sudah mulai berkurang
3) Keletihan b.d. status penyakit, kehamilan dapat di atasi jika pasien mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi nya
4) Ansietas b.d. perubahan status kesehatan, ancaman pada status Kesehatan
dapat teratasi jika cemas pasien berkurang setelah di jelaskan tentang prosedur
yang akan di lakukan
5) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
6) Risiko Trauma
7) Risiko Infeksi
8) Risiko Cedera (Janin)
DAFTAR PUSTAKA
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic activities of
ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian Journal of Pharmacy,
27(2), 74–79. https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Hidayati, D., Setyorini, D., & Afrian Nuari, N. (2018). Differences Complications During
Perinatal in History of Women With Diabetes Mellitus and Obesity Gestational. 9(2),
148–160.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-2014,
Editor; Barrarah Barid, dkk. Jakarta: EGC. Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma.
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
Jilid 1 & 2. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Rahayu, A., & Rodiani. (2016). Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap Kelahiran Bayi
Makrosomia. Majority, 5(4), 17–22.