Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH KETENAGAKERJAAN TERHADAP KESEHATAN

MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUWANGI


Aura Gracia Hawarismi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK
WHO (1947) mengartikan kesehatan sebagai keadaan sempurna baik secara fisik, mental dan sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit. Aspek sosial ekonomi menyatakan arti sehat apabila masyarakat
mampu memajukan kehidupannya dengan belajar, bekerja, ataupun berinteraksi dengan sekitarnya.
Kesehatan masyarakat dari segi sosial ekonomi dapat dilihat dari kondisi kependudukan dan
ketenagakerjaan. Melalui dua hal tersebut dapat dilihat tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat
mendukung tercapainya kesehatan masyarakat. Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 5.782,50
km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.745.675 jiwa yang bekerja pada sektor pertanian, peternakan,
perikanan dan wiraswasta. Letaknya yang berada di ujung timur Pulau Jawa, wilayah daratannya terdiri
atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan dan
pernambangan belerang. Dataran rendahnya dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta
daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke ke selatan yang merupakan daerah
penghasil berbagai biota laut. Penelitian ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik kabupaten
Banyuwangi yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Partispasi Angkatan Kerja (TPAK)
dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terhadap kesehatan masyarakat kabupaten Banyuwangi.
Penduduk usia kerja sebesar 72,21%. Angkatan kerja sebesar 52,03%. TPAK sebesar 72,06% dan TPT
sebesar 4,08%. Kondisi kesehatan masyarakat dari ruang lingkup kependudukan dan ketenagakerjaan
kabupaten Banyuwangi tergolong baik. Penduduk usia produktif tinggi, sesuai dengan TPAK yang juga
tinggi. Selain itu, tingkat pendidikan yang semakin maju memperbaiki kualitas tenaga kerja tiap
tahunnya.
Kata Kunci: Kesehatan masyarakat, kependudukan, ketenagakerjaan

PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO, 1947) mengartikan kesehatan sebagai suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit. Sehat secara mental
(kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang
lain. Sehat secara sosial adalah peri kehidupan seseorang dalam masyarakat yang diartikan bahwa
seseorang mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri dan
kehidupan keluarga sehingga memungkinkan untuk bekerja, beristirahat dan menikmati liburan.
Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesehatan memiliki empat
dimensi, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi yang saling mempengaruhi dalam
mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan
bersifat holistik atau menyeluruh, tidak hanya memandang kesehatan dari segi fisik saja. Kesehatan
masyarakat adalah aplikasi terpadu antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat. Kesehatan masyarakat meliputi 7 ruang lingkup keilmuan. Salah
satunya adalah ruang lingkup kependudukan yang dapat menilai tingkat kesehatan masyarakat dari
aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial ekonomi menyatakan arti sehat apabila seseorang, keluarga,
atau masyarakat mampu memajukan kehidupannya dengan belajar, bekerja, ataupun berinteraksi
dengan masyarakat sekitarnya. Kesehatan masyarakat dari segi sosial ekonomi dapat dilihat dari kondisi
kependudukan dan ketenagakerjaan. Melalui kondisi kependudukan dan ketenagakerjaan dapat dilihat
tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat mendukung tercapainya kesehatan masyarakat.
Mankiw (2007) mengatakan bahwa dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan
tenaga kerja. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses
produksi dan pembangunan. Peranan sumber daya manusia dalam proses produksi ditentukan oleh
jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia. Tenaga kerja dengan keahlian yang tinggi sangat
diperlukan dalam proses pembangunan untuk dapat meningkatkan produktivitas suatu negara, oleh
karena itu sumberdaya manusia merupakan suatu alat yang sangat berharga dalam produktivitas tenaga
kerja. Sumberdaya manusia suatu wilayah bisa diukur dari tingkat pendidikan dan kesehatan. Todaro
(2006) mengatakan pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar.
Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal pokok untuk menggapai
kehidupan yang memuaskan dan berharga. Pendidikan dan kesehatan merupakan hal yang fundamental
untuk membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan.
Widyasworo (2014) mengatakan pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan merupakan dua pilar
untuk membentuk modal manusia (human capital) dalam pembangunan ekonomi yang tidak lain adalah
investasi jangka panjang suatu negara. Tercapainya tujuan pembangunan bidang pendidikan dan
kesehatan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas penduduk, di mana
pertumbuhan produktivitas penduduk tersebut merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan penduduk itu sendiri. Devitasari (2010) menjelaskan bahwa kesehatan merupakan hak
asasi setiap manusia dan kesehatan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, sehingga
menjadi suatu keharusan bagi semua orang untuk memelihara, melindungi serta meningkatkan
kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat.

PEMBAHASAN
Kabupaten Banyuwangi termasuk ke dalam wilayah geografis Jawa Timur, yaitu terletak di
ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo
di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten
Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi memiliki luas wilayah ± 5.782 km². Wilayah Kabupaten
Banyuwangi terbagi menjadi 25 kecamatan, 28 kelurahan, dan 189 desa. Kepadatan penduduk adalah
302 jiwa/km² (BPS Kabupaten Banyuwangi, 2019). Gambaran kependudukan Kabupaten Banyuwangi
berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2019 adalah sebesar 0,74% penduduk Jawa Timur
terdistribusi di Kabupaten Banyuwangi, yaitu sejumlah 1.745.675 jiwa. Sex ratio sebesar 99,27%.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,42% dari hasil Sensus Penduduk tahun 2018
(BPS Kabupaten Banyuwangi). Kondisi ketenagakerjaan Kabupaten Banyuwangi adalah penduduk usia
kerja (usia 15 tahun atau lebih) sebesar 1.252.626 orang. Sebesar 903.356 adalah Angkatan Kerja (AK),
sedangkan sisanya 349.270 adalah Bukan Angkatan Kerja (BAK). Sejumlah 33.114 orang yang
termasuk angkatan kerja merupakan pengangguran. Besarnya TPAK adalah 72,12% dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,67%. Terjadi kenaikan jumlah angkatan kerja sebesar 0,55%
atau sekitar 4944 orang. Peningkatan dilihat dari jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2018
sebesar 903.356 orang menjadi 908.310 orang pada Agustus 2019. Peningkatan tersebut tidak sejalan
dengan penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Banyuwangi yang menjadi
72,06% pada Agustus 2019. Besarnya penurunan adalah 0,06% dari Agustus 2018.
TPAK adalah jumlah angkatan kerja dibandingkan dengan penduduk usia kerja. Salah satu
indikator yang bisa mengukur besarnya penyerapan tenaga kerja adalah TPAK. TPAK menyatakan
besarnya penduduk usia  15 tahun yang aktif melakukan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah. TPAK
penduduk sebesar 72,12%. Ini berarti bahwa hampir tiga perempat dari penduduk usia kerja yang aktif
secara ekonomi. Kembali lagi seperti bahasan pada angkatan kerja, bahwa mereka yang termasuk
kelompok penduduk usia kerja, belum tentu secara real bekerja. Oleh karena itu, besarnya tingkat
partisipasi angkatan kerja akan dipengaruhi oleh komposisi penduduk usia kerja. Besarnya penduduk
usia sekolah, ibu rumah tangga, dan lansia merupakan penyebab rendahnya TPAK. TPT Kabupaten
Banyuwangi adalah 3,67%. TPT adalah jumlah pengangguran dibandingkan dengan jumlah penduduk
angkatan kerja. Pengangguran adalah angkatan kerja yang belum bekerja atau sedang mencari kerja.
Penduduk yang termasuk pengangguran masih dalam proses mencari pekerjaan setelah lulus sekolah,
sedangkan beberapa menganggur karena menjaga orang tua yang sudah tua, mengurus rumah tangga,
sekolah dan kepentingan lainnya. Pengangguran terjadi apabila jumlah pencari kerja lebih besar
dibandingkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pasar. Pengangguran termasuk salah satu masalah
dan beban pemerintah. Jumlah penduduk terus meningkat setiap tahunnya, tetapi kemampuan ekonomi,
baik pemerintah maupun swasta tidak sebanding dengan kenaikan jumlah penduduk (Junaidi &
Zulfanetti, 2016). Biasanya, pengangguran terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan dan
ketidaksesuaian keterampilan penduduk. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan tidak
terpenuhinya kualifikasi tenaga kerja yang diinginkan. Ketidaksesuaian keterampilan juga
menyebabkan perusahaan tidak mau menerima seorang tenaga kerja (ILO, 2015).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan
ekonomi Banyuwangi menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Komoditas unggulan di
wilayah Kabupaten Banyuwangi akan berimplikasi sebagai kegiatan alternatif dalam usaha
meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya pada peningkatan pendapatan rumah tangga yang
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan (upware mobility) bagi kelompok penduduk miskin.
Dampak yang lebih luas dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah dan meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD.) Berdasarkan kondisi geografis, kabupaten Banyuwangi memiliki
potensi-potensi alam yang dapat diolah dan dikembangkan, dengan demikian Kabupaten Banyuwangi
akan menjadi kabupaten yang memiliki sektor unggulan seperti pertanian, petambangan, penggalian,
industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, bangunan, perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan,
komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Meskipun demikian sektor-
sektor lain patut dilirik seperti sektor pariwisata yang akhir-akhir ini sering dipromosikan oleh
pemerintah dengan program-programnya sehingga pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten
Banyuwangi mulai meningkat pesat. Berdasarkan data di atas dari tahun 2010-2017, pertumbuhan
perekonomian yang berda di Kabupaten Banyuwangi setiap tahunnya meningkat pesat. Peningkatan
nilai ekonomi paling tinggi pada tahun 2014-2015 sebesar 6.81 triliun. "Pertumbuhan ekonomi di
Banyuwangi ditopang oleh sektor-sektor ekonomi secara lebih merata mulai dari pertanian, kehutanan,
pertambangan, industri, konstruksi, perumahan dan pariwisata." cetus Setyowati. Dengan demikian
perkembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Banyuwangi setiap tahunnya meningkat dengan
program-program yang di buat oleh pemerintah dan masyarakat satu pemikiran dengan kebijakan yang
di buat oleh pemerintah untuk menunjang perekonomian di Kabupaten Banyuwangi.
Wignjosoebroto (2003) mengatakan bahwa produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai
rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia yaitu jam kerja
dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang
sering digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia yang lain yang
dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Teori human capital atau modal
manusia pertama kali diperkenalkan oleh Theodore W. Schultz pada tahun 1961. Schultz (1961)
menyatakan bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal sebagaimana bentuk modal lain, seperti:
mesin dan teknologi. Menurut teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai pembayaran yang diberikan
kepada tenaga kerja buruh atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh para pengusaha dan
jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja
meliputi masa atau syarat-syarat tertentu (Sukirno, 2002). Kesehatan sering digambarkan dengan angka
harapan hidup. Tingkat angka harapan hidup merupakan proyeksi rata-rata umur maksimum atau
gambaran mengenai kualitas perbaikan kesehatan penduduk di suatu daerah. Tingginya angka harapan
hidup di suatu daerah mencerminkan bahwa daerah tersebut memiliki kualitas kesehatan yang baik,
sedangkan jika suatu wilayah memiliki angka harapan hidup yang rendah maka daerah tersebut
memiliki kualitas kesehatan yang buruk. Mengingat angka harapan hidup sangat penting peranannya
dalam produktivitas seseorang, maka sebaiknya pemerintah perlu untuk lebih mengoptimalkan
kesehatan masyarakat seperti program imunisasi gratis atau pelayanan cek kesehatan gratis.
Kesehatan merupakan unsur esensial yang menjadi dasar terciptanya individu yang produktif.
Provinsi yang memiliki angka harapan hidup yang tinggi lebih berpeluang besar untuk memiliki kualitas
hidup yang lebih baik. Individu yang sehat akan lebih maksimal dalam mengembangkan diri dan
meningkatkan kualitas hidupnya serta individu yang sehat akan lebih jarang untuk absen dalam
pekerjaanya. Jika kesehatan seseorang terganggu atau sakit, maka akan mempengaruh kinerja dalam
memproduksi output. Hubungan positif antara kesehatan dengan produktivitas tenaga kerja sejalan
dengan penelitian Arshad dan Malik (2015), yang menjelaskan bahwa dengan memiliki kesehatan yang
baik pekerja dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi karena secara mental dan fisik lebih
energik dan jarang mengambil cuti sakit. Selain itu dengan kesehatan yang baik, angka harapan hidup
bisa menjadi lebih panjang.
Data mengenai kependudukan dan ketenagakerjaan memegang peranan penting dalam proses
perencanaan pembangunan, termasuk dalam pembangunan kesehatan. Semakin lengkap dan tepat,
maka rencana pembangunan akan semakin mudah tersusun. Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor
kependudukan dan ketenagakerjaan merupakan unsur terpenting pada proses pembangunan, termasuk
pembangunan kesehatan (Syaadah, 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan
analisis kondisi kependudukan dan ketenagakerjaan di Kabupaten Banyuwangi. Kajian ini akan
mempermudah dalam melakukan perencanaan pembangunan yang berwawasan kesehatan demi
tercapainya kesehatan masyarakat.

PENUTUP
Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782 km² sehingga termasuk kota yang padat
penduduk. Sejumlah 33.114 orang yang termasuk angkatan kerja merupakan pengangguran. TPAK
menyatakan besarnya penduduk usia  15 tahun yang aktif melakukan kegiatan ekonomi pada suatu
wilayah. Pengangguran terjadi apabila jumlah pencari kerja lebih besar dibandingkan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan pasar. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan tidak terpenuhinya
kualifikasi tenaga kerja yang diinginkan. Dampak yang lebih luas dapat mendorong pembangunan
ekonomi daerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah Berdasarkan kondisi geografis, kabupaten
Banyuwangi memiliki potensi-potensi alam yang dapat diolah dan dikembangkan, dengan demikian
Kabupaten Banyuwangi akan menjadi kabupaten yang memiliki sektor unggulan seperti
pertanian, petambangan, penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, bangunan,
perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan
jasa-jasa lainnya. Menurut teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai pembayaran yang diberikan
kepada tenaga kerja buruh atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh para pengusaha dan
jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja
meliputi masa atau syarat-syarat tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Yohanna dan Sri Kusreni (2017) ‘Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan, Tingkat Pendidikan,
Dan Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia’, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Airlangga, Indonesia, pp. 1-8
Sulistyorini, Yuly dan Nuria (2018) ‘Analisis Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Ruang Lingkup
Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir Kota
Surabaya’, Departemen Biostatistika dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, pp. 1-8
Jauhariyah, Nur Anim dan Nurul Inayah (2016) ‘Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten
Banyuwangi’, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIDA Banyuwangi, pp. 1-2
https://banyuwangikab.go.id/profil/ketenagakerjaan.html
https://banyuwangikab.go.id/profil/kependudukan-dan-naker.html
https://banyuwangikab.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html#subjekViewTab1
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai