Anda di halaman 1dari 5

MUNIR RIFA’I

1303171005
3 D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI A

NEGARA HUKUM DAN HAM

Bagaimana Kondisi Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia ???
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara Hukum, hal ini mengandung arti bahwa setiap orang sama dihadapan hukum.
Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum. Pancasila sebagai sumber dari segala hukum di
Indonesia. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan
hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum. Konsep negara
hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi Hak Asasi
Manusia (HAM), serta kesejahteraan yang berkeadilan sesuai denga nisi Pancasila.

Sebagaimana diketahui bahwa hukum itu ada untuk mengatur tatanan hidup
bermasyarakat agar menjadi tertib. Menurut Yulies Tiena Masriani, 2004 dalam bukunya
Pengantar Hukum Indonesia. Hukum adalah seperangkat norma atau kaidah yang berfungsi
mengatur tingkah laku manusia dengan tujuan untuk ketentraman dan kedamaian di dalam
masyarakat, selama masyarakat tidak lagi mempercayai bahwa hukum sebagai sarana untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat, maka hukum rimbalah yang menjadi
solusi penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak.

Namun dalam pelaksanaanya banyak menimbulkan opini bahwa hukum bisa dibeli, yang
kaya semakin kuat dan yang miskin semakin hancur. Karena dengan adanya pemberitaan
mengenai tindak pidana di televisi, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hukum di Indonesia
carut marut. Banyak sekali kejadian yang menggambarkannya, mulai dari tindak pidana yang
diberikan oleh Maling Sandal, Maling Ayam hingga Maling Uang Rakyat. Maling Ayam yang
tidak seberapa harganya namun hukumanya melampaui koruptor, sedangkan para koruptor
malah semakin leluasa menikmatinya. Karena kenyataannya memang lebih banyak benarnya,
kita ambil contoh Arthalyta Suryani, dia menempati rutan dengan sarana eksklusif, bisa
dikatakan eksklusif, sampai-sampai ada ruang untuk berkaraoke, ini juga bisa dijadikan sebagai
pembelian hukum di Indonesia. Hal seperti inilah yang membuat masyarakat semakin geram
dengan pelaksanaan hukum yang ada. Sebenarnya permasalahan hukum di Indonesia dapat
MUNIR RIFA’I
1303171005
3 D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI A

disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu sistem peradilannya, perangkat hukumnya,
inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun perlindungan hukum.

Beberapa bulan belakangan ini kita dikagetkan dengan kasus-kasus yang secara tidak
langsung menceritakan tentang hubungan antara masyarakat awam, kekuasaan dan penegakan
hukum. Saat ini masyarakat awam menilai hukum hanya akan berlaku perkasa ketika berhadapan
dengan masyarakat awam, dan hukum akan tampak loyo ketika berhadapan dengan uang dan
kekuasaan.

Yang menjadi masalah adalah jika penegak hukum itu sendiri yang melanggar atau
mengabaikan aturan-aturan hukum yang berlaku atas pertimbangan-pertimbangan subjektif,
dan/atau menjadikan aturan-aturan itu peluang terjadinya aparat penegak hukum melakukan
perbuatan tercela. Bagaimana mungkin kita bisa menuntut masyarakat patuh, sementara
kewibawaan dan kredibilitas penegak hukum tidak baik. Lembaga-lembaga negara terutama
yang bersinggungan langsung dengan penegak hukum harus menjalankan tugas dan kewajiban
mereka dengan baik, dan aturan-aturan yang tidak tepat direvisi sebagaimana mestinya.

Opini publik memang tidak dapat dilepaskan dari sistem politik demokrasi. Oleh karena
itu, opini publik dianggap sebagai cerminan “kehendak” rakyat. Opini publik sendiri dapat
dilukiskan sebagai proses yang menggabungkan pikiran, perasaan, dan usul yang diungkapkan
oleh warga negara secara pribadi terhadap suatu kepentingan atas suatu masalah yang ada dan
beredar di masyarakat.

Memang kekuatan opini publik dalam ranah hukum adalah sebuah kekuatan baru sebagai
penyeimbang bagi aparat penegak hukum dalam memutus suatu permasalahan hukum, namun
demikian ketika kita berpedoman pada UUD 1945 dan aturan hukum yang berlaku di Negara kita
yang menegaskan bahwa semua warga Negara memiliki kedudukan yang sama di depan hukum.
Oleh karena itu, aparat penegak hukum diharapkan memiliki kearifan dan kemampuan dengan
mengedepankan sikap profesional dalam melihat suatu kasus sebelum mengambil satu
keputusan.

Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum
nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu
menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini
MUNIR RIFA’I
1303171005
3 D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI A

menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu


menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya
selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan
kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan
dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota
masyarakat. Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak azasi
manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis.

HAM ini tentunya juga merupakan sesuatu yang harus dilindungi, maka dari itulah
diciptakan peraturan perundangan yang mengatur tentang perlindungan HAM seperti dalam
pasal 27-34 UUD 1945. Selain dalam UUD, HAM pun juga diatur dalam Ketetapan MPR dan
UU. Namun, dengan banyaknya hukum-hukum yang mengatur tentang perlindungan HAM
tersebut, apakah pelaksanaan HAM di Indonesia sudah terjamin berjalan dengan baik?

Nyatanya belum. Hal ini terbukti dari beberapa kasus pelanggaran HAM yang sudah
pernah terjadi di Indonesia. Kasus-kasus pelanggaran tersebut antara lain adalah Peristiwa
Trisakti, Peristiwa Tajung Priok, Kasus Pembunuhan Marsinah, Kasus Pembantaian Massal
Anggota PKI, dan masih banyak lagi. Mengapa kasus-kasus tersebut dapat terjadi walaupun
sudah ada banyak peraturan perundangan yang mengatur tentang HAM? Apa saja yang menjadi
faktor penyebab terjadinya kasus-kasus itu? Dan apa saja solusi yang harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya pelanggaran HAM lagi?

Sebenarnya, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM.
Secara umum, penyebab pelanggaran HAM dapat dikelompokkan menjadi 2, yakni faktor
internal dan eksternal. Faktor internalnya antara lain seperti sifat egois, sifat individualis, tidak
adanya rasa toleransi dan kemanusiaan, tidak adanya kesadaran si pelaku terhadap pelanggaran
HAM, dsb.

Sedangkan untuk faktor eksternal, antara lain yaitu perangkat hukum yang tidak tegas,
lemahnya fungsi lembaga hukum, adanya diskriminasi, adanya pihak lain yang membantu aksi
pelanggaran HAM itu sendiri, dan lain-lain. Memang faktor-faktor penyebab tersebut tidak dapat
langsung dihilangkan begitu saja, tetapi setidaknya kita dapat menguranginya melalui solusi-
solusi yang ada.
MUNIR RIFA’I
1303171005
3 D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI A

Solusi-solusi tersebut antara lain dengan mengadakan reformasi dalam tubuh aparat
hukum dan peradilan. Selain itu dapat juga dengan mengeluarkan peraturan perundangan yang
tegas untuk menindak praktik pelanggaran HAM tersebut atau dengan mengadakan sosialisasi
kepada masyarakat dan institusi peradilan tentang pengidentifikasian bentuk pelanggaran HAM.

Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya hak azasi
manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya perlindungan hukum terhadap hak
azasi manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang yang
keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian Tuhan, negara wajib
melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara yuridis didasarkan pada
UUD Negara RI 1945.
MUNIR RIFA’I
1303171005
3 D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI A

SUMBER

1. Masriani, Yulies Tiena, 2004, PENGANTAR HUKUM INDONESIA, Sinar Grafika,


Jakarta.
2. Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan tinggi cetakan 2016.
3. Buku Pengantar Ilmu Hukum Dr. G. Sri Nurhartanto SH, L,LM.
4. Bambang Heri Supriyanto, Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Hukum Positif di Indonesia, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI
PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 3, Maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai