TINJAUAN PUSTAKA
dari bahan padat menjadi gas, material-material organik pada temperatur tinggi di
dalam pembakaran yang tidak sempurna (Antonio et al, 2016). Proses ini
Dengan kata lain proses gasifikasi merupakan proses pembakaran parsial bahan
bakar padat, dengan melibatkan reaksi antara oksigen dengan bahan bakar padat
(Rauch et al, 2014). Hasil pembakaran berupa uap air dan karbon dioksida
direduksi menjadi gas yang mudah terbakar, gas hasil proses gasifikasi ini disebut
dengan gas produser. Umumnya kandungan dari gas produser yaitu karbon
monoksida (CO), hidrogen (H2) dan methan (CH4), gas-gas ini dapat digunakan
(Basu, 2010).
teknologi sesuai dengan sifat fisik maupun sistem yang berlangsung dalam
8
9
lain adalah :
Jenis gasifier ini merupakan tipe yang paling tua dan paling simpel, dan
hanya digunakan untuk aplikasi dalam skala kecil (Sadaka, 2011). Tipe updraft
gasifier umumnya digunakan untuk gasifikasi batu bara, bahan bakar padat
dimasukkan kedalam reaktor dari bagian atas dan udara masuk reaktor dari bagian
bawah sedangkan gas yang dihasilkan keluar meninggalkan reaktor pada bagian
atas (Basu, 2010). Pada bagian atas reaktor terjadi pemanasan dan pirolisis pada
bahan bakar reaktor akibat perpindahan panas karena konveksi paksa dan radiasi
dari zona dibawahnya. Tar dari hasil proses ikut terbawa oleh gas, sedangkan abu
digunakan untuk gasifikasi biomassa, dimana bahan bakar masuk reaktor dari
bagian atas dan udara masuk pada daerah pembakaran (Basu, 2010). Gas dan
bahan bakar mengalir kebawah dan temperatur meningkat kearah bawah dalam
zona pembakaran. Gas hasil produksi keluar reaktor pada bagian atas, Kandungan
Tar dalam gas relatif lebih kecil jika dibandingkan tipe updraft.
bagian atas, dan udara diinjeksikan melalui nozzle masuk reaktor pada bagian
samping. Sedangkan untuk gas hasil dikeluarkan pada bagian samping dinding
reaktor dengan posisi berlawanan dengan titik masuk udara. Gasifier ini
mempunyai zona reaksi yang kecil dengan kapasitas panas yang rendah, waktu
10
respon yang cepat dan kandungan tar yang dihasikan rendah. Tipe ini umumnya
digunakan untuk gasifikasi biomassa dalam skala kecil (Basu, 2010). Bentuk fixed
Ciri khas gasifier ini adalah perbedaan temperatur pada berbagai tempat
di dalam gasifier dan beroperasi pada tekanan tinggi. Karakteristik dari gasifier
jenis ini adalah rendahnya temperatur gasifikasi dan gas hasil gasifikasi sehingga
tinggi. Gasifier jenis ini sangat mudah dibuat dan dioperasikan, tetapi mahal untuk
ukuran kapasitas yang relatif kecil. Berdasarkan aliran udara yang di pasok ke
dalam kolom bahan bakar, fixed bed gasifier dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
a. Updraft Gasifier
Pada gasifier jenis ini, udara masuk melalui bagian bawah gasifier
melalui grate. Aliran udara ini berlawanan arah (counter current) dengan aliran
bahan bakar yang masuk dari bagian atas gasifier (Sadaka, 2011). Gas produser
yang dihasilkan keluar melalui bagian atas gasifier sedangkan abu diambil pada
11
bagian bawah gasifier. Reaksi pembakaran pada gasifier ini terjadi di dekat grate
kemudian diikuti reaksi reduksi (proses gasifikasi). Reaksi reduksi tersebut akan
menghasilkan gas bertemperatur tinggi. Gas hasil reaksi (gas produser) tersebut
bergerak ke bagian atas gasifier menembus unggun bahan bakar menuju daerah
yang bertemperatur lebih rendah. Pada saat menembus unggun bahan bakar, gas
produser akan kontak dengan bahan bakar yang turun sehingga terjadi proses
pirolisis dan pertukaran panas antara gas dan bahan bakar. Panas sensible yang
diberikan gas digunakan bahan bakar untuk pemanasan awal dan pengeringan
bahan bakar. Proses pirolisis dan pengeringan tersebut terjadi pada bagian teratas
gasifier. Updraft gasifier mencapai efisiensi tertinggi ketika gas panas yang
dimiliki updraft gasifier adalah tingginya jumlah uap tar yang terkandung di
dalam gas keluaran dan kemampuan gas produser membawa muatan rendah.
Selain itu ada kemungkinan terjadi channeling, sehingga distribusi panas tidak
12
b. Downdraft Gasifier
tar yang terbawa bersama gas produser. Pada downdraft gasifier, udara
dimasukkan ke dalam aliran bahan bakar padat (packed bed) pada atau di atas
zona oksidasi. Aliran udara ini searah (co-current) dengan aliran bahan bakar
yang masuk ke dalam gasifier (Akhator, 2014). Bahan bakar dimasukkan pada
bagian atas gasifier. Bahan bakar tersebut akan mengalami proses pengeringan
dan pirolisis akibat panas yang dihasilkan pada reaksi oksidasi. Pada tahap
pirolisis bahan bakar, dihasilkan uap dan tar. Uap dan tar yang dihasilkan tersebut
akan melalui unggun arang panas dan mengalami perengkahan menjadi gas yang
tersebut) maka reaksi endotermik akan mendominasi dan mendinginkan gas, dan
jika temperatur turun (kurang dari rentang temperatur tersebut) maka reaksi
eksotermik akan mendominasi dan menjaga gas agar tetap panas. Tahap
selanjutnya adalah reaksi reduksi. Reaksi reduksi terjadi pada zona dekat dengan
grate. Pada tahap ini, gas produser dihasilkan. Gas produser yang dihasilkan akan
kekurangan dan kelebihan. Kekurangan yang dimiliki gasifier jenis ini adalah
dan kesulitan dalam menangani kelembaban dan kadar abu yang tinggi.
menghasilkan gas bebas tar sehingga masalah lingkungan yang ditimbulkan lebih
kecil dari pada updraft gasifier, perolehan tar dan minyak yang dihasilkan pada
downdraft gasifier lebih kecil terhadap perolehan tar dan minyak yang dihasilkan
pada updraft gasifier, waktu yang dibutuhkan untuk penyalaan bahan bakar dan
pengoperasian sistem pada kondisi optimal. Waktu tersebut lebih singkat jika
c. Crossdraft Gasifier
untuk arang (charcoal). Gasifier ini tidak ideal, gasifier jenis ini memiliki
kualitas tinggi, temperatur gas keluaran gasifier tinggi, CO2 yang tereduksi
rendah, dan kecepatan gas tinggi (Akhator, 2014). Hal ini disebabkan oleh design
bahan bakar yang dapat digunakan terbatas hanya pada bahan bakar yang
berkadar abu sedikit, seperti kayu, sekam padi, arang, dan batu karang. Waktu
yang dibutuhkan untuk start up lebih singkat dari pada gasifier jenis downdraft
dan updraft. Temperatur tinggi pada gasifier ini memiliki efek yang nyata
terhadap komposisi gas. Gasifier jenis ini akan beroperasi dengan baik pada
aliran udara dan bahan bakar yang kering. Gasifier ini cocok untuk dioperasikan
pada skala kecil. Bentuk crossdraft gasifier dapat dilihat pada Gambar 2.4
dibawah ini.
terbentuk dari partikel debu dapat meleleh di dalam gasifier, mengalir turun di
sepanjang dinding reaktor, dan meninggalkan reaktor dalam bentuk slag cair. Di
dalam gasifier non slagging, dinding reaktor tetap bersih dari slag. Jenis gasifier
ini cocok untuk bahan bakar yang kandungan partikel debunya tidak terlalu tinggi.
Bahan bakar berupa serbuk dicampur dengan udara sebelum dimasukan ke dalam
reaktor, temperatur kerja reaktor cukup tinggi sehingga hampir seluruh bahan
bakar dapat dikonversi menjadi gas. Reakor tipe Entrained-Flow dapat dilihat
Gasifier jenis ini menggunakan unggun yang terdiri dari inert (pasir atau
arang (char) atau kombinasi keduanya). Inert yang digunakan berfungsi sebagai
pengatur panas agar temperatur operasi tetap (Basu, 2010). Pada gasifier jenis ini,
bahan bakar yang digunakan berupa padatan. Bahan baku tersebut dimasukkan
pada bagian atas unggun atau langsung pada unggun kemudian dialirkan dengan
bantuan gas sehingga bergerak seperti fluida dan membentuk unggun fluidisasi.
Pencampuran bahan bakar dan cepatnya perpindahan panas pada bahan bakar
(campuran steam dan oksigen atau udara) yang digunakan dialirkan dari bawah
bagian bawah unggun. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi unggun agar
selalu terfluidisasi. Sedangkan abu yang dihasilkan diambil dari bagian bawah
gasifier dan didinginkan oleh umpan gas masuk. Reaktor tipe ini merupakan
pendekatan desain dari permasalahan yang biasa ditemui pada pemakaian reaktor
tipe updraft dan downdraft yaitu ketiadaan tempat aliran, ampas dan penurunan
pemanasan dari luar dan bahan bakar disentuhkan sehingga mencapai temperatur
tinggi. Sebagai material bed umumnya digunakan pasir silika, dan fungsi material
bercampur dan dipanaskan oleh media gasifikasi sehingga pirolisis terjadi dengan
Kemudian gasifikasi dan koversi char terjadi pada tahap gas. Abu hasil
pembakaran akan terbawa bersama gas kesaluran keluar reaktor pada bagian atas.
Bila ditinjau dari proses kontak antara gas pendorong dan partikel bahan bakar,
Fluidized Bed gasifier (FBG) dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Bubbling
Fluidized Bed Gasifier (BFBG) dan Circulating Fluidized Bed Gasifier (CFBG).
Pada penggunaannya, CFBG lebih unggul dari pada BFBG, hal ini disebabkan
karena adanya saluran sirkulasi yang menyebabkan waktu tinggal bahan bakar
Bila dibandingkan dengan tipe reaktor updraft dan downdraft, tipe reaktor
cepat.
e. Emisi rendah.
Bed merupakan salah satu jenis reaktor yang memiliki sistem sirkulasi ganda,
dimana salah satu reaktor berfungsi sebagai tempat proses gasifikasi sedangkan
reaktor lain berfungsi untuk membakar biomassa yang tidak terkonversi secara
sempurna (Kern et al, 2013). Dual Reaktor Fluidized Bed merupakan sebuah
Fluidized Bed sebuah teknologi dengan proses gasifikasi dan proses pembakaran
yang terpisah yang bertujuan untuk memisahkan proses reaksi endoterm dan
pereaksi dapat berupa udara yang melimpah sehingga dapat meningkatkan jumlah
syngas yang dihasilkan dari proses tersebut. Selain itu penggunaan material
kehilangan panas (heat loss), karena akibat dari material hamparan yang ikut
reaktor sehingga dapat meningkatkan efisiensi, kualitas gas yang dihasilkan lebih
Prinsip kerja dari dual reaktor adalah bahan bakar dimasukkan kedalam
terkonversi dengan baik akan dialirkan kembali agar dapat dikonversi menjadi
gas. Pada reaktor pembakaran bahan bakar dan material hamparan (bed material)
difluidisasikan, dimana residu arang atau char yang tersisa dikeluarkan dari
bagian bawah reaktor pada bagian yang disebut downer, bersamaan dengan
1. Pengeringan :
berlangsung pada temperatur diatas 100 oC. Ketika padatan bahan bakar masuk
kedalam reaktor, air dalam bentuk moisture di permukaan bahan bakar akan
menguap sedangkan yang berada didalam akan mengalir keluar melalui pori-pori
padatan bahan bakar dan menguap. Proses ini berlangsung secara kontinyu hingga
2. Pirolisis/Devolatilisasi :
pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan, char dan arang.
Komponen utama campuran gas-gas tersebut adalah H2, CO, CO2, H2O, CH4 dan
hidrokarbon lainnya. Fraksi tar termasuk senyawa organik berat yang mana adalah
gas ketika dilepaskan selama pirolisis atau sebagai tetes cair (liquid drops), arang
(char) disusun terutama terdiri dari karbon dan adanya materi mineral pada bahan
21
bakar padat (Basu, 2010). Proses pirolisis terjadi pada temperatur 150oC sampai
3. Oksidasi :
terjadi di dalam gasifier, terjadi pada temperatur 800 oC sampai dengan 1000 oC
(Basu, 2010). Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada
reaksi endotermik.
4. Reduksi :
yang disokong oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran, terjadi pada
temperatur 600 oC sampai dengan 1000 oC (Basu, 2010). Produk yang dihasilkan
pada proses ini adalah gas mampu bakar seperti, karbon monoksida (CO),
lebih tinggi (etana), air, nitrogen (apabila menggunakan udara sebagai oksidan),
dan berbagai kontaminan seperti partikel arang, debu, tar, hidrokarbon rantai
umum terjadi pada proses gasifikasi ini adalah sebagai berikut (Rauch, 2014) :
Boudart reaction:
dapat berasal dari bahan bakar itu sendiri maupun dari sumber
Shift conversion
sebagai berikut :
Methanation reaction
gasifikasi dengan fluidized bed gasifier (FBG), karena keunggulan yang dimiliki
untuk tipe ini (Antonio et al, 2016). Khususnya dapat digunakan untuk mengolah
bahan bakar kualitas rendah dengan kandungan abu tinggi, sehingga cocok
awalnya ruang bakar dipanasi secara eksternal sampai mendekati temperatur kerja
mengabsorbsi panas adalah pasir silika. Pasir silika dan bara api bahan bakar akan
berlangsung dengan baik. Disamping itu dengan bidang kontak panas yang luas
bisa diaplikasikan untuk mengkonversi segala jenis bahan bakar, bahkan dengan
efisiensi sistem gasifikasi Fluidized Bed, keseragaman temperatur adalah hal yang
sangat penting untuk menjaga kestabilan pembakaran, disamping itu juga berguna
untuk mengurangi emisi dari polutan seperti hidrokarbon dan NOX sebagai akibat
abu, sehingga untuk menghilangkan abu pada proses gasifikasi jenis ini menjadi
24
mudah. Hal ini yang menyebabkan gasifikasi Fluidized Bed sangat cocok
digunakan untuk pengolahan bahan bakar padat yang mempunyai kandungan abu
a. Bahan bakar
pada sistem gasifikasi berdasarkan kandungan dan sifat yang dimilikinya yaitu
(Basu, 2013):
1. Kandungan energi
2. Moisture
3. Debu
4. Tar
harus dihindari karena sifatnya yang korosif. Desain gasifier yang baik
adalah kumpulan ash yang tebal. Pengaruh adanya ash dan slag pada
gasifier adalah:
kombinasi oksigen dan uap (Zhang et al, 2017). Penggunaan jenis media
yang memiliki nilai kalor syngas yang lebih baik dibandingkan menggunakan
udara.
mempengaruhi reaksi yang terjadi dan tentu saja pada kandungan syngas yang
dihasilkan.
gasifikasi, yaitu:
a. Temperatur Gasifikasi
adalah pengeringan untuk menguapkan kandungan air dalam bahan bakar agar
menghasilkan gas yang bersih. Temperatur yang tinggi juga dapat berpengaruh
dalam menghasilkan gas yang mudah terbakar (Almeida et al, 2017). Untuk
tidak ada panas yang keluar lingkungan sehingga efisiensi reaktor menjadi baik.
efisiensi energi gasifier, yang biasanya beroperasi pada temperatur hampir 600°C.
temperatur, pada temperatur yang lebih tinggi hasil CO lebih tinggi sedangkan
produksi gas CO juga meningkat karena adanya peningkatan reaksi heterogen dan
M, et al, 2008). Dengan kata lain pada temperatur yang lebih tinggi karbon
adalah reaksi antara CH4 dengan H2O yaitu Steam Reforming dan reaksi antara
CH4 dengan CO2 yaitu Dry Reforming (Doherty W, 2009). Kandungan gas CH4
yang diproduksi tersebut akan bereaksi (reaksi endotermik) dengan H2O (Steam
Forming, pers.5.8) dan juga CO2 (Dry Reforming, pers. 5.9) sehingga
producer gas tergantung pada temperatur operasi gasifikasi karena semua reaksi
diatas temperatur 6000C. Kandungan gas CH4 meningkat pada temperatur 4000C
dan kemudian menurun karena dekomposisi thermal dari CH4 menjadi H2 dan CO.
CO2. Pengaruh temperature terhadap kandungan gas gasifikasi dapat dilihat pada
pembakaran.
C + O2 CO2
12 kg C + 32 kg O2 44 kg CO2
2 H2 + O2 2H2O
4 kg H2 + 32 O2 36 kg H2O
29
S + O2 SO2
32 kg S + 32 kg O2 64 kg SO2
maka kebutuhan udara stoikiometri (SA) dari bahan bakar padat dapat dihitung
dengan persamaan:
kadar oksigen yang terkandung antara 23.15 % dan kadar nitrogen 76.85%, maka
dari perbandingan udara dan bahan bakar didapat kebutuhan udara sebesar :
%
Kebutuhan udara pembakaran = %
x kebutuhan oksigen total......... (2.8)
tergasifikasi dalam gasifier. Jika SGR semakin besar maka proses gasifikasi tidak
berjalan sempurna, sebaliknya jika SGR semakin kecil maka proses gasifikasi
berjalan lambat.
30
V
Fuel Conversion Rate= Fbb ................................................................(2.9)
g
menggunakan rumus:
e. % Char
dari bahan bakar (SA) dan rasio ekivalensi (ε) untuk gasifying 0,3-0,4
Hal ini mengacu pada total waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar
mengubah menjadi gas dari bahan bakar padat di dalam reaktor. Ini termasuk
31
waktu untuk menyalakan bahan bakar dan waktu untuk menghasilkan gas,
ditambah waktu untuk benar-benar membakar semua bahan bakar dalam reaktor.
Kepadatan dari bahan bakar padat (ρ), volume reaktor (Vr) dan konsumsi bahan
bakar tingkat (FCR) adalah faktor yang digunakan dalam menentukan total waktu
h. Kecepatan Udara
Hal ini mengacu pada kecepatan aliran udara di tempat bahan bakar.
sangat mungkin mempengaruhi gasifikasi. Diameter dari reaktor (D) dan tingkat
kemudian mendapat hasil berdasarkan berat molekul unsur penyusun gas tersebut.
kandungan gas hasil gasifikasi. Terlebih dahulu perlu mencari nilai abundance
menggunakan persamaan:
32
persamaan:
bahwa kandungan moisture bahan bakar semakin tinggi, nilai kalor syngas
semakin rendah, dengan kata lain efisiensi gasifikasi semakin kecil dengan
loss, semakin kecil heat loss semakin besar pengaruhnya terhadap efisiensi
gasifikasi.
juga mempengaruhi efisiensi gasifikasi. Pada bahan bakar biomassa dengan nilai
equivalen ratio yang lebih rendah, jumlah udara menjadi berlimpah menjadikan
panas banyak terbuang, efisiensi gasifikasi turun. Temperatur harus tinggi untuk
memastikan semua karbon bereaksi. Pada kondisi tersebut persentase char yang
dihasilkan sangat tinggi. Ada dua cara untuk mengatasi hal tersebut, yaitu
time) produk gas. Efisiensi gas hasil gasifikasi dapat dihitung dengan cara dan
persamaan berikut:
2. Mencari total nitrogen (N) yang diproduksi udara dan bahan bakar :
Produksi N =
Total N
kandungan N dari gas hasil gasifikasi
. ............................ (2.17)
5. Mencari total energi dari gas mampu bakar/syngas (CO, H2 dan CH4)
energi syngas
ηg = ×100% ............................................................ (2.21)
energi input
34
CO 282,99 282,99
H2 285,84 241,83
2.6 Fluidisasi
padat diperlakukan seperti fluida (Basu dan Scott, 1991). Pada fluidisasi, kontak
antara fluida dengan partikel padat dapat terjadi dengan baik karena permukaan
kontak yang luas. Bila cairan atau gas dilewatkan pada unggun partikel padat
dengan kecepatan yang rendah, maka unggun tidak akan bergerak, apabila
disepanjang unggun akan meningkat pula. Pada saat perbedaan tekanan sama
dengan berat unggun dibagi luas penampang, unggun mulai bergerak dan
Bila zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel pada
kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak (diam). Jika kecepatan fluida
dan melayang di dalam fluida, serta berperilaku seakan-akan seperti fluida rapat.
Jika hamparan itu dimiringkan, permukaan atasnya akan tetap horizontal, dan
zat cair sebagai fluidanya. Dalam fluidisasi air dan pasir, partikel-
partikel itu bergerak menjauh satu sama lain dan gerakannya bertambah
rata pada suatu kecepatan tertentu sama disegala arah hamparan. Proses
ini bercirikan ekspansi hamparan yang cukup besar tetapi seragam pada
diatas kecepatan jauh lebih besar dari kebanyakan gas itu mengalir
Partikel itu bergerak tanpa aturan dan didukung oleh fluida tetapi
seperti gelembung udara dalam air, atau gelembung uap dalam zat cair
2.7 Biomassa
produk sampingan, residu dan limbah dari pertanian, kehutanan dan industri
terkait serta yang nonfosil dan fraksi organik biodegradasi limbah industri dan
kota (Basu, 2013). Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
(misalnya gula dan selulosa) dalam tumbuhan. Energi kimia yang tersimpan
dalam tanaman dan hewan (akibat memakan tumbuhan atau hewan lain) atau
dalam kotorannya dikenal dengan nama bio-energi. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, limbah
menjadi berbagai macam energi lain, misalnya menjadi energi panas. Contoh
yang dihasilkan akan sama dengan jumlah yang diserap dari udara ketika tanaman
tersebut tumbuh.
37
biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil
produk primernya. Energi yang telah diambil biasanya berupa bahan bakar.
Sumber daya biomassa dapat digunakan berulang kali dan bersifat tidak
sumber daya fosil secara prinsip bersifat terbatas dan hanya untuk sementara.
Selain itu emisi CO2 yang tidak terbalikan dari pembakaran fosil akan
(sustainable).
berbagai jenis biomassa. Rumus kimia dari biomassa diwakili oleh C xHyOz, nilai
koefisien dari x, y, dan z ditentukan dari jenis biomassa (Almeida et al, 2017).
sebagai indikator kandungan energi yang dimiliki setiap jenis biomassa. Nilai
38
kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan saat bahan mengalami pembakaran
sempurna atau dikenal sebagai kalor pembakaran. Nilai kalor ditentukan melalui
rasio komponen dan jenisnya serta rasio unsur di dalam biomassa itu sendiri
carbon
1 Ampas tebu 43.8 5.8 0.4 47.1 16.29 111 3.65 5.8 2.94 81
2 Sabut kelapa 47.6 5.7 0.2 45.6 14.67 151 3.97 5.7 2.85 72
3 Batok kelapa 50.2 5.7 0.0 43.4 20.50 661 4.18 5.7 2.71 65
4 Sabut tempulur 44.0 4.7 0.7 43.4 18.07 94 3.67 4.7 2.71 74
5 Bonggol jagung 47.6 5.0 0.0 44.6 15.65 188 3.97 5.0 2.79 70
6 tangkai jagung 41.9 5.3 0.0 46.0 16.54 129 3.49 5.3 2.88 82.3
7 Limbah kapas 42.7 6.0 0.1 49.5 17.48 109 3.56 6.0 3.10 87
8 Kulit kacang 48.3 5.7 0.8 39.4 18.65 299 4.03 5.7 2.46 61.2
9 Jerami padi 38.7 5.0 0.1 32.0 17.48 201 3.56 6.0 2.063 58
10 Sekam padi 42.7 6.1 0.6 33.0 15.25 617 3.24 5.1 2.0 62
11 Tangkai padi 36.9 5.0 0.4 37.9 16.78 259 3.08 5.0 2.37 82.4
12 Serbuk kayu 48.2 5.9 0.0 45.1 19.78 259 4.02 5.9 2.82 70.2
13 Jerami gandum 47.5 5.4 0.1 35.8 17.99 222 3.96 5.4 2.24 56.5
Average 44.6 5.5 0.3 41.8 17.32 253.84 3.72 5.49 2.61 70.89
padi (bahasa latin: Oriza Sativa L) merupakan tanaman pangan berupa rumput
berumpun. Sekam padi adalah kulit yang membungkus butiran beras, dimana kulit
padi akan terpisah dan menjadi limbah atau buangan. Jika sekam padi dibakar
akan menghasilkan abu sekam padi. Secara tradisional, abu sekam padi
digunakan sebagai bahan pencuci alat-alat dapur dan bahan bakar dalam
pembuatan batu bata. Penggilingan padi selalu menghasilkan kulit gabah / sekam
padi yang cukup banyak yang akan menjadi material sisa. Ketika bulir padi
digiling, 78% dari beratnya akan menjadi beras dan akan menghasilkan 22%
berat kulit sekam. Kulit sekam ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam
proses produksi. Kulit sekam terdiri 75% bahan mudah terbakar dan 25% berat
dijemur. Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk atau digiling
sehingga beras akan terpisah dari sekam (kulit padi). Sekam tersusun dari jaringan
beberapa unsur penting sebagai yang tercantum dalam Tabel 2.3 berikut.
1. Sumber silika
Silika dalam sekam padi merupakan suatu sumber silika yang cukup
tinggi, silika dari sekam padi merupakan saingan dari sumber silika lain yaitu
pasir, bentonit dan tanah diatomae tetapi biasanya silika dari sekam padi
2. Pemurnian air
filtrasi atau penyaringan partikel, koagulasi dan adsoprsi, akan tetapi karbon
3. Bahan bakar
Sekam padi yang dibakar secara langsung untuk meneruskan uap nya
4. Bahan bangunan
Pasir silika adalah salah satu mineral yang umum ditemukan di kerak
kontinen bumi. Material hamparan (bed material) yang digunakan pada gasifikasi
fluidized bed sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya proses fluidisasi yang
dihasilkan. Pasir silika dipilih sebagai material hamparan karena berat jenis 2,65,
titik lebur 17150o C, bentuk kristal hexagonal, panas spesifik 0,185, dan
konduktivitas panas 12 – 1000 oC. (Asmuni, 2000). Pada sistem ini, material
Dalam studi ini akan digunakan pasir silika sebagai material. Pasir silika
merupakan material yang sangat baik dalam menyimpan kalor. Sehingga sangat
material hamparan pada sistem ini, pasir silika banyak digunakan dalam industri