Anda di halaman 1dari 31

ORGANISASI

GERAKAN PEJUANG RAKYAT BERSATU


(GPRB)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

MUKADIMAH

Bahwa setelah terbukanya kran kebebasan berekspresi, masyarakat menjadi lebih kritis
dan terbuka mengakaji serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang akan dan tengah
dilakukan pemerintah. Begitupun didalam proses kehidupan berbangsa bernegara, dalam
proses pembangunan masyarakat punya hak-hak pengawasannya.
Bahwa masyarakat sebagai penyumbang anggaran terbesar melalui pajak dan retribusi,
dalam pembangunan sudah semestinya masyarakat juga dilibatkan dalam Pengawasan,
bukan hanya berposisi sebagai pengguna atau objek belaka, masyarakat juga berhak dalam
proses pengambilan kebijakan publik dan diposisikan sebagai pemangku kepentingan yang
dimintai pendapat, dalam rangka untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik
transparan, efektif, efisien, dan akuntabel, demokratis serta dapat di pertanggung
jawabkan.
Bahwa di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan ‘kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar’ (Bab I pasal 1 ) dan juga, “setiap
orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat bangsa dan Negara” (UUD 1945 pasal 28C). Sebagaimana
juga dalam beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah yang telah  dikukuhkan
partisipasi dan peran serta masyarakat selalu mendapat tempat sebagai fungsi pengawasan
dalam proses pembangunan segala bidang, dalam rangka turut serta berperan untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, tentunya diperlukan pengelolaan dan
penyedian pelayanan publik yang transparan, akuntabel dan bebas dari kolusi, korupsi, dan
nepotisme (KKN).
Bahwa Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 1999 peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan Negara untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih
dilaksanakan dalam bentuk hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi
mengenai penyelenggaraan negara, hak memperoleh pelayanan yang sama dan adil, hak
menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
penyelenggaraan Negara (Bab II Pasal 2 butir a, b, dan c). Sebagaimana pula di dalam UU RI
No 28 tahun 1999, peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara merupakan hak
dan tanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan penyelenggaraan negara yang
bersih.
Bahwa untuk mewujudkan dan menuju hal tersebut di atas GERAKAN PEJUANG RAKYAT
BERSATU (GPRB) merasa terpanggil sebagai agent of change dalam memberikan
sumbangan pemikiran, gagasan maupun tindakan dalam menerapkan atau mewujudkan
cita-cita dan tujuan negara yang berkeadilan dengan membangun kebersamaan dengan
Pemerintah dan masyarakat, berpartisipasi mengawasi pelaksanaan kekuasaan,
mengontrol berbagai kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah, menegakkan
hukum dan keadilan, menegakkan Hak Asasi Manusia, serta ikut berperan aktif
mewujudkan tatanan pemerintahan good and clean governance yang bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme.
Bahwa atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, GPRB menyusun suatu pedoman yaitu
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai suatu acuan dan pedoman dasar
dalam berorganisasi, yakni sebagai berikut :

ANGGARAN DASAR
ORGANISASI KEMASYARAKATAN
GERAKAN PEJUANG RAKYAT BERSATU
(GPRB)

Bab I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1.
Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu adalah :
1. Organisasi yang didirikan secara sah atas dasar turut mendukung program pemerintah
dalam rangka terwujudnya  good governance;
2. Organisasi yang didirikan sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku atas
dasar kesamaan tujuan dan bersifat Nasional.

BAB II
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 2
Organisasi ini bernama Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu yang disingkat dengan nama
GPRB.

Pasal 3
Organisasi GPRB didirikan pada tanggal .................. di kota Makassar – Sulawesi Selatan –
Indonesia, melalui rapat pendiri dan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

Pasal 4
Tempat dan kedudukan organisasi ini adalah diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Dengan pusat organisasi berkedudukan di Kota Republik Indonesia, Makassar - Sulawesi
Selatan dan bila diperlukan, organisasi dapat membentuk perwakilan di Provinsi,
Kabupaten, Kotamadya  dan Kota Administratif yang dianggap perlu.

BAB III
AZAS, DASAR DAN SIFAT

Pasal 5
Organisasi GPRB berazaskan pancasila.
Pasal 6
Organisasi GPRB berdasarkan Undang Undang Dasar 1945.

Pasal 7
Organisasi GPRB bersifat Independen, profesional, fungsional, bebas dan terbuka bagi
seluruh warga Negara Indonesia serta tidak menjadi bagian dari organisasi lain dan atau
kekuatan sosial politik manapun kecuali aktivitas masing-masing individu.

BAB IV
VISI, MISI DAN KEGIATAN

Pasal 8
Visi Organisasi GPRB :
Menjadikan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu (GPRB) sebagai organisasi terdepan untuk
mendukung program pemerintah pro rakyat serta mewujudkan kehidupan rakyat
Indonesia yang aman, adil, makmur dan sejahtera.

Pasal 9
Misi Organisasi GPRB:
1. Menampung aspirasi masyarakat;
2. Mendorong lahirnya masyarakat sipil yang kritis;
3. Meningkatkan fungsi layanan hukum bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan;
4. Mengembangan kreativitas dan kualitas Sumber Daya Manusia yang berperilaku luhur
dan bangga sebagai warga Negara Indonesia;
5. Mendorong kemandirian usaha bagi masyarakat terutama dalam sektor informal dan
industri kecil sebagai penguatan ekonomi kerakyatan;
6. Menggali dan mengembangkan usaha-usaha lain yang sesuai dengan anggaran dasar
dan tujuan organisasi;
7. Menjalin kemitraan dengan Pemerintah serta berkontribusi dalam tata kelola
pemerintahan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.

Pasal 10
Kegiatan Organisasi GPRB :
1. Melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
turut-- berpartisifasi dalampengembangan demokratisasi,-- lingkungan hidup,
hukum,sosial,seni budaya,-- pendidikan, perekonomian danbidang lainnya;
2. Menjadi pelopor bersama masyarakat atas pencegahan mafia peradilan, narkotika
dan obat-obatan terlarang, asusila,eksploitasi ilegal sumber daya alam serta
terorisme dan lain-lain;--
3. Melaporkan kepada penegak hukum hasil temuan penyimpangan yang berpotensi
merugikan keuangan Negara untuk ditindak lanjuti sesuai hukum yang berlaku;
4. Melakukan kerjasama di segala bidang dengan jaringan Perusahaan, Institusi
Pemerintah, Media, Pekerja,-Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisan Negara
Republik Indonesia (POLRI) dan lainnya;--
5. Melakukan pembinaan, pelatihan dan pengkaderan dalam masyarakat, guna
melahirkan masyarakat yang sadar hukum dan beretika sebagai bagian kehidupan
berbangsa dan bernegara;
6. Mendirikan dan menyelenggarakan Pusat Info Data Pengaduan masyarakat;--
7. Menyelenggarakan pendampingan, diklat, seminar, loka karya, dialog interaktif,
diskusi panel sesuai dengan maksud dan tujuan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;-
8. Menerbitkan, website, surat kabar, media online, buku danbarang cetakan lainnya
yang berisikan berita,- artikel seputar kegiatan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
9. Memberikan penghargaan kepada Pejabat- Pemerintah/Aparatur Sipil Negara
(ASN),DPR/DPRD,- Penegak Hukum, Pelaku Usaha serta Profesionalis yang memiliki
kinerja dan prestasi yang baik;-
10. Melakukan usaha-usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan maksud dan
tujuan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu, dalam arti kata yang seluas-luasnya.--

BAB V
LAMBANG, BENDERA DAN ATRIBUT

Pasal 11
1. Rantai bersambung berbentuk lingkaran menyimbolkan- sinergitas dan persatuan yang
kuat;
2. Tulisan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu dalam lingkaran rantai itu menyimbolkan
nama organisasi kemasyarakan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
3. Warna Merah Putih berbentuk lingkaran menyimbolkan- keberanian dan ketulusan
dalam perjuangan;
4. Gambar jabat tangan komando menyimbolkan penguatan- hubungan silaturahmi;
5. Peta Indonesia menyimbolkan wilayah perjuangan-- organisasi kemasyarakan Gerakan
Pejuang Rakyat Bersatu dalam kegiatannya untuk mencapai tujuan organisasi;
6. Warna hijau dan kuning pada gambar jabat tangan- menyimbolkan
kedamaian/kesejukan dan kesejahteraan;
7. Tulisan huruf capital GPRB merupakan singkatan dari Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 13
Bendera Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu warna dasar hijau ditengah-tengah terdapat
logo/lambang Gerakan Pejuang- Rakyat Bersatu.

Pasal 14
Atribut Organisasi GPRB terdiri dari lambang, pataka, panji-panji, Kartu Tanda Anggota
(KTA), pakaian seragam, papan nama, kop surat, stempel serta tata cara penggunaannya
akan ditentukan kemudian oleh peraturan organisasi.

BAB V
DEWAN PENDIRI DAN MAJELIS GERAKAN PEJUANG RAKYAT BERSATU

Pasal 15
1. Dewan pendiri adalah pihak-pihak yang telah mengikrarkan berdirinya organisasi
Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu (GPRB) yang pemegang kedaulatan tertinggi dalam
organisas Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
2. Ketua Dewan Pendiri adalah H. Aulia Waris Syam sebagai Penggagas Organisasi
Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu (GPRB)
3. Anggota Dewan Pendiri adalah Rahmat, S.H dan Syahrifuddin

Pasal 16
1. Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu adalah badan struktural strategis sebagai
pengambil keputusan terbesar;
2. Anggota Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu terdiri dari para Dewan Pendiri,
aktivis, tokoh masyarakat dan individu yang berjasa dalam pembentukan;
3. Anggota Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu terdiri dari minimal 9 (sembilan)
orang yang disahkan oleh Ketua Dewan Pendiri;
4. Anggota Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu dapat merangkap jabatan sebagai
Pengurus;
5. Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu memiliki kewenangan untuk memutuskan,
menyetujui, membatalkan seluruh kebijakan di semua jenjang struktur di setiap
tingkatan baik di Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, Pengurus
Kecamatan, Pengurus Kelurahan, Pengurus Ranting dan Pengurus Anak Ranting;
6. Seluruh keputusan Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu diambil melalui
musyawarah yang demokratis;
7. Keputusan Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu bersifat final dan mengikat secara
internal.

BAB VII
KEANGGOTAAN, HAK, KEWAJIBAN, PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 17
1. Anggota Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu adalah Warga Negara Republik Indonesia
yang setia kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945 dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 18
1. Setiap anggota memiliki hak perlakuan yang sama, serta perlindungan dan pembelaan
dari organisasi;
2. Dipilih dan memilih untuk menjadi pengurus atau jabatan fungsional lainnya dari
organisasi;
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai hak anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 19
1. Setiap anggota mentaati dan melaksanakanAnggaran Dasar,Anggaran Rumah Tangga,
dan seluruh keputusan organisasi serta membayar iuran anggota;
2. Ketentuanlebih lanjut mengenai kewajiban anggota diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 20
1. Anggota dapat mengundurkan diri atau diberhentikan dari keanggotaan;
2. Ketentuan lebih lanjut tentang pemberhentian anggota diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB VIII
PENGURUS DAN ALAT KELENGKAPAN ORGANISASI

Pasal 21
1. Kepengurusan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu terdiri dari :
a) Pengurus Besar disingkat PB di tingkat Pusat;
b) Pengurus Wilayah disingkat PW di tingkat Propinsi;
c) Pengurus Daerah disingkat PD di tingkat Kabupaten/Kota;
d) Pengurus Kecamatan disingkat PC di tingkat Kecamatan;
e) Pengurus Kelurahan disingkat PK di tingkat Kelurahan/Desa;
f) Pengurus Ranting disingkat PR di tingkat Rukun Warga/Dusun;
g) Pengurus Anak Ranting disingkat PAR di tingkat Rukun Tetangga.
2. Pengurus tingkat pusat terdiri dari :
a) Pembina;
b) Pakar;
c) Pengurus Besar (PB).
3. Pengurus di tingkat Propinsi terdiri dari :
a) Pembina;
b) Pakar;
c) Pengurus Wilayah (PW).
4. Pengurus di tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari :
a) Pembina;
b) Pakar;
c) Pengurus Daerah (PD).
5. Pengurus di tingkat Kecamatan terdiri dari :
a) Pembina;
b) Pengurus Kecamatan (PC).
6. Pengurus di tingkat Desa/Kelurahan terdiri dari :
a) Pembina;
b) Pengurus Kelurahan (PL).
7. Pengurus di tingkat Ranting terdiri dari :
a) Pembina;
b) Pengurus Ranting (PR).
8. Pengurus di tingkat Anak Ranting terdiri dari :
a) Pembina;
b) Pengurus Anak Ranting (PAR).
9. Ketentuan lebih lanjut tentang pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 22
Memiliki organ satuan tugas yang merupakan kelengkapan organisasi yang dapat dibentuk
oleh Pimpinan Pengurus di setiap tingkatan yang menangani bidang tertentu yang terdiri
dari :
1. Kepala Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) :
a) Ketua Koordinator Bidang Advokasi/Bantuan Hukum;
b) Ketua Koordinator Bidang Investigasi;
c) Ketua Koordinator Bidang Pelatihan Hukum.
2. Kepala Bidang Sosial Politik dan Keamanan :
a) Ketua Koordinator Bidang Demokrasi dan Politik;
b) Ketua Koordinator Bidang Pengabdian Masyarakat dan Tanggap Bencana;
c) Komandan Brigade;
d) Komandan Provost.
3. Kepala Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Kemasyarakatan :
a) Ketua Koordinator Bidang Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan;
b) Ketua Koordinator Bidang Pengembangan Daerah;
c) Ketua Koordinator Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan
Ketahanan Bangsa.
4. Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi :
a) Ketua Koordinator Bidang Hubungan Masyarakat;
b) Ketua Koordinator Bidang Media Cetak;
c) Ketua Koordinator Bidang Media Online.
5. Kepala Bidang Ekonomi dan Usaha :
a) Ketua Koordinator Bidang Perindustrian dan Perdagangan;
b) Ketua Koordinator Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi;
c) KetuaKoordinator Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif.
6. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat :
a) Ketua Koordinator Bidang Keagamaan;
b) Ketua Koordinator Bidang Kesehatan;
c) KetuaKoordinator Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
d) Ketua Koordinator Bidang Pariwisata dan Kebudayaan;
e) Ketua Koordinator Bidang Pemuda dan Olahraga.
7. Kepala Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam :
a) Ketua Koordinator Bidang Lingkungan Hidup;
b) KetuaKoordinator Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;
c) Ketua Koordinator Bidang Perikanan dan Kelautan;
d) Ketua Koordinator Bidang Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.
8. Kepala Bidang Hubungan antar lembaga :
a) KetuaKoordinator Bidang Kerja Sama antar Pemerintah;
b) Ketua Koordinator Bidang Kerja Sama antar Swasta;
c) Ketua Koordinator Bidang Kerja Sama antar Lintas Organisasi.

BAB IX
WEWENANG, KEWAJIBAN DAN MASA JABATAN PENGURUS

Pasal 23
1. Pembina adalah pengurus kolektif yang dapat memberikan dukungan akses, konsultasi,
supervisi, saransaran, pembinaan dan kekuatan moril maupun materil kepada
organisasi sesuai tingkatan pengurus;
2. Pembina dipimpin oleh seorang ketua dan beberapa anggota;
3. Kewajiban Pembina mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta
Peraturan Organisasi.

Pasal 24
1. Pakar adalah pengurus kolektif dari para akademisi di lingkungan kampus yang
bergerak dalam dunia pendidikan, tokoh ilmuwan dan cendikiawan dalam berbagai
bidang dan tokoh yang khusus ahli dibidang Ekonomi, Telematika, Pendidikan, Agama,
Lingkungan Hidup, Hukum dan HAM, Kepemudaan atau tokoh masyarakat dan atau
yang dapat memberikan nasehatnasehat, saran dan kekuatan kepada organisasi yang
ada sampai tingkat kepengurusan Pengurus Daerah;
2. Pakar tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota ditetapkan oleh tingkat
kepengurusan masing masing;
3. Wewenang pakar memberikan saran sesuai wewenangnya, diminta atau tidak diminta
kepada pengurus pada tingkatannya;
4. Kewajiban pakar mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan
Organisasi.

Pasal 25
Pengurus Besar adalah badan struktural pelaksana (eksekutif) di tingkat Pusat;
1. Presiden Pengurus Besar dipilih, diangkat dan ditetapkan oleh Ketua Dewan Pendiri
Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu melalui Rapat Majelis Gerakan Pejuang Rakyat
Bersatuuntuk selanjutnya disahkan melalui Musyawarah Besar(MUBES) dan atau
melalui mekanisme yang ditetapkan oleh Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
2. Presiden Pengurus Besar sebagai Ketua Formatur dalam Musyawarah
Besar/Musyawarah Besar Luar Biasa atau Rapat Pengurus Besar (RAPENBES)
menyusun Komposisi dan Personalia Pengurus Besar;
3. Presiden Pengurus Besar dalam menjalankan tugasnya, melaksanakan kerja sama
dengan berbagai pihak yang bersifat strategis, pengangkatan susunan dan nama
struktur organisasi Pengurus Besar, pengangkatan ketua untuk wilayah, daerah,
kecamatan, kelurahan, ranting dan anak ranting berkoordinasi dan meminta
persetujuan dari Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
4. Presiden Pengurus Besar memiliki wewenang :
5. Menentukan kebijakan operasional di tingkat pusat berdasarkan ketentuan Anggaran
Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), keputusan musyawarah dan rapat
tingkat pusat serta keputusan Pengurus Besar (PB);
6. Menetapkan Surat Keputusan(SK) untuk pengurus wilayah, daerah, kecamatan,
kelurahan, ranting dan anak ranting, serta melantik pengurus wilayah sesuai hasil
Musyawarah Wilayah (Muswil)/Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswilub) dan atau
melaluimekanisme yang ditetapkan oleh Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
7. Memutuskan penyelenggaraan Musyawarah BesarLuar Biasa, Musyawarah Wilayah
Luar Biasa dan Musyawarah DaerahLuar Biasa atau Rapat Pengurus Besar
(RAPENBES), Rapat Pengurus Wilayah (RAPENWIL) bila terdapat kebutuhan dan
dinamisasi;
8. MembatalkanKeputusan Pengurus Wilayah atau Pengurus Daerah yang bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Organisasi atau
Keputusan Pengurus Besar;
9. Menjatuhkan sanksi hukuman kepada anggota yang melanggar AD/ART dan Peraturan
organisasi di Pengurus Besar.
10. Pengurus Besar mempunyai kewajiban :
11. Melaksanakan dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
keputusan musyawarah dan rapat tingkat pusat, Peraturan Organisasi, Keputusan
Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu serta Keputusan Pengurus Besar;
12. Memberikan laporan pertanggungjawaban pada Musyawarah Besar atau Musyawarah
Besar Luar Biasa dan atau melalui mekanisme yang ditetapkan oleh Majelis Gerakan
Pejuang Rakyat Bersatuuntuk disetujui oleh Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
13. Memberikan perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota dalam kasuskasus
yang terkait dengan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 26
Pengurus Wilayah
1. Ketua Pengurus Wilayah (PW) adalah badan struktural pelaksana (eksekutif) di tingkat
Propinsi;
2. Pengurus Wilayah (PW)berkedudukan di ibu kota Propinsi dan dipimpin oleh Ketua
Wilayah yang dipilih danditetapkan oleh Pengurus Besar (PB) atas persetujuan Majelis
Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu berdasarkan usulan Pengurus Besar (PB) maupun
masyarakat serta bertanggung jawab kepada Pengurus Besar;
3. Pengurus Wilayah (PW) memiliki wewenang :
4. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Propinsi sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, keputusan musyawarah baik tingkat Pusat maupun Propinsi
serta Peraturan Organisasi;
5. Memberikan rekomendasi tertulis kepada Pengurus Besar untuk mengangkat dan
mengesahkan Pengurus Daerahatas persetujuan Majelis Gerakan Pejuang Rakyat
Bersatuserta melantik Pengurus Daerah;
6. Menyelesaikan perselisihan antara Pengurus Daerah dengan Pengurus Kecamatan (PC)
yang tidak dapat diselesaikan oleh Pengurus Daerah (PD).
7. Pengurus Wilayah memiliki kewajiban :
8. Melaksanakan dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
keputusan musyawarah dan rapat tingkat pusat, peraturan organisasi serta keputusan
Pengurus Besar;
9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Majelis Gerakan Pejuang Rakyat
Bersatumelalui Pengurus Besar pada Musyawarah Wilayah;
10. Memberikan perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota dalam kasuskasus
yang terkait dengan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 27
Pengurus Daerah
1. Ketua Pengurus Daerah (PD)adalah badan struktural pelaksana (eksekutif) di tingkat
Kabupaten/Kota;
2. Pengurus Daerah berkedudukan di Kabupaten/Kota dan dipimpin oleh Ketua Daerah
yang dipilih dan ditetapkan oleh Pengurus Besar (PB) berdasarkan usulan Pengurus
Wilayah (PW) maupun masyarakat danatau melalui mekanisme yang ditetapkan oleh
Majelis Gerakan Pejuang RakyatBersatuke Pengurus Besar (PB) serta bertanggung
jawab kepada Pengurus Wilayah (PW);
3. Pengurus Daerah memiliki wewenang :
4. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan musyawarah baik tingkat Pusat, Propinsi
maupun Daerah serta Peraturan Organisasi;
5. Memberikan rekomendasi tertulis kepada Pengurus Besar untuk mengangkat dan
mengesahkan komposisi dan Pengurus Kecamatan (PC)atas persetujuan Pengurus
Wilayah (PW) serta melantik Pengurus Kecamatan;
6. Menyelesaikan perselisihan antara Pengurus Kecamatan (PC) dengan Pengurus
Kelurahan (PL) di kelurahan yangtidak dapat diselesaikan oleh Pengurus Kecamatan.
7. Pengurus Daerah memiliki kewajiban :
8. Melaksanakan dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
keputusan musyawarah dan rapat tingkat pusat, Peraturan Organisasi serta Keputusan
Pengurus Besar;
9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pengurus Wilayah (PW) pada
Musyawarah Daerah dengan tembusan ke Pengurus Besar;
10. Memberikan perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota dalam kasuskasus
yang terkait dengan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 28
Pengurus Kecamatan
1. Ketua Pengurus Kecamatan (PC) adalah badan struktural pelaksana (eksekutif) di
tingkat Kecamatan;
2. Pengurus Kecamatan berkedudukan di Kecamatan dan dipimpin oleh Ketua Kecamatan
yangdipilih danditetapkan oleh Pengurus Besar (PB) atas persetujuan Pengurus
Wilayah (PW) berdasarkan usulan Pengurus Daerah (PD) maupun masyarakat dan
atau melalui mekanisme yang ditetapkan oleh Majelis Gerakan Pejuang Rakyat
Bersatuke Pengurus Besar serta bertanggung jawab kepada Pengurus Daerah;
3. Pengurus Kecamatan memiliki wewenang :
4. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat kecamatan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga,keputusan musyawarah baik tingkat Pusat,Propinsi, Daerah
maupun kecamatan serta Peraturan Organisasi;
5. Memberikan rekomendasi tertulis kepada Pengurus Besar (PB)untuk mengangkat dan
mengesahkan komposisi dan Pengurus Kelurahan (PL)atas persetujuan Pengurus
Daerah (PD) dan Pengurus Wilayah (PW) serta melantik Pengurus Kelurahan;
6. Menyelesaikan perselisihan antara Pengurus Kelurahan (PL) dengan Pengurus Ranting
(PR) di Rukun Warga yang tidak dapat diselesaikan oleh Pengurus Kelurahan.
7. Pengurus Kecamatan memiliki kewajiban :
8. Melaksanakan dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
keputusan musyawarah dan rapat tingkat pusat, peraturan organisasi serta Keputusan
Pengurus Besar;
9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pengurus Daerah (PD)pada
Musyawarah Kecamatan dengan tembusan ke Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus
Besar (PB);
10. Memberikan perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota dalam kasuskasus
yang terkait dengan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 29
Pengurus Kelurahan
1. Ketua Pengurus Kelurahan (PL)adalah badan struktural pelaksana (eksekutif) di
tingkat kelurahan;
2. Pengurus Kelurahan berkedudukan di kelurahan dan dipimpin oleh Ketua
Kelurahanyang dipilih dan ditetapkan oleh Pengurus Besar (PB) atas persetujuan
Pengurus Daerah (PD) dan Pengurus Wilayah (PW) berdasarkan usulan Pengurus
Kecamatan (PC) maupun masyarakat dan atau melalui mekanisme yang ditetapkan
oleh Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatuserta bertanggung jawab kepada
Pengurus Kecamatan (PC);
3. Pengurus Kelurahan memiliki wewenang :
4. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat kelurahan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga,keputusan musyawarah baik tingkat Pusat, Propinsi maupun
Daerah serta Peraturan Organisasi;
5. Memberikan rekomendasi tertulis kepada Pengurus Besar(PB)untuk mengangkat dan
mengesahkan komposisi dan Pengurus Ranting (PR) atas persetujuan Pengurus
Kecamatan (PC), Pengurus Daerah (PD) dan Pengurus Wilayah (PW) serta melantik
Pengurus Ranting;
6. Menyelesaikan perselisihan antara Pengurus Ranting (PR) dengan Pengurus Anak
Ranting (PAR) di Rukun Tetangga yang tidak dapat diselesaikan oleh Pengurus
Ranting.
7. Pengurus Kelurahan memiliki kewajiban :
8. Melaksanakan dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,keputusan
musyawarah dan rapat tingkat pusat, Peraturan Organisasi serta Keputusan Pengurus
Besar;
9. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pengurus Kecamatan (PC) pada
musyawarah kelurahan dengan tembusan ke Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah dan
Pengurus Besar;
10. Memberikan perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota dalam kasuskasus
yang terkait dengan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 30
1. Pengurus Ranting
2. Ketua Pengurus Ranting (PR)adalah badan struktural pelaksana (eksekutif) di tingkat
Rukun Warga (RW);
3. Pengurus Ranting berkedudukan di Rukun Warga dan dipimpin oleh Ketua
Rantingyang dipilih dan ditetapkan oleh Pengurus Besar (PB) atas persetujuan
Pengurus Kecamatan (PC), Pengurus Daerah (PD), dan Pengurus Wilayah
(PW)berdasarkan usulan Pengurus Kelurahan (PL) maupun masyarakat dan atau
melalui mekanisme yang ditetapkan oleh Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatuserta
bertanggung jawab kepada Pengurus Kelurahan;
4. Pengurus Ranting memiliki wewenang :
5. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Rukun Warga sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah baik tingkat Pusat, Propinsi
maupun Daerah serta Peraturan Organisasi;
6. Memberikan rekomendasi tertulis kepada Pengurus Besar untuk mengangkat dan
mengesahkan komposisi dan Pengurus Anak Ranting (PAR)atas persetujuan Pengurus
Kelurahan (PL), Pengurus Kecamatan (PC), Pengurus Daerah (PD) dan Pengurus
Wilayah (PW) serta melantik Pengurus Anak Ranting;
7. Menyelesaikan perselisihan di Pengurus Anak Ranting yang tidak dapat diselesaikan
oleh Pengurus Anak Ranting.
8. Pengurus Ranting memiliki kewajiban :
9. Melaksanakan dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
Keputusan Musyawarah dan Rapat Tingkat Pusat, Peraturan Organisasi serta
Keputusan Pengurus Besar (PB);
10. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pengurus Kelurahan (PL) pada
musyawarah rukun warga dengan tembusan ke Pengurus Kecamatan, Pengurus
Daerah, Pengurus Wilayah dan Pengurus Besar;
11. Memberikan perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota dalam kasuskasus
yang terkait dengan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 31
Pengurus Anak Ranting
1. Ketua Pengurus Anak Ranting (PAR)adalah badan struktural pelaksana (eksekutif)di
tingkat Rukun Tetangga (RT);
2. Pengurus Anak Ranting berkedudukan di Rukun Tetangga dan dipimpin oleh Ketua
Anak Ranting yang dipilih dan ditetapkan oleh Pengurus Besar (PB) atas persetujuan
Pengurus Kelurahan (PL), Pengurus Kecamatan (PC), Pengurus Daerah (PD), dan
Pengurus Wilayah (PW) berdasarkan usulan Pengurus Ranting (PR) maupun
masyarakat dan atau melalui mekanisme yang ditetapkan oleh Majelis Gerakan
Pejuang Rakyat Bersatuserta bertanggung jawab kepada Pengurus Ranting;
3. Pengurus Anak Ranting memiliki wewenang :
Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Rukun Tetangga (RT) sesuai dengan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah baik tingkat Pusat,
Propinsi maupun Daerah serta Peraturan Organisasi;
4. Pengurus Anak Ranting memiliki kewajiban :
5. Melaksanakan dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
Keputusan Musyawarah dan Rapat Tingkat Pusat, Peraturan Organisasi serta
Keputusan Pengurus Besar;
6. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pengurus Ranting (PR) pada
musyawarah Rukun Tetangga dengan tembusan ke Pengurus Kelurahan,
PengurusKecamatan, Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah danPengurus Besar;
7. Memberikan perlindungan dan pembelaan hukum kepada anggota dalam kasuskasus
yang terkait dengan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 32
Masa Jabatan Pengurus
1. Masajabatan pengurus di setiap tingkatmenyesuaikan sisa periodekepengurusan,
setelah itu maka masa jabatan kepengurusan ditetapkan sebagai berikut :
2. Pengurus Besar (PB) selama 5 (lima) tahun dalam 1 (satu) periode dan sesudahnya
dapat dipilih kembali;
3. Pengurus Wilayah (PW) selama 4 (empat) tahun dalam 1 (satu) periode dan
sesudahnya dapat dipilih kembali;
4. Pengurus Daerah (PD) selama 4 (empat) tahun dalam 1 (satu) periode dan sesudahnya
dapat dipilih kembali;
5. Pengurus Kecamatan (PC) selama 4 (empat) tahun dalam 1 (satu) periode dan
sesudahnya dapat dipilih kembali;
6. Pengurus Kelurahan (PL) selama 4 (empat) tahun dalam 1 (satu) periode dan
sesudahnya dapat dipilih kembali;
7. Pengurus Ranting (PR) selama 4 (empat) tahun dalam 1 (satu) periode dan sesudahnya
dapat dipilih kembali;
8. Pengurus Anak Ranting (PAR) selama 4 (empat) tahun dalam 1 (satu) periode dan
sesudahnya dapat dipilih kembali.

BAB X
MUSYAWARAH, RAPAT DAN KEPUTUSAN

Pasal 33
Musyawarah
1. Dewan Pendiri :
Musyawarah Dewan Pendiri.
2. Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu:
Musyawarah Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.
3. Pengurus Besar (PB) :
Musyawarah Besar;
Musyawarah Besar Luar Biasa.
4. Pengurus Wilayah (PW) :
Musyawarah Wilayah;
Musyawarah Wilayah Luar Biasa.
5. Pengurus Daerah (PD) :
Musyawarah Daerah;
Musyawarah Daerah Luar Biasa.
6. Pengurus Kecamatan (PC):
Musyawarah Kecamatan;
Musyawarah Kecamatan Luar Biasa.
7. Pengurus Kelurahan (PL) :
Musyawarah Kelurahan;
Musyawarah Kelurahan Luar Biasa.
8. Pengurus Ranting (PR) :
Musyawarah Ranting;
Musyawarah Ranting Luar Biasa.
9. Pengurus Anak Ranting (PAR) :
Musyawarah Anak Ranting;
Musyawarah Anak Ranting Luar Biasa.
10. Ketentuan tentang musyawarah di setiap tingkat akan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga dan atau Peraturan Organisasi.

Pasal 34
Rapat
1. Dewan Pendiri :
Rapat Dewan Pendiri.
2. Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu :
Rapat Dewan Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.
3. Pengurus Besar (PB) :
Rapat Pengurus Besar;
Rapat Kerja Besar.
4. Pengurus Wilayah (PW) :
Rapat Kerja Wilayah;
Rapat Pengurus Wilayah.
5. Pengurus Daerah (PD) :
Rapat Kerja Daerah;
Rapat Pengurus Daerah.
6. Pengurus Kecamatan (PC) :
Rapat Kerja Kecamatan;
Rapat Pengurus Kecamatan.
7. Pengurus Kelurahan (PL) :
Rapat Kerja Kelurahan;
Rapat Pengurus Kelurahan.
8. Pengurus Ranting (PR) :
Rapat Kerja Ranting;
Rapat Pengurus Ranting.
9. Pengurus Anak Ranting (PAR) :
Rapat Kerja Anak Ranting;
Rapat Pengurus Anak Ranting.
10. Ketentuan tentang rapat di setiap tingkat akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
dan atau Peraturan Organisasi.

Pasal 35
Keputusan
Tingkat keputusan hirarkis;
1. Pengambilan keputusan dalam persidangan/rapat rapat organisasi masyarakat pada
semua tingkatan harus melalui musyawarah untuk mencapai mufakat;
2. Pemungutan suara (voting) ditempuh bila musyawarah tidak mencapai mufakat;
3. Keputusan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan keputusan yang lebih
besar sesuai dengan tingkat keputusan organisasi;
4. Musyawarah Besar (Mubes), Musyawarah Wilayah (Muswil), Musyawarah Daerah
(Musda), Musyawarah Kecamatan (Muscam), Musyawarah Kelurahan (Muslu),
MusyawarahRanting (Musra) dan Musyawarah Anak Ranting (Musara) hanya
membahas dan menetapkan program kerja, baik jangka pendek, menengah dan
panjang;
5. Keputusan external organisasi diselesaikan melalui Rapat Pleno;
6. Ketentuan tentang tingkat keputusan akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga dan Peraturan Organisasi.

BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORMAS
Pasal 36
Keuangan
1. Iuran anggota;
2. Iuran organisasi;
3. Kerja sama dengan pihak lain sepanjang tidak bertentangan visi misi organisasi;
4. Bantuan dari Anggaran Negara/Daerah;
5. Sumbangan yang halal dan tidak mengikat;
6. Hasil usaha yang sah.

Pasal 37
Kekayaan
1. Kekayaan yang diperoleh organisasi kemasyarakatan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu
dalam bentuk apapun menjadi milik organisasi kemasyarakatanGerakan Pejuang Rakyat
Bersatu;
2. Kekayaan ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut diatas adalah uang
tunai, suratsurat berharga, barang yang bergerak dan tidak bergerak yang tercatat dan
terdaftar sebagai aset dan inventaris organisasi.

BAB XII
PEMBUBARAN, KETENTUAN TAMBAHAN DAN PENUTUP
Pasal 38
Pembubaran
1. Gerakan PejuangRakyat Bersatu hanya dapat dibubarkan oleh Dewan Pendiri setelah
melakukan musyawarah yang diselenggarakan khusus untuk itu;
2. Jika terjadi pembubaran organisasi kemasyarakatan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu,
maka segala hak milik organisasi kemasyarakatanGerakan Pejuang Rakyat Bersatu
diserahkan kepada organisasi sosial yang sehaluan dan ditetapkan oleh Ketua Dewan
Pendiri.

Pasal 39
Ketentuan Tambahan
Bila timbul perbedaan penafsiran mengenai suatu ketentuan dalam Anggaran Dasar ini, 42
tafsiran yang sahakan ditetapkan Dewan Pendiri melalui Ketua Dewan Pendiri organisasi
kemasyarakatan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu.

Pasal 40 Penutup
1. Anggaran Dasar ini hanya akan dapat direvisi dan diubah oleh Dewan Pendiri yang
disesuaikan dengan pengembangan dan kebutuhan organisasi ke depan;
2. Halhal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi;
3. Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
merupakan satu kesatuan dalam Anggaran Dasar;
4. Terkait pemilihan Pengurus serta Pengawas Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu untuk
pertama kalinya ditetapkan sebagai berikut :
Pengurus :
a) Presiden : Rahmat, S.H, tersebut;
b) Sekretaris Jenderal : H. Aulia Waris, tersebut;
c) Bendahara Umum : Samrah Said, S.H, tersebut;
Pengawas :
d) Wakil Presiden : Syahrifuddin, tersebut;
e) Wakil Sekertaris Jenderal : Muh. Iqbal.

Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

ANGGARAN RUMAH TANGGA


GERAKAN PEJUANG RAKYAT BERSATU

BAB I
UMUM
Pasal 1
Anggaran Rumah Tangga ini merupakan pedoman operasional dari Anggaran Dasar yang
memuat peraturan yang belum diatur dalam Anggaran Dasar.

BAB II
ANGGOTA, KEWAJIBAN, HAK DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 2
1. Keanggotaan sebagai berikut:
a) Berwarga Negara Republik Indonesia;
b) Telah berusia 17 tahun atau sudah menikah;
c) Setia dan taat kepada Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945;
d) Mengajukan permohonan secara tertulis untuk menjadi anggota;
e) Menyetujui, menerima dan mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
Peraturan Organisasi, ketetapan serta keputusan keputusan organisasi.
2. Anggota terdiri dari :
a) Anggota Aktif adalah anggota yang jadi Pengurus mulai dari tingkat Pusat, Wilayah,
Daerah, Kecamatan, Kelurahan Rukun Warga dan Rukun Tetangga yang tertuang
dalam Surat Keputusan (SK) dan memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) serta
terdaftar namanya dalam data base ormas;
b) Anggota Biasa adalah anggota yang membantu Pengurus mulai dari tingkat Pusat,
Wilayah, Daerah,Kecamatan, Kelurahan Rukun Warga dan Rukun Tetangga yang
tidak tertuang dalam surat Keputusan (SK) namun memiliki Kartu Tanda Anggota
(KTA) serta terdaftar namanya dalam data base organisasi kemasyarakatan
Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
c) Anggota Kehormatan adalah setiap orang yang dianggap berjasa kepada atau
orangorang tertentu yang dipilih dan telah disetujui penetapannya dalam Rapat
Pleno Pengurus Besar (PB) serta memperoleh persetujuan dari Majelis Gerakan
Pejuang Rakyat Bersatu.
d) Kartu Tanda Anggota diterbitkan oleh Pengurus Besar;
e) Tata cara keanggotaan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 3
Kewajiban
1. Mendukung serta melaksanakan program dan perjuangan;
2. Berupaya memajukandengan berfikir, bersikap dan bertindak positif dan konstruktif;
3. Menjaga nama baik serta menghindari perbuatan tercela dan tidak terpuji;
4. Membayar iuran organisasi serta kewajiban keuangan lainnya yang ditetapkan oleh
organisasi kemasyarakatan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu;
5. Ketentuan lebih lanjut tentang kewajiban anggota diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 4
Hak Anggota
1. Hak bicara dan hak suara;
2. Memilih dan dipilih untuk menjadi pengurus;
3. Memperoleh perlakuan yang sama;
4. Memperoleh penghargaan dan kesempatan mengembangkan diri;
5. Mengajukan pendapat baik lisan maupun tulisan demi kemajuan;
6. Memperoleh pendidikan dan pelatihan;
7. Memperoleh penjelasan atas keputusan, kebijakan, dan sikap;
8. Hak membela diri apabila dikenakan sanksi;
9. Memperoleh Kartu Tanda Anggota;
10. Memperoleh hak pembelaan hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas;
11. Ketentuan lebih lanjut tentang hak anggota diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 5
Pemberhentian Anggota
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;
3. Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,Peraturan Organisasi, ketetapan
serta keputusankeputusan organsisasi;
4. Terlibat dalam tindak pidana yang dapat merugikan nama baik;
5. Ketentuan lebih lanjut tentang pemberhentian anggota diatur dalam Peraturan
Organisasi.
BAB III
DISIPLIN DAN SANKSI ORGANISASI

Pasal 6
Disiplin
1. Anggota dilarang melakukan kegiatan dan tindakan atas namauntuk halhal yang bukan
menjadi tugas/kewenangannya;
2. Anggotadilarang mengatasnamakan organisasi kemasyarakatan Gerakan Pejuang
Rakyat Bersatu untuk kepentingan pribadi.

Pasal 7
Sanksi
1. Anggota yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta Ketetapan dan Keputusan diberikan sanksi sebagai
berikut :
a) Peringatan tertulis maksimal 2 (dua) kali;
b) Pemberhentian sementara;
c) Pemberhentian dari keanggotaan.
2. Peringatan tertulis diberikan oleh Pimpinan Pengurus pada tingkatannya
masingmasing;
3. Pemberhentiansementara dan pemberhentian dari keanggotaandiberikan oleh
Pimpinan Pengurus setingkat di atasnya atas usul tertulis pimpinan Pengurus pada
tingkatan masingmasing;
4. Peringatan tertulis bagi Ketua Pengurus diberikan oleh Ketua Pengurus satu tingkat di
atasnya;
5. Pemberhentian sementara dari keanggotaandiberikan oleh Ketua Pengurus dua tingkat
di atasnya atas usulan Ketua Pengurus satu tingkat di atasnya;
6. Pelanggaran berat yang sifatnya mencemarkan dan merusak citra, sanksi
pemberhentian keanggotaan dapat langsung diberikan tanpa melalui tingkatan sanksi.

BAB IV
PERSYARATAN DAN PENGURUS GERAKAN PEJUANG RAKYAT BERSATU

Pasal 8
Persyaratan Pengurus
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Setia kepada Pancasila, Undang Undang Dasar 1945 dan Negara Republik Indonesia;
3. Memiliki kemampuan, loyalitas, dan dedikasi;
4. Berdomisili di wilayah kerja kepengurusan tersebut.

Pasal 9
1. Pengurus Besar Di Tingkat Pusat
a) Pembina, terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
b) Pakar terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
c) Pengurus Besar (PB) terdiri dari :
Seorang Presiden;
Seorang Wakil Presiden;
Seorang Sekretaris Jenderal;
Seorang Wakil Sekretaris Jenderal;
Seorang Bendahara Umum;
Seorang Wakil Bendahara Umum.
2. Departemen yang menangani bidang tertentu Dengan beberapa ketua koordinator
serta anggota yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pengurus harian di tingkat Pusat adalah Pengurus Besar;
4. Pimpinan Pleno adalah Pengurus Besar dan Kepala Departemen serta ketua
koordinator bidang;
5. Pengurus Besar dipilih melalui Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu dan disahkan
oleh Dewan Pendiri untuk masa bakti 5 (lima) tahun.

Pasal 10
1. Pengurus Wilayah Tingkat Propinsi
a) Pembina, terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
b) Pakar terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
c) Pengurus Wilayah (PW) terdiri dari :
Seorang Gubernur;
Seorang Wakil Gubernur;
Seorang Sekretaris Wilayah;
Seorang Wakil Sekretaris Wilayah;
Seorang Bendahara Wilayah;
Seorang Wakil Bendahara Wilayah.
2. Biro yang menangani bidang tertentu Dengan beberapa ketua koordinator serta
anggota yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pengurus harian di tingkat Propinsi adalah Pengurus Wilayah;
4. Pimpinan Pleno adalah Pengurus Wilayah dan kepala Biro serta ketua koordinator
bidang;
5. Pengurus Wilayah dipilih dan disahkan melaluiPengurus Besar untuk masa bakti 4
(empat) tahun.

Pasal 11
1. Pengurus Daerah Tingkat Kabupaten/Kota
a) Pembina terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
b) Pakar terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
c) Pengurus Daerah (PD) terdiri dari :
Seorang Bupati;
Seorang Wakil Bupati;
Seorang Sekretaris Daerah;
Seorang Wakil Sekretaris Daerah;
Seorang Bendahara Daerah;
Seorang Wakil Bendahara Daerah.
2. Divisi yang menangani bidang tertentu dengan beberapa ketua koordinator serta
anggota yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pengurus harian di tingkat Kabupaten/Kota adalah Pengurus Daerah;
4. Pimpinan Pleno adalah Pengurus Daerah dan Kepala Divisi serta ketua koordinator
bidang;
5. Pengurus Daerah dipilih melalui Pengurus Wilayah dan disahkan Pengurs Besar untuk
masa bakti 4 (empat) tahun.

Pasal 12
1. Pengurus Kecamatan Tingkat Kecamatan
a) Pembina terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
b) Pengurus Kecamatan (PC) terdiri dari :
Seorang Camat;
Seorang Wakil Camat;
Seorang Sekretaris Kecamatan;
Seorang Wakil Sekretaris Kecamatan;
Seorang Bendahara Kecamatan;
Seorang Wakil Bendahara Kecamatan.
2. Bagian yang menangani bidang tertentu dengan beberapa ketua koordinator serta
anggota yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pengurus harian di tingkat Kecamatan adalah Pengurus Kecamatan;
4. Pimpinan Pleno adalah Pengurus Kecamatan dan kepala Bagian serta ketua
koordinator bidang;
5. Pengurus Kecamatan dipilih melalui Pengurus Daerah dan diketahuioleh Pengurus
Wilayah dan disahkan Pengurus Besar untuk masa bakti 4 (empat) tahun.

Pasal 13
1. Pengurus Kelurahan Tingkat Kelurahan
a) Pembina terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
b) Pengurus Kelurahan (PL) terdiri dari :
Seorang Lurah;
Seorang Wakil Lurah;
Seorang Sekretaris Kelurahan;
Seorang Wakil Sekretaris Kelurahan;
Seorang Bendahara Kelurahan;
Seorang Wakil Bendahara Kelurahan.
2. Seksi yang menangani bidang tertentu dengan beberapa ketua koordinator serta
anggota yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pengurus harian di tingkat Kelurahan adalah Pengurus Kelurahan;
4. Pimpinan Pleno adalah Pengurus Kelurahan dan kepala Seksi serta ketua koordinator
bidang;
5. Pengurus Kelurahan dipilih melalui Pengurus Kecamatan dan diketahui oleh Pengurus
Daerah, Pengurus Wilayah dan disahkan Pengurus Besar untuk masa bakti 4 (empat)
tahun.

Pasal 14
1. Pengurus Ranting Tingkat Rukun Warga
a) Pembina terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
b) Pengurus Ranting (PR) terdiri dari :
Seorang Ketua Warga;
Seorang Wakil Ketua Warga;
Seorang Sekretaris Ranting;
Seorang Wakil Sekretaris Ranting;
Seorang Bendahara Ranting;
Seorang Wakil Bendahara Ranting.
2. Sub Seksi yang menangani bidang tertentu dengan beberapa ketua koordinator serta
anggota yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pengurus harian di tingkat Ranting dalah Pengurus Ranting;
4. Pimpinan Pleno adalah Pengurus Ranting dan kepala Sub Seksi serta ketua koordinator
bidang;
5. Pengurus Ranting dipilih melalui Pengurus Kelurahan dan diketahui oleh Pengurus
Kecamatan, Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah dan disahkan Pengurus Besar untuk
masa bakti 4 (empat) tahun.

Pasal 15
1. Pengurus Anak Ranting Tingkat Rukun Tetangga
a) Pembina terdiri dari :
Seorang Ketua;
Beberapa Anggota.
b) Pengurus Ranting (PR) terdiri dari :
Seorang Ketua;
Seorang Wakil Ketua ;
Seorang Sekretaris Anak Ranting;
Seorang Wakil Sekretaris Anak Ranting;
Seorang Bendahara Anak Rantin;
Seorang Wakil Bendahara Anak Ranting.
2. Tim yang menangani bidang tertentu dengan beberapa ketua koordinator serta
anggota yang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pengurus harian di tingkat Anak Ranting dalah Pengurus Anak Ranting;
4. Pimpinan Pleno adalah Pengurus Anak Ranting dan kepala Tim Seksi serta ketua
koordinator bidang;
5. Pengurus Anak Ranting dipilih melalui Pengurus Ranting dan diketahui Pengurus
Kelurahan, Pengurus Kecamatan, Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah dan disahkan
Pengurus Besar untuk masa bakti 4 (empat) tahun.

BAB V
KEKOSONGAN JABATAN DAN PENGISIAN KEKOSONGAN JABATAN

Pasal 16
1. Kekosongan jabatan sebelum habis masa jabatannya terjadi karena pengurus yang
bersangkutan :
a) Meninggal dunia;
b) Berhalangan tetap;
c) Mengundurkan diri;
d) Diberhentikan.
2. Mekanisme pengisian kekosongan jabatan selanjutnya akan diatur dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 17
Pengisian Kekosongan Jabatan
1. Pengisian kekosongan jabatan Pengurus Besar dilakukan oleh Pimpinan Pengurus
Besar melalui Rapat Pengurus Besar dan disahkan setelah mendapat persetujuan
Majelis Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu melalui Surat Keputusan Dewan Pendiri;
2. Pengisian kekosongan jabatan Pengurus Pimpinan Wilayah dilakukan oleh Pimpinan
Pengurus Wilayah melalui rapat Pengurus Wilayah (PW) dan disahkan melalui Surat
Keputusan Pengurus Besar;
3. Pengisian kekosongan jabatan Pengurus Pimpinan Daerah dilakukan oleh Pimpinan
Pengurus Daerah melalui rapat Pengurus Daerah (PD) dan disahkan melalui Surat
Keputusan Pengurus Wilayah dan diketahui oleh Pengurus Besar;
4. Pengisian kekosongan jabatan Pengurus Pimpinan Kecamatan dilakukan oleh
Pimpinan Pengurus Kecamatan melalui rapat Pengurus Kecamatan (PC) dan disahkan
melalui Surat Keputusan Pengurus Daerah dan diketahui oleh Pengurus Wilayah dan
Pengurus Besar;
5. Pengisian kekosongan jabatan Pengurus Pimpinan Kelurahan dilakukan oleh Pimpinan
Pengurus Kelurahan melalui rapat Pengurus Kelurahan (PL) dan disahkan melalui
Surat Keputusan Pengurus Kecamatan dan diketahui oleh Pengurus Daerah, Pengurus
Wilayah dan Pengurus Besar;
6. Pengisian kekosongan jabatan Pengurus Pimpinan Ranting dilakukan oleh Pimpinan
Pengurus Ranting melalui rapat Pengurus Ranting (PR) dan disahkan melalui Surat
Keputusan Pengurus Kelurahan dan diketahui oleh Pengurus Kecamatan, Pengurus
Daerah, Pengurus Wilayah dan Pengurus Besar;
7. Pengisian kekosongan jabatan Pengurus Pimpinan Anak Ranting dilakukan oleh
Pimpinan Pengurus Anak Ranting melalui rapat Pengurus Anak Ranting (PAR) dan
disahkan melalui Surat Keputusan Pengurus Ranting dan diketahui oleh Pengurus
Kelurahan, Pengurus Kecamatan, Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah dan Pengurus
Besar;
8. Masa jabatan Pejabat Presiden/Gubernur/Bupati/Camat/Lurah/Ketua Warga/Ketua
tersebut berakhir sesuai dengan masa bakti jabatan dari pejabat yang diganti.

BAB VI
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DAN ALAT KELENGKAPAN ORGANISASI

Pasal 18
1. Departemen/Biro/Divisi/Bagian/Seksi/Subseksi/Tim
2. Departemen adalah badan staf yang membantu Presiden ditingkat Pengurus Besar,
dalam menyusun rencana strategis di bidangnya, merencanakan dan mengkoordinasi
jabatan ketua Koordinator tentang programnya, serta tugas tugas lain yang diarahkan
oleh Presiden;
3. Badan staf di tingkat berikutnya memiliki tugas yang sama sesuai tingkat
kepemimpinannya, serta tugas tugas lain yang diarahkan oleh yang bersangkutan,
dengan sebutan:
a) Untuk tingkat Propinsi pada Pengurus Wilayah (PW) disebut Biro;
b) Untuk tingkat Kabupaten/Kota pada Pengurus Daerah (PD) disebut Divisi;
c) Untuk tingkat Kecamatan pada Pengurus Kecamatan (PC) disebut Bagian;
d) Untuk tingkat Kelurahan pada Pengurus Kelurahan (PL) disebut Seksi;
e) Untuk tingkat Rukun Warga (RW) pada Pengurus Ranting (PW) disebut Sub Seksi;
f) Untuk tingkat Rukun Tetangga (RT) pada Pengurus Anak Ranting (PAR) disebut
Tim.

BAB VII MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 19
Musyawarah Besar (Mubes) /Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub)
1. Musyawarah Besar diselenggarakan oleh Pengurus Besar setiap 5 (lima) tahun sekali;
2. Tata cara Musyawarah Besar/Musyawarah Besar Luar Biasa (Mubeslub) akan diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 20
Rapat Pimpinan Besar (Rapimbes)
1. Rapat Pimpinan Besar diselenggarakan oleh Pengurus Besar sesuai kebutuhan untuk
membahas berbagai masalah yang bersifat khusus dan mendesak;
2. Tata cara Rapat Pimpinan Besar (Rapimbes) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi

Pasal 21
Rapat Kerja Besar (Rakerbes)
1. Rapat Kerja Besar diselenggarakan oleh Pengurus Besar sekurang kurangnya 2 (dua)
kali dalam satu periode kepengurusan;
2. Tata cara Rapat Kerja Besar (Rakerbes) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi

Pasal 22
Rapat Koordinasi Besar (Rakorbes)
1. Rapat Koordinasi Besar diselenggarakan oleh Pengurus Besar sesuai kebutuhan;
2. Rapat Koordinasi dilaksanakan dalam rangka mengkoordinasikan program dan
kegiatan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaannya;
3. Peserta, peninjau dan undangan sesuai kebutuhan.

Pasal 23
Rapat Konsultasi
1. Rapat Konsultasi yaitu rapat yang dilaksanakan antara Pengurus Besar dengan
Pembina, dan Pakar, diselenggarakan sesuai kebutuhan;
2. Rapat Konsultasi dapat mengikut sertakan pihak pihak yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas.

Pasal 24
1. Musyawarah Wilayah (Muswil) / Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswillub)
2. Musyawarah Wilayah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah sekali dalam 4
(empat) tahun;
3. Tata cara Musyawarah Wilayah (Muswil) / Musyawarah Wilayah Luar Biasa
(Muswillub) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 25
Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil)
1. Rapat Pimpinan Wilayah diselenggarakan oleh PengurusWilayah sesuai kebutuhan
untuk membahas berbagai masalahyang bersifat khusus dan mendesak;
2. Tata cara Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.

Pasal 26
Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)
1. Rapat Kerja Wilayah diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah sekurangkurangnya 2
(dua) kali dalam satu periode kepengurusan;
2. Tata cara Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 27
Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil)
1. Rapat Koordinasi Wilayah diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah sesuai kebutuhan;
2. Rapat Koordinasi dilaksanakan dalam rangka mengkoordinasikan program dan
kegiatan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaannya;
Pasal 28
Rapat Konsultasi Wilayah
1. Rapat Konsultasi yaitu rapat yang dilaksanakan antara Pengurus Wilayah dengan
Pembina, dan Pakar, diselenggarakan sesuai kebutuhan;
2. Rapat Konsultasi dapat mengikutsertakan pihak pihak yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas.

Pasal 29
Musyawarah Daerah (Musda) / Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub)
1. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah sekali dalam 4
(empat) tahun;
2. Tata cara Musyawarah Daerah (Musda) / Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub)
akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 30
Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda)
1. Rapat Pimpinan Daerah diselenggarakan oleh Pengurus Daerah sesuai kebutuhan
untuk membahas berbagai masalah yang bersifat khusus dan mendesak;
2. Tata cara Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 31
Rapat Kerja Daerah (Rakerda)
1. Rapat Kerja Daerah diselenggarakan oleh Pengurus Daerah sekurang kurangnya 2
(dua) kali dalam satu periode kepengurusan;
2. Tata cara Rapat Kerja Daerah (Rakerda) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 32
Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda)
1. Rapat Koordinasi Daerah diselenggarakan oleh Pengurus Daerah sesuai kebutuhan;
2. Rapat Koordinasi dilaksanakan dalam rangka mengkoordinasikan program dan
kegiatan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaannya;

Pasal 33
Rapat Konsultasi Daerah
1. Rapat Konsultasi yaitu rapat yang dilaksanakan antara Pengurus Daerah dengan
Pembina, dan Pakar, diselenggarakan sesuai kebutuhan;
2. Rapat Konsultasi dapat mengikut sertakan pihakpihak yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas.

Pasal 34
Musyawarah Kecamatan (Muscam) / Musyawarah Kecamatan Luar Biasa (Muscamlub)
1. Musyawarah Kecamatan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Kecamatan sekali
dalam 4 (empat) tahun;
2. Tata cara Musyawarah Kecamatan (Muscam) / Musyawarah Kecamatan Luar Biasa
(Muscamlub) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 35
Rapat Pimpinan Kecamatan (Rapimcam)
1. Rapat Pimpinan Kecamatan diselenggarakan oleh Pengurus Kecamatan sesuai
kebutuhan untuk membahas berbagai masalah yang bersifat khusus dan mendesak;
2. Tata cara Rapat Pimpinan Kecamatan (Rapimcam) akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.

Pasal 36
Rapat Kerja Kecamatan (Rakercam)
1. Rapat Kerja Kecamatan diselenggarakan oleh Pengurus Kecamatan sekurang
kurangnya 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan;
2. Tata cara Rapat Kerja Kecamatan (Rakercam) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 37
Rapat Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Rakorpimcam)
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Kecamatan diselenggarakan oleh Pengurus Pimpinan
Kecamatan, sesuai kebutuhan;
2. Rapat Koordinasi Pimpinan Kecamatan dilaksanakan dalam rangka
mengkoordinasikan program dan kegiatan untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaannya;

Pasal 38
Rapat Konsultasi Pimpinan Kecamatan
1. Rapat Konsultasi Pimpinan Kecamatan yaitu rapat yang dilaksanakan antara Pengurus,
Pimpinan Kecamatan dengan Pembina Pengurus Kecamatan, diselenggarakan sesuai
kebutuhan;
2. Rapat Konsultasi Pimpinan Kecamatan dapat mengikutsertakan pihak pihak yang
terkait dengan permasalahan yang dibahas.

Pasal 39
Musyawarah Kelurahan (Muslu) /Musyawarah Kelurahan Luar Biasa (Muslulub)
1. Musyawarah Kelurahan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Kelurahan sekali dalam
4 (empat) tahun;
2. Tata cara Musyawarah Kelurahan (Muslu) /Musyawarah Kelurahan Luar Biasa
(Muslulub)akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 40
Rapat Pimpinan Kelurahan (Rapimlu)
1. Rapat Pimpinan Kelurahan diselenggarakan oleh Pengurus Kelurahan sesuai
kebutuhan untuk membahas berbagai masalah yang bersifat khusus dan mendesak;
2. Agenda dan tata tertib Rapat Pimpinan Kelurahan ditetapkan oleh Pengurus
Kelurahan.
3. Tata cara Rapat Pimpinan Kelurahan (Rapimlu) akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.

Pasal 41
Rapat Kerja Kelurahan (Rakerlu)
1. Rapat Kerja Kelurahan diselenggarakan oleh Pengurus Kelurahan sekurangkurangnya
2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan;
2. Tata cara Rapat Kerja Kelurahan (Rakerlu) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi.

Pasal 42
Rapat Koordinasi Pimpinan Kelurahan (Rakorpimlu)
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Kelurahan diselenggarakan oleh Pengurus Pimpinan
Kelurahan, sesuai kebutuhan;
2. Rapat Koordinasi Pimpinan Kelurahan dilaksanakan dalam rangka mengkoordinasikan
program dan kegiatan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaannya;

Pasal 43
Rapat Konsultasi Pimpinan Kelurahan
1. Rapat Konsultasi Pimpinan Kelurahan yaitu rapat yang dilaksanakan antara Pengurus,
Pimpinan Kelurahan dengan Pembina Pengurus Kelurahan, diselenggarakan sesuai
kebutuhan;
2. Rapat Konsultasi Pimpinan Kelurahan dapat mengikutsertakan pihakpihak yang
terkait dengan permasalahan yang dibahas.

Pasal 44
Musyawarah Ranting (Musran) / Musyawarah Ranting Luar Biasa (Musranlub)
1. Musyawarah Ranting diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Ranting sekali dalam 4
(empat) tahun;
2. Tata cara Musyawarah Ranting (Musran) / Musyawarah Ranting Luar Biasa
(Musranlub) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 45
Rapat Pimpinan Ranting (Rapimran)
1. Rapat Pimpinan Ranting diselenggarakan oleh Pengurus Ranting sesuai kebutuhan
untuk membahas berbagai masalah yang bersifat khusus dan mendesak;
2. Tata cara Rapat Pimpinan Ranting (Rapimran) akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.

Pasal 46
Rapat Kerja Ranting (Rakerran)
1. Rapat Kerja Ranting diselenggarakan oleh Pengurus Ranting sekurangkurangnya 2
(dua) kali dalam satu periode kepengurusan;
2. Tata cara Rapat Kerja Ranting (Rakerran) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Organisasi.
Pasal 47
Rapat Koordinasi Pimpinan Ranting (Rakorpimran)
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Ranting diselenggarakan oleh Pengurus Pimpinan Ranting,
sesuai kebutuhan;
2. Rapat Koordinasi Pimpinan Ranting dilaksanakan dalam rangka mengkoordinasikan
program dan kegiatan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaannya;
3. Tata cara Rapat Koordinasi Pimpinan Ranting (Rakorpimran) akan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 48
Rapat Konsultasi Pimpinan Ranting
1. Rapat Konsultasi Pimpinan Ranting yaitu rapat yang dilaksanakan antara Pengurus,
Pimpinan Ranting denganPembina Pengurus Ranting, diselenggarakan sesuai
kebutuhan;
2. Rapat Konsultasi Pimpinan Ranting dapat mengikutsertakan pihakpihak yang terkait
dengan permasalahan yang dibahas.

Pasal 49
Musyawarah Anak Ranting (Musanran)/ Musyawarah Anak Ranting Luar Biasa
(Musanranlub)
1. Musyawarah Anak Ranting diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Anak Ranting sekali
dalam 4 (empat) tahun;
2. Tata cara Musyawarah Anak Ranting (Musanran)/ Musyawarah Anak Ranting Luar
Biasa (Musanranlub) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 50
Rapat Kerja Anak Ranting (Rakeranran)
1. Rapat Kerja Anak Ranting diselenggarakan oleh Pengurus Anak Ranting
sekurangkurangnya 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan;
2. Tata cara Rapat Kerja Anak Ranting (Rakeranran) akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.

Pasal 51
Rapat Koordinasi Pimpinan Anak Ranting (Rakorpimran)
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Anak Ranting diselenggarakan oleh Pengurus Pimpinan
Anak Ranting, sesuai kebutuhan;
2. Rapat Koordinasi Pimpinan Anak Ranting dilaksanakan dalam rangka
mengkoordinasikan program dan kegiatan untuk meningkatkan efektivitas
pelaksanaannya;

Pasal 52
Rapat Konsultasi Pimpinan Anak Ranting
1. Rapat Konsultasi Pimpinan Anak Ranting yaitu rapat yang dilaksanakan antara
Pengurus, Pimpinan Anak Ranting dengan Pembina Pengurus Anak Ranting,
diselenggarakan sesuai kebutuhan;
2. Rapat Konsultasi Pimpinan Anak Ranting dapat mengikutsertakan pihakpihak yang
terkait dengan permasalahan yang dibahas.

BAB VIII
KORUM, HAK SUARA DAN HAK BICARA PADA MUSYAWARAH/RAPAT

Pasal 53
1. Musyawarah/rapat dinyatakan sah, apabila dihadiri minimal oleh setengah ditambah
satu jumlah peserta Musyawarah;
2. Setiap peserta mempunyai hak bicara dan hak suara;
3. Peninjau mempunyai hak bicara dan tidak mempunyai hak suara;
4. Hak suara diatur lebih lanjut dalam tata tertib masing masing musyawarah/rapat.

BAB IX
TATA URUT PERATURAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 54
Tata Urut Peraturan
1. Tata urut Peraturan GPRB adalah sebagai berikut:
a) Peraturan Dewan Pendiri
b) Peraturan Majelis GPRB
c) Peraturan Musyawarah Besar/Musyawarah Besar Luar Biasa;
d) Peraturan Rapat Kerja Pengurus Besar;
e) Peraturan Pengurus Besar;
f) Peraturan Musyawarah Wilayah/Musyawarah Wilayah Luar Biasa;
g) Peraturan Rapat Kerja Pengurus Wilayah;
h) Peraturan Pengurus Wilayah;
i) Peraturan Musyawarah Daerah/Musyawarah Daerah Luar Biasa;
j) Peraturan Rapat Kerja Pengurus Daerah;
k) Peraturan Pengurus Daerah;
l) Peraturan Musyawarah Kecamatan/Musyawarah Kecamatan Luar Biasa;
m) Peraturan Rapat Kerja Pengurus Kecamatan;
n) Peraturan Pengurus Kecamatan;
o) Peraturan Musyawarah Kelurahan/Musyawarah Kelurahan Luar Biasa;
p) Peraturan Rapat Kerja Pengurus Kelurahan;
q) Peraturan Pengurus Kelurahan;
r) Peraturan Musyawarah Ranting/Musyawarah Ranting Luar Biasa;
s) Peraturan Rapat Kerja Pengurus Ranting;
t) Peraturan Pengurus Ranting;
u) Peraturan Musyawarah Anak Ranting/Musyawarah Anak Ranting Luar Biasa;
v) Peraturan Rapat Kerja Pengurus Anak Ranting;
w) Peraturan Pengurus Anak Ranting;
2. Setiap Peraturan yang lebih rendah kedudukannya tidak boleh bertentangan dengan
Peraturan yang lebih Besar.
Pasal 55
Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat;
2. Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, maka pengambilan keputusan diambil
dengan suara terbanyak;
3. Dalam hal pengambilan keputusan tentang perubahan Anggaran Rumah Tangga harus
disetujui minimal oleh 2/3 dari jumlah peserta yang hadir;
4. Ketentuan lebih lanjut tentang pengambilan keputusan diatur dalam Peraturan
organisasi;
5. Setiap pendapat, keputusan dan tindakan pimpinan/pengurus yang mengatas
namakan GPRB harus diputuskan melalui rapat.

BAB XI KEUANGANDAN BENDAHARA

Pasal 56
1. Sumber Keuangan organisasi kemasyarakatan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu dari :
a) Iuran wajib anggota;
b) Sumbangan sukarela;
c) Kontribusi anggota legislatif/eksekutif;
d) Sumbangan Perseorangan;
e) Sumbangan dari Perusahaan;
f) Usahausaha lain yang sah;
g) Bantuan dari Anggaran Negara/Daerah;
2. Pengelolaan keuangan organisasi kemasyarakatan Gerakan Pejuang Rakyat Bersatu
dilaksanakan oleh Bendahara Umum/Bendahara atau wakilnya dengan persetujuan
Presiden/Gubernur/Bupati/Camat/Lurah/Ketua Warga /Ketua sesuai tingkatan
kepengurusan;
3. Setiap tingkat structural diwajibkan menyusun administrasi pencatatan penerimaan
dana dan penggunaannya dan dilaporkan pada instansi yang berwenang sesuai dengan
aturan perundang undangan;
4. Pertanggungjawaban keuangan dan kekayaan organisasi kemasyarakatan Gerakan
Pejuang Rakyat Bersatu dilaksanakan pada setiap Musyawarah bersamaan dengan
laporan pertanggungjawaban Pengurus organisasi kemasyarakatan Gerakan Pejuang
Rakyat Bersatu.

Pasal 57
Bendahara menghimpun iuran anggota dan dana lain dari sumber sumber yang sah serta
mengalokasikan dana atas dasar program kerja dan menyusun laporan keuangan sebagai
bahan laporan.

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 58
Hal hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Organisasi;
Anggaran Rumah Tangga ini, berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai