Anda di halaman 1dari 19

DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

PANDUAN PENGUJIAN INDIVIDUAL


KEBARUAN, KEUNIKAN, KESERAGAMAN DAN KESTABILAN

GUIDELINES FOR THE CONDUCT OF TEST


FOR DISTINCTNESS, HOMOGENEITY AND STABILITY

JAGUNG
MAIZE
( Zea mays L. )

nama lain
alternative names

Botanical name English Indonesia


Zea mays L. Maize Jagung

PVT/PPI/17/1
Tanggal: 02 Juli 2006
Dengan Adendum Baru: Tidak

Panduan Pengujian ini harus dibaca bersamaan dengan dokumen Panduan Umum Pengujian BUSS, yang
berisi penjelasan mengenai prinsip umum mengenai panduan yang telah diterbitkan

These test guidelines should be read in conjunction with Panduan Umum Pengujian BUSS document,
which contains explanatory notes on the general principles on which the guidelines have been
established.
Kata Pengantar
Dok. PVT/PPI/17/1

Buku Panduan Pengujian Individual (PPI) untuk spesies Jagung disusun dalam rangka
memberikan pedoman pelaksanaan pengujian Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan
Kestabilan (BUSS) bagi para penguji dan para pemeriksa PVT serta para pihak yang
memerlukan informasi ini.

Penggunaan dan penerapan buku panduan ini mengacu kepada Buku Panduan Umum
Pengujian BUSS yang dikeluarkan oleh Pusat PVT dengan nomor dokumen:
Dok.PVT/PP/1/1. Kepada para penguji dan para pemeriksa diwajibkan untuk mengacu
pada Buku Pandum tersebut dan PPI spesies Jagung dalam melakukan tugasnya untuk
menguji BUSS spesies Jagung.

PPI spesies Jagung disusun mengacu kepada Guidelines for The Conduct of Test of
DUS (GCT) spesies Zea mays L. yang dikeluarkan oleh UPOV dengan nomor
dokumen: TG/104/4 ++ Add.

Penyesuaian PPI spesies Jagung dengan Panduan dari UPOV tersebut dilakukan oleh
Komisi PVT dan Tim Teknis ahli di bidang tanaman Jagung. Pada kesempatan ini kami
sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para penyusun.

Kritik dan saran perbaikan sebagai umpan balik dari penerbitan buku panduan ini
sangat kami harapkan terutama dari para pengguna buku panduan ini, sehingga akan
memberikan kemudahan bagi para pengguna maupun pembaca lainnya dalam
melakukan pengujian dan pemeriksaan BUSS spesies Jagung.

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman


Kepala,

Ir. Hindarwati. MSc.


NIP. 080 037 383
DAFTAR ISI

TABLE OF CONTENTS

[Indonesia]
Halaman

I. Subjek Panduan 1

II. Bahan yang Dibutuhkan 1

III. Pelaksanaan Pengujian 2

IV. Metoda dan Pengamatan 4

V. Pengelompokan Varietas 6

VI. Karakteristik dan Simbol 7

VII. Tabel Karakteristik 8

VIII. Penjelasan Tabel Karakter 15

[English]
Page

I. Subject of these Test Guidelines 1

II. Material Required 1

III. Conduct of Tests 2

IV. Methods and Observations 4

V. Grouping of Varieties 6

VI. Characteristics and Symbols 7

VII. Table of Characteristics 8

VIII. Explanations of the Table of Characteristics 15


PANDUAN PENGUJIAN INDIVIDUAL (PPI)
JAGUNG

GUIDELINES FOR THE CONDUCT OF TEST (GCT/ PPI)


MAIZE

I. Subjek pada Panduan


Subject of these Test Guidelines

Panduan pengujian ini berlaku untuk semua varietas jagung (Zea mays (L.)) baik galur
inbrida, hibrida maupun varietas bersari bebas, tidak termasuk varietas ornamen.

These Test Guidelines apply to the following types of varieties of Zea mays L.: inbred
lines, hybrids and open pollinated varieties, excluding ornamental varieties.

II. Bahan yang Dibutuhkan


Material Required

1. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) memutuskan kapan, di mana,


kualitas dan kuantitas kebutuhan benih untuk pengujian varietas yang harus
diberikan. Pemohon yang menyerahkan material pengujian dari negara lain di luar
negara tempat pelaksanaan pengujian, harus menjamin semua formalitas pabean
dilengkapi dan dilampirkan. Jumlah minimum benih yang harus disediakan oleh
pemohon adalah sebagai berikut

(a) Untuk galur inbrida: 1500 biji


(b) Untuk hibrida dan varietas bersari bebas: 1 kg biji

Untuk varietas hibrida perlu menyerahkan 1500 biji jagung tambahan untuk setiap
komponen hibrida (contoh: galur inbrida, hibrida silang tunggal = ST). Kualitas
benih yang dimohonkan harus terpenuhi termasuk daya berkecambah, kadar air
benih dan kemurnian benih untuk benih yang dipasarkan di dalam negeri yang
dilakukan oleh pemohon.

The competent authorities decide on the quantity and quality of the plant material
required for testing the variety and when and where it is to be delivered. Applicants
submitting material from a state other than that in which the testing takes place
must ensure that all customs formalities and phytosanitary requirements are
complied with. As minimum, the following quantity of plant material is
recommended:

1
(a) 1500 grains for inbred lines
(b) 1 kg for hybrid and open-pollinated varieties

In the case of hybrid varieties, an additional 1500 grains of each component


(e.g. inbred line, single cross hybrid) should be submitted. The seed should at
least meet the minimum requirement for germination capacity in which the
application is made. The germination capacity should be as high as possible.

2. Materi tanaman atau benih tidak boleh mendapat perlakuan apapun, kecuali apabila
pihak PPVT mengizinkan atau memintakan beberapa perlakuan. Apabila diberi
perlakuan, rincian perlakuan yang diberikan harus dijelaskan.

The plant material should not have undergone any treatment unless the competent
authorities allow or request such treatment. If it has been treated, full details of the
treatment must be given.

III. Pelaksanaan pengujian


Conduct of Tests

1. Lama pengujian harus dilakukan minimal pada dua musim tanam yang sama.
The minimum duration of tests should normally be two similar growing periods.

2. Pengujian secara normal dilakukan pada satu lokasi. Apabila terdapat suatu karakter
penting dari varietas tersebut tidak dapat dilihat pada tempat itu maka varietas
tersebut harus diuji pada lokasi lain.

The test sould be conducted in at least one place. Depending on the range of
earliness in a given country, two places may be preferable.

3. Pengujian harus dilakukan dalam kondisi yang menjamin pertumbuhan secara


optimal. Pengujian harus dirancang sedemikian rupa sehingga tanaman atau bagian
tanaman dapat diambil untuk tujuan pengukuran atau penghitungan tanpa
mempengaruhi hasil pengamatan yang harus dilakukan pada akhir siklus
pertumbuhan tanaman. Jumlah minimal setiap pengujian yang akan dimohonkan
adalah:
40 tanaman untuk galur inbrida dan hibrida silang tunggal
80 tanaman untuk hibrida lain dan varietas bersari bebas

Dalam setiap tempat pengujian, harus dibagi ke dalam dua atau lebih ulangan dalam
plot-plot yang terpisah. Pengamatan dan pengukuran hanya dapat digunakan jika
mereka mempunyai lingkungan yang seragam.

2
The field test should be carried out under conditions ensuring normal growth. The
size of plots should be such that plants or parts of plants may be be removed for
measurement and counting without prejudice to the observations which must be
made up to the end of the growing period. As a minimum, each test at each testing
place should include per growing periode:

40 plants for inbred lines and single-cross hybrida


80 plants for other hybrids and open-pollinated varieties

In each testing place, the test should be divided between two or more replicates.
Separate plots for observations and for measuring can only be used if they have
been subject to similar environmental conditions.

4. Pengujian tambahan untuk tujuan khusus dapat dilakukan, contoh: pengujian pada
baris tongkol, maka pihak PPVT menerima data hasil optimal dari pemohon
sebelum tanggal pengajuan.

Additional tests for special purpose may be established, e.g. ear-row tests in the
event of competent authority accepting the results carried out by the applicant
before the date of application.

5. Dalam melakukan pemeriksaan pada rumus hibrida dengan bantuan metode


elektroforesis enzim, suatu pengujian memasukkan empat koleoptil dari setiap galur
inbrida. Apabila disangsikan maka dapat ditambahkan 16 koleoptil untuk dianalisis.
Pada hibrida silang tunggal yaitu sebanyak dua koleoptil dan hibrida silang tiga
jalur sebanyak enam koleoptil.

In the event of the formula of hybrids being checked with the help of electrophoresis
of enzymes, a test should be carried out on four coleoptiles from each inbred line.
In case of doubt, 16 additional coleoptiles should be analysed. For single-cross
hybrids two coleoptiles should be analysed and for three-way cross hybrids six
coleoptiles. In case of doubt, additional coleoptiles should be analysed.

6. Apabila metode elektroforesis enzim digunakan untuk pengujian keunikan maka


minimal 20 koleoptil harus dianalisis.
If enzyme electrophoresis is used for testing distincness, at least 20 coleoptiles
should be analysed.

3
IV. Metode dan Pengamatan
Methods and Observations

1. Karakteristik yang dijabarkan dalam Bab VII harus digunakan untuk pengujian
keunikan pada galur inbrida dan varietas bersari bebas.
The characteristic described in Chapter VII should be used for the testing of
distincness of inbred lines, hybrids and open-pollinated varieties.

2. Tetapi untuk penilaian keunikan hibrida sistem penyaringan awal atas dasar
penentuan tetua dan formula ditentukan berdasarkan rekomendasi berikut :
(i) Deskripsi galur tetua berdasarkan Panduan Pengujian Individual (PPI)
(ii) Pemeriksaan asal usul tetua dalam perbandingannya dengan koleksi acuan
berdasarkan pada karakter pada Bab VII untuk menyaring galur inbrida yang
terdekat hubungan kekerabatannya.
(iii) Pemeriksaan asal usul hibridanya dalam perbandingannya dengan varietas
hibrida yang telah umum diketahui dengan memperhatikan galur inbrida yang
terdekat hubungan kekerabatannya.
(iv) Penilaian perbedaan pada varietas hibrida dengan varietas yang mirip

However, to assess distincness of hybrids, a prescreening system on the basis of the


parental lines and the formula may be established according to the following
recomendations:
(i) Descriptions of parental lines according to The Test Guidelines;
(ii) Check of the originality of those parental lines in comparison with the
reference collection, based on the characteristics in chapter VII in order to
screen the closest inbred lines;
(iii) Check of the originality of the hybrid formula in comparison with those of the
hybrids in common knowledge, taking into account the closest inbred lines;
(iv) Assessment of the distincness at the hybrid level of varieties with a similar
formula.

3. Jumlah minimal tanaman untuk semua pengamatan pada penilaian keunikan dan
keseragaman adalah sebanyak 40 tanaman atau bagian tanamannya (tidak termasuk
tanaman persilangan campuran pada galur inbrida dan tanaman hasil menyerbuk
sendiri pada tetua hibrida silang tunggal)

All observations for the assessment of distincness and uniformity should be made
on at least 40 plants or parts of plants (excluding outcrossed plants in inbred lines
and excluding plants obviously resulting from the selfing of a parent line in single-
cross hybrids).

4. Semua pengamatan pada bagian tongkol harus dilakukan pada tongkol teratas.
All observations on the ear should be made on the upper well-developed ear.

4
5. Untuk penilaian keseragaman dari galur inbrida dan hibrida silang tunggal
diperlukan standar populasi 3% dengan peluang 95%. Apabila sampel yang
dilakukan sebanyak 40 tanaman, maka jumlah maksimum tipe simpang adalah tiga
tanaman. Sebagai tambahan, populasi standar yang sama dan peluang yang diterima
harus berlaku untuk tanaman hasil persilangan campuran dalam galur inbrida
seperti tanaman hasil silang diri dari galur tetua hibrida silang tunggal (perbedaan
yang jelas pada tinggi tanaman, ukuran tongkol atau kegenjahan serta bukti
kesukaran dengan terlalu besar perubahan untuk menyesuaikan sistem mereka
terhadap aturan-aturan yang baru diadopsi, maka pedoman pengujian dapat
diadopsi selama kurun waktu dua tahun yang dapat diterima sebelum mereka
membuat peraturan baru. Untuk hibrida silang tiga jalur (STJ), hibrida silang ganda
(SG), dan varietas bersari bebas, keragaman dalam varietas tidak boleh melampaui
keragaman varietas pembanding yang telah dikenal.

For the assessment of uniformity of inbred lines and single-cross hybrids a


populations standard of three per cent with an acceptance probability of 95 per
cent should be applied. In the case of a sample of 40 plants, the maximum number
of off-types allowed would be three in addiotion, the same populations standard
and acceptance probability should apply to clear cases resulting from the selfing of
a parent line in single-cross hybrids (clear difference in plant height, size of ear or
earliness as well as proof difficulties with too large a change to adjust their system
to the newly adopted rules, a possible interim period of two years from the adoption
of The Test Guidelines would be acceptable before they change to the new rules.
For three-way cross hybrids, double-cross hybrids and open-pollinated varieties,
the variability within the varieties should not exceed the variability of comparable
varieties already known.

6. Pada hibrida silang tiga jalur (STJ) dan hibrida silang ganda (SG), karakteristik
dapat bersegregasi akibat beberapa pengaruh ekspresi terjadi bersamaan dalam
suatu varietas. Karakteristik khusus yang dari pengalaman diketahui menimbulkan
segregasi dalam hibrida STJ dan SG diberi tanda “S”.

In three-way cross hybrids and double-cross hybrids, characteristics may segregate


with the effect that several states of expression occur side by side in a variety.
Certain characteristics which from experience are known to give rise to such
segregrations in three-way cross hybrids and double-cross hybrids are identified
with an “S”.

7. Apabila metode elektroforesis enzim digunakan untuk pengujian keunikan, maka


harus diberlakukan standar populasi yang sama dan peluang yang sama diterimanya
sebagai mana karakter lain. Tetapi, pendekatan analisis bertahap dapat digunakan
untuk mengurangi beban kerja. Seluruh galur inbrida harus dipertimbangkan
persilangan campuran dimana dua atau lebih lokus-lokus merupakan heterosigos
dengan satu alel pada lokus galur inbrida (contoh AX). Semua kasus yang terjadi
pada satu lokus adalah heterosigos atau jika terdapat dua alel asing maka dianggap
sebagai tipe simpang.

5
If enzyme electrophoresis is used for testing distincness, the same population
standard and the same acceptance probability as for other characteristic should be
applied. However, a sequential analysis approach could be applied to reduce the
workload. All inbred lines should be considered out-crossess where two or more
loci are heterozygous with one allele of the locus of the inbred line (e.g AX). All
cases where one locus is heterozygous or where two foreign alleles are present
should be considered off-types.

V. Pengelompokan Varietas
Grouping of Varieties

1. Koleksi varietas yang akan ditanam harus dibagi ke dalam kelompok-kelompok


untuk memudahkan penilaian keunikan. Karakter yang sesuai untuk tujuan
pengelompokan adalah yang diketahui dari pengalaman tidak terlalu beragam atau
hanya sedikit beragam dalam suatu varietas. Berbagai penampilan harus
didistribusikan secara merata dan menyeluruh dalam koleksi varietas.

The collection of varieties to be grown should be divided into groups to facilitate


the assessment of distincness. Characteristic which are suitable for grouping
purposes are those which are known from experience not to vary, or to vary only
slighty, within a variety. Their various states of expression should be fairly evenly
distributed throughout the collection.

2. PPVT merekomendasikan untuk menggunakan karakteristik berikut dalam


pengelompokan varietas:

(i) Malai : waktu antesis (pecahnya tepung sari) (karakteristik 7)


(ii) Tongkol : warna antosianin pada rambut tongkol (karakteristik 16)
(iii) Tanaman : Panjang atau tinggi (karakteristik 22.1/22.2)
(iv) Tongkol : tipe biji (karakteristik 30)
(v) Tongkol : warna antosianin pada kelopak janggel (karakteristik 33)

It is recommended that the competent authorities use the following characteristic


for grouping varieties:

(i) Tassel: time of anthesis (characteristik 7)


(ii) Ear : anthocyanin coloration on silk (characteristic 16)
(iii) Plant : length (characteristic 22.1/22.2)
(iv) Ear : type of grain (characteristic 30)
(v) Ear : anthocyanin coloration of glumes of cob (characteristic 33)

6
V. Karakteristik dan Simbol
Characteristics and Symbols

1. Penilaian keunikan, kebaruan, keseragaman dan kestabilan serta karakteristik dan


aturan sebagaimana tercantum dalam Panduan Umum (Pandum) dan Panduan
Pengujian Individual (PPI) jagung.

The assess distinctness, homogeneity and stability, the characteristic and their
states as given in General Guidelines (GG)of and this Guidelines for the Conduct of
Test (GCT) for maize.

2. Notasi (1-9), untuk tujuan proses data elektronik, diberikan disamping sifat-sifat
untuk karakteristik yang berbeda.

Notes (1 to 9), for the purpose of electronic data processing, are given opposite the
states of the different characteristics:

3. Legenda
Legend

(*) Karakteristik yang harus selalu digunakan pada setiap periode tumbuh untuk
menguji semua varietas dan harus selalu disertakan pada deskripsi varietas, kecuali
ekspresinya tidak muncul karena pengaruh kondisi lingkungan.

(*) Characteristics that should be used every growing period for the examinations of
all varieties and should always be included in the description ef the variety, except
when the state of expression of a preceding characteristics or regional
environmental conditions render this imposibble.

(+) Karakter bertanda + dijelaskan pada Bab VIII

(+) See explanations on the Table of Characteristic in Chapter VIII.

(1) Tingkat pertumbuhan optimal untuk penilaian setiap karakter diindikasikan


dengan jumlah pada kolom kedua. Tingkat pertumbuhan dicatat pada masing-
masing jumlah yang dijelaskan pada akhir Bab VIII.

(1) The optimum stage of development for the assessment of each characteristic is
indicated by a number in the second column. The stages of development denoted
by each number are described at the end of Chapter VIII.

(S) Lihat penjelasan terjadinya segregasi pada Bab IV paragraf 6.

(S) See explanations possible segregation in Chapter IV paragraph 6.

7
VI. Tabel Karakteristik / Table of Characteristics

Varietas Inbrida
Umur Contoh Contoh Notasi
No / Karakter / Characteristic Indonesia English / / /
Stage Example Example Note
Varieties Inbreds
1 12 Daun pertama: warna antosianin pada tidak ada atau sangat lemah absent or very weak - - 1
(S) pelepah daun lemah weak P 21 Mr 4 3
First Leaf: anthocyanin coloration sedang medium Bima 1 - 5
of sheath kuat strong - Mr 13 7
sangat kuat very strong - - 9

2. 14 Daun pertama: bentuk ujung daun runcing pointed - - 1


(+) First Leaf: tip shape runcing agak bulat pointed to round - - 2
bulat round Bisi 2 - 3
bulat agak tumpul round to spatulate Bima 1 Mr 4 4
tumpul spatulate - - 5

3 61 Daun: sudut diantara helai daun dan sangat kecil (< 5o) very small (< 5o) - Mr 4 1
(+) batang (pada daun diatas tongkol kecil (5 - 25o) small (5 - 25o) P 21 - 3
. teratas) sedang (25,1 - 50o) medium (25,1 - 50o) Bima 1 - 5
Leaf : angle between blade and besar (50,1 - 75o) large (50,1 - 75o) - - 7
stem (on leaf just above upper ear): sangat besar (> 75o) very large (> 75o) - - 9

4. 61 Daun: Pola helai daun (menerangkan lurus straight - Mr 4 1


(+) no 3) lurus agak bengkok slightly recurved P 21 Mr 13 3
Leaf: attitude of blade (as for 3) bengkok recurved Bima 1 - 5
tajam dan bengkok strongly recurved - - 7
sangat bengkok very strongly recurved - - 9

5. 65 Batang: derajat zigzag tidak ada atau sangat ringan absent or very slight Bima 1 Mr 14 1
Stem: degree of zigzag ringan slight - Mr 4 2
kuat strong - - 3

8
6. 65-75 Batang: warna antosianin pada akar tidak ada atau sangat lemah absent or very weak Bima 1 Mr 4 1
(S) tunjang lemah weak - Mr 14 3
Stem: anthocyanin coloration of sedang medium Bisi 2 - 5
brace roots. kuat strong - - 7
sangat kuat very strong - - 9

(*) 65 Malai: Umur antesis (pada tengah sangat genjah (< 38 hst) very early (< 38 hst) - - 1
7. pertiga poros utama, 50% dari jumlah sangat genjah hingga genjah ( 38 - 41 hst) very early to early ( 38 - 41 hst) - - 2
tanaman) genjah (41.1 - 44 hst) early (41.1 - 44 hst) - - 3
Tassel: time of anthesis (on middle genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst) early to medium (44.1 - 47 hst) - - 4
third of main axis, 50% of plants) sedang (47.1 - 50 hst) medium (47.1 - 50 hst) - - 5
sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst) medium to late (50.1 - 53 hst) - - 6
lambat (53.1 - 56 hst) late (53.1 - 56 hst) P 21 - 7
lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) late to very late (56.1 - 59 hst) Bima 1 - 8
sangat lambat (> 59 hst) very late (> 59 hst) - Mr 4 9

8. 65 Malai: warna antosianin pada dasar tidak ada atau sangat lemah absent or very weak Bima 1 Mr 4 1
(+) (S) kelobot (pada tengah pertiga poros lemah weak - - 3
utama) sedang medium - - 5
Tassel: anthocyanin coloration at kuat strong Bisi 2 - 7
base of glume (in middle third of sangat kuat very strong - - 9
main axis)

9. 65 Malai: warna antosianin tidak tidak ada atau sangat lemah absent or very weak Bima 1 Mr 4 1
(S) termasuk dasar kelopak lemah weak - - 3
(menerangkan no 8) sedang medium Bisi 2 - 5
Tassel: anthocyanin coloration of kuat strong - - 7
glume excluding base (as for 8) sangat kuat very strong - - 9

10. 65 Malai: warna antosianin pada kepala tidak ada atau sangat lemah absent or very weak - - 1
(S) sari yang masih segar lemah weak - Mr 13 3
Tassel: anthocyanin coloration of sedang medium Bima 1 Mr 4 5
anthers (as for 8: on fresh anthers) kuat strong Bisi 2 - 7
sangat kuat very strong - - 9

9
11. 65 Malai: Kerapatan bulir (menerangkan jarang lax - Mr 14 3
no 8) sedang medium Bisi 2 Mr 4 5
Tassel: density of spikelets (as for 8) rapat dense Bima 1 - 7

(*) 65 Malai: Sudut diantara poros utama sangat kecil (< 5o) very small (< 5o) - Mr 13 1
12. dan cabang samping (pada malai kecil (5 - 25o) small (5 - 25o) - - 3
(+) bagian pertiga bawah) sedang (25,1 - 50o) medium (25,1 - 50o) Bima 1 Mr 4 5
Tassel: angle between main axis and besar (50,1 - 75o) large (50,1 - 75o) Bisi 2 Mr 14 7
lateral branches (in lower third of sangat besar (> 75o) very large (> 75o) - - 9
tassel)

(*) 65 Malai: Letak percabangan samping lurus straight Bima 1 Mr 13 1


13. (S) (menerangkan no 12) lurus agak bengkok slightly recurved Bisi 2 - 3
(+) Tassel: attitude of lateral branches bengkok recurved NK 77 - 5
(as for 12) sangat bengkok strongly recurved - Mr 14 7
amat sangat bengkok very strongly recurved - - 9

(*) 65 Malai: Jumlah cabang samping tidak ada atau sangat sedikit (≤ 6 ) absent or very few (< 6 ) - - 1
14. utama sedikit (6,1 - 9 ) few (6,1 - 9 ) - - 3
Tassel: number of primary lateral sedang ( 9,1 - 12 ) medium (9,1 - 12 ) - Mr 14 5
branches banyak ( 12,1 - 15 ) many (12,1 - 15 ) NK 77 - 7
sangat banyak (≥ 15) very many (> 15) Bima 1 Mr 4 9

15. 65 Tongkol: umur munculnya rambut sangat genjah (< 38 hst) very early (< 38 dap) - - 1
(50 % jumlah tanaman) sangat genjah hingga genjah ( 38 - 41 hst) very early to early ( 38 - 41 dap) - - 2
Ear: time of silk emergence (50% of genjah (41.1 - 44 hst) early (41.1 - 44 dap) - - 3
plants) genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst) early to medium (44.1 - 47 dap) - - 4
sedang (47.1 - 50 hst) medium (47.1 - 50 dap) - - 5
sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst) medium to late (50.1 - 53 dap) - - 6
lambat (53.1 - 56 hst) late (53.1 - 56 dap) P 21 - 7
lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) late to very late (56.1 - 59 dap) Bima 1 - 8
sangat lambat (> 59 hst) very late (> 59 dap) - Mr 4 9

10
(*) 65 Tongkol: warna antosianin pada tidak ada absent - Mr 14 1
16. (S) rambut ada present Bima 1 Mr 4 9
Ear: anthocyanin coloration on silk

(*) 65 Tongkol: Intensitas warna antosianin tidak ada atau sangat lemah absent or very weak - Mr 14 1
17. (S) rambut lemah weak Bima 1 - 3
Ear: intencity anthocyanin sedang medium P 21 Mr 4 5
coloration on silk kuat strong Bisi 2 Mr 13 7
sangat kuat very strong NK 77 - 9
(*) 71 Daun: warna antosianin seludang tidak ada atau sangat lemah absent or very weak - - 1
18. (S) daun (pada pertengahan tinggi lemah weak P 21 Mr 4 3
tanaman) sedang medium Bima 1 - 5
Leaf: anthocyanin coloration of kuat strong - Mr 13 7
sheath (in middle of plant) sangat kuat very strong - - 9

19. 71 Malai: Panjang poros utama di atas Sangat pendek (< 10 cm) very short (< 10 cm) - Mr 14 1
(+) cabang samping terbawah Pendek (10,1 - 15 cm) short (10,1 - 15 cm) P 21 Mr 13 3
Tassel: length of main axis above Sedang (15,1 - 20 cm) medium (15,1 - 20 cm) Bima 1 Mr 4 5
lowest side branch Panjang (20,1 - 25 cm) long (20,1 - 25 cm) - - 7
Sangat panjang (> 25 cm) very long (> 25 cm) - - 9

(*) 71 Malai: Panjang poros utama di atas Sangat pendek (< 10 cm) very short (< 10 cm) - Mr 14 1
20. cabang samping bagian lebih atas Pendek (10,1 - 15 cm) short (10,1 - 15 cm) P 21 Mr 13 3
Tassel: length of main axis above Sedang (15,1 - 20 cm) medium (15,1 - 20 cm) Bima 1 Mr 4 5
upper side branch Panjang (20,1 - 25 cm) long (20,1 - 25 cm) - - 7
Sangat panjang (> 25 cm) very long (> 25 cm) - - 9

21. 71 Malai: Panjang cabang samping Sangat pendek (< 18 cm) very short (< 18 cm) - - 1
(menerangkan no 16) Pendek (18,1 - 23 cm) short (18,1 - 23 cm) - - 3
Tassel: length of side branches Sedang (23,1 - 29 cm) medium (23,1 - 29 cm) - Mr 13 5
Panjang (29,1 - 35 cm) long (29,1 - 35 cm) P 21 Mr 4 7
Sangat panjang (> 35 cm) very long (> 35 cm) Bima 1 Mr 14 9

(*) 75 Hanya untuk galur inbrida. Tanaman: Sangat pendek (< 100 cm) very short (< 100 cm) - 1
22. Panjang (termasuk malai) Pendek (100,1 - 150 cm) short (100,1 - 150 cm) Mr 13 3

11
1 Inbred lines only: Plant: length Sedang (150,1 - 200 cm) medium (150,1 - 200 cm) Mr 4 5
(tassel included) Panjang (200,1 - 250 cm) long (200,1 - 250 cm) - 7
Sangat panjang (> 250 cm) very long (> 250 cm) - 9

(*) Hanya untuk varietas hibrida dan Sangat pendek/ very short (< 100 cm) very short (< 100 cm) - 1
22. bersari bebas: Pendek/ short (100,1 - 150 cm) short (100,1 - 150 cm) - 3
2. Tanaman: Panjang (termasuk malai) Sedang/ medium (150,1 - 200 cm) medium (150,1 - 200 cm) - 5
Hybrids and open pollinated Panjang/ long (200,1 - 250 cm) long (200,1 - 250 cm) - 7
varieties only: Plant: length (tassel Sangat panjang/ very long (> 250 cm) very long (> 250 cm) Bima 1 9
included)

23 75 Tanaman: Rasio panjang letak sangat kecil (<0.5) very small (<0.5) 1
tongkol paling atas terhadap panjang kecil (0.51 – 0.99) small (0.51 – 0.99) 3
tanaman sedang (1-1.49) medium (1-1.49) 5
Plant: Ratio of height of upper ear besar (1.5 – 1.99) large (1.5 – 1.99) 7
insertion to plant length sangat besar (>2) very large (>2) Mr 14 9

24. 75 Daun : lebar helai daun (pada daun sangat sempit (< 5 cm) very narrow (< 5 cm) - - 1
(+) tongkol teratas) sempit (5,1 - 7 cm) narrow (5,1 - 7 cm) - - 3
Leaf: width of blade (leaf of upper sedang (7,1 - 9 cm) medium (7,1 - 9 cm) - Mr 13 5
ear) lebar (9,1 - 11 cm) wide (9,1 - 11 cm) P 21 Mr 4 7
sangat lebar (>11 cm) very wide (>11 cm) Bima 1 Mr 14 9

25. 85 Tongkol: Panjang tangkai Sangat pendek (< 5 cm) very short (< 5 cm) - - 1
Ear: length of peduncle Pendek (5,1 - 10 cm) short (5,1 - 10 cm) P 21 Mr 4 3
Sedang (10,1 - 15 cm) medium (10,1 - 15 cm) Bima 1 Mr 14 5
Panjang (15,1 - 20 cm) long (15,1 - 20 cm) - - 7
Sangat panjang (> 20 cm) very long (> 20 cm) - - 9

(*) 92 Tongkol: Panjang (tanpa kelobot) Sangat pendek (< 5 cm) very short (< 5 cm) - - 1
26. Ear: length (without husk) Pendek (5,1 - 10 cm) short (5,1 - 10 cm) - Mr 4 3
Sedang (10,1 - 15 cm) medium (10,1 - 15 cm) - Mr 14 5
Panjang (15,1 - 20 cm) long (15,1 - 20 cm) NK 77 - 7
Sangat panjang (> 20 cm) very long (> 20 cm) Bima 1 - 9

12
27 92 Tongkol: Diameter (di tengah- sangat kecil (< 5 cm) very small (< 5 cm) - - 1
tengah) kecil (5,1 - 10 cm) small (5,1 - 10 cm) - - 3
Ear: diameter (in the middle) sedang (10,1 - 15 cm) medium (10,1 - 15 cm) - Mr 4 5
besar (15,1 - 20 cm) large (15,1 - 20 cm) Bima 1 Mr 14 7
sangat besar (> 20 cm) very large (> 20 cm) P 21 - 9

28. 92 Tongkol: Bentuk kerucut conical Bima 1 Mr 4 1


Ear: shape silindris mengerucut conico-cylindrical - - 2
silindris cylindrical Bisi 2 - 3

29. 92 Tongkol: Jumlah baris biji pada tidak ada atau sangat sedikit ( < 8 baris) very few ( < 8 lines) - - 1
tongkol sedikit ( 8,1 - 10 baris) few ( 8,1 - 10 lines) - - 3
Ear: number of rows of grain sedang ( 10,1 - 12 baris) medium ( 10,1 - 12 lines) Bisi 2 Mr 4 5
banyak ( 12,1 - 14 baris) many ( 12,1 - 14 lines) Bima 1 Mr 13 7
sangat banyak ( > 14 baris) very many ( > 14 lines) P 21 - 9
30 92 Tongkol: tipe biji (pada tengah mutiara flint 1
(S) pertiga tongkol) seperti mutiara flint like 2
Ear: type of grain ( in middle third of antara mutiara dan gigi intermediate 3
ear) seperti gigi dent-like 4
Bisi 2 gigi dent 5
manis sweet 6
brondong pop 7

(*) 92 Tongkol: Warna permukaan biji putih white - - 1


31 (S) Ear: color of top of grain putih kekuningan yellowish white - - 2
kuning yellow Bima 1 Mr 4 3
oranye kuning yellow orange - Mr 13 4
oranye orange - - 5
oranye merah red orange - - 6
merah red - - 7
merah gelap dark red - - 8
biru hitam blue black - - 9

32. 92 Tongkol: Warna sisi dasar biji putih white - - 1


(S) Ear: color of dorsal side of grain putih kekuningan yellowish white - - 2

13
kuning yellow Bima 1 Mr 4 3
oranye kuning yellow orange Bisi 2 Mr 14 4
oranye orange - Mr 13 5
oranye merah red orange - - 6
merah red - - 7
merah gelap dark red - - 8
biru hitam blue black - - 9

(*) 93 Tongkol: antosianin pada kelopak tidak ada absent 1


33 (S) janggel ada present 2
Ear: anthocyanin coloration of
glume of cob

34 93 Tongkol: Intensitas warna antosianin tidak ada atau sangat lemah absent or very weak 1
(S) pada kelopak janggel lemah weak 3
Ear: intensity of anthocyanin sedang medium 5
coloration of glume of cob kuat strong 7
sangat kuat very strong 9

14
VII. Penjelasan Tabel Karakter
Explanations of table Characteristic

Daun Pertama : Bentuk ujung daun


First leaf: shape of tip

tajam tajam agak bulat bulat bulat agak tumpul tumpul


pointed pointed to round round round to spatulate spatulate

Daun dan Malai: sudut


Leaf and Tassel: angle

sangat kecil kecil sedang besar sangat besar


very small small medium large very large

15
Daun dan Malai: letak helai daun dan percabangan samping
Lea and Tassel : attitude of blade and of lateral branches

lurus lurus agak bengkok bengkok tajam bengkok sangat bengkok


straight slightly recurved recurved strongly recurved very strongly recurved

Malai : pewarnaan antosianin pada dasar kelopak


Tassel : anthocyanin coloration at base of glume

16

Anda mungkin juga menyukai