Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

Vol x, No (xxxx )
h.xxx-xxx
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/PMP

DESAIN PEMBELAJARAN MATERI PERSEN


MENGGUNAKAN KONTEKS LEMARI UNTUK SISWA
KELAS V SD
Arika Sari 1, Delia Septimiranti 2*, Pandu Aditya 3, Ratu Ilma Indra Putri 4 , Ely Susanti 5 ,
Somakim6
1
Universitas Sriwijaya. Jl. Srijaya Negara, Indonesia.
2,3,4,5,6
Universitas Sriwijaya. Jl. Srijaya Negara, Indonesia.
* Korespondensi Penulis. Arikasari1998@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menghasilkan lintasan belajar untuk membantu siswa memahami
konsep persen menggunakan konteks lemari untuk kelas V. Penelitian ini berdasarkan PMRI
yang dikaitkan dengan pembelajaran kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah design research type validation study. Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri 157 Palembang dengan melibatkan siswa kelas V sebanyak 9 orang. Peneliti merancang
4 aktivitas pembelajaran persen dengan menggunakan konteks lemari. Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan kontribusi berupa Local Instrucstional Theory (LIT) tentang materi persen.
Penelitian ini melibatkan pada siklus 1 melibatkan 9 orang siswa di SD Negeri 157 Palembang.
Data dikumpulkan melalui lembar kerja siswa, pre-test, post-test, video dan interview. Data
dianalisis dengan cara membandingkan Hyphotetical Learning Trajectory (HLT) dan apa yang
terjadi selama proses pembelajaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui
serangkaian aktivitas yang telah dilakukan membantu siswa dalam pembelajaran materi persen.
Kata Kunci: Persen, Design Research, Konteks Lemari, Pendekatan PMRI

Learning Design of Percent Material Using the Cupboard for Class V


Students

Abstract
This study aims to produce a learning trajectory to help students understand the concept
of percent using the context of the cupboard for class V. This research is based on PMRI which
is associated with the 2013 curriculum learning. The method used in this study is the design
research type validation study. This research was conducted at SD Negeri 157 Palembang
involving 9 grade V students. Researchers designed 4 percent learning activities using the
context of the train. This study aims to contribute in the form of Local Instructional Theory
(LIT) about the percent material. This research involved in cycle 1 involving 9 students at SD
Negeri 157 Palembang. Data were collected through student worksheets, pre-test, post-test,
video and interviews. Data were analyzed by comparing Hyphotetical Learning Trajectory
(HLT) and what happened during the learning process. The results of this study indicate that
through a series of activities that have been carried out to help students in learning the percent
material.
Keywords: Percent, Design Research, Cupboard Context, PMRI Approach

How to Cite: Sari, Arika., Aditya, Pandu., & Putri, RII., Susanti, E. (2021). Desain Pembelajaran Materi
Persen Dengan Konteks Lemari Untuk Siswa Kelas V. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains,
IV(1), 1-3.
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

Received :
Revised :
Accepted :

Penulis 1 & Penulis 2


Judul
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
Vol x, No (xxxx )
h.xxx-xxx
PENDAHULUAN
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/PMP
Persen adalah perbandingan yang dinyatakan dengan suatu persen yang
penyebutnya sama dengan 100 (Sessu, 2014; Bird,J., 2002). Istilah persen berasal dari
makna latin per seratus, dan persen merupakan cara lain untuk mewakili persen seratus
atau desimal seratus (Fobringer dan Fuchs, 2014). Istilah persen hanyalah nama lain
dari seperseratus (Walle, 2008). Hasil dari NAEP menunjukkan bahwa peserta didik
mempunyai kesulitan dengan soal-soal yang melibatkan persen (Wearne & Kouba,
2000). Contohnya, pada NAEP ketujuh, hanya 35 persen dari peserta didik tingkat
delapan yang dapat menemukan jumlah total setelah terjadi kenaikan dalam persen
(Walle, 2008). Pada saat selesai dari sekolah dasar, semua anak kurang lebih tahu apa
itu persentase, tetapi mereka masih sering kesulitan dengan masalah-masalah
persentase (van Galen & van Eerde, 2013).
Menurut Van den Heuvel-Panhuizen (2003), untuk membuat peserta didik
mengerti tentang persentase, dimulai dengan pendahuluan dimana peserta didik
dihadapkan dengan cerita kehidupan sehari-hari yang mana persentase berperan. De
Corte et al (2005), memulai pengajaran persentase, guru dapat menggunakan banyak
situasi sehari-hari yang dimengerti bagi peserta didik. Sobel dan Maletsky (2004)
menyatakan bahwa alat-alat peraga konkrit, pengalaman memanipulasi yang terkait
dengan persen sering memperjelas dan memperkuat konsep, yang bagi kebanyakan
murid sungguh abstrak. Oleh karena itu kita tidak harus membatasi representasi persen
menggunakan grid 100-persegi, tetapi juga termasuk model yang menggunakan blok
pola, geoboards, tongkat meter, garis bilangan, dan benda konkrit lainnya dan
gambaran visual, seperti yang kita lakukan saat memperkenalkan persen dan desimal.
Fobringer dan Fuchs (2014) menggunakan berbagai jenis representasi model sebuah
konsep tergantung pemahaman konseptual peserta didik.
Salah satu cara untuk mengajarkan materi persen yaitu dengan menggunakan
grid 100 persegi, (Fobringer dan Fuchs (2014)). Grid adalah garis vertikal dan
horizontal yang ditampilkanpada bidang gambar (Wahana, 1995). Karena persen
adalah persen perseratus, maka grid yang digunakan adalah grid 10 x 10. Dalam
pembelajaran persentase, menggunakan bar model mempunyai beberapa keuntungan
(van den Heuvel, 2003; van Galen et al., 2008).
Sejalan dengan penjabaran di atas maka dibutuhkannya suatu pendekatan dalam
proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang cocok adalah pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang diadopsi dari Realistic
Mathematics Education (RME). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia, yang
merupakan adaptasi dari Realistic Mathematics Indonesia (RME) (Sembiring et al.,
2010) merupakan sebuah pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman
sehari-hari. Pendekatan pembelajaran ini menfokuskan pada kegiatan berbasis
pengalaman dan penggunaan situasi nyata siswa (Zulkardi, 2002) sehingga diharapkan
mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna. Penggunaan beragam konteks
dalam pembelajaran persen telah dikaji pada beberapa penelitian terdahulu, seperti
desain pembelajaran dengan konteks pengisian baterai handphone (Rahayu & Putri,
2016), baterai laptop (Dewantara & Saraswati, 2014), kandungan lemak pada susu (Bu
& Marjanovavich, 2017), perbaikan jalan rusak, potongan harga atau diskon (Lestiana
& Wanita, 2019), serta masalah tempat parkir dan penonton di stadion (Hidayanto,
2011).
Dibutuhkan konteks yang relevan dengan pengalaman nyata siswa sebagai
starting point pembelajaran. Berangkat dari hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti
mengembangkan lintasan belajar dengan menggunakan konteks lemari untuk
membantu siswa kelas 5 SD dalam memahami konsep persen. Lemari dipilih sebagai
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

konteks sebab didasarkan pada situasi nyata sehingga sangat dekat dengan pengalaman
sehari-hari siswa. Selain itu, belum ada penelitian yang menggunakan konteks sejenis
dalam desain pembelajan persen. Pelibatan kegiatan berbasis pengalaman melalui
penggunaan konteks yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa diharapkan
mampu menjadikan pembelajaran persen menjadi lebih bermakna. Dengan mengaitkan
matematika dengan kehidupan nyata, diharapkan siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuan yang bermakna dan tidak hanya sekedar ingatan prosedural. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lintasan belajar pada pembelajaran
materi persen menggunakan konteks lemari untuk siswa kelas V dan mengetahui peran
dari lintasan belajar pada pembelajaran materi persen menggunakan konteks lemari
untuk Siswa Kelas V Di SD Negeri 157 Palembang.

METODE
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode design research type
validation study. Design research bertujuan untuk mengembangkan Local Instructional
Theory (LIT) dengan kerjasama peneliti dan guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran (Gravemeijer & Van Eerde, 2009). LIT meliputi aktivitas pembelajaran
sementara dan dugaan proses pembelajaran yang mengantisipasi bagaimana pemikiran
dan pemahaman siswa yang mungkin berkembang ketika aktivitas pembelajaran
berlangsung di kelas (Gravemeijer & Cobb dalam Akker et al, 2006). Gravemeijer &
Cobb (2006) mendefinisikan tiga tahap pada desing research, yakni : (a) preparing for
experiment, (b) The design experiment, dan (c) retrospective analysis. Pada tahap
preparing for the experiment (persiapan penelitian), peneliti melakukan kajian literatur
mengenai materi persen, penggunaan PMRI sebagai pendekatan pembelajaran. Selain
itu, peneliti juga meneliti kemampuan awal siswa dengan melakukan wawancara
kepada beberapa siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai
materi prasyarat pembelajaran. Hasilnya digunakan untuk mendesain serangkaian
aktivitas pembelajaran yang berisi dugaan lintasan belajar (Hypothetical Learning
Trajectory). HLT yang didesain bersifat dinamis sehingga terbentuk sebuah proses
siklik (cyclic process) yang dapat berubah dan berkembang selama proses desain
experiment. HLT yang telah dikembangkan selanjutnya diimplementasikan pada tahap
desain experiment. Laporan ini berfokus pada tahap pilot experiment dan retrospective
analysis sebagai bagian dari rangkaian design research yang dilaksanakan.
Tahap kedua the design experiment (desain percobaan) yakni siklus 1 (pilot
experiment). Delapan orang siswa dengan kemampuan heterogen (3 siswa
berkemampuan tinggi, 3 siswa berkemampuan sedang, dan 3 siswa berkemampuan
rendah) dilibatkan pada siklus pertama (pilot experiment), pada tahap ini peneliti
berperan sebagai guru. Hasil dari siklus pertama digunakan untuk merevisi HLT versi
awal.
Tahap ketiga restrospective analysis, data yang diperoleh dari tahap pilot
experiment dianalisis, hasil analisis digunakan untuk mengembangkan desain pada
aktivitas pembelajaran berikutnya. HLT dibandingkan dengan aktivitas pembelajaran
siswa yang sesungguhnya untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Tujuan dari
retropective analysis secara umum adalah untuk mengembangkan Local Intructional
Theory (LIT). Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa hal meliputi observasi,
membuat rekaman video tentang kejadian di kelas dan kerja kelompok, mengumpulkan
hasil kerja siswa, memberikan tes awal dan tes akhir, dan mewawancarai siswa. HLT
yang telah dirancang kemudian dibandingkan dengan lintasan belajar siswa yang

Penulis 1 & Penulis 2


Judul
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

sebenarnya selama pelaksanaan pembelajaran untuk dilakukan analisis secara


retrospektif apakah siswa belajar atau tidak belajar dari apa yang telah dirancang di
rangkaian pembelajaran. Analisis data diikuti oleh peneliti beserta pembimbing untuk
meningkatkan validitas dan reliabilitas. Validitas dilakukan untuk melihat kualitas
sekumpulan data yang berpengaruh pada penarikan kesimpulan dari penelitian ini.
Reliabilitas menggambarkan penelitian yang dilakukan sehingga suatu kesimpulan
dapat diambil.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembelajaran ini didesain untuk menghasilkan lintasan belajar dalam
pembelajaran materi persen menggunakan konteks lemari untuk membantu siswa
memahami konsep pada materi persen. Berikut iceberg yang telah didesain dapat dilihat
pada gambar 1.

Gambar 1. Iceberg Materi Persen

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa peneliti melakukan wawancara


terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian. Selain itu peneliti memberikan tes awal
(pre test) untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil pretest menunjukkan bahwa
sebagian siswa masih belum paham dengan materi prasyarat dari persen yaitu pecahan.
Setelah mengetahui kemampuan awal siswa dari hasil pretest dilakukanlah siklus 1
tahap pilot experiment. Pada tahap ini 9 siswa (dibagi menjadi 3 kelompok, masing-
masing kelompok heterogen) berpartisipasi dan peneliti sebagai guru model. Masing-
masing siswa diberikan Lembar Aktivitas Siswa yang berisi serangkaian aktivitas.
Aktivitas 1 : Pengenalan Konteks Lemari Jam Tangan
Pada aktivitas ini, siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi fenomena
dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan konteks lemari kotak jam
tangan. Dan hasilnya semua siswa kelas V SD Negeri 157 Palembang mengenal kereta
api. Berikut adalah aktivitas 1 yang terdapat pada LAS dapat dilihat pada gambar 2.

Penulis 1 & Penulis 2


Judul
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

Gambar 2. Aktivitas 1 Pada LAS

Aktivitas 2 : Mencari nilai persen dari lemari kotak jam tangan


Pada aktivitas ini, menunjukkan permasalahan yang diberikan berkaitan dengan
mencari nilai persen dari kotak jam tangan. Berikut permasalahan yang ada pada
aktivitas 2 dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Aktivitas 2 Pada LAS

Pada gambar 3 menunjukkan permasalahan yang diberikan berkaitan dengan


mencari nilai persen dari kotak jam tangan yang terisi atau tidak. Siswa diminta untuk
menghitung jumlah kotak jam tanan yang terisi dari keseluruhan kotak pada lemari
kotak jam tangan tersebut sehingga dapat menentukan bentuk persen dari kotak jam
tersebut. Pada saat siswa diminta mengerjakan permasalahan aktivitas 2 yang ada pada
LAS secara berkelompok, sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan
tepat. Hal ini dapat dilihat dari salah satu jawaban siswa pada gambar 4.

Penulis 1 & Penulis 2


Judul
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

Gambar 4. Jawaban Siswa Pada Aktivitas 2

Berdasarkan gambar 4 menunjukkan bahwa siswa dapat menjawab pertanyaan


dengan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mengenal bentuk persen dari
kotak jam dan sesuai dengan HLT yang telah dibuat. Setelah siswa selesai
mengerjakan aktivitas 2 guru meminta siswa untuk berdiskusi. Siswa diminta
menuliskan jawaban masing-masing kelompok pada lembar jawaban yang telah
disediakan.
Aktivitas 3 : Menentukan persentase benda yang tersedia yang jumlahnya 100
Pada aktivitas ini, permasalahan pada LAS diberikan dengan menggunakan
model bar yang menunjukkan jumlah sepatu yang tersusun sebanyak 100. Pada
aktivitas ini, siswa diharapkan dapat memahami konsep persen dengan menggunakan
model bar. Dari beberapa jawaban siswa terlihat siswa dapat menentukan persen dari
permasalahan yang diberikan dengan tepat sesuai dengan HLT awal. Hal ini dapat
dilihat dari salah satu jawaban siswa pada gambar 5.

Gambar 5. Jawaban Siswa Pada Aktivitas 3

Aktivitas 4 : Menyelesaikan permasalahan persen dalam kehidupan sehari-hari


Pada aktivitas ini, diberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan materi persen. Pada aktivitas ini, siswa diharapakan dapat
menyelesaikan permasalahan pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi
persen. Berikut jawaban siswa pada gambar 6 dan gambar 7.

Gambar 6. Jawaban Siswa Pada Aktivitas 4

Gambar 7. Jawaban Siswa Pada Aktivitas 4

Pada gambar 6, terlihat jawaban siswa yang menggunakan matematika bentuk


formal untuk menyelesaikan permasalahan. Namun, pada gambar 7, siswa
menyelesaikan permasalahan yang ada pada aktivitas 4 tetap menggunakan model bar.
Siswa tersebut menggambarkan model bar yang menyatakan bagian-bagian dari persen
tersebut.

Penulis 1 & Penulis 2


Judul
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

Retrospective Analysis
Permasalahan yang pertama diberikan menunjukkan bahwa siswa sudah belajar
bersesuaian dengan HLT yang telah dirancang. Menunjukkan bahwa siswa dapat
mengenal konteks lemari. Untuk permasalahan kedua, menunjukkan bahwa siswa telah
mengenal bentuk persen dari kotak jam yang terisi dan kosong akan jam tangan. Untuk
permasalahan ketiga siswa sudah mampu menggunakan model bar dengan jumlah
benda yang tersedia adalah 100. Untuk permasalahan keempat, siswa sudah mampu
menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan persen. Dimana
hasilnya menunjukkan sebagian siswa sudah menggunakan matematika bentuk formal
dan ada sebagian siswa lainnya tetap menggunakan model bar untuk menyelesaikan
permasalahan.
Pelaksanaan belajar dan pembelajaran sudah bersesuaian dengan HLT yang dirancang.
Hasil penelitian pada pilot experimen yang didapatkan menunjukkan bahwa Learning
Trajectory yakni proses selama pembelajaran berlangsung bersesuaian dengan HLT
yang telah dirancang.
Berdasarkan desain lintasan belajar yang telah dirancang dan diimplementasikan
sebelumnya, terdapat 4 aktivitas pembelajaran persen pada siklus 1. Serangkain
aktivitas ini meliputi; Aktivitas 1 : Pengenalan Konteks Lemari Jam Tangan; Aktivitas
2 : Mencari nilai persen dari Lemari Jam Tangan; Aktivitas 3 : Menentukan persentase
benda yang tersedia yang jumlahnya 100; dan Aktivitas 4 : Menyelesaikan
permasalahan persen dalam kehidupan sehari-hari.
Serangkaian aktivitas yang telah diimplementasikan menggunakan pendekatan
PMRI menunjukkan bagaimana karakteristik PMRI menjadi dasar pada proses
pembelajaran dalam setiap aktivitas. (a) Use of contexts for phenomenologist
exploration (Penggunaan konteks) merupakan karakteristik pertama dimana kegiatan
pembelajaran dimulai dengan masalah kontekstual yangs sering dijumpai oleh siswa
sebagi aktivitas berbasis pengalaman. Konteks yang digunakan pada setiap aktivitas
merupakan sesuatu yang mampu dibayangkan oleh siswa sehingga siswa dapat
memahami permasalahan dengan mudah yakni konteks tempat duduk pada kereta api.
(b) Use of models for mathematical concept construction (Penggunaan Model)
penggunaan model bar merupakan bentuk model off dari pembelajaran konsep persen
yang merupakan tahap referential level. Dengan menggunakan model bar dalam
menjembatani pemahaman siswa dari abstrak menuju real dapat membatu pemahaman
siswa dalam belajar persen. (c) Use of students‟ creations and contribution
(Pemanfaatan hasil Kontribusi siswa) karakteristik ini terlihat pada saat proses
pembelajaran persen dari serangkaian aktivitas yang diberikan. Guru memberika
apresiasi terhadap kontribusi siswa dalam proses pembelajaran baik dalam kegiatan
kelompok maupun individu. Pembelajaran menjadi lebih bermakna salah satunya
karena muncul variasai jawaban dan strategi penyelesaian yang berbeda dari masing-
masing kelompok maupun individu. (d) Students activity and interactivity on the
learning process (Interaktivitas). Siswa pada saat pilot experiment ini sangat
kolaboratif sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. (e) Intertwining
mathematics concepts, aspects, and units (Keterkaitan). Dalam mendesain
pembelajaran persen ini tidak terlepas dari keterkaitan dengan materi yang lain yaitu
konsep pecahan. Dan hasilnya menunjukkan sebagian siswa sudah menggunakan
matematika bentuk formal dan ada sebagian siswa lainnya tetap menggunakan model
bar untuk menyelesaikan permasalahan. Hal ini menunjukkan bahwa model bar

Penulis 1 & Penulis 2


Judul
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

membantu siswa memahami konsep persen. Pembelajaran menjadi lebih bermakna


menggunakan model bar yang membantu menjembatani pemahaman siswa dalam
memahami konsep persen secara komprehensif (Galen & Eerde, 2013; Sarumaha et al.,
2018; Gani, Tengah, & Said, 2019). Dan menurut Van Galen & Van Erde (2013) juga
bahwa bar persen dapat membantu siswa melihat hubungan antara dua bilangan yang
diberikan untuk membuat persen, lebih dari itu bar juga menghubungkan secara
langsung antara persen pecahan. Menggunakan masalah nyata atau konteks dapat
membuat konsep matematika menjadi lebih bermakna, karena konteks menyajikan
konsep matematika abstrak dalam bentuk persentasi yang mudah dipahami siswa
(Harlis dan Putri, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Bird, J. (2002). Matematika Dasar: Teori dan Aplikasi Praktis. Jakarta: Erlangga.
Bu, L., & Marjanovavich, A. (2017). Percentge and Milk Fat. Mathematics Teaching in
the Middle School, JSTOR, 22(8), 472–479.
Dewantara, A. H., & Saraswati, S. (2014). Penggunaan Pemahaman Intuitif Siswa
Kelas 5 SD dalam Menyelesaian Masalah Persen. In Suparman, Sugiyarto, & T.
Herawan (Ed.), Prosiding Seminar Nasional Sendikmad: Revitalisasi Pendidikan
Matematika Menuju AFTA 2015 (1 ed., Nomor 1, hal. 738–750). Universitas
Ahmad Dahlan.
De Corte, E., Depaepe, F., Op ’t Eynde, P., & Verschaffel, L. (2005). Comparing
mathematics education traditions in four European countries: The case of the
teaching of percentages in the primary school. In A. Rogerson (Ed.),
Proceedings of the Eighth International Conference of the Mathematics
Education into the 21st Century Project: “Reform, revolution, and paradigm
shifts in mathematics education” (p. 1-11). Johor Bahru, Malaysia: The
Mathematics Education into the 21st Century Project.
Fobringer, L., & Fuchs, W. (2014). Rtl in Math: Evidence-Based intervention for
Struggling Students. New York: Routledge.
Galen, F. van, & Eerde, D. van. (2013). Solving Problems with The Percentage Bar.
IndoMS. J.M.E, 4(1), 1–8. https://doi.org/10.22342/jme.4.1.558.1-8.
Gani, M. A., Tengah, K. A., & Said, H. (2019). Bar Model as Intervention in Solving
Word Problem Involving Percentage. International Journal on Emerging
Mathematics Education, 3(1), 69–76.
Gravemeijer dan Cobb (2006).” Design Research from a Learning Perpective, dalam
Educational Design Research. New York : Routledge
Gravemeijer, Koeno, & Eerde, V. (2009). Design Research as a Means for Building a
Knowledge Base for Teachers and Teaching in Mathematics Education. The
Elementary School Journal, 109(5). https://doi.org/10.1086/596999
Godwin,S and Sutherland. 2004. Whole class technologi for learning mathematics:the
case of functional and graphs.Education,Communicatio n and Information,
4(1),132-152

Penulis 1 & Penulis 2


Judul
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

Hidayanto, E. (2011). Mengenalkan Konsep Persentase pada Siswa Sekolah Dasar.


JTEQIP, 11(2), 14–20.
Herman, T. (2012). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
melalui Lesson Study. Jurnal Pendidikan. 13(1): 56 – 63.
Khuriyati,L.,Hartono,Y.,&Somakim.(2015).Desain Pembelajaran Operasi Persen
Menggunakan Kertas Berpetak di KelasIV.JurnalParadikma. 8(3):62-69
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Va.:
National Council of Teachers of Mathematics.
Koay, P. L. (1998). The Knowledge of Percent of Pre-Service Teachers. The
Mathematics Educator, 3(2), 54–69.
Lestiana, H. T., & Wanita, C. T. (2019). Bar Model: A Beneficial Tool in Learning
Percentage. Eduma : Mathematics Education Learning and Teaching, 8(2), 1–10.
https://doi.org/10.24235/eduma.v8i2.5392
Rahayu, C., & Putri, R. I. I. (2016). Pembelajaran tentang Persentase dengan Baterai
Handphone di Kelas V SD Negeri 119 Palembang. Jurnal Pendidikan, 17(1), 45–
54.
Sarumaha, Y. A., Putri, R. I. I., & Hartono, Y. (2018). Percentage Bar: A Model for
Helping Fifth Grade Students Understand Percentages. Moshrafa: Jurnal
Pendidikan Matematika, 7(2), 155–166.
Sembiring, R. K., Hadi, S., Zulkardi, & Hoogland, K. (2010). The Future of PMRI. In
R. . Sembiring, K. Hoogland, & M. Dolk (Ed.), A decade of PMRI in Indonesia
(hal. 189– 190).
Van den Heuvel-Panhuizen, M. (2003). The Didactical Use of Models in Realistic
Mathematics Education: an Example from a Longitudinal Trajectory on
Percentage. Educational Studies in Mathematics, 54(1), 9–35.
Zulkardi. (2002). Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics
Education for Indonesian Student Teachers. University of Twente, Enschede.

Penulis 1 & Penulis 2


Judul
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA
Vol xx, No x (xxxx) h.xxx-xxx xx

Penulis 1 & Penulis 2


Judul

Anda mungkin juga menyukai