Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia

Vol. 04 No. 02, Desember 2019


https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Desain Pembelajaran Persen Menggunakan Konteks


Bioskop pada Siswa Kelas V

Ayu Luviyanti Tanjung1, M. Ridho Ratu Berlian1, Risda Intan Sistyawati1,


Sisca Puspita Sepriliani1, Somakim2*, Ratu Ilma Indra Putri3, Ely Susanti4,
1, 2*, 3, 4
Program Magister Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya Palembang.
Email korenponden : somakim.somad@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian design research. Tujuan dari
diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat seberapa jauh pemahaman peserta
didik mengenai materi persen dengan menggunakan konteks tempat duduk di
bisokop. Subjek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah para peserta
didik kelas V SD IBA Palembang dengan berbagai macam kemampuan yang
heterogen. Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis RME. Dari penelitian ini,
didapat bahwa hasilnya menunjukkan bahwa para peserta didik mampu
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi perse dari tipe mudah
hingga susah sekalipun. Sehingga, desain yang digunakan serta konteks
permasalahan tempat duduk di bioskop menggunakan pemodelan matematika
bahasan bar lebih mudah dipahami dalam mengerti konsep materi persen.
Kata kunci: Bar Model, Grid 10 x 10, PMRI, Bioskop

ABSTRACT
This research is a type of research design research. The purpose of holding this
research is to see how far students understand the percent material by using the
context of seating in the cinema. The research subjects taken in this study were the
fifth grade students of SD IBA Palembang with various heterogeneous abilities.
This study uses an RME type approach. From this study, it was found that the
results showed that students were able to solve problems related to the material,
even though they were easy to difficult. So, the design used and the context of the
problem of seating in the cinema using mathematical modeling, the discussion of
bars is easier to understand in understanding the concept of the percent material.
Keywords: Bar Model, 10 x 10 Grid, PMRI, Cinema

1. Pendahuluan

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

1
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Matematika merupakan salah satu materi pelajaran yang memiliki sifat


abstrak. Dalam hal ini, pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan
tingkat dari tumbuh kembang anak tersebut (Waskito, 2014). Oleh karena itu,
guru memiliki tugas penting yaitu menyiapkan fasilitas belakar bagi siswa yang
dapat meningkatkan gairah dan semangat belajar serta menyiapkan lingkungan
yang dapat menjadi wadah dalam mendukung tumbuh kembang dari potensi
peserta didik.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di kelas, salah satunya yaitu
kemampuan dalam memahami konsep serta mengkomunikasikan secara
matematis perihal kompetensi yang dikembangkan dalam diri peserta didik
sehingga menjadi pribadi yang siap dalam menyelesaikan berbagai macam
permasalahan hidup di masa depannya. Tidak hanya itu, kemampuan lainnya
seperti memiliki semangat dalam belajar, memiliki sifat tekun, sifat mandiri yang
mana berguna penting sebagai modal bagi peserta didik untuk mengembangkan
potensi di dalam dirinya.
Salah satu materi pada pelajaran matematika yang dipelajari oleh anak SD
adalah materi persen. Persen sendiri merupakan salah satu bahasan dalam
matematika yang memiliki banyak keterkaitan dengan cabang-cabang ilmu
lainnya. Tidak hanya itu, persen juga sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari
karena hampir semua kegiatan dan aktivitas sosial menggunakan bahasan persen.
(Baroody, 1998). Pada Realistic Mathematics Education menyatakan bahwa
dalam proses mengajar perlu ada membangun pengetahuan pada siswa
berdasarkan informal serta memberikan peserta didik kemerdekaan dalam
menganalisis serta mengeskplorasi pada berbagai macam situasi di kehidupan
sehari-hari yang mana berkaitan erat dengan bahasan persen itu sendiri. (Hauvel,
2003). Beberapa macam prinsip utama dari RME tersendiri menurut Zulkardi
(2010) diantaranya adalah perlu adanya suatu penemuan secara terbimbing serta
bermakna progresif, memiliki fenomena yang mendidik peserta didik serta
berdasarkan model pengembangan mandiri. Sependapat dengan gagasan dari
Freudenthal (1991) yang menyatakan bahwa m atematika itu sendiri merupakan
suatu aktivitas pada manusia, bukan sebagai suatu subjek yang ditransmisikan.
Oleh karena itu, ada baiknya matematika disajikan dengan mengawali pada situasi
yang konkret atau nyata yang mana berdasarkan pengalaman pribadi dari peserta
didik.
Untuk bahasan persen, beberapa macam kaitan dengan kehidupan sehari-
hari diantaranya adalah permasalahan diskon, urutan tempat duduk, serta baterai
telepon. Bahasan persen selama ini memiliki makna yang beragam, namun esensi
utamanya adalah proporsionalitas yang mana sesuai dengan bahasan persen
tersendiri membahas mengenai hubungan proporsionalitas (Leinhardt, 1995).
Dalam aspek hubungan proporsional ini, terdapat adanya hubungan kesetaraan
dari dua jenis rasio yang bertujuan untuk memberikan model yang tepat dalam
mendukung pembelajaran peserta didik di kelas. Salah satu model yang digunakan
dan cocok untuk diterapkan dalam penelitian ini adalah model bar. Penggunaan
model bar tersendiri dapat menjadi salah satu model yang bermanfaat bagi peserta

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

2
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

didik. Penggunaan model bar sendiri dapat dengan mudah dijadikan acuan saat
memperkirakan persen yang ada, khususnya pada kasus yang berkaitan dengan
angka yang perlu dialihkan kepada bentuk persen. Hal ini menjadi salah satu
kemudahan bagi peserta didik untuk lebih mudah dalam memahami bahasn
tersebut (Heuvel, 2003).
Dalam mengaitkan materi dengan bahan ajar, guru harus mampu
menyajikan berbagai macam contoh atau kasus yang berkaitan antara kehidupan
nyata dengan materi pelajaran yang akan disampaikan (Jacobsen, 2009).
Penelitian ini menggunakan konteks bioskop dalam memahami materi persen
dengan menggunakan metode penelitian design reserach serta menggunakan
pendekatan RME. Dengan menyediakannya jembatan yang baik antara materi
serta konteks dengan dunia nyata diyakini dapat menjadi tahapan dari formal pada
pembelajaran matematika itu sendiri. Penerapan dan penggunaan RME disini
memiliki tujuan untuk menjadi langlah bagi peserta didik dalam mengembangkan
pengetahuannya. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya,
maka ppenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan desain pembelajaran
dengan pendekatan RME menggunakan konsep bar dalam membantu peserta
didik mempelajari materi persen pada kelas V.
Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang dituju pada penelitian ini adalah : Bagaimana lintasan belajar yang
dihasilkan pada desain pembelajaran materi persen dengan menggunakan
pendekatan RME untuk siswa kelas V?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan lintasan belajar
yang dihasilkan pada desain pembelajaran materi persentase dengan
menggunakan pendekatan RME untuk siswa kelas V.
Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi dalam menentukan
alternative pembelajaran materi persentase dengan menggunakan pendekatan
RME untuk siswa kelas V.

2. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian (penelitian
desain). yaitu mendesain pembelajaran materi persen menggunakan konteks
bioskop. Design research bertujuan untuk mengembangkan Hvpothetical
Learning Trajectory (HLT) dan juga mengembangkan Local Instrucion Theory
(LIT) dengan kerjasama antara peneliti dan guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Dalam desain riset terdapat proses siklik (berulang) dalam
melakukan kegiatan pendesainan dan mengujicobakan kegiatan pembelajaran dan
aspek-aspek lainnya. Proses siklik yang terdiri dari pemikiran eksperimen
(eksperimen pikiran) dan pembelajaran eksperimen (eksperimen instruksi) yang
terjadi secara berulang sampai ditemukannya sebuah lintasan belajar yang
merupakan hasil revisi dari pembelajaran yang diujicobakan.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui tes berupa pretest
dan posttest, wawancara secara lisan, dan dokumentasi berupa hasil aktifitas
belajar, hasil belajar siswa, foto dan rekaman video. Instrumen pengumpul data

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

3
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

termasuk soal pretest dan posttest, lembar observasi, wawancara terbaru, lembar
aktifitas siswa, foto dan rekaman video.
Pada penelitian ini, data analisis menggunakan perbandingan antara hasil
pengamatan saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas dengan
menggunakan dugaan lintasan belajar (Hypothetical Learning Trajectory) yang
telah didesain pada tahapan preliminary design. Dugaan lintasan belajar dalam
analisis retrospektif yang telah didesain lalu dibandingkan hasilnya pada saat
proses belajar mengajar bagim peserta didik sehingga dapat dilakukan analisis
menenai bagaimana peserta didik mendapatkan konsep dasar persen yang
ditimbulkan oleh pembelajaran menggunakan pendekatan RME dan konteks
permainan bioskop. Validitas hasil penelitian akan mengacu pada dugaan lintasan
belajar (Hypothetical Learning Trajectory) yang telah disusun dan rekam jejak
(trackbility) selunuh proses pembelajaran selama penelitian berlangsung.
Kemudian pada tahapan reabilitas hasil penelitian menggunakan dua cara
diantaranya yaitu (1) Triangulasi Data yang merupakan suatu teknik agar dapat
melihat kaitan yang didapat dari sumber data berupa analisis di lapangan, lembar
observasi serta video rekaman mengenai rancangan dari lintasan belajar yang
dijadikan panduan utama dalam melaksanakan desain aktivitas instruksional
(Bakker, 2004); serta (2) Interpretasi Silang, menggunakan pertimbangan dari ahli
dalam memberikan masukan terhadap data yang didapat seperti rekaman video.
Kegiatan ini bertujuan untuk dapat mengurangi akan adanya penilaian serta
subjektif bagi peneliti saat menginterpretasikan data hasil penelitian yang telah
diperoleh saat terjun lapangan.

3. Hasil Dan Pembahasan


Pada tahapan awal yaitu preliminary design, hal yang dilakukan dari peneliti
diantaranya yaitu melakukan observasi terlebih dahulu terhadp lingkungan dan
siswa serta berdiskusi langsung dengan guru SD IBA Palembang dengan maksud
tujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai subjek
penelitian, waktu pelaksanaan serta proses belajar mengajar siswa saat di kelas
berlangsung serta sekaligus mengurus surat izin penelitin terhadap sekolah yang
bersangkutan. Kemudian setelah itu, peneliti mendapatkan berbagai macam
informasi yang dibutuhkan sebelumnya sehingga didapatlah bahwa mengambil
subjek penelitian untuk peserta didik khusus kelas V. Peneliti dan guru
menetapkan dalam melakukan tahap uji coba, peneliti melakukannya diluar jam
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Setelah itu, tahap kedua adalah tahap desain. Dalam tahap desain, tujuannya
yaitu menyusun kerangka soal tersebut. Menyusun kerangka LAS, HLT dan
Iceberg serta apa saja karakteristik yang sesuai dengan hasil analisis yang
dilakukan pada tahap pertama yaitu tahap preliminary design. Peneliti
mempersiapakan perangkat-perangkat yang akan dijadikan sebagai bahan acuan di
dalam penelitian nantinya. Beberapa komentar dan salam diantaranya dari guru
mengenai pengembangan LAS dan lain-lain antara lain seperti berikut.

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

4
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

No. Komentar dan Saran Keputusan


Revisi
1 Perubahan terhadap LAS dimulai dari masalah yang
digunakan serta penerapan konsep gambar yang akan
diubah ke dalam bentuk matematika
2 Pembuatan soal pretest ada baiknya dibuat dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak agar dapat
mempermudah ssiwa dalam menjawabnya.
3 Penggunaan kata pada permasalahan yang dimunculkan Sudah
ada baiknya untuk lebih dipertegas dan menggunakan diperbaiki
kata-kata yang jelas agar tidak adanya ambiguitas
4 Pada pengarahan siswa dalam memahami pemecahan
masalah persen menggunakan bar ada baiknya untuk
diarahkan dengan lebih baik dan lebih jelas lagi

Gambar 1. Saran dan Komentar dalam Pengembangan

GAMBAR 1 HLT
Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

5
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

GAMBAR 2 ICEBERG

Kemudian setelah melakukan revisi dari komentar dan saran sehingga


didapatlah prototype 1. Kemudian, dilakukan uji one to one kepada 3 siswa yang
diantaranya memiliki kemampuan remdah, sedang dan tinggi pada soal pretest
yang telah dibuat. Berikut merupakan penjelasan mengenai pelaksanaan uji coba
pretest pada tahap one to one terhadap 3 orang siswa.
a. Siswa Kemampuan Rendah (S)
Saat mengerjakan soal pre-test yang diberikan, S tidak mengerti hampir
semua soal yang diberikan. Pada setiap bagian di soal, S selalu bertanya kepada
peneliti. Bagaimana cara pengerjaannya?, apakah jawabannya sudah benar?.
Dalam pengerjaan pun, S merupakan siswa yang paling lama mengerjakan semua
soal tersebut. Saat ditanya kenapa belum selesai, S selalu menjawab bingun
soalnya, gak ngerti yang ini dan jawaban yang serupa lainnya.

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

6
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1 masih terlihat bahwa siswa dapat mengerjakan soal dengan baik,
walaupun dalam hal ini penulisan S masih belum sesuai dengan kategori
penulisan pecahan yang benar.
Gambar 2 menjelaskan bahwa soal no. 2 tidak dapat dikerjakan S. dan hasil yang
didapat juga tidak sesuai. Dalam hal ini, juga menjelaskan bahwa S belum benar-
benar bisa menghitung perkalian dan persen dengan baik. Dari soal no. 3 dapat
dikatakan bahwa S bisa mengerjakannya, walaupun untuk soal ini S masih dibantu
dan digiring agar mendapatkan hasil seperti gambar tersebut.
Berdasarkan hasil penyelesaian dapat disimpulkan bahwa siswa dengan
kemampuan rendah masih belum dapat memahami konsep persen dan
menghitungnya dengan baik.
b. Siswa Kemampuan Sedang (T)
Saat mengerjakan soal pre-test yang diberikan, T mengerti beberapa soal
yang diberikan dan mengerti konsep dari persentase tersendiri yaitu per seratus.
Pada setiap bagian di soal, T terkadang bertanya kepada peneliti. Namun T
terkesan lambat dalam pemberian jawaban saat ditanya oleh peneliti.

Gambar 2. Jawaban siswa kemampuan sedang

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

7
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Dalam pengerjaan soal tersebut, dapat dikatakan bahwa siswa T dapat


memahami dan mengerjakan soal dengan baik walaupun saat pengerjaan
berlangsung siswa tersebut cenderung ragu dengan jawaban yang dipilihnya
tersebut. Tidak hanya itu, perlu diarahkan secara lebih dekat mengenai persen
baginya karena menurutnya persen adalah salah satu materi yang sudah lama tidak
dipelahari sehingga telah dilupakan dan perlu diarahkan.
c. Siswa Kemapuan Tinggi
Saat mengerjakan soal pre-test yang diberikan, siswa R dengan
kemampuan tinggi dapat memahami dan mengerjakan soal dengan baik dan cepat.
Saat menjawab beberapa soal, siswa R langsung menuliskan jawaban akhir tanpa
menggunakan langkah-langkah penyelesaian.

Gambar 2 Gambar 3

Gambar 4
Gambar 2 menunjukkan soal yang dapat dikerjakan siswa R dengan lancar
tanpa menggunakan langkah-langkah penyelesaian. Soal lain juga dikerjakan
dengan cepat dan benar. Saat ditanyakan bagaimana langkah – langkah
penyelesaiannya, siswa R dapat menjawab dengan baik
Gambar 3 menunjukkan soal yang dapat dikerjakan siswa R dengan
operasi hitung. Siswa R dapat menjelaskan langkah penyelesaian, namun tidak
dituliskan di kertas. Siswa R dapat dengan mudah menggunakan cara mencongak
saat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan.
Gambar 4 menunjukkan soal yang dapat dikerjakan siswa R dengan
memahami maksud soal terlebih dahulu, lalu dapat menyimpulkan langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan penyelesaian. Namun siswa R
hanya dapat menjelaskan langkah-langkah penyelesaian, dan saat diminta untuk
menuliskan apa yang telah dijelaskan siswa R terlihat bingung harus mulai dari
mana menuliskannya. Sehingga siswa R hanya menuliskan hasil akhir dari soal
nomor 3. Berdasarkan hasil penjelasan yang didapat bahwa siswa dengan
kemampuan tinggi dapat memahami konsep persen namun masih belum dapat
menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara bertahap.
Setelah melakukan tahapan uji coba one to one kepada peserta didik, maka
tahapan selanjutnya ada revisi dan mengembangkan ulang mengenai desain

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

8
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

pembelajaran yang akan digunakan seperti LAS, Iceberg dan HLT untuk tahapan
pada. Sehingga dihasilkanlah produk prototype 2. Selanjutnya baru dilakukan uji
coba terhadap small group pada tahapan pilot experiment.
Pada uji coba kelompok kecil, peneliti mengambil peserta didik dari SD IBA
Palembang. Peneliti mengambil satu kelompok diantaranya yang mana satu
kelompok terdiri dari peserta didik yang terdiri dari kelas V. Berdasarkan hasil
dari data penelitian pada wawancara langsung kepada kelompok kecil didapatkan
bahwa desain sudah praktis pada tahapan uji coba kelompok kecil.
Ketika peneliti sedang mengambil data pada kegiatan uji coba kelompok
kecil, peneliti melakukan pengamatan secara langsung mengenai kegiatan
pelaksanaan uji coba kelompok kecil tersebut dibarengi dengan satu observer
lainnya untuk melihat aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh para peserta
didik dilihat sesuai dengan indikator observas yang telah dirancang peneliti
sebelumnya. Pada tahapan ini, didapat bahwa desain bahan ajar yang telah dibuat
tersebut termasuk ke dalam kriteria praktis.
Selanjutnya dalam penelitian ini diperlukan seorang guru sebagai observer
dan seorang lainnya sebagai perekam video selama pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran dimulai dengan menuntun siswa pada konteks bioskop, siswa
dibentuk dalam kelompok masing-masing 3 orang, selanjutnya siswa mengerjakan
LAS dan berdiskusi bersama kelompoknya. Selama proses diskusi berlangsung,
guru bertugas untuk mendorong munculnya karakteristik-karakteristik pendekatan
PMRI dengan menjawab pertanyaan sesuai dengan dugaan yang telah dibuat
sebelumnya dalam HLT. Pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi jawaban
dari perwakilan kelompok yang tepat (atau belum tepat), dan berdiskusi bersama.
Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilaksanakan
Saat pembelajaran di kelas, siswa dapat dibimbing sampai kepada
pemahaman mengenai materi persen itu sendiri. Siswa juga dapat menuliskan
kembali rumus persen serta mengubah desimal ke persen atau pecahan ke persen.
Tetapi siswa dipastikan tidak dapat menyusun sendiri urutan dari bilangan desimal
serta pecahan apabila tidak diurutkan ke dalam bentuk persen dalam pikiran
siswa, kecuali siswa telah membaca dan mempersiapkan diri sebelumnya dengan
membaca dari sumber seperti buku teks atau lewat internet. Pada akhir LAS
terdapat kesimpulan, di dalamnya guru telah menuliskan penamaan serta materi
akhir dari materi persentase tersebut.
Dalam proses small group berlangsung, peneliti telah memberikan pertanyaan
pengarah, bahwa dalam mengubah menjadi persen harus dibagi dengan 100.
Siswa diminta untuk tidak langsung menghitung hasil penyelesaian soal tersebut.
Setiap kali selesai pertemuan, dari yang pertama hingga yang kesepuluh, guru
mengolah hasil pekerjaan siswa dan mendengarkan rekaman diskusi siswa dalam
kelompok, bila ada beberapa hal yang perlu ditanyakan maka guru akan
melakukan wawancara untuk memastikan dugaannya. Lalu menuliskan data
tersebut untuk dimasukkan dalam tahap analisis.

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

9
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Tahap analisis retrospektif (evaluasi) adalah tahap yang terakhir dalam


penelitian. Peneliti mengumpulkan data, dan observer bertugas menyampaikan
temuan-temuannya di lapangan. Adapun temuan-temuan dari observer berupa
kondisi dan proses belajar peserta didik serta saran dan masukan yang positif
dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik (Purwati
& Supandi, 2012). Analisis dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran, ke-6
subyek penelitian, dan hasil uji tes akhir untuk menguji pemahaman persen. Pada
akhirnya peneliti, guru dan observer merampungkan Lintasan Belajar siswa dalam
pertemuan-pertemuan tersebut.
Hanya saja ada hal-hal baru yang ditemukan yang perlu ditambahkan dalam
HLT. Misalnya: adanya penggunaan pecahan terlebih dahulu untuk
menjadikannya persen, soal cerita persentase untuk latihan soal di LAS. HLT
yang telah disusun sebelumnya masih berupa perkiraan lintasan belajar yang akan
terjadi di dalam kelas, setelah penelitian mengalami beberapa perubahan.
Perubahan dan hal-hal baru yang terjadi di dalam kelas, merevisi HLT menjadi
Lintasan Belajar yang sesungguhnya terjadi. Lintasan belajar merupakan hasil dari
metode design research dengan pendekatan pendidikan matematika realistik.

4. Simpulan dan Saran


Tercapainya lintasan belajar yang diharapkan, didukung oleh penggunaan
LAS yang sesuai untuk setiap pertemuannya. LAS yang dibuat memakai konteks
bioskop secara keseluruhan dan pengerjaannya mendukung pemahaman
persentase siswa. Agar HLB dapat berjalan dan LAS dapat digunakan diperlukan
seorang guru yang mampu untuk menjalankan HLT dan melakukan pendekatan
pembelajaran matematika realistik dengan baik. Guru, observer dan peneliti
bersamasama menjalankan dengan tujuan yang jelas, yaitu pengembangan
pemahaman siswa.
Pemahaman persentase siswa dapat berkembang dengan menggunakan
perangkat dalam penelitian ini, hal ini terlihat dalam pembahasan analisis
retrospektif di bab sebelumnya. Baik dilihat dari segi SP ataupun hasil dari
keseluruhan siswa dikelas berdasarkan hasil tes akhir yang mengandung
komponen indikator pemahaman persen.
Kesimpulannya adalah erat kaitannya pendekatan matematika realistik dengan
pemahaman persen. Selanjutnya beberapa hal yang diluar HLT dan dugaan guru
terjadi saat pembelajaran di dalam kelas, hal ini adalah penemuan-penemuan baru
yang dapat memperkaya HLT yang ada. Bahwasannya banyak hal yang dapat
menjadi ide siswa ketika guru memberikan ruang untuk hal tersebut.

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

10
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Daftar Pustaka

Agusta, V., Devianto, D., dan Yozza, H. (2010). Hubungan Antara Konvergen
Hampir Pasti, Konvergen dalam Peluang, dan Konvergen dalam Sebaran.
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2, 10-16.
Freudhental, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. China Lectures.
Dordrecht: Kluwer.
Hadi, S. (2017). Pendidkan matematika realistik:Teori, pengembangan dan
implementasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Johar, R., Zubaidah, T., Mariana, N. (2016). Upaya guru mengembangkan
karakter siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan
realistic pada materi perkalian. Jurnal Pendidikan Matematika Sriwijaya.
10(1) : 96-113
Khuriyati, L. (2015). Desain pembelajaran Operasi Pecahan Menggunakan Kertas
Berpetak di Kelas IV
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (2001). Adding it up: Helping children
learn mathematics. Washington, DC: National Academy Press.
Lange, J. de. (1996). Using and Applying Mathematics in Education. In. A.J.
Debnath, & K. Basu. (2010). “A Short History of Probability Theory And its
Applications”, International Journal of Mathematics Education, Vol 46.
1-22.
Mulligan, J., and Mitchelmore, M. (2009). Awareness of Pattern and Structure in
Early Mathematical Development. Mathematics Education Research
Journal, Vol. 21 No.02, 33-49.
Nieveen, N., McKenney, S. and van den Akker, J. (2006). Educational Design
Research: the Value of Variety. In J. Van den Akker, K. Gravemeijer, S.
McKenney, & N. Nieveen, Educational Design Research
Ngilawajan, Darma Andreas. (2019). Kajian Nilai Peluang dalam Pemainan Gici-
Gici Sorong. Barekeng (Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan). Vol. 13 No.
2. 113-124.
Nuaraini, L., Sujadi & S. Subanti. (2016). “Penalaran Aljabar Siswa Kelas VII
SMP Negeri Margoyoso Kabupaten Pati dalam Pemecahan Masalah
Matematika” dalam Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 4
No.6.

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

11
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Putri, R Ilma. (2007). “Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Pokok


Bahasan Statistika Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) Berdasarkan KBK di SMA 17 Palembang”. Jurnal
Pendidikan Matematika. Vol. 1 No.01, 21-23.
Raharjo, M. (2004). Peluang. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Pemberdayaan
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Ramadhani, R. (2017). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA Melalui
Guided Discovery Learning Berbantu Autograph. Jurnal Penelitian dan
Pembelajaran Matematika Untirta, Vol. 10 No.02, 72-81.
Rahaju, R. & Hartono, S. R. (2015). Pembelajaran Matematika Berbasis Pemainan
Monopoli Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 2 No.02,
130-139.
Ross, Sheldon. 2010. A First Course in Probability. New Jersey: Person.
Santi, D., T. Sugiarti & A. Indah. (2015). “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Realistrik pada Pokok Bahasan Lingkaran di
Kelas VIII” dalam Jurnal Kadikma, Vol.6, No.1.
Simon, M. A. (1995). Reconstructing mathematics pedagogy from a constructivist
perspective. Journal for Research in Mathematics Education, 26 (2), 114 –
145.
Sina, I. (2011). Implementasi Model Pembelajaran Role Playing Berbasis
Analisis Swot Pada Materi Peluang : Penelitian Tindakan Kelas Pada
Siswa Kelas XI SMA N 1 Wanasari. Jurnal ilmiah.
Sulaiman. 2015. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Berbasis Konsep Geometri
Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Jurnal e-
DuMath. Vol. No. 02, 106-113.
Susanti, E., N.I. Parta & D.T. Chandra. (2013). “Profil Berpikir Siswa dalam
Mengkontruksi Ide-ide Matematis Berdasarkan Taksonomi Solo”.
Makalah Konferensi Nasional Pendidikan Matematika V.
Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistic :Suatu Alternative
Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zulkardi & Putri, R Ilma. (2006). Mendesain Sendiri Soal Kontekstual
Matematika. Paper terseleksi dan dipublikasikan pada prosiding KNM 13
Semarang, 2006.
Zulkardi. (2009). The “P” in PMRI: Progress and Problems. In Proceedings of
IICMA 2009 Mathematics Education. 773-780. Yogyakarta: IndoMs.
Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

12
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia
Vol. 04 No. 02, Desember 2019
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr

Zulkardi. (2011). “Model Peningkatan Mutu Pendidikan SMA di Kota


Prabumulih, Kabupaten Ogan Ilir, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir”.
http://eprints.unsri.ac.id.

Authors. (2019). Judul……… JPMR 4 (2)

13

Anda mungkin juga menyukai