Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Matematika Available online at

p-ISSN :2460-8718 http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jpmrafa


e-ISSN : 2460-8726 BulanTahun, Volume(Nomor): halaman
-

Desain Pembelajaran Persen Menggunakan Konteks Pagar Sekolah pada


Siswa Kelas V
Raswil Galili1), Fini Mulyani2), Dwi Panggih3), Lauditta Soraya4), Ratu Ilma5), Ely
Susanti6), Somakim7)
1) 2)3)4)
Program Studi Magister Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
email: laudittasoraya24@gmail.com1)
085382180528

Abstract

This study aims to produce a learning trajectory in the percent meter with the context of
the school fence to help grade V students understand the concept of percent based on the
PMRI approach. This type of research is a research design validation type of research
with 3 stages, namely preparing for experiments, design experiments, and retrospective
analysis. The subjects of this study were students of SD Pusri Palembang. The data
techniques in this study were video recordings of the learning process and the results of
interviews with students and teachers, student work sheets, field notes and video and audio
recordings containing the research process from the start. The data analysis technique is
by comparing Hyphotetical Learning Trajectory (HLT) and what happens during the
actual learning process. The results of this study indicate that Learning Trajectory (LT)
and the learning process activity of the percent material with the context of the school
fence in the PMRI approach can help students understand the concept of percent.

Keywords:Design Research, PMRI, percent.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lintasan belajar pada meteri persen dengan
konteks pagar sekolah untuk membantu siswa kelas V memahami konsep persen
berdasarkan pendekatan PMRI.Jenis penelitian ini adalah design research type validation
study dengan 3 tahap yaitu preparing for experiment, the design experiment dan
retrospective analysis. Subjek penelitian ini adalah siswa SD Pusri Palembang. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah rekaman video proses pembelajaran dan hasil
interview terhadap siswa dan guru, lembar hasil pekerjaan siswa, catatan lapangan serta
rekaman video dan audio yang memuat proses penelitian dari awal. Adapun teknik analisis
data dengan cara membandingkan Hyphotetical Learning Trajectory (HLT) dan apa yang
terjadi selama proses pembelajaran sesungguhnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa Learning Trajectory (LT) dan aktivitas proses pembelajaran materi persen dengan
konteks pagar sekolah pada pendekatan PMRI dapat membantu siswa dalam memahami
konsep persen.
Kata Kunci: Design Research, PMRI, Persen

©Pendidikan MatematikaUniversitas SriwijayaPalembang

PENDAHULUAN
1
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki peranan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia. Matematika memberikan kontribusi yang sangat
besar dalam kehidupan, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, mulai dari yang
abstrak sampai yang konkrit untuk pemecahan masalah dalam semua bidang.Matematika
salah satu mata pelajaran yang telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar (SD)
sampai ke jenjang yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi). Adapun mata pelajaran
matematika di tingkat sekolah dasar yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
adalah materi persen. Sebagai contoh kita jumpai persen pada aktivitas jual beli seperti
diskon, suku bunga bank, bunga kredit termasuk pada komposisi makanan yang tertera
pada kemasannya.
Begitu pentingnya materi persen ini, dituangkan juga dalam kurikulum sekolah
dasar.Sebagaimana saat ini telah dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.Yang salah satu isinya adalah
kompetensi dasar siswa kelas V terkait kemampuan siswa untuk menjelaskan tentang
persen serta menyelesaikan masalah yang berkaitan persen.Ini artinya siswa kelas V
dituntut untuk dapat memahami konsep dari persen itu sendiri sebelum dapat
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan persen. Sesuai
dengan SKL SD/MI dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 bahwa ada tiga dimensi
yang harus dikuasai oleh lulusan SD/MI yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Salah
satu komponen pengetahuan adalah mengetahui terminologi/istilah (konseptual).
Pada kenyataannya adalah bahwa siswa masih sulit memahami materi persen.Hal ini
berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu guru di SD Pusri Palembang yang
menyatakan bahwa siswa masih merasa kesulitan menyelesaikan masalah terkait materi
persen.Hasil formatif yang dilakukan guru di setiap akhir materi pokok diperoleh hasil
hampir 75% belum mampu mengerjakan soal persen dengan benar.Menurut Wuli
Oktiningrum (2021) hasil belajar matematika siswa sekolah dasar terutama pada materi
pecahan (termasuk persen dan desimal) masih tergolong rendah.Salah satu faktor utama
penyebab kesulitan yang dihadapi siswa adalah proses pembelajaran persen itu sendiri
(Sarumaha et al., 2018).
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menawarkan pendekatan pembelajaran yang
kontekstual yaitu Pendidikan Matematika Realistic Indonesia (PMRI). Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
diawali dengan masalah kontekstual untuk mengarahkan siswa dalam memahami suatu
konsepmatematika. Gagasan PMRI berawal dari Realistic Mathematics Education (RME)
yang telah dikembangkan di Belanda sejak awal 70-an yang menempatkan realitas dan
pengalaman siswa sebagai titik awal dalam pembelajaran. Penerapan PMRI yang pertama
kali diperkenalkan di Negeri Belanda sekitartahun 1970 oleh Institut Freudhental ini
mengacu pada pemikiran Freudhental yangmengatakan bahwa matematika harus dikaitkan
dengan realita dan matematika merupakan aktivitasmanusia. Ini bermakna bahwa,
matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupannyata sehari-
hari.Menurut Gravemeijer (2009) “matematika sebagai aktivitas manusia”, hal ini

2
berartimanusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep
matematika dengan bimbingan orang dewasa.Menurut Zulkardi (2002) teori PMRI terdiri
dari lima karakteristik yaitu (1)using of real context; (2) using model of mathematics;
(3)pupil’s own creation and contribution; (4) interactivity; dan (5) intertwining. Oleh
karena itu sangat relevan mengajarkan materi persen dengan pendekatan PMRI
dikarenakan konteks nyata materi persen dalam kehidupan siswa sangatlah banyak.
Hal ini terlihat dari beberapa penelitian sebelumnya antara lain Rahayu & Putri
(2016) tentang desain pembelajaran dengan konteks pengisian baterai handphone,
Oktiningrum (2021) tentang pembelajaran persen dengan menggunakan media download
bar pada siswa kelas 5 sekolah dasar, Dewantara & Saraswati (2020) tentangkonteks
pemilihan ketua kelas pada materi persentase: desain pembelajaran dengan pendekatan
pmri. Sebagai alternative yang berbeda peneliti akan menggunakan konteks lain yaitu
pagar sekolah. Karena dengan konteks ini siswa menjadi tidak asing lagi dan menjadi
bagian keseharian dalam lingkungan sekolah mereka.Sehingga diharapkan mereka lebih
mampu memahami materi persen dengan mudah.
Salah satu model yang dapat mengkonversi konteks pagar sekolah ke dalam materi
persen adalah model bar. Menurut Van Galen (2013) dalam pembelajaran persentase,
menggunakan bar model mempunyai beberapa keuntungan Pertama siswa membuat
representasi untuk dirinya sendiri tentang hubungan antara apa yang diberikan dan apa
yang diminta. keuntungan kedua adalah bahwa bar model menawarkan langkah-langkah
perantara dalam proses kalkulasi. Keuntungan ketiga adalah bar model menawarkan
pendekatan natural dalam kalkulasi melalui bagian 1%.
Berdasarkan uraian di atas,penelitian ini bertujuan bertujuan untuk menghasilkan
lintasan belajar dan mengetahui peran dari lintasan belajar tersebut pada materi persen
menggunakan konteks pagar sekolah untuk siswa kelas V di SD PUSRI Palembang.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah design research type validation
study yang bertujuan untuk mengembangkan Local Instructional Theory (LIT) dengan
kerjasama peneliti dan guru dengan subjek penelitiannya adalah siswa SD Pusri Palembang
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. LIT meliputi aktivitas pembelajaran sementara
dan dugaan proses pembelajaran yang mengantisipasi bagaimana pemikiran dan
pemahaman siswa yang mungkin berkembang ketika aktivitas pembelajaran berlangsung
di kelas (Gravemeijer & Cobb dalam Akker et al, 2006). Dalam design research Menurut
Gravemeijer & Cobb (2006) ada tiga tahap penting, yaitu :
(1) Preparing for experiment
Persiapan untuk uji coba desain dimulai dengan mengklarifikasi tujuan-tujuan yang
akan dicapai oleh siswa setelah mereka belajar matematika (endpoints). Setelah
selesai menetapkan tujuan yang akan dicapai siswa, peneliti kemudian
harusmenentukan titik-titik awal pembelajaran (starting points) yaitu melakukan
kajian literatur terkait materi persen, model bar dan pembelajaran PMRI. Juga

3
mengadakan pengujian sebelum menguji coba desain yang dibuat dengan wawancara
kepada bebera siswa terkait materi prasyarat sebelum masuk materi persen. Sesudah
tujuan yang akan dicapai siswa dan titik-titik awal pembelajaran selesai
diformulasikan, maka tugasselanjutnya dari peneliti adalah memformulasikan dugaan
teori pembelajaran lokal (aconjecturer local instruction theory) dari desain yang
akan diujicobakan. Pada teori pembelajaran local ini berisi dugaan-dugan proses dan
aktivitas pembelajaran berupa hypothetical learning trajectory (HLT). Simon (1995)
mengatakan bahwa ada tiga komponen dalam suatu HLT, yaitu: (1) tujuan
pembelajaran, (2) aktivitas pembelajaran, dan (3) cara berpikir siswa dan proses
belajar siswa.
(2) The design experiment
Tujuan dari uji coba desain adalah menguji dan meningkatkan dugaan teori
pembelajaran lokal (a conjecture local instruction theory) yang sudah dikembangkan
pada fase pertama, serta mengembangkan pemahaman bagaimana desain tersebut
bekerja. Pada tahap ini ada 6 siswa yang terlibat yaitu 2 siswa berkemampuan rendah,
2 siswa berkemampuan sedang dan 2 siswa berkemampuan tinggi. Sehingga pada
tahap ini akan memperoleh hasil revisi HLT awal yang telah diujicobakan.
(3) Retrospective analysis
Tujuan dari retropective analysis secara umum adalah untuk mengembangkan Local
Intructional Theory (LIT). Dengan membandingkan HLT dan aktivitas pembelajaran
siswa yang sesungguhnya akanmenjawab rumusan masalah dari suatu penelitian.Data
yang dianalisis meliputi rekaman video proses pembelajaran dan hasil interview
terhadap siswa dan guru, lembar hasil pekerjaan siswa, catatan lapangan serta rekaman
video dan audio yang memuat proses penelitian dari awal.Data yang dianalisis berupa
HLT yang telah dirancang kemudian dibandingkan dengan lintasan belajar siswa
sesungguhnya selama pelaksanaan pembelajaran.Analisis data dibahas oleh peneliti
dan pembimbing untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas.Validitas dilakukan
untuk melihat kualitas sekumpulan data yang berpengaruh pada penarikan kesimpulan
dari penelitian ini. Sedangakan reliabilitas menggambarkan penelitian yang dilakukan
untuk menarik sebuah kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap preparing for experiment

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lintasan belajar dalam pembelajaran


materi persen dengan menggunakan konteks pagar sekolah dalam membantu siswa untuk
memahami konsep persen. Adapun iceberg yang telah didesain oleh peneliti seperti pada
gambar 1 di bawah ini:

4
Gambar 1. Iceberg materi persen

Sebelum peneliti membuat LIT, peneliti ingin mengetahui kemampuan awal siswa
dengan melakukan wawancara kepada siswa yang akanmenjadi subjek penelitian. juga
memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa terkait materi
yang akan diajarkan. Hasil pretest menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum
memahami dengan materi prasyarat dari persen yaitu pecahan.Setelah menetapkan tujuan
dan mengetahui kemampuan awal siswa dari hasil pretest dilakukanlah siklus 1 tahap pilot
experiment.

Tahap the design experiment

Pada tahap ini dilakukan tahap pilot experiment dengan ketentuan siswa yang terdiri
dari 6 siswa yang terdiri dari 2 siswa berkemampuan rendah, 2 siswa berkemampuan
sedang dan 2 siswa berkemampuan tinggi yang dibagi menjadi 2 kelompok dengan
komposisi masing-masing kelompok terdapat 3 tingkatan kemampuan tersebut (heterogen)
serta peneliti berperan sebagai guru model. Selanjutnya masing-masing siswa diberikan
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang berisi serangkaian aktivitas siswa. Aktivitas tersebut
sebagai berikut:

Aktivitas 1 : Pengenalan konteks pagar sekolah

Dalam aktivitas 1 ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi keadaan di


lingkungan sekolah yang berhubungan erat dengan konteks pagar sekolah, siswa diminta
untuk mengamati pagar sekolah yang dicat warna warni. Dan hasilnya semua siswa kelas

5
V SD Pusri Palembang tidak asing dengan konteks tersebut yang kesehariannya mereka
lewati terus. Berikut adalah aktivitas 1 yang terdapat pada LAS seperti pada gambar 2 di
bawah ini:

Gambar 2. Aktivitas 1 yang terdapat pada LAS

Aktivitas 2 : Mengenal bentuk persen berdasarkan konteks pagar sekolah

Pada aktivitas 2 ini, diberikan permasalahan yang berkaitan dengan konteks pagar
sekolah untuk mengenalkan bentuk persen kepada siswa. Sehingga diharapkan siswa dapat
mengenal dan memahami bentuk persen dengan bantuan konteks pagar sekolah tersebut.
Berikut adalah aktivitas pada LAS seperti pada gambar 3 di bawah ini:

Gambar 3. Aktivitas 2 yang terdapat pada LAS

Pada gambar 2 di atas menunjukkan aktivitas yang diberikan yang berkaitan


dengan mengenal bentuk persen berbantuan konteks pagar sekolah. Siswa diminta untuk
menghitung jumlah kepingan pagar yang berwarna biru dari keseluruhan jumlah kepingan
pagar yang ada, sehingga dapat menentukan bentuk persen dengan konteks pagar sekolah
tersebut. Pada saat siswa diminta mengerjakan permasalahan aktivitas 2 yang terdapat pada

6
LAS secara berkelompok, sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Hasil jawaban siswa dalam kelompok dapat disajikan seperti pada gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4. Lembar jawaban siswa dalam aktivitas 2 pada LAS

Berdasarkan gambar 4 terlihat bahwa siswa secara berkelompok mampu menjawab


pertanyaan dengan benar artinya bahwa siswa telah mengenal bentuk persen berbantuan
konteks pagar sekolah dan ini sesuai dengan HLT yang telah dibuat atau dirancang oleh
peneliti. Setelah siswa selesai mengerjakan aktivitas 2 guru meminta siswa untuk
melakukan diskusi kelompok. Dan siswa diminta untuk memberikan jawaban masing-
masing kelompok pada lembar jawaban yang telah disediakan.

Aktivitas 3 : Menentukan persentase benda yang tersedia yang berjumlah kurang dari 100

Pada aktivitas 3 ini, permasalahan pada LAS diberikan dengan menggunakan model
bar yang menunjukkan jumlah pagar sekolah kurang dari 100 buah keping pagar. Dalam
aktivitas ini, siswa diharapkan mampu memahami konsep persen dengan memanfaatkan
model bar. Hasilnya dari beberapa jawaban siswa terlihat siswa dapat menentukan persen
dari permasalahan yang diberikan dengan tepat dan ini sesuai dengan HLT awal. Berikurt
adalah hasil lembar jawaban siswa yang ada pada LAS seperti pada gambar 5 di bawah ini:

Gambar 5. Lembar jawaban siswa yang ada pada LAS

7
Aktivitas 4 : Menyelesaikan permasalahan persen dalam kehidupan sehari-hari

Pada aktivitas 4 ini, diberikan permasalahan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari


yang menyangkut materi persen. Dalam aktivitas 4 ini, siswa diharapakan mampu
menyelesaikan permasalahan pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi
persen. Berikut adalah lembar jawaban siswa pada gambar 6 di bawah ini:

Gambar 6. Lembar jawaban siswa yang terdapat pada LAS

Pada gambar 6 di atas, menunjukan jawaban siswa yang menggunakan matematika


formal untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Tahap Retrospective Analysis

Berdasarkan analisa data menunjukan bahwa permasalahan pertama yang diberikan


kepada siswa melalui LAS memperlihatkan bahwa siswa sudah belajar sesuai dengan HLT
yang telah dibuat oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengenal konteks
pagar sekolah dikarenakan memang konteks pagar sekolah sudah menjadi pemandangan
keseharian siswa di sekolah. Untuk permasalahan kedua, menunjukkan bahwa siswa telah
mengenal bentuk persen dengan bantuan konteks pagar sekolah. Untuk permasalahan
ketiga siswa sudah mampu menggunakan model bar dengan jumlah benda yang tersedia
kurang dari 100. Dan untuk permasalahan keempat, siswa dapat menyelesaikan
permasalahan sehari-hari dengan benar yang berkaitan dengan materi persen.Hasil yang
didapat menunjukkan sebagian siswa sudah mampu menggunakan matematika formal
dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari.Sehingga proses belajar yang terjadi sudah
bersesuaian dengan HLT yang dirancang oleh peneliti. Hasil penelitian pada pilot
experimen yang didapatkan menunjukkan bahwa Learning Trajectory yakni proses
pembelajaran yang sudah berlangsung bersesuaian dengan HLT yang telah dirancang.
Berdasarkan desain lintasan belajar yang telah dirancang pada tahap awal dan
diimplementasikan pada tahap pilot experimen, terdapat 4 aktivitas pembelajaran materi
persen pada siklus 1.Aktivitas iniantara lain adalahAktivitas 1yaitupengenalan konteks
Pagar sekolah; Aktivitas 2 : mengenal bentuk persen berbantuan konteks pagar sekolah;

8
Aktivitas 3 : menentukan persentase benda yang tersedia yang jumlahnya kurang dari 100;
dan Aktivitas 4 : menyelesaikan permasalahan persen dalam kehidupan sehari-hari.
Semua aktivitas yang telah diimplementasikan pada tahap pilot experiment
menggunakan pendekatan PMRI yang menunjukkan bagaimana karakteristik PMRI
menjadi dasar pada proses pembelajaran dalam setiap aktivitas, antara lain: (a) Use of
contexts for phenomenologist exploration (Penggunaan konteks) merupakan karakteristik
pertama dimana kegiatan pembelajaran dimulai dengan masalah kontekstual yangs sering
dijumpai oleh siswa sebagi aktivitas berbasis pengalaman. Konteks yang digunakan pada
setiap aktivitas merupakan sesuatu yang mampu dibayangkan dan dialami oleh siswa
sehingga siswa dapat memahami permasalahan dengan mudah yakni konteks pagar
sekolah. (b) Use of models for mathematical concept construction (Penggunaan Model)
penggunaan model bar merupakan bentuk model off dari pembelajaran konsep persen yang
merupakan tahap referential level. Dengan menggunakan model bar dalam menjembatani
pemahaman siswa dari abstrak menuju real dapat membatu pemahaman siswa dalam
belajar persen. (c) Use of students‟ creations and contribution (Pemanfaatan hasil
Kontribusi siswa) karakteristik ini terlihat pada saat proses pembelajaran persen dari
serangkaian aktivitas yang diberikan. Guru memberika apresiasi terhadap kontribusi siswa
dalam proses pembelajaran baik dalam kegiatan kelompok maupun individu. Pembelajaran
menjadi lebih bermakna salah satunya karena muncul variasai jawaban dan strategi
penyelesaian yang berbeda dari masing-masing kelompok maupun individu. (d) Students
activity and interactivity on the learning process (Interaktivitas). Siswa pada saat pilot
experiment ini sangat kolaboratif sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.(e)
Intertwining mathematics concepts, aspects, and units (Keterkaitan). Tentunya dalam
mendesain pembelajaran materi persen ini tidak terlepas dariketerkaitan dengan materi
prasyarat yaitu konsep pecahan. Dan hasilnya menunjukkan sebagian siswa sudah
menggunakan matematika formal dalam menyelesaikan permasalahan.Hal ini
menunjukkan bahwa tahapan aktivitas yang menggunakan model bar membantu siswa
memahami konsep persen.Pembelajaran menjadi lebih bermakna menggunakan model bar
yang membantu menjembatani pemahaman siswa dalam memahami konsep persen secara
komprehensif (Galen & Eerde, 2013; Sarumaha et al., 2018; Gani, Tengah, & Said, 2019).
Dan ini juga sesuai dengan hasil penelitian Rahayu dan Putri (2016) menyatakan bahwa
siswa lebih mudah memahami persen dengan menggunakan baterai handphone sebagai
konteks dan pemodelan matematika dari model bar.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Learning Trajectory (LT) dan aktivitas proses pembelajaran materi
persen dengan konteks pagar sekolah pada pendekatan PMRI dapat membantu siswa dalam
memahami konsep persen.

9
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, A. H., & Saraswati, S. (2014). Penggunaan Pemahaman Intuitif Siswa Kelas 5
SD dalam Menyelesaian Masalah Persen. In Suparman, Sugiyarto, & T. Herawan
(Ed.), Prosiding Seminar Nasional Sendikmad: Revitalisasi Pendidikan Matematika
Menuju AFTA 2015 (1 ed., Nomor 1, hal. 738–750). Universitas Ahmad Dahlan.
Galen, F. van, & Eerde, D. van. (2013). Solving Problems with The Percentage Bar.
IndoMS. J.M.E, 4(1), 1–8. https://doi.org/10.22342/jme.4.1.558.1-8.
Gani, M. A., Tengah, K. A., & Said, H. (2019). Bar Model as Intervention in Solving
Word Problem Involving Percentage. International Journal on Emerging
Mathematics Education, 3(1), 69–76.
Gravemeijer, K, & Cobb, P. (2006). Design Research from a Learning Design Perspective.
Educational Research, 17–51.
Gravemeijer, Koeno, & Eerde, V. (2009). Design Research as a Means for Building a
Knowledge Base for Teachers and Teaching in Mathematics Education. The
Elementary School Journal, 109(5). https://doi.org/10.1086/596999
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada
Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Lestiana, H. T., & Wanita, C. T. (2019). Bar Model: A Beneficial Tool in
LearningPercentage. Eduma : Mathematics Education Learning and Teaching, 8(2),
1–10. https://doi.org/10.24235/eduma.v8i2.5392
Oktiningrum, W. (2021).Pembelajaran Persen Dengan Menggunakan Media Download
Bar Pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 13(1), 59-65.
Rahayu, C., & Putri, R. I. I. (2016). Pembelajaran tentang Persentase dengan Baterai
Handphone di Kelas V SD Negeri 119 Palembang. Jurnal Pendidikan, 17(1), 45–54.
Sarumaha, Y. A., Putri, R. I. I., & Hartono, Y. (2018). Percentage Bar: A Model for
Helping Fifth Grade Students Understand Percentages. Moshrafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 7(2), 155–166.
Zulkardi. (2002). Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics Education
for Indonesian Student Teachers. University of Twente, Enschede.

10

Anda mungkin juga menyukai