php/jpms
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (1), 2017, 1-3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menghasilkan lintasan belajar untuk membantu siswa memahami
konsep persen menggunakan konteks kereta api untuk kelas V. Penelitian ini berdasarkan PMRI yang
dikaitkan dengan pembelajaran kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
design research type validation study. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Palembang dengan
melibatkan siswa kelas V sebanyak 8 orang. Peneliti merancang 4 aktivitas pembelajaran persen
dengan menggunakan konteks kereta api. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi berupa
Local Instrucstional Theory (LIT) tentang materi persen. Penelitian ini melibatkan pada siklus 1
melibatkan 8 orang siswa di SD Negeri 1 Palembang. Data dikumpulkan melalui lembar kerja siswa,
pre-test, post-test, video dan interview. Data dianalisis dengan cara membandingkan Hyphotetical
Learning Trajectory (HLT) dan apa yang terjadi selama proses pembelajaran. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa melalui serangkaian aktivitas yang telah dilakukan membantu siswa dalam
pembelajaran materi persen.
Kata Kunci: Persen, Design Research, Konteks Kereta Api, Pendekatan PMRI
Learning Design of Percent Material Using the Train for Class V Students
Abstract
This study aims to produce a learning trajectory to help students understand the concept of
percent using the context of the train for class V. This research is based on PMRI which is associated
with the 2013 curriculum learning. The method used in this study is the design research type
validation study. This research was conducted at SD Negeri 1 Palembang involving 8 grade V
students. Researchers designed 4 percent learning activities using the context of the train. This study
aims to contribute in the form of Local Instructional Theory (LIT) about the percent material. This
research involved in cycle 1 involving 8 students at SD Negeri 1 Palembang. Data were collected
through student worksheets, pre-test, post-test, video and interviews. Data were analyzed by
comparing Hyphotetical Learning Trajectory (HLT) and what happened during the learning process.
The results of this study indicate that through a series of activities that have been carried out to help
students in learning the percent material.
Keywords: Percent, Design Research, Trains Context, PMRI Approach
How to Cite: Hilmi, Fadlan., Lesiana, Freti., & Putri, RII., Susanti, E. (2021). Desain Pembelajaran Materi
Persen Dengan Konteks Kereta Api Untuk Siswa Kelas V. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV(1), 1-3.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v4i1.10111
Permalink/DOI: DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v4i1.10111
proses download file dari internet, komposisi hanya berbekal pada prosedur kerja rutin yang
kandungan nutrisi suatu makanan, dan suku diajari oleh guru nyatanya tidak sepenuhnya
bunga bank adalah sederet contoh penerapan mampu membuat pembelajaran menjadi
konsep diskon yang seringkali ditemui dalam bermakna (Afriansyah, 2012).
kehidupan nyata. Persentase adalah hubungan yang
Mengingat pentingnya materi persen, berdasarkan pada perseratusan; sehingga
topik ini sudah diajarkan sejak dini kepada persentase menyatakan nilai relatif bagian dari
siswa-siswa dalam pembelajaran matematika di suatu keseluruhan dan bukan menyatakan nilai
sekolah. Dalam kurikulum Indonesia persen absolut ( Fosnot & Dolk, 2002; Cincinatus &
telah diajarkan sejak kelas 5 SD. Dengan Sheffet, 2016; Rianasari et al., 2012). Olehnya
demikian siswa pada tingkat akhir sekolah dasar itu, pembelajaran persen tidak seharusnya hanya
diharapkan telah memahami konsep persen dengan memperkenalkan persen sebagai notasi
dengan baik dan tentunya mampu lain dari pecahan dan bentuk desimal. Namun
mengggunakan konsep tersebut dalam persen perlu diperkenalkan kepada siswa
menyelesaikan permasalahan kontekstual. sebagai suatu bagian dari 100 bagian secara
Namun realita menunjukkan bahwa keseluruhan melalui konteks yang dekat dengan
meskipun siswa pada umumnya cukup familiar pengalaman sehari-hari siswa.
dengan simbol persen, tetapi masih banyak dari Beberapa temuan studi terdahulu tersebut
mereka yang belum mampu menyelesaikan mengisyarakatkan bahwa dibutuhkan
masalah terkait persen secara tepat. (Galen & pembelajaran yang lebih bermakna untuk
Eerde, 2013) dalam studinya mengemukakan menjembatani pemahaman siswa dalam
bahwa siswa yang telah mempelajari persen di memahami konsep persen secara komprehensif.
sekolah kurang lebih tahu apa itu persentase, Pembelajaran bermakna dapat dilakukan dengan
tetapi mereka masih sering kesulitan dalam menggunakan situasi nyata yang dekat dengan
menyelesaikan permasalahan terkait persen. kehidupan sehari-hari siswa (Van den Heuvel-
Siswa tidak mampu memanfaatkan pengalaman Panhuizen, 2003; Bu & Marjanovavich, 2017)
belajarnya dalam menyelesaikan masalah serta melalui penggunaan alat peraga konkret
kontekstual, dimana mereka akan menemukan atau berbagai model representasi seperti
kesulitan ketika dihadapkan pada soal non rutin percentage bar (Galen & Eerde, 2013; Sarumaha
atau soal persen yang menggunakan angka tidak et al., 2018; Gani, Tengah, & Said, 2019).
biasa, seperti 13%, 27% (Rianasari et al., 2012). Menggunakan bar dalam menyelesaikan
Menurut Van den Hauvel-Panhuizen (1994) masalah tentang persen mempunyai beberapa
bahwa banyak soal-soal persentase di sekolah keuntungan (Van Den Heuvel, 2003; Van Galen
mengindikasikan bahwa pembelajaran et al., 2008; Rianasari et al., 2012). Van Galen
cenderung difokuskan pada prosedur-prosedur. & Van Erde (2013) yang menyatakan bahwa bar
Banyak siswa dapat dengan cepat belajar persen dapat membantu siswa melihat hubungan
bagaimana menghitung persentase secara benar antara dua bilangan yang diberikan untuk
melalui prosedur perhitungan namun mereka membuat persen, lebih dari itu bar juga
kesulitan untuk menjelaskan persentase itu menghubungkan secara langsung antara persen
sendiri. pecahan. Menggunakan masalah nyata atau
Salah satu faktor utama penyebab konteks dapat membuat konsep matematika
kesulitan yang dihadapi siswa adalah proses menjadi lebih bermakna, karena konteks
pembelajaran persen itu sendiri (Sarumaha et al., menyajikan konsep matematika abstrak dalam
2018). Tidak jarang pembelajaran persen bentuk persentasi yang mudah dipahami siswa
dilakukan hanya dengan mengenalkan persen (Harlis dan Putri, 2011).
sebagai notasi lain dari desimal atau bentuk Pendidikan Matematika Realistik
pecahan per seratus (Dewantara & Saraswati, Indonesia, yang merupakan adaptasi dari
2014) serta hanya memfokuskan pada algoritma Realistic Mathematics Indonesia (RME)
atau prosedur rutin dalam menyelesaikan (Sembiring et al., 2010) merupakan sebuah
permasalahan (Rianasari et al., 2012). Di sisi pendekatan yang berorientasi pada matematisasi
lain, kemampuan siswa dalam melakukan pengalaman sehari-hari. Pendekatan
prosedur perhitungan dengan benar bukan pembelajaran ini menfokuskan pada kegiatan
merupakan satu-satunya indikator mutlak berbasis pengalaman dan penggunaan situasi
pemahaman konsep persen yang sebenarnya nyata siswa (Zulkardi, 2002) sehingga
(Koay, 1998; Rianasari et al., 2012). Dengan diharapkan mampu menciptakan pembelajaran
yang bermakna. Penggunaan beragam konteks & Cobb (2006) mendefinisikan tiga tahap pada
dalam pembelajaran persen telah dikaji pada desing research, yakni : (a) preparing for
beberapa penelitian terdahulu, seperti desain experiment, (b) The design experiment, dan (c)
pembelajaran dengan konteks pengisian baterai retrospective analysis. Pada tahap preparing for
handphone (Rahayu & Putri, 2016), baterai the experiment (persiapan penelitian), peneliti
laptop (Dewantara & Saraswati, 2014), melakukan kajian literatur mengenai materi
kandungan lemak pada susu (Bu & persen, penggunaan PMRI sebagai pendekatan
Marjanovavich, 2017), perbaikan jalan rusak, pembelajaran. Selain itu, peneliti juga meneliti
potongan harga atau diskon (Lestiana & Wanita, kemampuan awal siswa dengan melakukan
2019), serta masalah tempat parkir dan penonton wawancara kepada beberapa siswa untuk
di stadion (Hidayanto, 2011). mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
Dibutuhkan konteks yang relevan dengan mengenai materi prasyarat pembelajaran.
pengalaman nyata siswa sebagai starting point Hasilnya digunakan untuk mendesain
pembelajaran. Berangkat dari hal tersebut, serangkaian aktivitas pembelajaran yang berisi
dalam penelitian ini peneliti mengembangkan dugaan lintasan belajar (Hypothetical Learning
lintasan belajar dengan menggunakan konteks Trajectory). HLT yang didesain bersifat dinamis
kereta untuk membantu siswa kelas 5 SD dalam sehingga terbentuk sebuah proses siklik (cyclic
memahami konsep persen. Kereta api dipilih process) yang dapat berubah dan berkembang
sebagai konteks sebab didasarkan pada situasi selama proses desain experiment. HLT yang
nyata sehingga sangat dekat dengan pengalaman telah dikembangkan selanjutnya
sehari-hari siswa. Selain itu, belum ada diimplementasikan pada tahap desain
penelitian yang menggunakan konteks sejenis experiment. Laporan ini berfokus pada tahap
dalam desain pembelajan persen. Pelibatan pilot experiment dan retrospective analysis
kegiatan berbasis pengalaman melalui sebagai bagian dari rangkaian design research
penggunaan konteks yang dekat dengan yang dilaksanakan.
kehidupan sehari-hari siswa diharapkan mampu Tahap kedua the design experiment
menjadikan pembelajaran persen menjadi lebih (desain percobaan) yakni siklus 1 (pilot
bermakna. Dengan mengaitkan matematika experiment). Delapan orang siswa dengan
dengan kehidupan nyata, diharapkan siswa dapat kemampuan heterogen (2 siswa berkemampuan
mengkonstruksi pengetahuan yang bermakna tinggi, 4 siswa berkemampuan sedang, dan 2
dan tidak hanya sekedar ingatan prosedural. siswa berkemampuan rendah) dilibatkan pada
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk siklus pertama (pilot experiment), pada tahap ini
menghasilkan lintasan belajar pada peneliti berperan sebagai guru. Hasil dari siklus
pembelajaran materi persen menggunakan pertama digunakan untuk merevisi HLT versi
konteks kereta api untuk siswa kelas V dan awal.
mengetahui peran dari lintasan belajar pada Tahap ketiga restrospective analysis, data
pembelajaran materi persen menggunakan yang diperoleh dari tahap pilot experiment
konteks kereta api untuk Siswa Kelas V Di SD dianalisis, hasil analisis digunakan untuk
Negeri 1 Palembang. mengembangkan desain pada aktivitas
pembelajaran berikutnya. HLT dibandingkan
dengan aktivitas pembelajaran siswa yang
METODE
sesungguhnya untuk menjawab rumusan
Dalam penelitian ini, peneliti masalah penelitian. Tujuan dari retropective
menggunakan metode design research type analysis secara umum adalah untuk
validation study. Design research bertujuan mengembangkan Local Intructional Theory
untuk mengembangkan Local Instructional (LIT). Pengumpulan data dilakukan melalui
Theory (LIT) dengan kerjasama peneliti dan beberapa hal meliputi observasi, membuat
guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran rekaman video tentang kejadian di kelas dan
(Gravemeijer & Van Eerde, 2009). LIT meliputi kerja kelompok, mengumpulkan hasil kerja
aktivitas pembelajaran sementara dan dugaan siswa, memberikan tes awal dan tes akhir, dan
proses pembelajaran yang mengantisipasi mewawancarai siswa. HLT yang telah dirancang
bagaimana pemikiran dan pemahaman siswa kemudian dibandingkan dengan lintasan belajar
yang mungkin berkembang ketika aktivitas siswa yang sebenarnya selama pelaksanaan
pembelajaran berlangsung di kelas (Gravemeijer pembelajaran untuk dilakukan analisis secara
& Cobb dalam Akker et al, 2006). Gravemeijer retrospektif apakah siswa belajar atau tidak
belajar dari apa yang telah dirancang di Masing-masing siswa diberikan Lembar
rangkaian pembelajaran. Analisis data diikuti Aktivitas Siswa yang berisi serangkaian
oleh peneliti beserta pembimbing untuk aktivitas.
meningkatkan validitas dan reliabilitas. Aktivitas 1 : Pengenalan Konteks Kereta Api
Validitas dilakukan untuk melihat kualitas Pada aktivitas ini, siswa diberi
sekumpulan data yang berpengaruh pada kesempatan untuk mengeksplorasi fenomena
penarikan kesimpulan dari penelitian ini. dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
Reliabilitas menggambarkan penelitian yang dengan konteks kereta api, siswa diminta untuk
dilakukan sehingga suatu kesimpulan dapat mengenali kereta api. Dan hasilnya semua siswa
diambil. kelas V SD Negeri 1 Palembang mengenal
kereta api. Berikut adalah aktivitas 1 yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat pada LAS dapat dilihat pada gambar 2.
Pembelajaran ini didesain untuk
menghasilkan lintasan belajar dalam
pembelajaran materi persen menggunakan
konteks kereta api untuk membantu siswa
memahami konsep pada materi persen. Berikut
iceberg yang telah didesain dapat dilihat pada
gambar 1.
permasalahan keempat, siswa sudah mampu muncul variasai jawaban dan strategi
menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang penyelesaian yang berbeda dari masing-masing
berkaitan dengan persen. Dimana hasilnya kelompok maupun individu. (d) Students
menunjukkan sebagian siswa sudah activity and interactivity on the learning process
menggunakan matematika bentuk formal dan (Interaktivitas). Siswa pada saat pilot
ada sebagian siswa lainnya tetap menggunakan experiment ini sangat kolaboratif sehingga
model bar untuk menyelesaikan permasalahan. pembelajaran dapat berjalan dengan baik. (e)
Pelaksanaan belajar dan pembelajaran sudah Intertwining mathematics concepts, aspects, and
bersesuaian dengan HLT yang dirancang. Hasil units (Keterkaitan). Dalam mendesain
penelitian pada pilot experimen yang didapatkan pembelajaran persen ini tidak terlepas dari
menunjukkan bahwa Learning Trajectory yakni keterkaitan dengan materi yang lain yaitu
proses selama pembelajaran berlangsung konsep pecahan. Dan hasilnya menunjukkan
bersesuaian dengan HLT yang telah dirancang. sebagian siswa sudah menggunakan matematika
Berdasarkan desain lintasan belajar yang bentuk formal dan ada sebagian siswa lainnya
telah dirancang dan diimplementasikan tetap menggunakan model bar untuk
sebelumnya, terdapat 4 aktivitas pembelajaran menyelesaikan permasalahan. Hal ini
persen pada siklus 1. Serangkain aktivitas ini menunjukkan bahwa model bar membantu siswa
meliputi; Aktivitas 1 : Pengenalan Konteks memahami konsep persen. Pembelajaran
Kereta Api; Aktivitas 2 : Mengenal bentuk menjadi lebih bermakna menggunakan model
persen dari tempat duduk pada kereta api; bar yang membantu menjembatani pemahaman
Aktivitas 3 : Menentukan persentase benda yang siswa dalam memahami konsep persen secara
tersedia yang jumlahnya kurang dari 100; dan komprehensif (Galen & Eerde, 2013; Sarumaha
Aktivitas 4 : Menyelesaikan permasalahan et al., 2018; Gani, Tengah, & Said, 2019). Dan
persen dalam kehidupan sehari-hari. menurut Van Galen & Van Erde (2013) juga
Serangkaian aktivitas yang telah bahwa bar persen dapat membantu siswa
diimplementasikan menggunakan pendekatan melihat hubungan antara dua bilangan yang
PMRI menunjukkan bagaimana karakteristik diberikan untuk membuat persen, lebih dari itu
PMRI menjadi dasar pada proses pembelajaran bar juga menghubungkan secara langsung antara
dalam setiap aktivitas. (a) Use of contexts for persen pecahan. Menggunakan masalah nyata
phenomenologist exploration (Penggunaan atau konteks dapat membuat konsep matematika
konteks) merupakan karakteristik pertama menjadi lebih bermakna, karena konteks
dimana kegiatan pembelajaran dimulai dengan menyajikan konsep matematika abstrak dalam
masalah kontekstual yangs sering dijumpai oleh bentuk persentasi yang mudah dipahami siswa
siswa sebagi aktivitas berbasis pengalaman. (Harlis dan Putri, 2011).
Konteks yang digunakan pada setiap aktivitas
merupakan sesuatu yang mampu dibayangkan
SIMPULAN
oleh siswa sehingga siswa dapat memahami
permasalahan dengan mudah yakni konteks Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
tempat duduk pada kereta api. (b) Use of models telah diuraikan sebelumnya, selanjutnya dapat
for mathematical concept construction disimpulkan Learning Trajectory (LT)
(Penggunaan Model) penggunaan model bar pembelajaran pembelajaran persen dengan
merupakan bentuk model off dari pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI konteks kereta
konsep persen yang merupakan tahap referential api yang diimplementasikan dalam penelitian ini
level. Dengan menggunakan model bar dalam telah membantu siswa memahami konsep
menjembatani pemahaman siswa dari abstrak persen. Berdasarkan proses pembelajaran yang
menuju real dapat membatu pemahaman siswa telah diterapkan, serangkaian aktivitas
dalam belajar persen. (c) Use of students‟ membantu siswa memahami konsep persen.
creations and contribution (Pemanfaatan hasil
Kontribusi siswa) karakteristik ini terlihat pada DAFTAR PUSTAKA
saat proses pembelajaran persen dari
serangkaian aktivitas yang diberikan. Guru Afriansyah, E. (2012). Implementasi PMRI
memberika apresiasi terhadap kontribusi siswa dalam Materi Sifat Komutatif dan
dalam proses pembelajaran baik dalam kegiatan Asosiatif pada Bilangan Bulat untuk
kelompok maupun individu. Pembelajaran Level Siswa SD/MI. Mosharafa: Jurnal
menjadi lebih bermakna salah satunya karena Pendidikan Matematika, 1(2), 67–72.
Bu, L., & Marjanovavich, A. (2017). Percentge Koay, P. L. (1998). The Knowledge of Percent
and Milk Fat. Mathematics Teaching in of Pre-Service Teachers. The
the Middle School, JSTOR, 22(8), 472– Mathematics Educator, 3(2), 54–69.
479.
Lestiana, H. T., & Wanita, C. T. (2019). Bar
Cincinatus, R. B., & Sheffet, M. (2016). “ With Model: A Beneficial Tool in Learning
Percentages the 100 is Always in the Percentage. Eduma : Mathematics
Denominator ”: From the Field to Pre- Education Learning and Teaching, 8(2),
service Teachers To cite this article : “ 1–10.
With Percentages the 100 is Always in the https://doi.org/10.24235/eduma.v8i2.5392
Denominator ”: From the Field to Pre-
Rahayu, C., & Putri, R. I. I. (2016).
service Teachers. International Journal of
Pembelajaran tentang Persentase dengan
REsearch in Education and Science
Baterai Handphone di Kelas V SD Negeri
(IJRES), 2(3), 143–155.
119 Palembang. Jurnal Pendidikan, 17(1),
Dewantara, A. H., & Saraswati, S. (2014). 45–54.
Penggunaan Pemahaman Intuitif Siswa
Rianasari, V. F., Budayasa, I. K., & Patahuddin,
Kelas 5 SD dalam Menyelesaian Masalah
Si. M. (2012). Supporting Students ’
Persen. In Suparman, Sugiyarto, & T.
Understanding of Percentage. IndoMS.
Herawan (Ed.), Prosiding Seminar
J.M.E, 3(1), 29–40.
Nasional Sendikmad: Revitalisasi
Pendidikan Matematika Menuju AFTA Sarumaha, Y. A., Putri, R. I. I., & Hartono, Y.
2015 (1 ed., Nomor 1, hal. 738–750). (2018). Percentage Bar: A Model for
Universitas Ahmad Dahlan. Helping Fifth Grade Students Understand
Percentages. Moshrafa: Jurnal Pendidikan
Fosnot, T. F., & Dolk, M. (2002). Young
Matematika, 7(2), 155–166.
Mathematicians at Work: Constructing
Fractions, Decimals, and Percents. Sembiring, R. K., Hadi, S., Zulkardi, &
Portsmouth: Heinemann. Hoogland, K. (2010). The Future of
PMRI. In R. . Sembiring, K. Hoogland, &
Galen, F. van, & Eerde, D. van. (2013). Solving
M. Dolk (Ed.), A decade of PMRI in
Problems with The Percentage Bar.
Indonesia (hal. 189– 190).
IndoMS. J.M.E, 4(1), 1–8.
https://doi.org/10.22342/jme.4.1.558.1-8. Van den Heuvel-Panhuizen, M. (2003). The
Didactical Use of Models in Realistic
Gani, M. A., Tengah, K. A., & Said, H. (2019).
Mathematics Education: an Example from
Bar Model as Intervention in Solving
a Longitudinal Trajectory on Percentage.
Word Problem Involving Percentage.
Educational Studies in Mathematics,
International Journal on Emerging
54(1), 9–35.
Mathematics Education, 3(1), 69–76.
Zulkardi. (2002). Developing a Learning
Gravemeijer, K, & Cobb, P. (2006). Design
Environment on Realistic Mathematics
Research from a Learning Design
Education for Indonesian Student
Perspective. Educational Research, 17–
Teachers. University of Twente,
51.
Enschede.
Gravemeijer, Koeno, & Eerde, V. (2009).
Design Research as a Means for Building
a Knowledge Base for Teachers and PROFIL SINGKAT
Teaching in Mathematics Education. The Amy Arimbi, Fadlan Hilmi, Freti Lesiana
Elementary School Journal, 109(5). dan Novella Mutiara merupakan mahasiswa
https://doi.org/10.1086/596999 Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Hidayanto, E. (2011). Mengenalkan Konsep Universitas Sriwijaya tahun 2020 yang telah
Persentase pada Siswa Sekolah Dasar. menyelesaikan studi S1 Program Studi
JTEQIP, 11(2), 14–20. Pendidikan Matematika.